PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mekanika batuan adalah ilmu penunjang bagi kegiatan pertambangan, karena dalam
Untuk mengetahui kuat geser langsung batuan pada tegangan normal tertentu.
2.
3.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kramadibrata
,dkk)
Kuat geser batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak (peak) dan
Kuat geser Residu (sisa). Kuat geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika
tegangan geser mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula batuan mengalami
deformasi plastic yang kemudian runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun
hingga menunjukan angka yang konstan untuk menggeser batuan tersebut atau disebut
kuat geser residu ( setelah batuan runtuh).
= C + tan
Kuat tGeser
n
3.5
3
2.5
2
Tegangan Geser 1.5
1
0.5
0
0.5
1.5
2.5
Tegangan Normal
2.2.
Faktor yang Mempengaruhi
Tegangan Normal
Tegangan normal yang diberikan tidak melebihi batas elastisitas batuan. Dalam hal
ini yang dimaksud batas elastisitas adalah batas dimana belum terjadi pembentukan
rekahan awal ketika beban normal diberikan. Oleh karena itu diusahakan agar deformasi
maupun runtuhan yang terjadi hanya disebabkan oleh tegangan geser dan bukan oleh
tegangan normal.
(Griffith, 1921 & 1925)
2
Butiran yang kecil biasanya monocrystalline dan ikatannya ataupun nilai kohesinya
relatif lebih tinggi dibandingkan dibandingkan butiran besar. Pada batuan yang ukuran
butirnya lebih besar, permukaan gesernya cenderung membentuk gelombang gelombang
kasar ketika mengalami pergeseran. Hal ini menyebabkan sudut gesek dalam batuan
yang diperoleh dari uji laboratorium lebih besar dari aslinya.
(Horn & Deere, 1962)
3 Kekasaran Permukaan Geser
Semakin kasar permukaan geser, semakin besar kekuatan geser batuan. Tetapi kekasaran
geser ini akan berpengaruh hanya pada tegangan normal yang rendah, karena pada
tegangan normal yang cukup tinggi permukaan geser akan hancur sehingga pada
perilaku kekuatan geser batuan akan lebih dipengaruhi oleh kekuatan batuan utuh
(intact rock) daripada kekasaran permukaan geser
(Grasselli, 2001)
4 Banyaknya Bidang Diskontinu
Dengan keberadaan bidang-bidang diskontinu perambatan rekahan pada batuan dapat
dengan mudah terjadi ketika mendapat gaya dari luar. Hal ini menyebabkan kekuatan
batuan menurun.
(Griffith, 1921)
5 Tingkat Kerusakan Contoh
Proses pengambilan serta pengangkutan bongkahan batu ke laboratorium dapat
mengakibatkan conto batuan terganggu. Semakin besar gangguan ataupun kerusakan
yang dialami batuan sebelum diuji, semakin batuan tersebut tidak mempresentasikan
kondisi masa batuan.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Perconto batuan yang telah di preparasi dicetak pada tempat pencetak dengan
menggunakan semen dan ditunggu sampai kering (2 minggu)
2. Cetakan perconto batuan pada semen yang sudah kering diletakan pada alat shear
box
3. Dial gauge dipasang untuk mengukur perpindahan pada arah geseran
4. Gaya normal diberikan pada pompa hidraulik
5.
6 Pergeseran dilakukan kembali pada arah mundur sehingga perpindahan geser mencapai
harga nol.
7 Untuk pengujian geser residu, nilai kuat gesernya yaitu ketika pembacaan di manometer
konstan.
8 Pengujian dilakukan minimal 3 kali dengan beban normal yang diberikan naik 2x lipat
setiap pengujian.
Gambar 3.1
Mesin kuat geser portabel
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Perubahan
Gaya Geser
Perubahan
Waktu
geser
(kN)
Normal
(menit)
(mm)
0
1
2
3
4
5
12
11
10
9
8
7
6
5
Maju
Mundur
Catatan
(x 0.01)
0
39.5
59.25
39.25
39.25
39.25
0
39.5
39.5
39.5
49.375
39.5
39.5
39.5
Tabel 4.2
Hasil Percobaan Conto C
Kondisi
Perubahan
Gaya Geser
Perubahan
Waktu
geser
(kN)
Normal
(menit)
(mm)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
12
11
10
9
8
7
6
5
Maju
Mundur
Catatan
(x 0.01)
0
59.25
69.125
79
79
79
79
69.125
69.125
69.125
0
39.5
49.375
49.375
49.375
39.5
39.5
39.5
Tabel 4.3
Hasil Percobaan Conto C
Kondisi
Perubahan
Gaya Geser
Perubahan
Waktu
geser
(kN)
Normal
(menit)
Maju
(mm)
0
1
2
3
4
Catatan
(x 0.01)
0
88.875
98.75
69.125
69.125
5
12
11
10
9
8
7
6
Mundur
69.125
0
69.125
88.875
69.125
69.125
69.125
69.125
4.2. Perhitungan
1. Conto A
Beban normal
Luasan bidang potong
Tegangan normal =
Sr 39.5
=
= 1.51 kg/cm2
A 26.88
2. Conto B
Beban normal
Luasan bidang potong
o Tr = 2.1 kg/cm2
3. Conto C
Beban normal
Luasan bidang potong
no
1
2
3
Jumla
h
Tegangan
normal
(kg/cm2)
(x)
0.76
1.53
2.72
Tegangan
Geser
(kg/cm2)
(y)
1.51
2.1
3.17
5.01
6.78
Kuat Geser
3.5
3
2.5
Kuat Geser
1
0.5
0
0 2 4
Tegangan Normal (kg/cm2)
y = 0.8382 + 0.8514x
y = Nilai kuat geser
C = a = 0.8382 (kg/cm2)
tan = 0.8514
t = C + n tan
BAB V
PEMBAHASAN
beban normalnya 2x lipat lebih besar setiap pengujiannya, tujuan dari mengapa 3 kali
karena agar bisa dibuat sebuah garis regresi linear yang menandakan selubung kekuatan
batuan.
Pembacaan gaya geser maju lebih besar daripada gaya geser mundur, dikarenakan
ketika maju, permukaan gesernya masih kasar, dan ketika mundur permukaan gesernya
sudah halus, jadi akan memberikan nilai geser mundur lebih kecil daripada saat geser
maju. Demikian pula kuat geser dengan beban normal yang lebih besar akan
memberikan hasil nilai kuat geser yang lebih besar pula.
Laju perpindahan geser konstan akan mengindikasikan gaya geser yang bekerja
pada batuan tersebut. Tegangan geser yang dibutuhkan batuan tersebut untuk mulai
membentuk rekahan bidang geser dan berpindah akan bertambah sesuai pertambahan
FN. Saat Uji Geser: tegangan geser meningkat secara linear terhadap perpindahan, akan
tetapi berangsur-angsur menjadi tidak linear hingga pada saat tercapai nilai
maksimumnya. Nilai tegangan geser maksimum = nilai tegangan geser Puncak & nilai
perpindahan pada saat kondisi ini disebut perpindahan geser puncak. Setelah tegangan
geser Puncak tercapai, tegangan geser akan turun dan berangsur-angsur mencapai nilai
konstan & disebut tegangan geser residu.
5.2. Aplikasi
Pada pengujian kuat geser langsung batuan, parameter yang didapat adalah
nilai kohesi, sudut gesek dalam, nilai kuat geser, dan selubung kekuatan batuan, dan
parameter tersebut dalam digunakan untuk melakukan analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan software seperti slide dimana dapat disimulasikan geometri lereng yang
aman dan tidak mengalami keruntuhan.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari paktikum ini antara lain:
1. Pengujian kuat geser langsung batuan ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat
geser dari batuan tersebut.
2. Setelah melakukan pengujian kuat geser akan didapatkan tegangan geser dan
tegangan normal, dan akan di plotkan dalam sebuah grafik.
3. Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang
bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh
karakteristik intrinstik dan faktor eksternal
4. Parameter kekuatan geser batuan adalah kohesi, sudut gesek dalam, tegangan
normal, kuat geser batuan, dan grafik selubung kekuatan batuan.
5. Kohesi merupakan komponen dari kekuatan geser batuan yang timbul akibat
gaya-gaya internal yaitu gaya tarik menarik antar partikel yang sama dinyatakan
dalam kg/cm2 atau Mpa.
6. Sudut Gesek Dalam adalah komponen dari kekuatan geser yang timbul akibat
gesekan antar butir material batuan yang dinyatakan dalam derajad (o).
7. Faktor yang mempengaruhi pada pengujian kuat geser langsung adalah :
o Tegangan Normal
o Mineralogi
o Kekasaran bidang geser
o Banyaknya bidang diskontinu
o Tingkat kerusakan conto
8. Hasil praktikum :
o Kohesi
: 0.8382 (kg/cm2)
o Sudut Gesek dalam : 40.4
o Conto A
:
o Tegangan normal
:
o Tegangan geser
:
o Conto B
:
o Tegangan normal
:
o Tegangan geser
:
o Conto C
:
o Tegangan normal
:
o Tegangan geser
:
6.2. Saran
Saran terhadap asisten maupun kegiatan praktikum yang dilakukan.
Contoh:
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:
1. ....
2. ....
DAFTAR PUSTAKA
Daftar buku yang digunakan dalam penulisan laporan diurutkan sesuai dengan
abjad dan diberi nomor.
Contoh :
[1] Hariyanto, R; Sudarsono; Widodo, Priyo. 2014. Buku Penuntun Pengujian di
Laboratorium Mekanika Batuan. Program Studi Teknik Pertambangan. Fakultas
Teknologi Mineral. UPN Veteran Yogyakarta.
[2] Nama belakang, Nama depan; Nama belakang, Nama depan. Tahun. Judul.
Penerbit. Kota.
TUGAS
1. Pengertian :