PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai
tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani.
Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk
memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk
menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di
perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus
mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistim monokultur, sedang
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan
menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan
penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan
secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja
karena wajah lahan menjadi seragam. Selain itu ada juga faktor yang harus
diperhatikan lagi, yakni sifat fisika maupun kimia dari tanah tersebut. Dengan
memperhatikan faktor-faktor yang ada maka pelaksanaan pola tanam tentu akan
mempunyai hasil yang baik dan nantinya akan berdampak pada hasil ahir dari
tanaman tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari pola tanam
Untuk mengetahui potensi dan dampak pengenbangan pola tanam
Untuk mengetahui macam-macam sistem pola tanam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian tanam
tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media
tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola
tanam. (Musyafa, 2011)
melakukan pekerjaan tanam-menanam: petani daerah ini
umumnya. (Anonymous, 2012)
Tumpang Gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan
yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen.
Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari
satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan untuk
saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara.
Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu
lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong
tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman
yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk
memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman. (Wirosoedarmo, 1985)
melibatkan tanaman percontohan, dimana dalam satu lahan tumbuh dua atau
lebih tanaman budidaya yang mempunyai umur sama serta pertumbuhan dari
tanaman tersebut berada pada lahan dan waktu tanam yang sama, dalam satu
baris tanaman terdapat dua atau lebih jenis tanaman (Romulo A. del Castillo,
1994).
2.6 Kelebihan dan kekurangan monokultur
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan
menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan
utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme
pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
(Wirosoedarmo, 1985)
2.7 Kelebihan dan kekurangan polikultur
Pada sistem polikultur ini akan memberikan bermacam keuntungan, diantaranya
adalah :
Dapat menambah kesuburan tanah. Menanam tanaman kacang-kacangan
berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan
unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel
bakteri Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam
secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat
tanah menjadi gembur.
Meminimalkan hama dan penyakit tanaman. Sistem polikultur dibarengi dengan
rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman.
Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit
tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang
mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.
Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih
dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam
tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena
jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai
harga tanaman pendamping lainnya.
Sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak
sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :
Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau
beragam.
Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.
2.7 Starat yang Harus diperhatikan dalam pola tanam.
(Harjadi, 1979)
1. Tanah
Kondisi tanah harus diatur agar fungsi tanah dapat berperan sebagaimana
mestinya. Karena peranan tanah yang sangat penting, maka kondisi tanah harus
benar-benar dijaga dengan cara pengolahan tanah yang baik. Yang mana tujuan
dari pengolahan tanah itu sendiri antara lain:
-
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
Alat :
Bahan :
Tugal
Benih jagung
Pancong
Tali raffia
Gembor
Cangkul
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman
Mingg
u ke-
Petak 1
ratarata
/
minggu
Sampe
l1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
3
2
1
9
35
22
28
24
21
18
26
21
27
26
24,9
5
6
3
8
63
49
54
53
62
56
61
48
60
59
54,9
8
2
5
6
10
5
78
84
83
10
0
87
95
83
98
94
87
8
5
7
3
15
5
12
2
13
6
13
5
14
5
13
0
12
2
98
13
6
13
4
122,
6
9
6
7
5
19
5
17
0
18
2
16
7
18
6
16
8
14
0
21
3
19
2
18
2
163,
9
Mingg
u ke-
Petak 2
Rata
-rata
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
25
18
22
21
28
23
26
29
33
32
29
27
26
59
42
51
36
60
57
58
66
68
53
58
44
54,3
78
70
86
69
89
79
99
95
10
2
95
75
ma
ti
78
13
2
12
4
12
6
11
2
14
0
12
0
13
0
11
6
14
7
12
0
11
0
ma
ti
114,
7
18
6
17
5
16
8
14
6
15
8
15
0
17
3
16
4
19
0
15
6
15
6
ma
ti
151,
9
Mingg
u ke-
Petak 3
Rata
-rata
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
25
24
25
15
26
Mat
13
29
23
25
25
35
22
i
5
55
39
51
31
60
Mat
i
25
60
46
48
47
60
43,5
82
71
81
61
93
Mat
i
49
89
71
77
78
89
70,0
11
1
10
2
13
0
87
14
3
Mat
i
70
10
5
10
4
11
6
10
8
13
5
100,
9
18
0
16
0
12
7
10
2
19
7
Mat
i
18
1
11
0
16
2
13
5
16
9
15
9
140,
1
Petak 1
Ratarata
/mingg
u
Sampe
l1
Sampel
2
Sampel
3
Sampel
4
Sampel
5
Sampe
l6
5,83
11
1
0
1
0
9,08
11
11
10
8,17
13
1
1
10
10
11
1
0
1
0
9,25
Mingg
u ke-
Petak 2
Ratarata
/minggu
Sampe
l1
Sampe
l2
Sampe
l3
Sampe
l4
Sampe
l5
Sampel 6
4,75
1
0
1
0
mati
7,8
mati
5,58
1
0
mati
7,83
Mingg
u ke-
Petak 1
Rata
-rata
Sampe
l1
Sampel
2
Sampel 3
Sampe
l4
Sampe
l5
Sampel
6
mati
4,45
mati
6,27
1
1
mati
1
0
1
0
mati
6,5
1
1
mati
1
0
7,9
Petak 2
Petak 3
Sampel 1
Sampel 4
Sampel 2
Sampel 5
Sampel 3
Sampel 6
Sampel 1
Sampel 4
Sampel 2
Sampel 5
Sampel 3
Sampel 6
Sampel 1
Sampel 4
Sampel 2
Sampel 5
Sampel 3
Sampel 6
PETAK 1
Samp
el 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel
4
Sampel 5
Sampel
6
Dg
klobo
t
15
0
40
0
25
0
35
0
30
0
75
35
0
35
0
16
0
10
0
40
0
30
0
27
5
Tanpa
klobo
t
11
30
0
15
0
26
0
24
0
50
22
5
20
0
10
0
40
30
0
20
0
19
0
Berat
PETAK 2
tongk
ol
Sampel 1
Sampel
2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel
5
Sampel
6
Dg
klobo
t
23
0
300
11
0
35
0
125
16
0
160
11
0
30
0
15
0
20
0
50
Tanpa
klobo
t
15
0
200
90
22
0
60
11
0
160
75
20
0
10
0
15
0
20
Berat
tongk
ol
PETAK 3
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Dg
klobot
30
0
200
50
350
250
50
50
100
75
Tanpa
klobot
20
0
150
25
300
200
25
25
25
50
= 2.266 gr
= 1.535 gr
= 1000 gr
Maka 1 ha x kg
X = = 7796 kg = 7,8 ton
4.1.8 Data kelompok lain (yang sama jenis pola tanamnya, namun berbeda
perlakuan pemberian pupuk dasar) terlampir
4.2 Pembahasan
4.2.1
Tinggi tanaman
Minggu ke-4
Rata-rata tinggi tanaman = = = 25,06 cm
Minggu ke-5
Rata-rata tinggi tanaman = = = 52,37 cm
Minggu ke-6
Rata-rata tinggi tanaman = = = 80,65 cm
Minggu ke-7
Rata-rata tinggi tanaman = = = 117,37 cm
Minggu ke-8
Rata-rata tinggi tanaman = = = 155,71 cm
Pada tinggi tanaman terlihat bahwa pada patak 1 dari masing-masing
sampel mulai dari 1 sampai 6 terlihat pertumbuhan tinggi tanaman jagung A
terus meningkat dengan nilai presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman jagung B, dalam perkembangannya menunjukkan hasil yang selalu
meningkat sampai dengan minggu ke-8, ditunjukkan juga dengan nilai rata-rata
tinggi tanaman yang setiap minggu mengalami kenaikan mulai dari 24,9 54,9
87 122,6 dan pada minggu ke 8 mencapai 163,9.
Kemudian pada petak 2, tidak jauh berbeda dengan petak ke 1. Jadi setiap hari
perkembangan pertumbuhan tinggi tanaman jagung semakin meningkat hingga
190 m (tanaman jagung paling tinggi pada sampel 5) tetapi pada sampel ke-6
pada tanaman B mulai minggu ke-6 sampai minggu ke-8 mati.
Selanjutnya pada petak ke 3, terlihat bahwa mulai minggu ke 4 sampai minggu
ke 8 mengalami kenaikan tinggi tanaman tetapi berbeda dengan sampel ke 3
yang tanaman B, terlihat tumbuhan itu mati dari minggu ke-4 dan seterusnya,
dilhat dari kondisinya memang dari awal tanaman jagung ini tidak mengalami
pertumbuhan sama-sekali jadi hanya satu biji jagung yang tumbuh di sampel 3
ini.
4.2.2
Jumlah daun
Mingu ke-4
Rata-rata jumlah daun = = = 4,88 daun = 5 daun
Minggu ke-5
Rata-rata jumlah daun = = = 6,03 daun = 6 daun
Minggu ke-6
Rata-rata jumlah daun = = = 8,44 daun = 8 daun
Minggu ke-7
Rata-rata jumlah daun = = = 7,14 daun = 7 daun
Minggu ke-8
Rata-rata jumlah daun = = = 8,6 daun = 9 daun
Pada tanaman jagung yang kita tanam di Ngijo, sesuai dengan tabel di atas
terlihat jumlah daun yang paling banyak ada pada minggu ke-8, memang pada
sebelumnya dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah daun dari minggu ke
6 ke minggu 7 dengan presentase yang awalnya 9,08 menjadi 8,17, penurunan
ini sangat menonjol di sampel 1 baik tanaman jagung A maupun B jumlah daun
berkurang, begitu juga di sampel 3 dan sampel 6, hal ini terjadi sebab memang
ada daun yang mati dari tangkainya sehingga tidak terhitung pada minggu ke 7.
Kemudian untuk petak 2 dari minggu ke 4 sampai minggu ke 6 terlihat
mengalami kenaikan baru ketika minggu ke 7 mengalami penurunan dengan
rata-rata jumlah daun yang awalnya 7,8 menjadi 5,58 dan ketika minggu ke 8
kembali mengalami kenaikan bahkan diminggu ke 8 memiliki rata-rata daun
tertinggi yakni 7,83. Untuk jumlah daun yang ada dipetak 3, terlihat tidak ada
penurunan, jadi mulai minggu ke 4 sampai minggu ke 8 terus mengalami
peningkatan jumlah daun, pada tabel terlihat untuk sampel 4 yang B ,
dinyatakan mati karena memang dari awal sudah tidak ada pertumbuhan
jagung, jadi di sampel 3 itu hanya ada satu yang tumbuh.
4.2.3 Perbandingan dengan kelompok lain
a.
Jumlah tongkol
Data ini diambil dari kelas agribisnis yang menyatakan bahwa tongkol jagung ini
dapat diamati ketika mulai minggu ke 9, dengan total tongkol jagung 9 buah,
berbeda dengan kelompok kami yang menyatakan bahwa tongkol yang kita
amati pada minggu ke 9 terhitung sebanyak 20 buah.
Data jagung dengan pola tanam tumpang sari
Data ini kami ambil saya ambil dari kelas M yang menyatakan bahwa jumlah
tongkol jagung juga hanya 10 buah pada minggu ke 9, beda lagi dengan
kelompok kami yang sudah dapat diamati sebanyak 20 buah. Hali ini mugkin
saja terjadi sebab dalam pola tanam tumpang sari disitu terdapat persaingan
unsure hara juga cahaya matahari dan factor pertumbuhan yang lainyya
sehingga menimbulkan perbedaan banyaknya tongkol yang ada di lahan.
b.
Melihat data dari kelompok dengan pola tanam tumpang sari bobot tongkol
jagung dengan klobot menyatakan rata-rata kurang lebih 200 gr dari masingmasing sampel jagung yang diambil dan saya lihat sepertinya setiap satu
tanamn jagung dari masing-masing sampel hanya 1 tongkol jagung, dalam artian
dalam satu sampel hanya 1 tanaman jagung yg menghasilkan tongkol itupun
hanya 1, berbeda dengan milik kelompok kami yang mana pada bobot tongkol
jagung dengan klobot rata-rata kurang lebih 350 dan itu setiap sampel disa
ditemukan 3 tongkol.
Kemudian berat jagung jika dihitung tanpa klobot, rata-rata dari kelompok yang
memakai pola tanam tumpang sari adalah sekitar 120 gram, sedangkan pada
kelmpok kami rata-rata bobot jagungnya adalah sekitar 200 gram.
d.
Kemudian dari bobot jagung per petak sudah dapat dilihat dari penjelasan point
c, jadi dengan presentase banyaknya tongkol jagung yang ada pada lahan
monokultur kami dan bobot yang lebih tinggi juga dari kelompok tumpang sari,
dapat dijelaskan bahwa bobotnya lebih tinggi kelompok jagung dengan pola
tanan monokultur, dengan perincian:
= 2.266 gr
= 1.535 gr
= 1000 gr
= 595 gr
= 725 gr
e.
= 280 gr
Kelompok lain:
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Dasar Budidaya tanaman ini kami menaman jagung dengan pola
tanam monoultur di lahan Ngijo milik Universitas brawijaya, setelah kami tanam
bibit jagung itu dan mengamati pertumbuhan hingga saatnya panen pada
minggu ke 10, dan dengan perbandingan dari kelompok lain, dapat disimpulkan
bahwa system monokultur jagung menghasilkan hasil yang banyak dari pada
system tumpang sari dari kelas M, dengan data yang tertulis mulai dari jumlah
tongkol sampai bobot tongkol enunjukkan angka yang tinggi pada jagung yang di
tanam dengan monokultur, Hal ini bias saja dikarenakan pada system tumpang
sari terjadi persaingan unsur hara, cahaya matahari yang tinggi atau mungkin
karena faktr yang lain misalnya kebutuhan air yang kurang dan kondisi tanah
pada lahan yang bagian bawah di lahan Ngijo tersebut lebih baik dari pada yang
bagian atas, misal aerasi, pengairan, drainase dan lain sebagainya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. http://www.artikata.com/arti-353188-tanam.html . diakses
pada tanggal 15 Juni 2012
Anonymous, 2012. http://semutuyet.blogspot.com/2011/12/pengertian-dantujuan-pola-tanam.html . diakses pada tanggal 15 Juni 2012
Anonymous, 2012. http://abdee-jurnal.blogspot.com/2010/02/macam-polatanam-tumpangsari.html . diakses pada tanggal 15 Juni 2012
Aulia, 2012. http://aulia-nm.blogspot.com/2010/02/pola-tata-tanam-pola-tanamadalah.html . diakses pada tanggal 15 Juni 2012
Harjadi, 1979. http://pdf.kq5.org/doc/ . diakses pada tanggal 15 Juni 2012
Musyafa. 2012. http://Musafa _Al ihyar.blogspot.com// diakses pada tanggal 15
Juni 2012
Romulo A. del Castillo, 1994. Terjemahan Budiono. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Saiful Anwar, 2011. http://lampung.litbang.deptan.go.id/i . diakses pada tanggal
15 Juni 2012
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian tanam
Tanam adalah menanam sesuatu yang bisa hidup yang disesuaikan dengan
daerah kondisi dan ligkungan serta keadaan sehingga dapat menghasil kan
sesuatu yang menguntungkan minimal bagi pribadi yang menanam.
( Anonymousa, 2012 )
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media
tanam baik media tanah maupun bukan media tanah dalam satu bentuk pola
tanam. (Anonymousa, 2012 )
b)
Pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanaman dari jenis-jenis tanaman
yang akan ditanam berikutnya pada waktu-waktu kosong pada sebidang lahan
tertentu. (Novitan, 2002)
Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur
susunan tata letak dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu,
termasuk masa pengolahan tanah dan masa baru atau tidak ditanam selama
periode tertentu. (Campbell, 2002)
2.2 Faktor yang mempengaruhi pola tanam
1. Ketersediaan air dalam satu tahun
2. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut
3. Jenis tanah setempat
4. Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan
5. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat. (Anonymousa, 2012)
a)
Yaitu system tanaman tunggal yang merupakan penanaman satu jenis tanaman
pada sebidang lahan pada waktu yang sama. (Vincent, 1996)
b)
Yaitu penanaman serentak dua jenis tanaman atau lebih dalam barisan
berseling-seling pada sebidang tanah. (Semeru, 1995)
c)
Yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu
berbeda di areal yang sama. (Anonymousb, 2012)
Awal tanam
Pada awal tanam ditentukan pola tanam yang akan digunakan agar tanaman
yang digunakan atau dibudidayakan dapat asupan air dan unsur hara yang
cukup setiap pergantian musim.
b)
Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkatan kebutuhan air dan unsur hara yang
berbeda-beda, sehingga pemilihan jenis tanaman diusahakan harus sesuai
dengan kebutuhan air. (Anonymousa, 2012)
BAB III
METODOLOGI
Cetok
Gembor
Tugal
Rol meter
Bahan
Biji jagung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi tanaman (rata-rata tiap minggu)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai pada minggu keempat setelah tanam,
sedangkan pada minggu pertama sampai minggu ketiga tidak dilakukan
pengukuran.
Minggu keempat
Pada petak 1
PETAK 1
TINGGI
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
32
19
35
22
28
24
21
18
26
21
27
26
Pada petak 2
PETAK 2
TINGGI
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
25
18
22
21
28
23
26
29
33
32
29
27
Pada petak 3
PETAK 3
TINGGI
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
25
24
25
15
26
MATI 13
29
23
25
25
35
Dari data tersebut dapat diperoleh perhitungan rata-rata tinggi tanaman per
minggu sebagai berikut :
Rata-rata tinggi tanaman = = = 25,06 cm
Minggu kelima
PETAK 1
TINGGI
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
56
38
63
49
54
53
62
56
61
48
60
59
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
59
42
51
36
60
57
58
66
68
53
58
44
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
55
39
51
31
60
MATI
25
60
46
48
47
60
Minggu keenam
PETAK 1
TINGGI
SAMPEL 1 SAMPEL2
SAMPEL 3 SAMPEL 4
SAMPEL 5 SAMPEL 6
82
56
105
78
84
83
100
87
95
83
98
94
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
78
70
86
69
89
79
99
95
102
95
75
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
82
71
81
61
93
MATI
49
89
71
77
78
89
Minggu ketujuh
PETAK 1
TINGGI
SAMPEL
SAMPEL2
1
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5 SAMPEL 6
85
73
155
122
136
134
145
130
152
98
136
134
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
132
124
126
112
140
120
130
116
147
120
110
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
111
102
130
87
143
MATI
70
125
104
116
108
135
Minggu kedelapan
PETAK 1
TINGGI
SAMPEL
SAMPEL2
1
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
76
75
195
170
182
167
186
168
140
213
192
182
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
186
175
168
146
158
150
173
164
190
156
156
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
180
160
127
102
197
MATI
181
110
162
135
169
159
DAUN
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
MATI
Minggu kelima
PETAK 1
DAUN
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
MATI
Minggu keenam
PETAK 1
DAUN
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
11
10
10
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
10
10
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
11
MATI
10
Minggu ketujuh
PETAK 1
DAUN
SAMPEL
SAMPEL2
1
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5 SAMPEL 6
11
11
10
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
10
MATI
Minggu kedelapan
PETAK 1
DAUN
SAMPEL
SAMPEL2
1
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
13
11
10
10
11
10
10
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
10
MATI
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
11
MATI
10
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
SAMPEL 1
SAMPEL2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
PETAK 3
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
DG
KLOBOT
TANPA
KLOBOT
100 40
PETAK 2
SAMPEL 1
SAMPEL 2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
230
300
110
350
125
160
160
110
300
150
200
50
150
200
90
220
60
110
140
75
200
100
150
20
PETAK 3
SAMPEL 1
SAMPEL 2 SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
300
200
50
350
250
50
50
100
75
200
150
25
300
200
25
25
25
50
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
DG
KLOBOT
TANPA
KLOBOT
100 40
SAMPEL 2
SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
230
300
110
350
125
160
160
110
300
150
200
50
150
200
90
220
60
110
140
75
200
100
150
20
SAMPEL 2 SAMPEL 3
SAMPEL 4
SAMPEL 5
SAMPEL 6
300
200
50
350
250
50
50
100
75
200
150
25
300
200
25
25
25
50
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung yang
ditanam di daerah Jatikerto, pertumbuhannya sangat bagus. Hal itu karena factor
cuaca yang sangat cocok bagi pertumbuhan jagung. Selain itu, pertumbuhan
tanaman jagung dikatakan baik karena dilihat dari tinggi tanaman yang semakin
meningkat setiap minggunya.
4.2.2 Jumlah daun
Minngu ke-4
Rata-rata jumlah daun = = = 4,88 daun = 5 daun
Minggu ke-5
Rata-rata jumlah daun = = = 6,03 daun = 6 daun
Minggu ke-6
Rata-rata jumlah daun = = = 8,44 daun = 8 daun
Minggu ke-7
Rata-rata jumlah daun = = = 7,14 daun = 7 daun
Minggu ke-8
Rata-rata jumlah daun = = = 8,6 daun = 9 daun
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dilihat
dari rata-rata jumlah daun yang tumbuh setiap minggunya cukup baik. Hal itu
dikarenakan pada minggu keempat sampai minggu keenam jumlah daunnya
selalu meningkat tetapi pada minggu ketujuh jumlah daunnya menurun. Tetapi
seminggu kemudian, pada minggu kedelapan jumlah daunnya meningkat
kembali. Pada minggu ketujuh, jumlah daun menurun mungkin disebabkan
karena pada minggu tersebut banyak hama yang menyerang daun jagung
sehingga daun jagung banyak yang mati atau layu.
4.2.3 Perbandingan dengan Kelompok Lain
a. Jumlah Tongkol
Jumlah tongkol pada tanaman jagung A2 rata-rata sebanyak I tongkol,
sedangkan pada kelas J2 rata-rata sebanyak 2 tongkol. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang ada. Menurut Subekti dkk (2012), tanaman jagung
mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas
umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada
bagian bawah.
b. Saat Munculnya Malai
pada lahan A2 yang ditanami jagung, munculnya malai jagung rata-rata terjadi
pada minggu kedua atau minggu ketiga. Pada kelas A2, hanya ada satu sampel
yang muncul pada minggu keempat. Sedangkan pada kelas J2 munculnya malai
jagung. Menurut Subekti dkk (2012), tanaman jagung adalah protandry, di
mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari
sebelum rambut bunga betina muncul (silking).
c. Bobot Tongkol Jagung per Tanaman
pada lahan A2 bobot tongkol yang diperoleh sangat beragam. Bobot tongkol
jagung pada lahan A2 paling kecil adalah 100 gram yang terdapat pada sampel
14, sedangkan bobot tongkol yang paling besar adalah pada sampel 11 sebesar
750 gram.
Pada lahan J2, bobot tongkol yang diperoleh dengan kelobot
adalah 7130/35 = 203,71 gram. Sedangkan bobot tongkol jagung tanpa kelobot
yaitu 4870/35 = 139,14 gram.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanam adalah menanam sesuatu yang bisa hidup yang disesuaikan dengan
daerah kondisi dan ligkungan serta keadaan sehingga dapat menghasil kan
sesuatu yang menguntungkan minimal bagi pribadi yang menanam. Sedangkan
pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanaman dari jenis-jenis tanaman
yang akan ditanam berikutnya pada waktu-waktu kosong pada sebidang lahan
tertentu. Pola tanam ada tiga yaitu pola tanam monokultur, pola tanam
campuran, pola tanam bergilir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tanam
yaitu ketersediaan air dalam satu tahun, prasarana yang tersedia dalam lahan
tersebut, jenis tanah setempat, kondisi umum daerah tersebut, dan kebiasaan
dan kemampuan petani setempat. Sedangkan syarat yang harus dipenuhi dalam
pola tanam adalah awal tanam dan jenis tanaman.
5.2 Kritik dan Saran
Dalam praktikum berjalan dengan lancar dan sangat enjoy. Mohon maaf apabila
selama ini banyak kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja. Terima
kasih atas bimbingannya selama ini.
J
DAFTAR PUSTAKA
Beets, W,C. 1982. Multiple cropping and tropical faring system growth pusb. Co.
Ltd. Aldersho
Campbell, Vell,A. 2002. Biology. Erlangga. Jakarta
Novitan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Semeru,1995.Hortikultura dan Aspek Budaya. UI Press. Jakarta
Vincent,H Rubalzky,1998.Agriculture Fertilizer and Envisement.CO.BI
Publishing.New York