(125090200111047)
(125090200111048)
(125090200111049)
(125090200111051)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip kerja dari ekstraksi Soxhlet adalah salah satu model ekstraksi (pemisahan
atau pengambilan) biasa dapat menggunakan pelarut yang selalu baru dalam
mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut
konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (Fessenden, 2009).
Prinsip dari rotary evaporator terletak pada penurunan tekanan pada labu alas
bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih
cepat di bawah titik didihnya. Hasil dari instrumen ini sangat akurat. Instrumen ini
memiliki teknik yang berbeda dengan pemisahan yang lainnya. Tekniknya bukan hanya
terletak pada pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan
memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu. Dengan begitu, suatu pelarut akan
menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap. Dengan
pemanasan dibawah titik didih pelarut, senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak
rusak oleh suhu tinggi (Sharma, 2007).
Prinsip kerja kromatrografi lapis tipis yaitu memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan sampel
yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.
4
Semakin dekat sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut (Subagio, 2005).
Prinsip dari spektrofotometer IR adalah ketika suatu senyawa diberikan energi
radiasi inframerah maka molekul tersebut akan mengalami vibrasi dengan syarat energi
yang diberikan molekul cukup untuk mengalami vibrasi. Macam vibrasi ada 2 yaitu
vibrasi regangan (stretching) dan vibrasi tekuk (bending). Vibrasi stretching ada 2 tipe
yaitu stretching asimetris dan simetris. Perbedaannya stretching simetris merupakan
perubahan panjang ikatan menjadi lebih panjang atau lebih pendek namun tidak
menyebabkan perubahan momen dipol (momen dipil=0) sehingga IR aktif (Alimia dan
Irfan, 2007).
Prinsip spektofotometer UV-Vis adalah dengan memancarkan sinar pada daerah
UV-Vis pada ujung gelombang tertentu melalui kuvet yang berisi larutan dan jatuh pada
sel poloelektrik yang merubah energi radiasi menjadi energi listrik yang terukur oleh
suatu galvanometer. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengamati spektrum
absorbansi suatu senyawa dalam larutan, yang teramati adalah absorbansi dari energi
cahaya atau radiasi elektromagnetik, dimana eksitasi elektron dari keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi singlet pertama dari senyawa atau material (Gandhimati dkk, 2012).
2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Kunyit
Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin Curcuma
longa Koen atau Curcuma domestica Val. Senyawa utama yang terkandung dalam
rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada
kunyit. Kunyit memiliki banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri
sebanyak 6%, zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5%, protein,
fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Sudarsono, 2006).
2.2.2 Etanol
Etanol berbentuk cair, berbau seperti alkohol, mempunyai pH netral, titik
didih 78,5 C (173,3 F), titik lebur -114 C (-173,4 F), suhu kritis 243 C (469,4 F)
dan tekanan uap 5,7 kPa (@20 C). Etanol mudah larut dalam air dingin, air panas,
methanol, dietileter, dan larut dalam aseton (Sciencelab1, 2013).
2.2.3 Kloroform
Kloroform atau CHCl3 berbentuk cair, tidak berwarna, memiliki bau yang
sedap, manis, seperti eter dan tidak memyebabkan iritasi serta memiliki rasa yang
membakar dan manis. Kloroform memiliki berat molekul 119,38 gram/mol, titik
didih 61 oC, titik lebur -63,5 oC dan temperature kritis 263,33 oC (Sciencelab2, 2013).
2.2.4 Toluen
Toluen berbentuk cair, tidak berwarna, dan memiliki bau yang manis
seperti benzena. Toluene memiliki berat molekul sebesar 92,14 g/mol, titik didih
110,6 C (231,1 F), titik lebur -95 C (-139 F). Toluen larut dalam aseton dan
dietileter, sedikit larut dalam air dingin, larut dalam etanol, benzene, kloroform,
asam asetat glacial, karbon disulfida (Sciencelab3, 2013).
5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini antara lain seperangkat alat gelas
(gelas kimia, pipet tetes, pipet ukur, gelas arloji), seperangkat ekstraktor Soxhlet,
seperangkat rotary evaporator, spektrofotometer UV-Visible, spektrofotometer IR, bejana
pengembang dan pipa kapiler, KLT, botol sampel, neraca analitik, bola hisap, botol
semprot.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain kunyit, etanol teknis, etanol
p,a 96 %, kloroform, toluen, dan akuades.
3.3 Diagram Alir Percobaan
3.3.1 Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit
Kunyit
Ditimbang timbel
Ekstrak Kunyit
Diuapkan pelarutnya dengan evaporator rotary hingga volume ekstrak 15 ml
Filtrat dianalisis dengan spektrofotometer IR untuk mengetahui struktur
molekul dalam ekstrak
Hasil
3.3.2
Plat KLT
Diambil dengan ukuran 5 x 10 cm
Ditandai degan pensil 1,5 cm dari batas bawah; 0,5 cm dari batas atas
Disiapkan bejana pengembang
Diisi dengan larutan eluen campuran larutan kloroform : toluena : etanol 96 %
= 4,5 : 4,5 : 1
Ditotolkan ekstrak pada garis batas bawah degan menggunakan pipa kapiler
Dimasukkan kedalam bejana pengembang
Dielusikan spot ekstrak hingga batas atas
Diangkat plat KLT dari dalam bejana pengembang
Dikeringkan di udara terbuka
Spot hasil pemisahan dilihat di bawah sinar UV
Diukur nilai Rf masing-masing spot hasil pemisahan
Dikerok masing-masing spot
Hasil Kerokan
Diekstrak degan melarutkannya dalam pelarut etanol
Filtrat diencerkan dan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer UV-VIS
untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum larutan
Hasil
Ekstraktor Soxhlet
Rotary Evaporator
Spektrofotometer UV-Visible
Spektrofotometer Infrared
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN
4.1 Ekstraksi Soxhlet dengan Bahan Kunyit
No
Perlakuan
Pengamatan
Kunyit dicuci dengan bersih dan ditiriskan Kunyit berwarna orange dengan kulit
berwarna kecoklatan
Siklus
Waktu (menit)
21
12
13
12
15
14
etanol
Dirangkai alat rotary evaporator
7,40 gram
100%
20 gram
= 37 %
4.2 Pemisahan Kurkumin dan Turunannya dengan Metode KLT
No
Perlakuan
Pengamatan
Rf = 8,0 cm = 0,7
7
10
12
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Prosedur
Prinsip isolasi kurkumin dari kunyit adalah memisahkannya dengan beberapa
tahapan sehingga kurkuminoid murni.Tahapannya ialah ekstraksi Soxhlet, evaporasi,
kromatografi lapis tipis. Proses pertama ialah pemisahan dengan ekstraksi Soxhlet yaiu
destilasi uap (destilasi padat-cair) secara berulang. Dimana pelarut etanol teknis yang
digunakan akan melarutkan kurkumin dalam kunyit, ektraksi dilakukan beberapa kali
hingga kurkumin terekstrak sempurna. Ekstrak kurkumin dan beberapa senyawa yang
terlarut dalam etanol akan tertinggal dalam labu alas bulat dan memekat semakin dengan
semakin banyak siklus ekstraksi dilakukan. Ekstrak kurkumin yang masih mengandung
pelarut etanol kemudian dipekatkan dengan metode evaporasi, dalam keadaan vakum dan
dengan pengadukan, menggunakan rotary evaporator. Ekstrak yang telah terpekatkan
dipisahkan dari komponen-komponennya dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
dengan eluen toluen:kloroform:etanol p.a. 96 % (4,5:4,5:1). Pemisahan ini didasarkan
pada kepolaran dari komponen-komponen dalam sampel. Komponen yang memiliki sifat
polar lebih besar akan tertahan lama dalam kolom sehingga nilai Rfnya kecil. Sedangkan
komponen dengan sifat kepolaran yang relatif kecil akan lebih mudah mengelusi dan
memiliki nilai Rf yang besar. Plat KLT yang mengandung ekstrak kurkumin kemudian
dikerok untuk diambil kurkuminnya dan dilarutkan dalam etanol untuk memisahkan
kurkumin dengan silika dari plat KLT. Kurkumin yang terekstrak kemudian di uji struktur
senyawanya dengan menggunakan spektrofotometer IR dan dilakukan pengukuran
panjang gelombang maksimum dan dibandingkan dengan literatur untuk uji kualitatif
kurkumin.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kunyit, etanol, campuran
toluen:kloroform:etanol p.a. 96 % (4,5:4,5:1), plat KLT. Kunyit digunakan sebagai bahan
yang akan diekstrak kurkuminnya. Etanol berfungsi sebagai pengekstraksi pada ekstraksi
Soxhlet.Digunakan etanol karena etanol bersifat semipolar sehingga dapat melarutkan
kurkumin dengan baik, dan mengeksraksi kurkumin dari kunyit sebanyak mungkin.
Campuran toluen:kloroform:etanol p.a. 96 % (4,5:4,5:1) digunakan sebagai eluen pada
metode pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis, dan menurut
hasil penelitian campuran toluen:kloroform:etanol (4,5:4,5:1) dapat memisahkan
kurkumin dengan komponen lainnya dengan baik. Plat KLT digunakan sebagai fasa diam
dalam kromatrografi lapis tipis, bersifat polar, berfungsi sebagai tempat terjadinya
pemisaha komponen-komponen ekstrak kunyit.
Kunyit yang akan diekstrak pertama-tama dipotong tipis-tipis untuk memperbesar
luas permukaan dan dibiarkan pada udara terbuka untuk mengurangi kadar air
didalamnya, sehingga tidak terbawa atau bahkan mengganggu hasil ektraksi Soxhlet.
Kunyit kemudian ditimbang dan dibungkus dengan timbel sebelum dimasukkan ke dalam
ekstraktor Soxhlet untuk mencegah tercecernya kuyit dan kontamninan selama ekstraksi
berlangsung, serta memudahkan memasukkan dan mengambil kembali kunyit sebelum
dan setelah ekstraksi.Setelah timbel dimasukkan kedalam ekstraktor Soxhlet, kemudian
dituangkan etanol hingga melebihi batas sifon atas untuk memastikan pelarut yang
digunakan cukup.Jumlah pelarut harus lebih banyak beberapa mL dari batas sifon untuk
13
memasikan etanol dapat turun ke labu dasar bulat setelah penguapan dan masih tersisa
sedikit larutan dalam labu alas bulat. Labu alas bulat tidak boleh koson karena bila kosong
akan menyebabkan ekstrak kurkumin menjadi kering dan pecahnya labu. Ekstraksi
dilakukan sebanyak lima kali siklus, bertujuan agar semakin banyak kurkumin yang
terekstrak. Setelah ekstraksi selesai, ekstrak dipisahkan dengan pelarutnya dengan
menggunakan rotary evaporator berfungsi untuk memekatkan ekstrak kurkumin yang
diperoleh. Suhu evaporator diset pada maksimal 70 OC, hal ini dilakukan karena dengan
menggunakan rotary evaporator, kurkumin akan menguap pada temperatur dibawah titik
didihnya karena pengaruh tekanan. Ekstrak kurkumin kemudian diteteskan pada plat KLT
beberapa kali kemudian dimasukkan kedalam bejana pengembang yang telah jenuh
dengan larutan eluen. Penotolan dilakukan beberapa kali bertujuan agar kurkumin hasil
pemisahan cukup jelas untuk diamati dan digunakan untuk uji selanjutnya. Penotolan
dilakukan ketika hasil penotolan sebelumnya setengah kering, karena apabila dilakukan
ketika hasil penotolan sebelumnya masih basah menyebabkan hasil penotolan meluas dan
bila hasil penotolan dilakukan setelah kering hasilnya sama dengan penotolan tunggal.
Hasil pemisahan dengan KLT dikerok pada bagian yang mengandung kurkumin
dan dilarutkan dalam etanol untuk memisahkan kurkumin dan media KLT yang ikut
terbawa saat dikerok.Larutan dan endapan dipisahkan dan diambil filtratnya. Dilakukan
uji dengan spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri Infrared untuk mengetahui
senyawa yang terdapat pada hasil isolasi kurkumin.
14
Dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer IR, pada ekstrak kurkumin hasil
destilasi Soxhlet yang telah dievaporasi, didapatkan spektrum serapan di beberapa panjang
gelombang yang ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Spektrum hasil pengukuran dengan spektrometer IR
No.
Serapan
-1
Ciri serapan
Gugus Fungsi
3438,84 cm dan
3421,48 cm-1
Tumpul melebar,
panjang
-OH
2977,89 cm-1
Tajam, medium
-CH3
2142,77 cm
-1
(benzena)
1643,24 cm-1
Tajam
C=O
1452,30 dan
1392,51 cm-1
Tajam
OH fenolik dan
karboksilat
1045,35 cm-1
Tajam
CO
pada
senyawa eter
Pada panjang gelombang 3438,84 cm-1, 3421,48 cm-1, 2977,89 cm-1, 2900,74 cm-1,
1643,24 cm-1, 1452,30 cm-1, 1392,48 cm-1, dan 1045,35 cm-1. Spektrum yang diperoleh,
dibandingkan nilainya dengan nilai pada tabel korelasi IR. Serapan pada panjang
gelombang yang cukup tajam dan melebar menunjukkan adanya gugus fungsi OH.
Serapan pada panjan gelombang yang cukup tajam menunjukkan adanya subtituen CH 3.
Namun, secara teori, kurkumin tidak memiliki C dengan hibridisasi sp 3, serapan pada
panjang gelombang ini dimungkinkan adanya pergeseran serapan panjang gelombang ke
arah panjang gelombang yang lebih pendek, hipokromik. Serapan pada panjang
gelombang 2900,74 cm-1 merupakan serapan yang cukup pendek, diperkirakan sebagai
serapa dari noise. Serapan seperti rumput pada sepanjang zona III atau pada panjang
gelombang sekitar 2142,77 cm-1 menandakan adanya gugus benzena pada ekstrak.
Serapan pada C=O. panjang gelombang 1643,24 cm-1 menunjukkan adanya gugus fungsi
karbonil, Serapan pada daerah finger print atau zona V yaitu pada panjang gelombang
1452,30 dan 1392,51 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH fenolik dan karboksilat.
Serapan pada panjang gelombang 1045,35 cm-1 menunjukkan adanya ikatan CO pada
senyawa eter. Serapan yang didapat sesuai dengan gugus-gugus yang dimiliki oleh
kurkumin pada literatur, dengan struktur sebagai literature, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.1.
15
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa isolasi
kurkumin dari kunyit dapat dilakukan dengan metode ekstraksi Soxhlet menggunakan
pelarut etanol.Hasil kurkuminoid yang diperoleh berbentuk cair, berwarna kuning pekat,
tidak larut dalam air.Kurkuminoid terdiri dari tiga senyawa yaitu kurkumin, dimetoksi
kurkumin, dan bis-dimetoksi kurkumin.Nilai Rf yang diperoleh dari proses kromatografi
lapis tipis (KLT) adalah 0,7. Berdasarkan karakterisasi dengan spektrofotometer IR
diperoleh serapan sinar inframerah pada panjang gelombang 3438,84 cm-1, 3421,48 cm-1,
2977,89 cm-1, 2900,74 cm-1, 1643,24 cm-1, 1452,30 cm-1, 1392,48 cm-1, dan 1045,35 cm-1
yang menunjukkan adanya gugus kurkuminoid. Panjang gelombang yang diperoleh
berdasarkan spektrofotometer UV-Visible sebesar 422 nm dengan nilai absorbansi 0,386.
6.2 Saran
Saat proses pengeringan sebaiknya dipastikan kunyit telah benar-benar kering
tanpa terkena sinar matahari. Selain itu proses ekstraksi sebaiknya dilakukan dengan
maksimal dan pada saat percobaan akan dilanjutkan dilain hari pastikan ekstrak tertutup
rapat dengan alumunium foil.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B.B., Sundaram C., Malani N., dan H. Ichikawa, 2006, Curcumin: The Indian
Solid Gold, SUNY332-Aggarwal, hal: 1-76
Alimia, Muh Yunus dan Irfan Idris, 2007, Kimia Analitik, AII Audin Press, Makassar
Dandekar dan Gaikar, 2002, Microwave Assisted Extraction Of Curcuminoids From Curcuma
longa, Separation Science and Technology, 37 (11): 2669-2690
Fessenden, 2009, Kimia Organik I, Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
DunanGunung Djati, Bandung
Gandhimarti, R., et al, 2012, Analytical Proccess of Drugs by Ultravioletu (UV) Spectroscopy
a Review, International Journal of Pharmaceutical Research Analysis, 2 (2) : 72-78
Hemalatha et, al.2008, Microwave assisted extraction of curcumin by samplesolvent
dualheating mechanism using Taguchi L orthogonal design, Journal of Pharmaceutical
& Biomedical Analysis; Vol. 46 (2) : 322-327
Jaruga dan Pan , 2008, Kunyit (Curcuma longa Linn.), UGM Press, Yogyakarta
Sastry, B.S. 2010. Curcumin Content of Turmeric. Res. Ind., 15 (4) : 258260
Sciencelab1, 2013, Matrial Safety Data Sheet Ethanol, http://www.sciencelab.com, diakses
tanggal 12 Oktober 2014
Sciencelab2, 2013, Matrial Safety Data Sheet Chloroform, http://www.sciencelab.com, diakses
tanggal 12 Oktober 2014
Sciencelab3, 2013, Matrial Safety Data Sheet Toluene, http://www.sciencelab.com, diakses
tanggal 12 Oktober 2014
Sharma, S.D., 2007, Basit of Electrical Engineering, I.K Internaional, New Delhi
Subagio, 2005, Kimia Analitik II, UM Press, Malang
Sudarsono, 2006, Kunyit (Curcuma longa Linn.), UGM Press, Yogyakarta
Wahyuni, A. Hardjono dan P.H. Yamewav, 2004, Ekstraksi Kurkumin Kunyit, Prosiding
Seminar Nasional Rekayasa Ilmiah.
17