: Egi Febrian
: 123020203
:I
:3
: Rully Meilisa Kusuma Atmaja
: 20 November 2014
I.
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
I.1 Latar Belakang Percobaan
Telur merupakan bahan pangan yang memiliki semua kandungan zat gizi
kecuali vitamin C dan vitamin K. Telur mengandung vitamin B12 yang dapat
memperbaiki fungsi saraf, yang biasanya terdapat pada daging. Selain itu, telur
juga mengandung lesithin (emulsifier alami) yang banyak mengandung cholin.
Cholin berperan dalam metabolisme lemak, dalam pemindahan kolesterol melalui
peredaran darah, dan merupakan komponen penting pada membran sel dan
jaringan saraf. Di dalam telur terkandung asam amino esensial yang tidak dapat
diproduksi tubuh (Wirakusumah, 2005).
Telur ayam terdapat 2 jenis yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur
ayam negri (ras). Telur ayam kampung harganya relatif lebih mahal dibandingkan
telur ayam negri karena penawarannya sangat terbatas dan anggapan lebih
berkhasiat. Telur bebek juga ada 2 jenis yaitu yang berwarna biru dan berwarna
putih. Masing-masing telur ini dihasilkan oleh jenis bebek yang berbeda
(Muchtadi, 2010).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pengamatan parameter mutu telur adalah untuk
mengetahui mutu dan kualitas dari telur utuh, baik secara objektif maupun
subjektif.
II.
Bab
METODOLOGI PERCOBAAN
ini
menguraikan
mengenai
(1)
Bahan-bahan
yang
digunakan, (2) Alat - alat yang digunakan dan (3) Metode Percobaan.
II.1
II.2
Prosedur
pengamatan
telur
adalah
diamati
keadaan
kulit
(kebersihan & keretakkan) dan isi telur (volume dan posisi kantung udara,
posisi kuning dan putih telur) dengan cara candling atau peneropongan.
x 100%
Tinggi kuningtelur
Diameter kuning telur
x 100%
G(30 x W 0,37100)
+1,9
100
1,060
1,065
1,070
1,075
1,080
1,085
1,090
1,095
1,100
Amati telur jika mengapung pada nilai spesifik grafity < 1,075 maka kualitas telur kurang baik
Amati telur jika mengapung pada nilai spesifik grafity >1,075 maka kualitas telur baik
Gambar 4. Pengamatan spesifik gravity telur
Prosedur pengamatan spesifik gravity telur yaitu dimasukkan telur
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan percobaan pengetahuan bahan pangan pada telur
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan keadaan telur
Pengamatan
Hasil Pengamatan
Sampel
Keaadaan kulit
Kebersihan
Keretakan
Kantung udara
Volume kantung udara
Putih telur
Kuning telur
Sumber : Kelompok I, Meja 3 (2014)
Telur bebek
Cukup baik
Tidak bersih (Kotor)
Tidak ada keretakan
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Telur bebek
Jernih bersih
Oranye mengkilap bersih
Jernih
Oranye mengkilap
Bening
Oranye
Encer
Tegar
Telur bebek
1 mm
Telur bebek
58,7 gram
15 mm
46,9 mm
0,3198
0,0851
1,5 mm
146,7 mm
6,8 x 10-3
4,409
Pembahasan
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan
harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur
berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari
protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur
terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial
yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur.
Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur
mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu
memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan
akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha
pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Kebanyakan jenis telur yang dikonsumsi adalah telur ayam, bebek dan
angsa, namun telur burung puyuh yang kecil juga sering menjadi bahan masakan.
Telur yang terbesar adalah telur burung unta. Telur ayam banyak mengandung
berbagai jenis protein berkualitas tinggi termasuk mengandung semua jenis asam
amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan
mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12,
choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan makanan
termurah sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam berukuran besar
mengandung sekitar 7 gram protein (Djannah, 1985).
Proses candling (peneropongan atau pencahayaan) juga perlu dilakukan
dalam melakukan pengamatan terhadap sifat fisik dalam telur. Peneropongan
dilakukan dengan menggunakan sinar terang (berasal dari lampu) yang dilewatkan
pada lubang kecil kira-kira sebesar penampang melintang sebutir telu. Pekerjaan
ini biasanya dilakukan di ruangan gelap agar bayangan telur nampak jelas.
Peneropongan pertama dilakukan setelah telur berada satu minggu di dalam
inkubator, untuk memisahkan telur-telur yang infertil (tidak dibuahi) serta telur
yang retak, untuk kemudian diletakkan kembali didalam inkubator. Keretakankeretakan kecil yang halus biasanya tidak nampak dengan penglihatan secara
biasa. Candling memungkinkan untuk ditemukannya keretakan pada kulit telur,
ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah,
bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih.
Walupun demikian, hanya kerusakan yang menonjol saja yang dapat diketahui
dengan cara candling ini. Kualitas telur sebelah luar ditentukan oleh kondisi kulit
telurnya. Kualitas telur akan semakin baik jika kulit telur dalam keadaan bersih
dan tidak ada kotoran apapun. Kondisi kulit telur dapat dilihat dari tekstur dan
kehalusannya. Kualitas telur akan semakin baik bila tekstur kulitnya halus dan
keadaan kulit telurnya utuh serta tidak retak. (Djannah, 1985)
Prinsip pengawetan telur adalah untuk:
1) Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur;
2) Mencegah keluarnya air dari dalam telur (Margono, 2007).
Beberapa proses pengawetan telur utuh yang diawetkan bersama kulitnya
antara lain :
1) proses pendinginan;
2) proses pembungkusan kering;
3) proses pelapisan dengan minyak;
4) proses pencelupan dalam berbagai cairan (Margono, 2007).
Spesifikasi grafity adalah pengkelasan telur berdasarkan pada gaya
gravitasi dan berat jenis telur. Ketika dilakukan percobaan memasukkan telur ke
dalam larutan garam dengan konsentrasi yang berbeda-beda maka akan didapat
keadaan telur tenggelam atau mengambang. Hal ini bisa terjadi karena adanya
perbedaan berat jenis antara berat jenis telur dengan berat jenis larutan garam.
Selain karena perbedaan berat jenis, lama waktu penyimpananpun sangat
berpengaruh pada spesifikasi grafity telur. Telur yang berkualitas buruk akan
mengambang pada larutan dengan konsentrasi garam kurang dari 1,085. Telur
yang mengambang disebabkan oleh perbedaan berat jenis. Berat jenis telur lebih
kecil dari pada berat jenislarutan garam yang menyebabkan telur akan
mengambang. Telur yang mengambang disebabkan karena telur mempunyai
kantung udara yang besar dan komponen yang ada di dalamny mencair sehingga
berat jenis air serta kualitas telur menurun. Terjadinya pencairan pada telur
disebabkan karena pori-pori telur menjadi besar sehingga mikroba dapat masuk
dan merombak komponen di dalam telur. Air garam tidak dapat masuk ke dalam
telur karena perendaman yang sebentar (Muchtadi, 2010).
Sifat-sifat fungsional telur didefinisikan sebagai sekumpulan sifat dari
pangan atau bahan pangan yang mempengaruhi penggunaannya. Sifat fungsional
telur diantaranya:
1. Daya Koagulasi
Koagulasi pada telur ditandai dengan kelarutan atau berubahnya bentuk
cairan (sol) menjadi padat (gel). Perubahan struktur molekul protein ini dapat
disebabkan oleh pengaruh panas, mekanik, asam, basa, garam, dan pereaksi garam
lain seperti urea.Koagulasi yang irreversible disebabkan karena pemanasan pada
suhu 60-70oC. Sifat koagulasi ini dimiliki putih maupun kuning telur.
2. Daya Buih (foaming)
Buih adalah bentuk dispersi koloida gas dalam cairan. Apabila putih telur
dikocok maka gelembung udara akan terperangkap dalam albumen cair dan
membentuk busa. Semakin banyak udara yang terperangkap busa yang terbentuk
akan semakin kaku dan kehilangan sifat alirnya. Kestabilan buih ditentukan oleh
kandungan ovumusin (salah satu komponen telur).
3. Daya Emulsi
Emulsi adalah campuran antara dua jenis cairan yang secara normal tidak
dapat bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase pendispersi.
Kuning telur juga merupakan emulsi minyak dalam air. Kuning telur mengandung
bagian yang bersifat surface active yaitu lesitin, kolesterol dan lesitoprotein.
Lesitin mendukung terbentuknya emulsi minyak dalam air (o/w), sedangkan
kolesterol cenderung untuk membentuk emulsi air dalam minyak (w/o).
4. Kontrol Kristalisasi
Penambahan albumen keadaan larutan gula (sirup) dapat mencegah
terbentuknya kristal gula. Keberadaan albumen tersebut mencegah penguapan
sehingga menegah inversi sukrosa yang berlebihan. Sifat telur yang demikian ini
dimanfaatkan dalam pembuatan gula-gula (candy). Penambahan telur dalam
pembuatan gula-gula memberikan rasa dimulut manis, halus, serta selalu basah.
5. Pemberi Warna
Sifat ini hanya dimiliki oleh kuning telur, yaitu pigmen kuning dan
xantofil, lutein, beta karoten dan kriptoxantin. Sifat ini tidak banak
dimanfaatkanseperti sifat lain, hanya digunakan dalam beberapa produk
(Muchtadi, 2010).
Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih, dan tidak
terdapat pembuluh darah. Selain itu, didalam kuning telur tidak terdapat bercak
daging atau bercak darah. Pada percobaan diketahui bahwa struktur kuning telur
pada sampel telur ayam memiliki semua kriteria diatas, sehingga dapat dikatakan
bahwa telur ayam tersebut memiliki kualitas kuning telur yang baik.
Putih telur dari telur yang segar adalah tebal dan diikat oleh kalaza. Untuk
telur berkualitas tinggi, putih telur harus bebas dari titik daging atau titik darah.
Pada sampel telur ayam yang digunakan pada percobaan diketahui bahwa warna
dari putih telurnya adalah jernih dan strukturnya juga baik, sehingga bisa
dikategorikan sebagai telur yang berkualitas baik.
3. Kualitas B, kulit telur sedikit kotor (sekitar 1/32 1/16 bagian permukaan
kulit), tidak pecah dan tidak retak.
4. Kualitas C, kulit telur sedikit kotor (sekitar 1/32 1/16 bagian permukaan
kulit), tidak pecah dan tidak retak dan bentuknya normal (Suharno, 2003).
Kualitas telur juga dapat dilihat dari ketebalan atau kedalaman kantung
udara. Semakin kecil kedalaman kantung udara semakin baik kualitas telur, karena
hal tersebut menandakan telur masih segar. Berdasarkan ketebalan atau kedalaman
kantung udara, kualitas telur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kualitas AA memiliki kedalaman kantung udara 0,3 cm.
2. Kualitas A memiliki kedalaman kantung udara 0,5 cm.
3. Kualitas B memiliki kedalaman kantung udara lebih dari 0,5 cm.
Selain tiga kualitas berdasarkan kantung udara tersebut, ada juga yang
menggolongkan kualitasnya menjadi empat kualitas, yaitu :
1. Kualitas AA memiliki kedalaman kantung udara < 0,3 cm.
2. Kualitas A memiliki kedalaman kantung udara 0,2 0,6 cm.
3. Kualitas B memiliki kedalaman kantung udara 0,7 0,8 cm.
4. Kualitas C memiliki kedalaman kantung udara > 0,9 cm (Suharno, 2003).
Penilaian terhadap putih telur mempengaruhi pembagian kualitas telur,
yaitu menjadi :
1. Kualitas AA, putih telur terlihat jernih, tidak berwarna, masih statis.
2. Kualitas A, putih telur terlihat jernih, dan agak tidak statis.
3. Kualitas B, putih telur terlihat jernih, sudah agak cair, sudah tidak statis.
4. Kualitas C, putih telur mulai berair, dan ada sedikit noda darah.
termasuk
di
dalamnya
adalah
mikroba
yang
mengakibatkan
cepatnya
Lapisan telur paling luar merupakan bagian yang keras dengan ketebalan
0.2 0.4 mm yang mempunyai kandungan kalsium karbonat berfungsi memberi
perlindungan pada telur bagian dalam. Warna cangkang telur bervariasi dari putih
hingga kecoklatan tergantung jenis unggasnya. Secara keseluruhan, warna ini
tidak mempengaruhi kualitas isi telur. Pada telur ayam broiler, cangkang telur
yang berwarna coklat lebih tebal daripada yang berwarna putih, sehingga
cenderung lebih awet. Bagian luar kulit telur ini dilapisi protein mucin, yang dapat
dilalui aliran gas namun tidak dapat dilalui cairan melalui pori-porinya. Membran
sel berbentuk seperti dinding pelapis yang berfungsi untuk mencegah masuknya
bakteri ke dalam telur. Ketebalannya bervariasi, minimal 0.02 mm. Gas dan uap
air dapat mengalir masuk melewati membran sel melalui proses osmosis. Bagian
putih telur (albumin) mengandung 78% air, sehingga cairan ini tidak berwarna.
Sedangkan bagian kuning telur mengandung 16% protein dan 32 35% lemak.
Kandungan lemak di dalamnya terdiri dari 66% trigliserida, 28% phospholipid,
5% kolesterol, dan sisanya jenis lemak lainnya. Warna kuning telur ini bervariasi
dari kuning muda hingga oranye (Wirakusumah, 2005). Kuning telur dikelilingi
oleh putih telur dan dibungkus oleh kerabang (United States Department of
Agriculture, 2000).
Komposisi telur mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh. Telur
terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai komposisi berbeda sehingga jumlah
dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada masing-masing bagian tersebut juga
berbeda-beda (Fardiaz, 1992).
Unit Haugh merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui
kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus
dipecah lalu ketebalan putih telur diukur dengan alat mikrometer. Telur yang segar
biasanya memiliki putih telur yang tebal. Semakin tinggi nilai unit Haugh suatu
telur menunjukkan bahwa kualitas telur tersebut semakin baik. sedangkan standar
normal telur berkisar antara 75-100, itu berarti kualitas telur bebek termasuk
dalam standar telur yang normal.
Warna kulit telur terutama disebabkan oleh suatu pigmen yang disebut
ooforfirin, dan dapat bervariasi dari warna putih, cokelat muda sampai cokelat tua.
Perbedaan warna tersebut disebabkan sifat genetis induk atau telur ayam tersebut.
berwarna, tetapi ditambah zat warna xantofil agar kuning telurnya berwarna
kuning indah (Winarno, 2002).
Telur segar yang baik adalah yang kondisi luarnya baik, bentuk kulit baik
dan cukup tebal, tidak cacat (retak atau pecah), tekstur permukaan dan warnanya
bagus serta bersih. Bila diteropong rongga udaranya kecil, kuning telur ditengah,
dan tidak terdapat bercak atau noda darah (Haryoto, 1996).
Kesimpulan
Kesimpulan percobaan pengetahuan bahan pangan telur pada pengamatan
keadaan kulit telur terhadap telur bebek dapat disimpulkan bahwa telur memiliki
kualitas baik. Pada pengamatan pemeriksaan isi telur secara subjektif dapat
disimpulkan bahwa isi dari sampel telur bebek dalam keadaan kurang baik karena
putih telur sudah encer. Pada pengamatan pemeriksaan isi telur secara objektif
dapat disimpulkan bahwa telur memiliki kualitas A. Pada pengamatan ketebalan
kulit telur terhadap telur bebek dapat disimpulkan bahwa kulit telur memiliki tebal
1mm sehingga kualitasnya baik. Pada pengamatan porositas kulit telur terhadap
telur ayam buras dapat disimpulkan bahwa pori-pori pada kulit telur berjumlah
banyak seingga kualitasnya jelek. Pada pengamatan kualitas telur metode spesifik
gravity terhadap telur ayam buras dapat disimpulkan bahwa telur memiliki
kualitas yang kurang baik.
IV.2
Saran
Sebaiknya praktikan sudah menguasai prosedur pada saat praktikum
sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal dan sebaiknya peralatan yang ada
di laboratorium lebih dilengkapi lagi untuk memudahkan para praktikan dalam
melakukan percobaan.
V.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tinggi putih telur
Diameter putihtelur
x 100%
0,1cm
14,67 cm
= 6,8 x 10-3
Tinggi kuningtelur
5. Indeks kuning telur = Diameter kuning telur
=
3. Nilai Z =
x 100%
1,5 cm
4,69 cm
= 0,3198
10 x Tinggi kuningtelur
3 x Berat utuh
10 x 15 mm
3 x 58,7 gr
= 0,051 mm/gram
5. Unit Haugh = 100 Log h -
G(30 x W 0,37100)
+1,9
100
0,37