G44110025
Abstrak
PENDAHULUAN
Penentuan kadar logam dapat menggunakan beberapa instrumen seperti
atomic absorption spectrophotometer (AAS) atau inductively couple plasmaatomic emmision spectrophotometer (ICP-AES). Kedua metode ini memiliki
sensitivitas pengukuran yang sangat baik untuk hampir semua logam (Harvey
2000). Namun demikian, kedua metode tersebut tidak praktis untuk digunakan di
lapangan terlebih lagi metode AAS maupun ICP-AES tidak dapat membedakan
tingkat oksidasi logam serta memerlukan tahap preparatif yang cukup rumit
(Rouessac et al. 2007). Metode lain yang sensitif, lebih praktis, dapat
membedakan tingkat oksidasi logam tanpa tahap prepatif dan membutuhkan biaya
operasional yang lebih murah ialah voltammetri (Wang 2006). Voltammetri
merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis.
Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara
besaran listrik dengan reaksi kimia, yaitu menentukan satuan-satuan listrik seperti
arus, potensial, atau tegangan, dan hubungannya dengan parameter-parameter
kimia (Balazs et al. 1999).
Metode voltammetri ini menggunakan tiga jenis elektrode, yaitu elektrode
kerja (working electrode atau EW), elektrode pembanding (reference electrode atau
ER), dan elektrode tambahan (counter electrode atau EA)Umumnya teknik
voltammetri yang sensitif menggunakan elektrode merkuri sebagai elektrode
1
kerja. Namun, saat ini elektrode merkuri sudah mulai ditinggalkan karena kurang
ramah lingkungan. Metode alternatif yang mulai dikembangkan saat ini ialah
penggunaan elektrode pasta karbon (EPK) yang lebih ramah lingkungan.
Elektrode pasta karbon memiliki selang potensial yang cukup luas, arus latar
belakang yang rendah, biaya rendah, inert, dan cocok untuk berbagai aplikasi
deteksi dan pengukuran. (Xia 2010). Elektrode pasta karbon dapat dimodiikasi
dengan mencampurkan modifier sebagai salah satu bahan elektrode (bulk
modiied) maupun dengan melapisi permukaan elektrode dengan ilm tipis dari
modiier (surface modiied) (Hastuti et al. 2012). Elektrode pasta karbon
dimodifikasi bertujuan meningkatkan sensitivitas pengukuran (Taufik 2013)
0,0200
0,0400
0,0600
0,0800
0,1000
61,430
135,260
227,562
253,039
262,625
-72,360
-158,570
-294,688
-380,016
-407,805
Tabel 2 Data arus oksidasi dan arus reduksi pada konsentrasi K3Fe(CN)6 0,1 M dengan
variasi kecepatan payar
Kecepatan Payar (mV/s)
Arus oksidasi (A)
Arus reduksi (A)
50
159,086
-327,742
100
242,023
-416,039
200
371,500
-533,800
Percobaan menunjukkan hasil yang sesuai dengan persamaan Randlesevik, yaitu intensitas arus puncak yang dihasilkan proporsional dengan
konsentrasi larutan (tabel 1) dan meningkat seiring kenaikan akar kuadrat dari laju
payar maka proses pada elektrode melibatkan proses difusi (tabel 2). Semakin
besar konsentrasi analit, semakin besar arus puncak yang dihasilkan pada anode
(arus puncak oksidasi) mau pun katode (arus puncak reduksi). Begitu pula dengan
besar laju payar, semakin besar laju payar yang digunakan semakin besar pula
arus puncak oksidasi dan reduksi yang dihasilkan. Arus puncak oksidasi tersebut
kemudian dihubungkan dengan variabel peubahnya, yaitu konsentrasi dan
kecepatan payar (gambar 2 dan 3) dan didapatkan persamaan garisnya.
300.000
f(x) = 2600.85x + 31.93
250.000
R = 0.9
200.000
Arus oksidasi (A)
150.000
100.000
50.000
0.000
0.0000
0.1000
0.2000
[K3Fe(CN)6] (M)
Gambar 2 Hubungan konsentrasi K3Fe(CN)6 terhadap arus oksidasi pada kecepatan payar 100
400.000
350.000
300.000
250.000
Arus oksidasi (A)
200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
0
Gambar 3 Kurva hubungan konsentrasi kecepatan payar terhadap arus oksidasi pada konsentrasi
K3Fe(CN)6 0,1 M dengan variasi kecepatan payar
elekrode kerja. Arus yang diukur pada analisis voltametri terjadi akibat adanya
reaksi redoks pada permukaan elektrode. Kurva arus terhadap potensial yang
dihasilkan disebut dengan voltamogram (Buchari et al. 2012). Voltammogram
dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menggambarkan perbandingan beberapa
perlakuan dalam satu variabel sekaligus, sehingga pembacaan hasil analisis
menggunakan teknik ini lebih mudah dipahami.
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.0003
0.0002
0.0001
I (A )
0.0000
-0.0001
-0.0002
-0.0003
-0.0004
-0.0005
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
E (V)
50
100
200
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
I ( A)
0.0000
-0.0001
-0.0002
-0.0003
-0.0004
-0.0005
-0.0006
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
E (V)
Gambar 1 Kurva hubungan potensial terhadap arus pada variasi kecepatan payar dalam mV/s