angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% Bayi
kurang bulan (Risa.2006). Insidens di RSCM tahun 2003, menemukan prevalensi
ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%. RS. Dr. Sardjito melaporkan sebanyak
85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin diatas 5mg/dl dan 23,8%
memiliki kadar bilirubin diatas 13mg/dl (DEPKES RI.2008). Sampai saat ini ikterus
masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering dihadapi tenaga
kesehatan.
etio
2.1.2.1 Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir,
karena:
a.
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
dan berumur lebih pendek.
b.
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil
transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan
ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
c.
Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim ->
glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.
2.1.2.2Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat
disebabkan oleh faktor/keadaan:
a.
Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,
defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.
b.
Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra
uterin.
c.
Polisitemia.
d.
Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
e.
Ibu diabetes.
f.
Asidosis.
g.
Hipoksia/asfiksia.
h.
Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik.
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
2.1.3.1 Faktor Maternal
a.
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
b.
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c.
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
d.
ASI
2.1.3.2 Faktor Perinatal
a.
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b.
2.1.3.3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Manklin
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu
dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
2.1.5.1 Dehidrasi
a.
Asupan kalori tidak adekuat
(misalnya: kurang minum, muntahmuntah)
2.1.5.2 Pucat
a.
Sering berkaitan dengan anemia
hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan
darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau
kehilangan darah ekstravaskular.
Tanda-tanda
Warna kuning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit,
dan kejang.
Kategori
Penilaian
Daerah ikterus (rumus
Kramer)
Kuning hari ke:
Kadar bilirubin
Penanganan
Bidan atau puskesmas
Normal
1
1-2
5 mg%
Terus
diberi 2.1.5.3 Trauma lahir
a.
Bruising, sefalhematom
ASI
(peradarahn kepala), perdarahan tertutup
lainnya.
2.1.5.4 Pletorik (penumpukan darah)
a.
Polisitemia, yang dapat disebabkan
Rumah sakit
Sama dengan
oleh keterlambatan memotong tali pusat,
di atas
bayi KMK
2.1.5.5 Letargik dan gejala sepsis lainnya
2.1.5.6 Petekiae (bintik merah di kulit)
a.
Sering dikaitkan dengan infeksi
congenital, sepsis atau eritroblastosis
2.1.5.7 Mikrosefali (ukuran kepala lebih
kecil dari normal)
a.
Sering berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
2.1.5.8 Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
2.1.5.9 Omfalitis (peradangan umbilikus)
2.1.5.10
Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
2.1.5.11
Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus
koledokus)
2.1.5.12
Feses dempul disertai urin warna coklat
a.
Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian
hepatologi.
(:http// /medlinux.blogspot.com/2007/09/ikterus-pada-anak.html)
Fisiologik
1+2
Patologik
1 sampai 4
>3
11-15 mg%
>3
1 sampai 5
>3
>15-20 mg%
1 sampai 5
>3
>20 mg%
5-9 mg%
Jemur di matahari pagi jam 7-9 selama - Rujuk ke
10 menit
Badan bayi telanjang, mata ditutup.
Terus beri ASI
Banyak minum
Sama dengan Terapi
Terapi
di atas
sinar
rumah
sakit
- Banyak minum
sinar
bila
Waspadai bila
Pemfis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus
yang merupakan resiko terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin 1 dan 2,
atau secara klinis (Kramer) dilakukan dibawah sinar biasa (day light).
Pempen
c.
Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin,
tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
1.
Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar,
hentikan terapi sinar.
2.
Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya
terapi sinar, lakukan terapi sinar
3.
Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring
G6PD bila memungkinkan.
Ttlksn
hemolisis
Transfusi tukar* bila
Terapi sinar
15-19 mg%
hemolisis
Transfusi tukar*
>20 mg%
Transfusi tukar+
Terapi sinar+
hemolisis
(Sarwono, 2008)
Warna kuning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit,
dan kejang.
Kategori
Penilaian
Daerah ikterus (rumus
Kramer)
Kuning hari ke:
Kadar bilirubin
Penanganan
Bidan atau puskesmas
Normal
1
1-2
5 mg%
Fisiologik
1+2
Patologik
1 sampai 4
>3
11-15 mg%
>3
1 sampai 5
>3
>15-20 mg%
5-9 mg%
Terus
ASI
10 menit
Sama
di atas
dengan
Sama dengan
di atas
Terapi
Terapi
sinar
sinar
- Banyak minum
bila
rumah
sakit
1 sampai 5
>3
>20 mg%
Waspadai bila
semakin
kadar
kuning,
bilirubin naik
kembali
>0,5mg/jam
Coombs test