Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan mengenai
peredaran warehouse management system gudang sparepart PT.Charoen Pokphand
Indonesia Salatiga, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan pembatasan masalah.
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan dunia industri berlangsung dengan sangat cepat, salah satu
perkembangannya yaitu dalam penggunaan sparepart untuk mendukung berjalannya mesin
mesin produksi. Sparepart sparepart yang digunakan tersebut memerlukan tempat
penyimpanan seperti gudang agar sparepart tersebut tidak mengalami kerusakan karena
cuaca. Penataan sparepart sparepart tersebut juga sangat diperhatikan oleh perusahaan
agar memberikan kenyamanan terhadap operator / penjaga, konsumen, ataupun supplier
yang berhubungan langsung dengan gudang sparepart tersebut. Sistem pergudangan yang
kurang baik akan menimbulkan waste yang seharusnya masih dapat diminimalisir.
PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum. PT. Charoen
Pokphand memproduksi beberapa jenis makanan seperti ayam potong, nugget, siomay,
sosis, dan jeroan. Setiap jenis makanan memiliki lantai produksi yang berbeda beda dalam
pelaksanaan produksinya sehingga memiliki mesin mesin yang berbeda pula dalam
menjalankan proses produksi. Salah satu gudang yang terdapat di PT. Charoen Pokphand
Indonesia Salatiga adalah gudang sparepart yang menyimpan berbagai macam sparepart
yang digunakan sebagai pendukung dalam menjalankan mesin produksi atau proyek
proyek yang diatasi PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga. Dalam sistem pergudangan
sparepart PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga itu sendiri memiliki masalah dalam
penataan layout gudang sparepart sehingga akan menimbulkan beberapa macam waste
dalam gudang diantaranya searching time yang lama pada saat pencarian sparepart di
warehouse sebesar 30 menit, trasportation time pada saat membawa sparepart menuju
gudang sebesar 20 menit ataupun dari gudang ke luar gudang sebesar 10 menit dan
transportation time pada saat melakukan penataan sparepart ke rak penyimpanan yaitu
sebesar 20 menit. Selain karena penataan layout waste juga terjadi pada saat menunggu
barang yang datang dari supp
lier kadang terlambat padahal barang tersebut sudah sangat dibutuhkan sekali sehingga
menimbulkan waiting time sebesar 1 minggu dan yang terakhir waste yang terjadi
yaitu waiting time sebesar 4 jam karena barang harus menunggu shift 2 untuk menatanya
apabila barang pada saat jam shift satu ( rekapitulasi aktivitas dan waktu terlampir ).
Untuk itu diperlukan pendekatan lean warehouse dalam memperbaiki sistem
pergudangan sparepart sehingga menciptakan proses kerja yang mengalir dengan lancar dan
memberikan kenyamanan bagi pihak pihak yang berhubungan langsung dengan gudang
sparepart tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas hal yang akan diangkat di dalam
laporan kerja praktek ini adalah mengenai penerapan lean warehouse dalam sistem
pergudangan PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga dengan mengidentifikasi waste
yang terjadi dalam gudang sparepart sehingga menciptakan proses kerja yang mengalir
dengan lancar dan memberikan kenyamanan.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lean
Lean dalam bahasa Inggris berarti ramping atau kurus. Lean berarti manufaktur
tanpa waste (pemborosan). Waste yang dimaksud disini adalah segala sesuatu selain
sejumlah
penting untuk produksi. Dalam hal lainnya suatu perusahaan dikatakan lean Jika semua
aktivitas yang dilakukan hanya aktivitas yang bersifat value-added atau aktivitas yang
memberikan nilai tambah dilihat dari sudut pandang konsumen.
(Jeffrey K. Liker, 2006)
2.1.1 Lean Warehouse
Warehouse berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang mentah ( bahan baku ),
barang setengah jadi maupun barang jadi ( finish goods ) dan biasanya memiliki operasi
penerimaan, penyimpanan, mengambil, mensortir, mengirim, dan mempacking barang.
Dengan demikian lean warehousing adalah suatu prinsip dalam mengidentifikasi dan
menghilangkan waste dalam operasi/proses warehouse dan menyingkat waktu yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. dalam hal ini pelanggan warehouse
merupakan pihak yang menerima pelayanan dari warehouse bisa bagian produksi atau
bagian lain didalam perusahaan ( untuk warehouse raw material ) atau pihak luar seperti
konsumen, distributor ( untuk warehouse finished goods ). Jadi waste didalam warehouse
adalah segala kegiatan yang tidak menambah nilai bagi pihak pihak yang menerima
pelayanan dari warehouse. Nilai yang dimaksud adalah dalam konteks lean adalah semua
kegiatan yang merubah material atau informasi menjadi sesuatu yang diinginkan dan
dibutuhkan oleh pelanggan.
Namun yang menjadi tantangan bukanlah sekedar menghilangkan waste tapi adalah
untuk mengembangkan metode sistematik untuk terus mengidentifikasi dan menghilangkan
waste. Perlu ditekankan bahwa yang dihilangkan bukanlah waste tetapi akar permasalahan
5
yang menyebabkan waste tersebut. Kesuksesan yang sebenarnya datang dari proses yang
berkembang terus dalam mengidentifikasi dan memahami akar permasalahan. Kesuksesan
tergantung dari 3 hal :
1.
fokus pada pemahaman konsep mengenai filosofi lean, strategi implementasi dan
penggunaan metode lean yang benar.
2.
3.
adalah :
Menerima
Memilih
Pengepakan
Menyimpan
Penyortiran
shipping
ketika kita membandingkan lean warehouse untuk lean manufacturing, kita harus
melakukan dengan variasi yang lebih tinggi dan prediktabilitas yang lebih rendah. Namun,
ukuran yang berbeda dapat diambil untuk menghilangkan non adding value di
warehouse. Ukuran tersebut adalah :
peenerapan teknologi baru seperti barcode, RFID tag, dan optimasi software
perpindahan item yang paling laris untuk ideal picking dan lokasi penyimpanan
penerapan prinsip touch once
Team building
Kanban
5S
Kesalahan pemeriksaan
Standar kerja
Sama dengan lean manufacturing, tidak ada akhir untuk proses mengurangi usaha,
waktu, ruang biaya, dan kesalahan. Perbaikan terus menerus adalah suatu keharusan dalam
kegiatan warehouse. Sebuah lean warehouse memungkinkan perusahaan untuk melayani
pelanggan lebih cepat, space gudang yang sesuai, persediaan yang berkurang, dan dengan
akurasi lebih.
( Gaspersz,2007 )
2.2
Waste
Prinsip utama dari pendekatan lean adalah pengurangan atau peniadaan
pemborosan (waste). Dalam upaya menghilangkan waste, maka sangatlah penting untuk
mengetahui apakah waste itu dan dimana ia berada. Ada 8 macam waste yang didefinisikan
menurut Jeffrey K. Liker pada buku The Toyota Way yaitu :
1.
Overproduction
Memproduksi barang barang yang belum dipesan, akan menimbulkan pemborosan
seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat penyimpanan dan biaya
transportasi yang meningkat karena adanya persediaan berlebih.
2.
Waktu ( menunggu )
Para pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri
menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya, dan lain
sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses,
mesin rusak, dan bottleneck kapasitas.
3.
4.
5.
Persediaan berlebih
Kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time
yang panjang, barang kadaluarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkutan dan
penyimpanan, dan keterlambatan.
6.
7.
Produk cacat
Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan.
8.
Untuk memahami ketujuh waste tersebut, perlu didefinisikan tiga tipe aktivitas yang
terjadi dalam sistem produksi. Ketiga tipe aktivitas tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Value adding activity, yaitu semua aktivitas perusahaan untuk menghasilkan produk
atau jasa yang dapat memberikan nilai tambah dimata konsumen sehingga konsumen
rela membayar atas aktivitas tersebut.
2) Necessary but non-value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses tapi perlu
dilakukan. Aktivitas ini tidak dapat dihilangkan, namun dapat dijadikan lebih efektif
dan efisien.
3) Non value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah
di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses. Aktivitas ini bisa
direduksi atau dihilangkan, karena aktivitas ini murni waste yang sangat merugikan.
(Womacks,Jones, 1996)
2.3 Value Stream Mapping
2.3.1 Pendekatan Pemetaan Value Stream
Para ahli lean melihat operasi dari perspektif value stream. Setiap proses perlu
distabilkan, dengan alasan untuk mendukung aliran yang diperlukan demi memberikan apa
yang diinginkan pelanggan, dalam jumlah dan pada waktu yang mereka inginkan.
Operation Management Consulting division Toyota diciptakan oleh Taiichi Ohno untuk
memimpin proyek TPS yang besar dan mengajarkan TPS sambil melakukan. Dia
menginginkan sebuah alat yang secara visual menyajikan aliran material dan informasi dan
mencegah orang larut dalam masing masing proses. Pada akhirnya, hal tersebut
menimbulkan apa yang kami sebut pemetaan value stream , dan apa yang disebut
Toyota sebagai Diagram Aliran Material dan Informasi. Hal ha yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemetaan value stream :
1. Gunakan peta keadaan saat ini hanya sebagai fondasi untuk peta keadaan di masa depan.
2. Peta keadaan di masa depan menyajikan konsep dari apa yang ingin anda capai.
3. Pemetaan keadaan di masa mendatang perlu difasilitasi oleh seseorang dengan keahlian
lean yang mendalam
4. Tujuan pemetaan adalah tindakan
5. Jangan mengembangkan peta apa pun sebelum waktunya
6. Seseorang dengan pengaruh manajemen harus memimpin
7. jangan hanya merencanakan ( plan ) dan kemudian melakukan ( do ), tapi juga
memeriksa ( check ) dan bertindak ( act )
2.3.2 Manfaat Pendekatan Pemetaan Value Stream
Pemetaan value stream lebih dari sekedar alat yang bagus untuk membuat gambaran
yang menyoroti pemborosan, walaupun hal tersebut jelas sangat bermanfaat. Pemetaan
membantu kita melihat rangkaian proses yang saling terkait dan untuk membayangkan
value stream yang lean di masa mendatang. Melakukan pemetaan value stream merupakan
filosofi mengenai bagaimana melakukan peningkatan. Filodofinya adalah bahwa kita perlu
meluruskan seluruh aliran value stream sebelum kita menyelam lebih jauh ke dalam
perbaikan masing masing proses. Tujuan memperbaiki setiap proses adalah ntuk
mendukung proses yang mengalir.
(Jeffrey K. Liker, 2006)
10
2.4 Kaizen
Kaizen
sendiri
didunia
barat
sering
diterjemahkan
dengan
Continuous
Jika pekerjaan pertama dilakukan dengan benar, maka waste dapat dikurangi
Prosedur yang lama mungkin lebih nyaman, tetapi tidak efisien. Semua karyawan
harus terbuka terhadap perubahan dan peningkatan.
Tujuan kegiatan Kaizen adalah didasarkan pada identifikasi waste dalam proses
Tahap pertama
Menganalisa dan memetakan proses dari spesifikasi area plant
2.
Tahap kedua
Mengidentifikasi masalah dan kesempatan untuk memperbaiki
3.
Tahap ketiga
Implementasikan perubahan pada proses mengikuti aliran kerja yang diperbaiki
4.
Tahap keempat
Evaluasi perubahan dan follow up dengan mengatur sesuai yang dibutuhkan
12
2.
3.
2.5 5S
5S yang berasal dari bahasa Jepang, seringkali disingkat menjadi 5R dalam bahasa
Indonesia, meski ada beberapa perusahaan yang tetap menjadikannya sebagai "5S" dengan
bahasa Indonesia.
Berikut adalah pengertian dari masing masing 5 S :
a.
b.
Dalam penerapan 5 S, seiton berarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau
dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak.
Ini merupakan cara untuk menghilangkan proses pencarian. Penyimpanan juga harus
didasarkan pada seberapa banyak yang kita tangani dan seberapa cepat kita
menemukannya saat diperlukan. Tidak perlu menyimpan barang dalam jumlah banyak
jika kita dapat memperolehnya lebih banyak secara cepat. Ini karena bukan saja kita
harus berfikir tentang efisiensi, tapi kita juga harus berbicara tentang mutu, jangan
sampai berkarat, rusak ataupun penyok. Karena
penataan
dimaksudkan
untuk
d.
e.
Dengan disiplin yang tinggi, ringkas, rapi, resik sesuai dengan standar prosedur
menjadi kebiasaan kerja, menjadi sikap kerja kita. Yang penting juga kita harus
mengkomunikasikan, mengajarkan, melatih dan mendidik anak buah, rekan kerja,
untuk memahami standar prosedur yang ada.
Ringkas (Sort)
Menyingkirkan barang yang
jarang digunakan dengan
memberi tanda merah
Rajin (Sustain)
Menggunakan audit
manajemen secara teratur
agar tetap disiplin.
Rapi (Straighten)
Mengatur dan menetapkan
tempat untuk semua barang
Menghilangkan
Pemborosan
Rawat (Standardize)
Menciptakan aturan untuk
memelihara 3R yang
pertama.
Resik (Shine)
Membersihkan
Gambar 2.2 5S
15
Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain
(kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua
yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang dituliskan dan
dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem.
Manfaat analisa tulang ikan ini adalah memperjelas sebab sebab sutau masalah atau
persoalan. Berikut ini adalah langkah langkah dalam membuat diagram tulang ikan :
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
16
17
18
a.
Gudang Operasional
Gudang operasional digunakan untuk menyimpan raw material dan sparepart
yang nantinya akan diperlukan dalam proses produksi. Dalam gudang operasional
ini dapat pula disimpan barang barang Work in process.
b.
Gudang Perlengkapan
gudang perlengkapan merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan
perlengkapan yang akan digunakan untuk memperlancar proses produksi.
Perlengkapan merupakan barang yang digunakan untuk proses produksi tetapi
tidak akan ditemui di finished good, karena barang ini hanya berfungsi membantu
proses produksi. Setelah proses produksi berakhir barang ini akan dikembalikan ke
gudang perlengkapan. Biasanya berada dekat dengan line produksi.
c.
Gudang Pemberangkatan
Gudang pemberangkatan adalah gudang yang digunakan untuk menyimpan barang
yang telah menjadi finished good. Dari gudang inilah nantinya finished good akan
dikirim keluar,baik ke distributor atau retailer. Gudang ini dapat disebut gudang
finished good.
d.
Gudang Musiman
Gudang musiman adalah gudang yang bersifat insidentil dan hanya ada pada saat
gudang-gudang baik operasional dan pemberangkatan penuh. Gudang ini biasanya
bukan milik pabrik,tetapi disewa dari pihak lain untuk jangka waktu tertentu. Di
gudang ini dapat disimpan apa saja mulai dari raw material hingga finished good.
2.
Central Warehouse
Cetral warehouse merupakan gudang pokok. Transaksi di dalam gudang ini meliputi
penerimaan barang jadi (dari manufacturing plant warehouse, langsung dari pabrik,
19
atau dari supplier ), penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi
ke distribution warehouse.
3.
Distribution Warehouse
Distribution warehouse adalah gudang distribusi. Transaksi dalam gudang ini adalah
penerimaan barang jadi (dari central warehouse,pabrik atau supplier), penyimpanan
barang yang diterima gudang, pengambilan, dan persiapan barang yang akan dikirim,
dan pengiriman barang ke konsumen. Terkadang distribution warehouse juga berfungsi
sebagai central warehouse.
4.
Retailer Warehouse
Retailer warehpuse adalah gudang pengecer, jadi dengan kata lain dapat dikatakan
gudang yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke konsumen.
Receiving
Merupakan aktivitas penerimaan barang dimana didalamnya terdapat aktivitas
aktivitas seperti pembongkaran muatan,perhitungan kuantitas yang diterima dan
inspeksi kualitas dan kerusakan,memberikan jaminan bahwa jumlah dan kualitas yang
dipesan sesuai dengan keinginan dan membagi material untuk disimpan atau untuk
keperlaun fungsi produksi yang membutuhkan.
2.
prepackaging (Optional)
Fungsi ini dibentuk dalam suatu gudang apabila produk diterima dalam jumlah besar
dari supplier dan selanjutnya dipisah menjadi kemasan tunggal atau dalam bentuk
bentuk yang jumlahnya lebih kecil.
20
3.
Put away
Yaitu suatu tindakan penempatan barang untuk disimpan. Termasuk didalamnya yaitu
material handling, verifikasi tempat dan penempatan produk.
4.
Storage
Merupakan aktivitas yang menempatkan barang dalam suatu tempat fisik ketika barang
tersebut sedang menunggu untuk dikeluarkan dari gudang.
5.
Order Picking
Proses pemindahan barang dari penyimpanan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang
spesifik. Aktivitas ini merupakan pelayanan dasar dari gudang yang disediakan bagi
konsumen dn merupakan fungsi yang menjadi dasar dalam perancangan suatu gudang.
6.
7.
sortation
Merupakan kegiatan penyeleksian atau pemilihan dari batch dalam bentuk order
tunggal dn akumulasi dri pengambiln distribusi untuk memenuhi permintaan yang
harus dikerjakan ketika permintaan itu lebih dari satu produk dan akumulasi yang ada
tidak sesuai dengan pengambilan yang dilakukan.
8.
21
2.
3.
4.
Melindungi barang
Gudang pada umumnya dilengkapi dengan sistem keselamatan dan keamanan yang
baik,jadi wajar apabila menyimpan barang di gudang untuk melindungi barang dari
pencuri,kebakaran,banjir dan masalah cuaca lainnya.
5.
6.
persediaan
Karena adanya kesulitan untuk meramalkan permintaan dengan tepat,banyak
perusahaan merasa perlu untuk mempunyai persediaan atau safety stock untuk
menghadapi permintan yng mendadak. Ketidakmampuan memenuhi permintaan
pelanggan tidak hanya menghilngkan pemasukan tetapi kadang menurunkan
kepercayaan pelanggan.
( heragu,hal 472 )
Tujuan penyimpanan dan fungsi gudang yaitu untuk memaksimalkan utilitas
sumber sumber yang ada ketika memenuhi keinginan konsumen dan juga untuk
memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen dengan kendala kendala sumber yang ada.
Sumber suber penyimpanan dan pergudangan yaitu ruang,peralatan dan tenaga kerja.
(Tompkins,1996)
Permintaan konsumen untuk penyimpnn dan fungsi pergudangan dapat dilakukan
secepat mungkin dan dalam kondisi yang baik. Maka dari itu,dalam mendesain fungsi
penyimpanan dan pergudangan sedapat mungkin harus memenuhi fungsi berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
23
24
tertentu.
penerapan area penyimpanan harus diintegrasikan. Prinsip prinsip tersebut antara lain :
Popularity ( popularitas )
Hukum pareto ini seringkali diterapkan pada popularitas dari material yang disimpan
(Tompkins,1996). Biasanya, 85% turn over material hanya dilakukan oleh 15%
material yang disimpan. Untuk memaksimalkan pengambilan, maka 15% material
populer
harus
disimpan
dengan
jarak
tempuh
yang
minimal.
Dalam
keberangkatan.
Akhirnya,
material
yang
popular
memiliki
rasio
25
rasio penerimaan/pengiriman tidak lebih dari rasio jarak tempuh untuk penerimaan
hal ini.
characteristics (karakteristik)
karakteristik dari komponen yang disimpan dan ditangani seringkali berlawanan
dengan metode yang diindikasikan oleh popularitas,kesamaan dan ukuran komponen
tersebut. Beberapa karakteristik komponen yang penting yaitu :
a.
26
b.
oddy shaped and crushable items ( komponen bentuk khsusus dan mudah
rusak )
komponen tertentu tidak akan sesuai dengan area penyimpanan yang tersedia.
Pada komponen dengan bentuk khusus tersebut membutuhkan penanganan
yang cenderung bermasalah karena jika komponen tersebut harus disimpan
maka dibutuhkan ruang khusus yang terbuka untuk penyimpanannya.
c.
d.
e.
compability (kecocokan/kesesuaian)
beberapa bahan kimia tidak berbahaya ketika disimpan sendiri, tetapi mudah
menguap jika bercampur dengan unsur lain. Beberapa material tidak
membutuhkan penyimpanan khusus tapi dapat dengan mudah terkontaminasi
dengan material lain apabila ditempatkan bersama sama.
komponen.
Maka
dengan
mempertimbangkan
Konservasi Ruangan
27
Pembatasan Ruangan
Pemanfaatan ruangan dapat dibatasi oleh rangka bangunan,tinggi atap,beban
lantai,kuda kuda nagunan dan kapasitas maksimum penumpukan.
3.
Jangkauan
Pemanfaatan ruangan yang terlalu padat akan mengakibatkan kesulitan dalam
pengambilan material. Lorong harus dirancang agar cukup lebar untuk
pergerakan pemindahan material yang efektif dan dialokasikan sedemikian rupa
sehingga tiap tiap blok penyimpanan dapat dijangkau. Untuk ilustrasi area
penyimpanan dengan mempertimbangkan jangkauan dapat dilihat gambar 2.4
dibawah ini.
28
b.
c.
d.
e.
f.
salvage
dalam sebagian proses produksi ada kemungkinan beberapa benda kerja akan salah
dikerjakan
29
g.
perusahaan lain. Misalnya, dalam perusahaan roti, barang yang menjadi raw
material di perusahaan itu adalah tepung, akan tetapi bagi sebuah pabrik
tepung, tepung adalah sebuah finished good yang dihasilkan dari proses
nilai tambah.
Sebagai sparepart atau peralatan
Peralatan atau sparepart adalah barang yang tidak memberikan nilai tambah
kepada suatu raw material untuk menjadi finished good, akan tetapi akan
sangat berguna sekali untuk mendukung kelancaran proses pemberian nilai
tambah kepada raw material untuk menghasilkan finished goods.
b.
31
karena hal ini akan sangat meentukan apakah suatu gudang telah
32
dimanapun. Jika
tersedia lebih dari satu lokasi yang dapat digunakan untuk penyimpanan,secara
teori barang yang masuk memiliki probabilitas yang sama untuk ditempatkan
dilokasi manapun yang tersedia. Pada prakteknya,bagaimanapun juga,barang
tersebut akan ditempatkan di ruang tersedia yang paling dekat. Sebagaimana
menurut Francis,Meginnis, dan White ( 1992 ) dan Tompkins et.al ( 1996 ),
penyimpanan dan pengambilan di bawah kebijakan acak tidaklah benar benar
acak pada prakteknya. Operator cenderung untuk menyimpan atau mengambil
33
b.
c.
34
35
konsumen dalam pengertian secara umum yaitu pihak pelaku demand yang
berasal dari luar perusahaan.
Racking System
Adalah suatu cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa melakukan pelebaran
gudang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan pengelompokkan
barang sehingga gudang terlihat lebih teratur tanpa membutuhkan tempat yang
terlalu luas.
a. Rak Permanen
rak permanen yaitu rak yang memiliki konstruksi bangunan yang
permanen,dengan kata lain rak permanen tidak akan dapat dipindah
pindahkan jika diperlukan di bagian lain.
b. Rak Sementara
Rak sementara terdiri dari konstruksi rak yang dapat dipindah pindahkan
atau dibongkar jika sudah tidak diperlukan.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Berikut merupakan metodologi penelitian Penerapan Lean Warehouse dengan
5S+Safety pada Gudang Sparepart PT.Charoen Pokphand Indonesia Salatiga :
MULAI
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas hal yang akan diangkat
di dalam laporan kerja praktek ini adalah mengenai penerapan lean
warehouse dalam sistem pergudangan PT. Charoen Pokphand Indonesia
Salatiga dengan mengidentifikasi waste yang terjadi dalam gudang
sparepart sehingga menciptakan proses kerja yang mengalir dengan
lancar dan memberikan kenyamanan.
Tujuan Penelitan
Mengetahui keseluruhan aktivitas pada gudang sparepart ( storeroom )
PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga, untuk mengetahui macam
macam pemborosan yang terjadi pada aktivitas aktivitas di gudang
sparepart ( storeroom ) PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga, dan
memberikan usulan perbaikan terhadap aktivitas aktivitas di gudang
sparepart ( storeroom ) PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga yang
menghasilkan waste.
1. Hasil wawancara
admin storeroom
2. pengamatan
3. kuosioner
37
ANALISIS PERMASALAHAN
Penataan layout yang kurang teratur menyebabkan searching time, transportation time dan
waiting time yang lama
1. Value stream
mapping
2. Fishbone
REKOMENDASI PERBAIKAN
1. penambahan
material handling
2. perubahan layout
3. Pelabelan/
pengkodean
SELESAI
Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada Gudang sparepart PT.
Charoen Pokphand Indonesia Salatiga, Gudang Sparepart tersebut memiliki ukuran yang tidak
terlalu besar. Akan tetapi penataan layout yang dilakukan kurang teratur. Pada gudang tersebut
sistem penataan sparepart awalnya menurut jenis sparepartnya akan tetapi karena keterbatasan
tempat, sparepart ditata tidak beraturan ( dimana ada tempat kosong, maka sparepart
diletakkan ). Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana
meminimalisir waste ( pemborosan ) yang terjadi seperti searching time, waiting time, dan
transportation time yang lama yang disebabkan penataan layout yang kurang
38
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah penerapan metode 5S + safety untuk meminimalisir waste
yang terjadi dan memberikan beberapa usulan perbaikan seperti menambahkan material
handling, perbaikan layout dan memberikan pelabelan/pengkodean.
Pengumpulan Data dan Pembahasan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian dan
membahas mengenai masalah masalah apa saja yang terjadi pada storeroom dan bagaimana
cara mengatasinya. Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan,
wawancara admin
storeroom, dan kuosioner yang diberikan kepada teknisi teknisi yang sering mengambil
sparepart di storeroom kemudian untuk pembahasannya terbagi menjadi beberapa subbab
yaitu analisis permasalahan, identifikasi masalah dan tools, dan usulan perbaikan.
Analisis Permasalahan
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian masalah masalah apa saja yang terjadi pada
storeroom. Pada tahap ini menggunakan value stream mapping dan fishbone
untuk
menambahkan
material
handling,
perbaikan
layout
dan
memberikan
pelabelan/pengkodean.
39
40
BAB IV
TINJAUAN SISTEM
4.1 Tinjauan Umum Perusahaan
4.1.1
Salatiga :
41
Visi
Visi PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah :
1. Menjadi produsen kelas dunia makanan olahan dari daging ayam khususnya dan
bahan lain umumnya,
2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab, peduli terhadaap dampak sosial dan
lingkungan di dalam menjalankan kegiatan kami.
Misi
Misi PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah :
1. Membantu meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dan dunia serta memuaskan
pelanggan dan pemegang saham dengan memproduksi makanan olahan yang
bermutu tinggi, halal dan aman dengan menerapkan GMP ( Good Manufacturing
Practice), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure), sistem jaminan halal,
HACCP dan ISO 9001 : 2008
2. Menjaga dan menerapkan prinsip prinsip kelestarian lingkungan hidup sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku.
42
produk yang dihasilkan, untuk itu masalah sanitasi dan hygenis serta jaminan halal sangat
diutamakan , untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan memenuhi harapan serta
kebutuhan pelanggan.
PT. Charoen Pokphand Indonesia-Chicken Processing Plant mengeluarkan
kebijakan mutu yang merupakan kebijakan perusahaan yaitu : Senantiasa menghasilkan
produk yang bermutu tinggi, halal dan aman untuk dikonsumsi dalam rangka pencapaian
visi & misi perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan kepuasan kepada pelanggan.
Menggalang
kerjasama,
partisipasi
aktif
dan
positif
semua
karyawan
dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu kerja secara terus-menerus. Seuai dengan motto
A Tradition of Quality
Jam Kerja Karyawan
Waktu kerja untuk karyawan diatur sebagai berikut :
a.
b.
Hari Kerja
43
PLANT HEAD
SM RnD dan QA
DGM
GM
PLANT ADMIN
PPIC
FURTHER
SAUSAGE
SLAUGHTERHOUSE
P & GA
WAREHOUSE
UTILITY
MAINTENANCE
PURCHASING
LOGISTIK
QC LAB
Supervisor
Supervisor
Section Head
Supervisor
Supervisor
(SH)
(SP & FP )
Supervisor
Staff
Supervisor
FOREMAN
FOREMAN
SUPERVISOR
FOREMAN
FOREMAN
FOREMAN
FOREMAN
FOREMAN
STAFF
STAFF
FOREMAN
FOREMAN
( admin )
( admin )
( admin )
( Spv Cut Up )
( Spv Evist )
( ADM )
OPERATOR
OPERATOR
OPERATOR
( Personnel )
( GA )
( SH )
( SH )
( SP & FP )
( SH )
( SH )
( SP & FP )
( SH )
( LAB )
TECHNICIAN
TECHNICIAN
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
QC
INSPECTOR
( Evisc )
( Griller )
( evist )
( Cut Up )
( ABF & Packing )
( Defethering )
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
OUTSOURCHING
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia Chicken Processing Plant Salatiga
44
distributor-distributor lainnya.
Warehouse Seasoning & Premix merupakan warehouse penyimpanan seasoning
(bahan baku) seperti tepung terigu, tepung beras, breadcrumb, dsb, serta premix
C.
Warehouse Chill Room hampir sama dengan meat frozen, hanya saja fungsi
warehouse chill room ini hanya sebagai pendingin daging saja, dengan suhu 0 5 C.
c. sparepart elektrik : kabel ties, MCB, klem kabel, stop kontak, lampu phillips
d. sparepart manufacturing : HD Sampah transparan 80 x 100 , Sepatu boot AP Terra
Hijau 42, masker amoniak
contoh sparepart lengkap terlampir
4.2.1.2 Pemesanan
Sparepart yang terdapat di store room PT. CPI Salatiga didatangkan dari
berbagai macam supplier setelah melalui berbagai proses. Supplier supplier tersebut
diantaranya :
Lokal :
- Jawara Teknik Semarang ,
- PT. AKR,
- Sidomarang Teknik,
- Cahaya Elektrik,
- Bina Jaya
- Dll.
Luar :
-
BONGKAR
MUAT
MEMBAWA
BARANG
KE GUDANG
PENATAAN
BARANG KE
RAK
PENGECEKA
N
PENDATAAN
Untuk proses input sparepart ke store room sparepart datang dari supplier
langsung atau dikirim lewat paket. Kemudian setelah
langsung dibongkar muat. Setelah itu sparepart yang sudah dibongkar muat langsung
dibawa ke gudang sekaligus sparepart dicek oleh admin sesuai tidak dengan surat jalan
dari perusahaan. Setelah semua sparepart selesai dicek dan sesuai maka sparepart
diperbolehkan untuk masuk store room dan ditata ke rak. Tahap terakhir yaitu dilakukan
pendataan untuk sparepart yang masuk ke store room tersebut.
Output Sparepart
Berikut merupakan alur output sparepart dari supplier ke gudang :
Mekanik
meminta
sparepart
Perpindaha
n barang
dari rak ke
mekanik
Pencarian
sparepart
Penerimaa
n sparepart
pendataan
Sparepart
keluar
dari
storeroom
juga
melalui
beberapa
tahap.
Laporan Barang Datang, merupakan inputan keterangan yang terdapat pada surat
jalan yang berasal dari supplier. Berbagai data yang terdapat di dalamnya yaitu
nomor surat jalan, nomor purchase order, tanggal kedatangan, nama supplier, nama
item, jumlah harga, dan outstanding PO.
Bukti Penerimaan Barang, merupakan form yang harus dibuat setelah menerima
barang dari supplier. Form tersebut dibuat rangkap 3 untuk selanjutnya digunakan
Stock Opname, merupakan tugas yang dilakukan sebulan sekali untuk memvalidasi
apakah data stock barang sudah sesuai dengan data aktual.
sesuai size ( diproses parting, boneless, dll ) dan dipacking menggunakan plastik
inner lewat mesin Metal Detector. Sesudah ditimbang ayam dimasukan dalam ruang
Chill Room dan disusun pada rak kemudian dibekukan pada mesin ABF hingga suhu
-18oC. Setelah itu ayam ditimbang lagi sesuai ukuran dan masuk kedalam proses
packaging sesuai ukuran box dan karung kemudian ayam dalam bentuk packaging
masuk ke dalam Coldstorage (gudang dengan suhu -18oC).
Further Production
Berikut merupakan proses produksi pembuatan nugget pada PT.Charoen
Pokphand Indonesia Salatiga :
mulai
tidak
tidak
ya
Melakukan proses packaging produk jadi
nugget ke dalam carton box
Selesai
9. Langkah berikutnya yaitu memasukkan adonan pada mesin insulated quick freeze
(IQF) untuk dibekukan. Setelah itu adonan dijalankan oleh conveyor menuju
televator untuk dinaikkan menuju mesin MHW. Pada mesin MHW adonan ditakar
sesuai dengan ukuran per kemasan.
10. Selanjutnya proses packaging dimana adonan yang telah sesuai takaran tadi dikemas
pada kemasan plastic menggunakan mesin Kawasima.
11. Langkah berikutnya yaitu menimbang kemasan menggunakan mesin check weighter,
apabila ukuran berat yang tertera tidak sesuai maka produk tersebut akan secara
otomatis dipisahkan. Produk yang terpisah tadi dilepas kembali kemasannya lalu
dijalankan pada conveyor untuk melalui proses penakaran ulang pada mesin MHW.
12. Apabila produk tersebut sudah sesuai beratnya dengan spesifikasi, maka kemasan
kemasan produk tadi dikemas dalam carton box dan selanjutnya ditransfer ke
warehouse finished product.
Sausage Production
Berikut merupakan proses produksi pembuatan sosis pada PT.Charoen
Pokphand Indonesia Salatiga :
mulai
ya
Menyeleksi sosis
apakah reject atau tidak
tidak
Melakukan proses packaging
pada kemasan plastik
tidak
Melakukan proses frozen
ya
Melakukan proses packaging produk jadi sosis
ke dalam carton box
Selesai
BAB V
PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Warehouse Sparepart PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga
Gudang Sparepart atau biasa disebut dengan store room PT. Charoen Pokphand
Indonesia Salatiga merupakan sebuah gudang yang khusus menyediakan dan
menyimpan sparepart sparepart dan kebutuhan - kebutuhan yang diperlukan untuk
keperluan maintenance mesin - mesin further, sausage dan slougter, P&GA, Warehouse,
Utility, Maintenance, Sipil & WWT, dan Laboratorium Quality Control. Ruangan store
room PT. CPI Salatiga memiliki ukuran 40,508 m2. Di dalam store room PT. CPI
Salatiga terdapat 6 rak yang digunakan untuk menyimpan keseluruhan sparepart yang
diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu mechanic part, electric part, civil part, dan
manufacturing part. Selain rak untuk menyimpan sparepart juga terdapat meja kerja
untuk meletakkan 1 unit komputer, 1 meja untuk meletakkan printer dan telepon serta 1
rak buku untuk meletakkan segala arsip arsip yang dibutuhkan oleh store room. Rak
yang dimiliki oleh store room rata rata memiliki ketinggian 1,7 meter dengan rata
rata panjang rak 3 meter dengan 3 sekat atau ruang yang digunakan untuk memisahkan
sparepart yang disimpan. Untuk penataan sparepart awalnya ditata sesuai dengan
klasifikasi part yang sudah ditentukan ,akan tetapi karena keterbatasan tempat akhirnya
peletakan / penataan sparepart dilakukan secara random ( dimana ada tempat kosong,
maka di tempat itu sparepart diletakkan ).
Selain itu disekitar gudang juga terdapat kardus kardus yang digunakan untuk
menyimpan sparepart sparepart. Kadang karena kekurangan tempat sparepart beserta
kardus pembungkusnya langsung diletakkan secara sembarang di lantai store room
sehingga membuat store room terasa penuh dengan barang barang.
5.2 Analisa Permasalahan Store Room PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga
5.2.1 Value Stream Mapping
Permasalahan yang terdapat di storeroom PT.CPI Salatiga digambarkan
dengan value stream mapping. Dapat dikelompokkan menjadi 3 aktivitas seluruh
kegiatan kegiatan yang ada distoreroom. Pada masing masing aktivitas tersebut akan
digambarkan melalui value stream mapping dan akan diketahui letak permasalahan dan
waste apa saja yang terjadi. Ketiga aktivitas tersebut diantaranya aktivitas pengiriman
barang dari supplier, aktivtas permohonan permintaan barang ke storeroom, dan
aktivitas permohonan barang ke supplier.
supplier
1 minggu
g
itin
Wa lama
e
tim
at
ort
nsp e
Tra n tim
o
a
i
lam
Bongkar muat
itin
Wa ime
g t ma
la
Pemindahan barang ke
gudang dan
pengecekan
at
ort
nsp e
Tra n tim
io ma
la
Penataan ke rak
Pendataan sparepart
yang datang
1 operator ( 1 shift )
1 operator 15 menit
1 operator ( 1 shift )
5 menit
15 menit
1 menit
5 menit
10 menit
4 jam
20 menit
7 jam
20 menit
10 menit
No
Kegiatan
Waktu
1.
1 minggu
Bongkar muat
5 menit
3.
Leadtime
1 menit
4.
20 menit
Keterangan
Non value adding
but necessary
Non value adding
but necessary
Non value adding
Non value adding
but necessary
5.
Leadtime
4 jam
6.
penataan ke rak
20 menit
Value adding
7.
Leadtime
7 jam
8.
10 menit
Value adding
g
hin a
arc
Se e lam
tim
Permohonan sparepart
ke operator
Pencarian sparepart
Pemindahan barang
dari rak ke customer
Penerimaan sparepart
1 shift
1 shift
1 shift
1 shift
1 operator
1 operator
1 operator
1 operator
1 menit
5 15 menit
5 menit
1 menit
1 menit
10 menit
30 menit
1 menit
2 menit
pendataan
1 shift
1 operator
2 menit
3 menit
1 menit
1 menit
1 menit
Gambar 5.2 Value Stream Mapping Permohonan Pengambilan Barang dari Store Roo
No
Kegiatan
Waktu
permohonan barang ke
Keterangan
Non value adding but
operator
1 menit
necessary
Leadtime
1 menit
pencarian sparepart
30 menit
necessary
Leadtime
2 menit
rak ke customer
10 menit
necessary
Leadtime
1 menit
penerimaan sparepart
1 menit
necessary
Leadtime
1 menit
Pendataan
3 menit
value adding
1 hari
Operator/admin
melihat stock barang
Operator/admin
mengelist barang yang
sudah habis
Pembuatan surat
permohonan
permintaan barang
Approve ke head
section and general
manager
Permohonan barang
ke comdiv
1 shift pagi
1 shift pagi
1 shift pagi
1 shift pagi
1 shift pagi
1 operator
1 operator
1 operator
1 operator
1 operator
15 menit
30 menit
20 menit.
1 hari
3 hari
10 menit
15 menit
3 menit
15 menit
3 hari
1 hari
10 menit
5 menit
5 menit
No
1
2
Kegiatan
operator/ admin
melihat stock barang
Leadtime
Waktu
15 menit
Keterangan
Non value adding but
necessary
3 menit
10 menit
value adding
15 menit
10 menit
value adding
5 menit
1 hari
value adding
5 menit
3 hari
value adding
operator/admin
3
Leadtime
pembuatan surat
permohonan
permintaan barang
Leadtime
approve ke head
8
9
Leadtime
permohonan barang ke
comdiv
man
machine
Rak untuk penyimpanan sparepart
Masih kurang
Belum menerapkan
ROP dan SS dalam pemesanan
barang dengan baik
SOP penyimpanan
Sparepart masih kurang
methods
Transportation
dan
waiting time lama
Penataan sparepart
Yang kurang teratur
enviromental
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui masalah yang terjadi pada
aktivitas pengiriman barang dari supplier adalah transportation dan waiting time
yang terlalu lam yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. man / manusia
pada aktivitas pengiriman barang dari supplier, tenaga pria yang
bekerja pada satu shift di storeroom PT CPI Salatiga masih sangat kurang.
Karena apabila barang dari supplier datang pada saat jam kerja shift 1,
penataan sparepart tersebut harus menunggu terlebih dahulu pekerja yang
bekerja dishift 2 untuk menatanya. Sehingga terjadi waiting time pada
penataan sparepart. Selain itu, pekerja disini tidak hanya melayani
pengambilan dan penerimaan barang, tetapi juga mencatat segala proses
administrasi yang berlangsung didalam storeroom. Dengan jobdesk yang
diberikan kepada pekerja tersebut tidak cukup adanya 1 pekerja dalam 1 shift.
Setidaknya terdapat 2 pekerja dalam 1 shift yaitu 1 orang bagian pelayanan
sparepart dan 1 orang bagian yang mengurus keseluruhan administrasi
storeroom. Pada storeroom PT. CPI Salatiga, saat ini pekerja yang bekerja
dishift 1 hanya satu orang saja ( seorang wanita ) dan pekerja dishift 2 juga
memiliki 1 pekerja saja ( seorang pria ).
b. machine
pada aktivitas pengiriman barang dari supplier, material handling
atau alat bantu bawa masih sangat kurang. Sehingga untuk membawa dapat
menyebabkan kecelakaan kerja pada karyawan. Selain itu tidak adanya
tangga untuk meletakkan sparepart yang terletak di rak paling atas sehingga
harus memanjat sisi sisi rak / kardus kardus. Rak yang digunakan untuk
menyimpan sparepart juga kurang sehingga perlu adanya penambahan rak.
c. methods
pada storeroom metode pelabelan/pengkodean pada sparepart
masih
kurang
diterapkan.
Tidak
semua
sparepart
diberikan
d. enviromental
penataan
sparepart
yang
kurang
teratur
menyebabkan
transportation time dan waiting time yang lama. Karena penataan sparepart
yang kurang teratur terseebut ruang gerak admin/operator pada saat
mengambil atau mengantarkan barang ke gudang menjadi lambat.
man
material
machine
Tidak ada tangga
Untukmeletakkan
barang
Penataan
Sparepart
Kurang rapi
methods
gambar 5.5
Transportation
dan
Searching time
lama
Penataan sparepart
Yang kurang teratur
enviromental
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui masalah yang terjadi pada
aktivitas permohonan pengambilan barang dari storeroom adalah transportation
dan searching time yang terlalu lama yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. man / manusia
dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa salah satu
masalah yang ada dalam aktivitas permohonan pengambilan barang dari
besar
operator/admin
masih
menggunakan
cara
dengan
barang
permasalahan
dari
supplier,
yang
pada
terjadi
pada
aktivitas
storeroom
metode
oleh
storeroom.
Kurangnya
pelabelan/pengkodean
dapat
d. enviromental
penataan
ketidaknyamanan
sparepart
operator/admin
yang
dalam
kurang
teratur
pengambilan
menyebabkan
sparepart
dan
2. Transportation time
Masalah transportation time pada storeroom PT. Charoen Pokphand
Indonesia Salatiga yaitu terjadi pada 2 aktivitas utama storeroom yaitu pada
aktivitas pengiriman barang dari supplier dan permohonan permintaan
barang dari storeroom. Tepatnya transportation time terjadi pada kegiatan
pemindahan barang ke gudang dan pengecekan, penataan sparepart ke rak,
dan pemindahan barang dari rak untuk diserahkan ke customer/mekanik
yang membutuhkan sparepart. Waktu yang digunakan untuk memindahkan
sparepart dari satu tempat ke tempat yang lain pada kegiatan tersebut
membutuhkan waktu yang lama. Hal itu disebabkan layout storeroom yang
kurang teratur dan penataan sparepart yang masih berantakan. Pada
storeroom terdapat kardus kardus sparepart yang diletakkan di lantai
dikarenakan kurangnya rak penyimpanan dan hal ini salah satu penyebab
dari transportation time yang lama. Selain itu tidak adanya material handling
juga menjadi salah satu penyebabnya. Selain menyebabkan transportation
time yang lama, tidak adanya material handling juga dapat menyebabkan
kecelakaan kerja pada karyawan karena sparepart sparepart yang diangkut
ada yang berukuran besar dan berat.
3. Searching time
Masalah searching time pada storeroom PT. Charoen Pokphand
Indonesia Salatiga yaitu terjadi pada aktivitas aktivitas pengiriman barang
dari supplier. Searching time yang terlalu lama tersebut terdapat pada
kegiatan pencarian sparepart dan operator/admin melihat stock barang. Pada
saat mencari sparepart yang dibutuhkan oleh para mekanik, seringkali
membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini disebabkan kurangnya
sistem pengkodean/pelabelan pada sparepart tersebut. Tidak semua
sparepart diberikan pelabelan/pengkodean. Terlebih untuk sparepart
sparepart spesial/khusus yang digunakan untuk sausage/futher yang
memiliki nama sparepart dengan pelafalan yang susah untuk dimengerti dan
jarang distock oleh storeroom. Selain itu, karena lupa dalam penempatan
sparepart dan kondisi layout yang kurang teratur menyebaban sparepart
sparepart dalam kardus yang diletakkan dilantai ada yang tidak terlihat atau
tertutup oleh kardus kardus yang lain.
4. Penataan Layout Storeroom PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga
Pada layout storeroom terdapat 5 rak lemari penyimpanan yang disusun
secara horizontal berderet kebelakang dan 1 lemari disusun secara vertikal.
Di dalam storeroom juga terdapat 2 meja kerja dan 1 rak buku. Meja kerja
tersebut diantaranya meja kerja tempat admin bekerja dan meja tempat untuk
menaruh printer yang terletak tepat disebelah kiri meja kerja admin. rak buku
yang ada di storeroom biasanya digunakan untuk menyimpan file file, rak
buku ini terletak diatas meja printer.
Rak penyimpanan digunakan untuk menyimpan sparepart. Akan tetapi
rak penyimpanan tersebut masih kurang untuk menyimpan sparepart
sparepart yang ada distoreroom. Karena kurangnya rak penyimpanan hal ini
menyebabkan sparepart ada yang diletakkan di lantai sehingga menyebabkan
ruangan storeroom menjadi terlihat penuh karena kurangnya almari
penyimpanan dan peletakan sparepart yang kurang teratur tersebut. Awalnya
storeroom meletakkan sparepart menurut klasifikasi jenis sparepartnya,
tetapi karena keterbatasan ruang dan rak penyimpanan sparepart untuk saat
ini ditata tidak sesuai klasifikasi jenis sparepart. Pada storeroom terdapat
karyawan yang bertugas menata dan mendata barang yang masuk dan barang
yang keluar. Dalam proses pendataan dan pengecekan stok sudah
menggunakan bantuan database yang tersimpan di komputer, namun
operator/admin yang masih menggunakan cara manual untuk mengecek stok
sparepart. Penyimpanan yang kurang teratur menyebebkan proses pencarian
dan pemindahan barang menjadi sedikit membutuhkan waktu lebih. Berikut
ini adalah layout awal pada storeroom :
40 cm
40 cm
300 cm
380 cm
pada gambar 5.6 dapat ditunjukkan layout dari storeroom itu sendiri yaitu
memiliki panjang 10,66 m dan lebar ruangan sebesar 3,8 meter sehingga luasnya 40,508
m2 dengan beberapa fasilitas/properti yang ada di dalam storeroom tersebut.
Keterangan :
Dapat terlihat dari gambar 5.6, terdapat banyak tumpukan tumpukan kardus
berisi sparepart yang diletakkan tidak beraturan di lantai storeroom ( lihat keterangan
gambar 5.7 ). Utilitas / penggunaan ruangan dari kardus kardus yang ada di lantai
tersebut sebesar = ( 2,014 m2 + 0,9472 m2 + 0,456 m2 + 0,5216 m2 + 0,444 m2 + 0,3276
m2 + 1,1 m2 + 0,888 m2 + 1,036 m2 + 4,2 m2 + 6 m2 + 2,2776 m2 ) = 20,212 m2
ukuran
panjang
300
cm
dan
lebar=
50
cm.
50 cm
300 cm
= pxl
= 3 m x 0,5 m
= 1,5 meter2
Luas rak yang disusun secara horizontal sebesar 1,5 meter2 dengan penyusunan rak
berderet 5 rak kebelakang ruangan storeroom. Jarak antar rak satu dengan yang lain
yaitu sebesar 74 cm sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada rak yang disusun
secara horizontal sebesar = 1,5 meter x 5 rak = 7,5 meter2
300 cm
50 cm
= pxl
= 3 m x 0,5 m
= 1,5 meter2
Luas rak yang disusun secara vertikal sebesar 1,5 meter2 dengan penyusunan rak
bersebelahan dengan pintu storeroom. Sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada rak
yang disusun secara vertikal sebesar = 1,5 meter2
60 cm
69 cm
77 cm
84 cm
120 cm
45 cm
= pxl
= 0,6 m x 1,2 m
= 0,72 meter2
= pxl
= 0,84 m x 0,45 m
= 0,378 meter2
= pxl
= 0,77 m x 0,69 m
= 0,53 meter2
Luas meja kerja admin yang terletak tepat di depan pintu masuk storeroom sebesar 0,72
meter2. Kemudian untuk luas tempat duduknya sebesar = (0,378 meter2 + 0,53 meter2 )
= 0,908 meter2. sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada meja dan kursi sebesar =
0,72 meter2 + 0,908 meter2 = 1,628 meter2
35 cm
80 cm
= pxl
= 0,8 m x 0,35 m
= 0,28 meter2
Luas meja printer yang terletak disamping meja kerja admin sebesar 0,28 meter2.
Sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada meja printer sebesar = 0,28 meter2
dengan jumlah area yang tersedia. Berikut adalah perhitungan utilitas ruang gudang saat
ini.
Luas area keseluruhan = 40,508 m
Luas area yang digunakan = ( luas keseluruhan area rak horizontal + luas rak vertikal +
luas meja kantor dan printer + luas sparepart sparepart yang diletakkan di lantai )
= 7,5 m2 + 1,5 m + 1,908 m + 20,212 m
= 30,84 m
Utilitas Ruang =
x 100%
= 77 %
Sort/Seiri (Ringkas)
Sort merupakan langkah yang bertujuan untuk membuang yang tidak terpakai atau
menyimpannya kembali. Pada permasalahan di storeroom terdapat banyak kardus
kardus berisi sparepart yang terletak tidak beraturan di lantai storeroom. Selain
kardus kardus berisi sparepart juga terdapat kardus kardus kosong dan kardus
kardus yang sudah tidak layak untuk menyimpan. Hal ini menyebabkan ruang
Straighten/Seiton (Rapi)
Straighten merupakan langkah yang bertujuan agar barang diatur sedemikian rupa
sehingga rapi dan mudah dicari. Dalam permasalahan yang ada di storeroom
terdapat sparepart yang tidak teratur dalam penataannya. Kadang untuk part part
yang memiliki ukuran dijadikan satu tempat sehingga jika dilakukan pencarian
sparepart membutuhkan waktu yang lama. Terkadang terdapat sparepart yang
peletakannya tidak setempat dikarenakan melihat faktor seringnya dipakai
sparepart tersebut. Kemudian dalam penataan sparepart, awalnya storeroom
diklasifikasikan menurut jenis mekanik tetapi karena keterbatasan tempat
peletakkan sparepart saat ini menjadi tidak sesuai jenis sparepartnya.
Rekomendasi:
Sebaiknya proses penataan sparepart di storeroom tetap ditata menurut klasifikasi
jenis sparepartnya ( misal : mekanik, elektrik, civil , dan manufacturing ). Setelah
itu, sebaiknya diberikan pelabelan di tiap sparepart agar mempermudah pencarian
dan tidak perlu mencari sparepart di seluruh area storeroom sehingga tidak
menyebabkan sparepart berantakan.
c. Shine/Seiso (Resik)
Shine adalah pembersihan secara berkala. Pada storeroom belum dikategorikan
dalam keadaan bersih. Karena sparepart yang datang dari supplier tidak langsung
ditata di rak penyimpanan namun dibiarkan terlebih dahulu diletakkan di sekitar
storeroom
sehingga
kadang
sparepart
tersebut
memenuhi
ruangan
dan
belum
mengirimkan
barang
maka
storeroom
mempunyai
stok
cadangan/stok penyangga.
Menerapkan sistem ROP dan safety stock dalam pemesanan sparepart kembali agar
tidak terjadi kekurangan stock pada saat sparepart dari supplier datang.
e.
Safety
pekerjaan di storeroom tidak hanya mencatat administrasi keluar masuknya
sparepart tetapi juga melayani pengambilan sparepart untuk para mekanik dan
penyaluran sparepart dari supplier. Sparepart yang diangkut tidak hanya yang
berukuran kecil, tetapi sparepart yang berukuran besar dan berat juga diangkut
seperti metta cip, oli grease, dll. saat ini storeroom tidak menggunakan alat bantu
untuk mengangkut sparepart sparepart tersebut. Tetapi jika hal kecil dilakukan
secara terus menerus akan berakibat fatal, misalnya saja pekerja dalam melakukan
kegiatan penyaluran barang dari suplier ke gudang tidak menggunakan alat material
handling, seperti troly. Ini mengakibatkan pekerja harus membawa kardus berat 20
kg untuk 1 kardus secara manual. Jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan
sakit punggung atau pundak pada pekerjanya.
Trolley Barang
: Jepang
Kapasitas
: 300 kg
Dimensi
: 920 mm x 610 mm
Roda
: 5 inch
Pemilihan jenis trolley diatas berdasarkan barang yang diangkut biasanya mencapai 30
kg per barangnya dan sekali angkut biasanya mencapai 180 kg. Dengan adanya trolley
sebagai alat bantu kerja maka transportation time dalam memindahkan barang dapat
berkurang. Selain itu dapat mengurangi segala bentuk keelakaan kerja akibat sering
mengangkut barang barang berat tanpa menggunakan alat bantu kerja.
http://rodajayaltc.indonetwork.co.id/2486876/trolley-troli-lipat-prestar-jepang-nf-301.htm
Tangga
: Indonesia
Kapasitas
:-
Dimensi
:3m
Pemilihan jenis tangga diatas karena melihat faktor keamanan. Pada tangga tersebut
terdapat penyangga agar tangga terkunci. Selain itu tangga yang dipilih yaitu memiliki
tinggi 3 kg agar dapat mencapai lemari storeroom yang tertinggi. Dengan adanya tangga
yang digunakan sebagai alat bantu, maka admin/operator tidak akan kesusahan dalam
mencapai barang yang letaknya paling atas dan dapat mengurangi segala bentuk
kecelakaan kerja.
http://www.kimkoaluminium.com
40 cm
300 cm
380 cm
40 cm
Keterangan
Layout storeroom untuk saat ini 77% dari storeroom sudah digunakan untuk
melakukan penyimpanan sparepart dan untuk meletakkan meja kerja admin/operator.
Hal ini menyebabkan transportasi sparepart dari dan ke gudang menjadi terhambat
karena tidak leluasanya pekerja/admin dalam bergerak memindahkan barang. Selain itu
penataan sparepart yang kurang teratur dan kurangnya rak penyimpanan barang
menyebabkan pencarian sparepart menjadi sangat lama padahal tidak semua sparepart di
storeroom belum dilakukan pelabelan pada sparepart. Dalam pembuatan layout
usulan mempertimbangkan dari permintaan customer di storeroom, untuk itu
metode yang digunakan yaitu menggunakan kuesioner sebanyak 20 sampel dari .
mekanik, pegawai storeroom dan foreman dari PT. CPI Salatiga. Berikut rekap
data kuesioner yang telah disalin ulang dan terlampir.
Berdasarkan hasil kuosioner yang telah terlampir dapat diambil kesimpulan
bahwa perancangan pola peletakkan sparepart ilakukan dengan prinsip similarity dan
tetap memperhatikan poplarity dari masing masing sparepart. Selain itu pada gudang
diterapkan racking system dengan memanfaatkan ketinggian untuk memperbanyak
kapasitas dari gudang.
Pada prinsip ini,nantinya produk akan diklasifikan sesuai dengan metode
klasifikasi ABC, dimana kelas A menunjukkan produk produk yang fast moving, kelas
B untuk produk medium moving, dan kelas C untuk produk slow moving. Data total
barang yang keluar periode januari agustus 2012 per sparepart ditunjukkan pada tabel
5. 4 ( terlampir ) dibawah ini dan sparepart sparepart pada tabel 5.4 ( terlampir ) telah
diurutkan dari barang keluar yang terbanyak kemudian dihitung presentase
komulatifnya dan diklasifikasikan dengan menggunakan metode ABC. Persentase
produk yang keluar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase =
Keterangan :
Fi
Blind Rivet 4 mm
Persentase =
= 16,62%
50 cm
300 cm
SAUSAGE
MEKANIK
72 cm
300 cm
FUTHER
115 cm
50 cm
115 cm
MEKANIK
elektrik
MEKANIK
300 cm
300 cm
300 cm
CIVIL
elektrik
CIVIL
143 cm
MEKANIK
MEKANIK
ELEKTRIK
300 cm
143 cm
300 cm
KAIN
MAJUN
CIVIL
50 cm
80 cm
50 cm
40 cm
35 cm
120 cm
120 cm
50 cm
60 cm
143 cm
Metta cip
Buspray
Cipton
Oli
petrocanada,
dll
PIPA
Gambar 5.15 Merupakan layout storeroom dengan ukuran lebar 3,8 meter dan panjang
10,66 meter sehingga luas yang dimiliki yaitu sebesar 40,508 meter2. Layout storeroom
50 cm
= pxl
= 3 m x 0,5 m
= 1,5 meter2
Luas keseluruhan rak pada layout storeroom setelah perbaikan yaitu = ( 1,5 meter 2 x 6
rak ) = 9 meter2. Sehingga utilitas untuk rak penyimpanan itu sendiri sebesar = 9 meter2.
Untuk rak khusus futher dan sausage memiliki luas yang sama dengan rak penyimpanan
gambar 5.19 Tetapi memiliki tinggi yang berbeda. Rak futher dan sausage tersebut
memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Panjang
= 300 cm
Lebar
= 50 cm
Tinggi
= 320 cm
Rak tersebut memiliki 4 sekat dalam bentuk tingkatan. Per sekat memiliki panjang
sekitar 80 cm.
300 cm
SAUSAGE
320 cm
FUTHER
143 cm
50 cm
50 cm
Gambar 5.21 Rak Untuk Sparepart Kecil
= pxl
= 1,43 m x 0,5 m
= 0,715 meter2
Luas rak pada gambar 5.21 Yaitu sebesar 0,715 meter2. Terdapat 3 rak penyimpanan
sehingga utilitas untuk rak penyimpanan tersebut adalah (0,715 meter2 x 3 buah ) =
2,145 meter2. Rak pada gambar 5.22 memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Panjang
= 143 cm
Tinggi
= 254 cm
Tebal
= 50 cm
Memiliki sekitar 50 rak rak kecil yang dignakan untuk menyimpan sparepart
sparepart yang memiliki ukuran kecil. Tiap rak kecil tersebut memiliki ukuran panjang
= 25 cm , tinggi = 20 cm dan tebal 50 cm. Lemari tersebut dapat dibongkar pasang pada
kotak kotak penyimpanan barangnya. Sehingga dapat disesuaikan. Jika barang yang
disimpan berupa mur baut maka sliding tutup kotaknya dapat dipasang, lalu jika
sparepart yang disimpan berupa MCB,elektroda maka sliding tutup kotaknya dapat
dilepas.
254 cm
20 cm
143 cm
25 cm
60 cm
69 cm
77 cm
84 cm
120 cm
45 cm
= pxl
= 0,6 m x 1,2 m
= 0,72 meter2
= pxl
= 0,84 m x 0,45 m
= 0,378 meter2
= pxl
= 0,77 m x 0,69 m
= 0,53 meter2
Luas meja kerja admin yang terletak tepat di depan pintu masuk storeroom sebesar 0,72
meter2. Kemudian untuk luas tempat duduknya sebesar = (0,378 meter2 + 0,53 meter2 )
= 0,908 meter2. sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada meja dan kursi sebesar =
0,72 meter2 + 0,908 meter2 = 1,628 meter2
35 cm
80 cm
= pxl
= 0,8 m x 0,35 m
= 0,28 meter2
Luas meja printer yang terletak disamping meja kerja admin sebesar 0,28 meter2.
Sehingga utilitas / penggunaan ruangan pada meja printer sebesar = 0,28 meter2
120 cm
40 cm
= pxl
= 1,2 m x 0,4 m
= 0,48 meter2
Rak buku pada storeroom sebelumnya menempel pada dinding tepat diatas meja printer,
kemudian setelah perbaikan layout rak buku yang diusulkan yaitu rak buku yang duduk
dengan luas rak sebesar 0,48 meter2. Rak buku pada gambar 5.25 Memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
Panjang
= 120 cm
Lebar
= 50 cm
Tinggi
= 80 cm
Rak tersebut memiliki 4 bagian untuk menyimpan buku dan peralatan tulis lainnya.
80 cm
120 cm
50 cm
300 cm
KAIN
MAJUN
Metta cip
Buspray
Cipton
Oli
petrocanada,
dll
= pxl
= 3 m x 0,5 m
= 1,5 meter2
Untuk kain majun dan sparepart dengan tempat berbentuk dirigen memiliki space
tersendiri untuk penyimpanan yaitu sebesar 1,5 meter2.
Setelah dilakukan perbaikan layout, maka perhitungan utilitas storeroom dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Luas area keseluruhan = 40,508 m
Luas area yang digunakan = ( luas rak biasa+ luas rak untuk part part kecil + luas
meja kantor dan printer + luas sparepart sparepart yang diletakkan di lantai + luas
untuk kain majun,dll)
= 9 m2 + 2,145 m + 1,908 m + 0,48 + 1,5 m
= 15,033 m
Utilitas Ruang =
x 100%
= 37,11 %
254 cm
20 cm
143 cm
Sock 1"
Sock 2"
Sock 3"
Sock 2 1/
2"
Sock 4"
Sock 3/4"
Gambar 5.30 Usulan Palet untuk Item 1 Nama dengan Berbagai Ukuran Beserta Contoh Pelabelan
Dalam penataan sparepart untuk kedepannya lebih tertata lagi dan disesuaikan
dengan jenis dan ukurannya. Hal ini akan mempermudah dalam pencarian dan
mempersingkat waktu pencarian. Jika keseluruhan usulan perbaikan dapat diterapkan
maka storeroom PT. CPI Salatiga menerapkan 5S + Safety dalam keseluruhan aktivitas
yang ada di storeroom.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada Warehouse sparepart PT. Charoen
Pokphand Indonesia Salatiga dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Aktivitas aktivitas yang terjadi pada storeroom PT. Charoen Pokphand
Indonesia diantaranya pengiriman barang dari supplier, permohonan permintaan
barang ke storeroom, dan permintaan barang ke supplier
2. Dapat dilihat dari value stream mapping dan diagram fishbone masing masing
aktivitas bahwa macam macam pemborosan yang terjadi diantaranya:
storeroom.
Waiting
time
karena
sparepart
harus
menunggu
ditata
oleh
terlalu lama
3.
6.2 Saran
Beberapa Saran untuk PT. Charoen Pokphand Indonesia Salatiga :
1.
2.
3.