Anda di halaman 1dari 55

Dalam kristalograf, sebuah grup titik kristal atau kelas kristal adalah

serangkaian operasi simetri yang menyebabkan perubahan dari suatu titik yang
awal, seperti rotasi atau pencerminan, ke suatu titik tertentu dimana keadaan
kristal tersebut tidak berubah. Yang demikian disebut sebuah grup simetri. Telah
diketahui bahwa hanya terdapat 32 grup titik kristal yang memiliki kekhasan
tertentu. Grup titik dari sebuah kristal, di antara banyak hal lainnya, dapat
menentukan sifat optik dari simetri dari kristal tersebut. Contoh mudahnya,
seseorang dapat langsung menegetahui apakah kristal tersebut adalah
birefringent atau memperlihatkan efek Pockels dengan mencari tahu grup
titiknya.

Notasi
Suatu grup titik ditandai dari komponen simetrinya. Ada beberapa notasi standar yang
digunakan oleh para ahli kristalografi, ahli mineral, dan fisikawan.

Notasi Schoenflies
Dalam notasi Schoenflies, grup titik ditandai dengan suatu simbol huruf yang mempunyai
indeks. Arti dari simbol-simbol tersebut adalah :

Huruf O (untuk oktahedral) menandakan grup tersebut mempunyai simetri dari


sebuah oktahedral (atau kubus), dengan (Oh) atau tanpa (O) operasi tidak pantas (yang
mengubah ulinan).

Huruf T (untuk tetrahedral) menandakan bahwa grup tersebut mempunyai simetri dari
sebuah tetrahedral. Td memasukan operasi tidak pantas, sedangkan T tidak, dan Th
adalah T dengan penambahan suatu invers.

C (untuk cyclic) menandakan bahwa grup tersebut mempunyai n-kali sumbu rotasi.
Cnh adalah Cn dengan penambahan bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu
rotasi. Cnv adalah Cn dengan penambahan bidang cermin yang paralel dengan sumbu
rotasi.

Sn (untuk Spiegel, bahasa Jerman dari cermin) menandakan sebuah grup yang hanya
mempunyai sebuah n-kali sumbu rotasi-pencerminan.

Dn (untuk dihedral, atau dua sisi) menandakan grup tersebut mempunyai n-kali sumbu
rotasi ditambah dua sumbu yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Dnh mempunyai,
sebagai tambahan, sebuah bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu n-kali. Dnv
mempunyai, sebagai tambahan dari elemen Dn, bidang cermin yang paralel dengan
sumbu sumbu n-kali.
http://id.wikipedia.org/wiki/Grup_titik_kristal

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat
cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa
berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan
sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui
sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya
sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur
kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Kristal bismut.

Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu
cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya.
Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan
seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan
dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris:
latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas
sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan
lebih lanjut.

Kristal insulin.

Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir
semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus
diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat
pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen
juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya
akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya
mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam
struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola
heksagonal pada grafit.
Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur
cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.

Galium, logam yang dengan mudah membentuk kristal tunggal berukuran besar

Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan
fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang
menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal
tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan
molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya
kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek
feroelektrik atau efek piezoelektrik.
Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik
periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam
kristal fotonik.

Kristalografi adalah studi ilmiah kristal dan pembentukannya.


Daftar isi

1 Penggolongan
o

1.1 Kristal logam

1.2 Kristal ionik

1.3 Kristal kovalen

1.4 Kristal molekular

2 Lihat juga

3 Pranala luar

Penggolongan

Suatu kristal dapat digolongkan berdasarkan susunan partikelnya dan dapat pula berdasarkan
jenis partikel penyusunnya atau interaksi yang menggabungkan partikel tersebut.
Jenis-jenis kristal
Logam

Ionik

Molekular

Kovalen

Li

NaCl

Ar

C (intan)

Ca

LiF

Xe

Si

Al

AgCl

Cl

SiO2

Fe

Zn

CO2

Kristal logam
Kristal dengan kisi yang terdiri atas atom logam yang terikat melalui
ikatan logam. Atom logam merupakan atom yang memiliki energi ionisasi
kecil sehingga elektron valensinya mudah lepas dan menyebabkan atom
membentuk kation. Bila dua atom logam saling mendekat, maka akan
terjadi tumpah tindih antara orbital-orbitalnya sehingga membentuk suatu
orbital molekul. Semakin banyak atom logam yang saling berinteraksi,
maka akan semakin banyak terjadi tumpang tindih orbital sehingga
membentuk suatu orbital molekul baru. Terjadinya tumpang tindih orbital
yang berulang-ulang menyebabkan elektron-elektron pada kulit terluar
setiap atom dipengaruhi oleh atom lain sehingga dapat bergerak bebas di
dalam kisi.
Salah satu sifat kristal logam adalah dapat ditempa. Sifat ini diperoleh dari
ikatan logam yang membentuknya. Dalam ikatan logam, terjadi interaksi

antara atom/ion dengan elektron bebas di sekitarnya sehingga dapat


membuat logam mempertahankan strukturnya bila diberikan suatu gaya
yang kuat.
Kristal ionik

Kristal ionik terbentuk karena adanya gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif.
Umumnya, kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah. Contoh
dari kristal ionik adalah NaCl. Kristal ionik tidak memiliki arah khusus seperti kristal kovalen
sehingga pada kristal NaCl misalnya, ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion klorida
dengan intensitas interaksi yang beragam dan ion klorida akan berinteraksi dengan seluruh
ion natriumnya.
Kristal kovalen

Atomatom penyusun kristal kovalen secara berulang terikat melalui suatu ikatan kovalen
membentuk suatu kristal dengan struktur yang mirip dengan polimer atau molekul raksasa.
Contoh kristal kovalen adalah intan dan silikon dioksida (SiO2) atau kuarsa. Intan memiliki
sifat kekerasan yang berasal dari terbentuknya ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida
sp3.
Kristal molekular

Pada umumnya, kristal terbentuk dari sutau jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun,
pada kasus kristal molekular, kristal terbentuk tanpa bantuan ikatan, tetapi melalui interaksi
lemah antara molekulnya. Salah satu contoh dari kristal molekular adalah kristal iodin.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal

Berbagai kristal
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 11-08-2008

Sampai di sini, kristal telah diklasifikasikan berdasarkan cara penyusunan partikelnya. Kristal
juga dapat diklasifikasikan dengan jenis partikel yang menyusunnya atau dengan interaksi
yang menggabungkan partikelnya (Tabel 8.2).
Tabel 8.2 Berbagai jenis kristal
logam

ionik

molekular

kovalen

Li

38

LiF

246,7

Ar

1,56

C(intan)

170

Ca

42

NaCl

186,2

Xe

3,02

Si

105

Al

77

AgCl

216

Cl

4,88

SiO2

433

Fe

99

Zn

964

CO2

6,03

200

CH4

1,96

Nilai yang tercantum di atas adalah energi yang diperlukan untuk memecah kristal menjadi
partikel penyusunnya (atom, ion, atau molekul (dalam kkal mol-1))
a. Kristal logam

Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan ikatan logam. Elektron valensi
dalam atom logam mudah dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil) menghasilkan
kation. Bila dua atom logam saling mendekat, orbital atom terluarnya akan tumpang tindih
membentuk orbital molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut, interaksi antar
orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk. Jadi, sejumlah besar orbital molekul
akan terbentuk oleh sejumlah besar atom logam, dan orbital molekul yang dihasilkan akan
tersebar di tiga dimensi. Hal ini sudah dilakukan di Bab 3.4 (Gambar 3.8).
Karena orbital atom bertumpangtindih berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap
atom akan dipengaruhi oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh
atom tertentu, tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom ini. Jadi,
elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran listrik dan panas
serta kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam. Misalnya, logam dapat
mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini karena ada interaksi yang
kuat di berbagai arah antara atom (ion) dan elektron bebas di sekitarnya (Gambar 8.8).

Gambar 8.8 Deformasi sruktur logam.


Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat
ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.

Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila salah
satu ujung logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan meningkat.
Peningkatan
energi kinetik dengan cepat ditransfer ke elektron bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan
cara yang sama. Bila beda tegangan diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan
mengalir ke arah muatan yang positif.
Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam. Karena
sedemikian banyak orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat energi itu sangat kecil.
Bila permukaan logam disinari, elektron akan mengabsorbsi energi sinar tersebut dan
tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang gelombang cahaya yang diserap sangat lebar. Bila
elektron yang tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya dan kembali ke keadaan dasar,
cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebar akan dipancarkan, yang akan kita
amati sebagai kilap logam.
b. Kristal ionik

Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan
positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggo dan hantaran listrik yang
rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ionion yang memiliki hantaran listrik.
Biasanya diasumsikan bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion
natrium khlorida, ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan
kovalen, ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi
dengan semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam. Demikian
juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal.
Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan jumlah kontak antara
partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan koordinasinya
terbesar. Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan akibatnya, ada
kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation yang lebih kecil akan
berada di celah antar anion.
Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan membentuk susunan
kisi berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak panjang sehingga kation natrium yang
lebih kecil (0,098 nm) dapat dengan mudah diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 8.9(a)).
Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian
juga, setiap ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6) (Gambar
8.9(b)). Jadi, dicapai koordinasi 6:6.

Gambar 8.9 Struktur kristal natrium khlorida


Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan.
Struktur ini bukan struktur terjejal.
Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion natrium dikelilingi
oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium maupun khlorida seolah secara
independen membentuk kisi kubus sederhana, dan satu ion cesium terletak di pusat kubus
yang dibentuk oleh 8 ion khlorida (Gambar 8.10)

Gambar 8.10 Struktur kristal cesium khlorida.


Setiap ion dikelilingi oleh delapan ion dengan muatan yang berlawanan.
Struktur ini juga bukan struktur terjejal.

Jelas bahwa struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan anion. Bila rasio
(jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari nilai rasio di natrium khlorida, bilangan
koordinasinya akan lebih kecil dari enam. Dalam zink sulfida, ion zink dikelilingi hanya oleh
empat ion sulfida. Masalah ini dirangkumkan di tabel 8.3.
Tabel 8.3 Rasio jari-jari kation rC dan anion rA dan bilangan koordinasi.
Rasio jari-jari rC/rA

Bilangan koordinasi

contoh

0,225-0,414

ZnS

0,414-0,732

Sebagian besar halida logam


alkali

>0,732

CsCl, CsBr, CsI

Latihan 8.4 Penyusunan dalam kristal ion


Dengan menggunakan jari-jari ion (nm) di bawah ini, ramalkan struktur litium fluorida LiF
dan rubidium bromida RbBr. Li+ = 0,074, Rb+ = 0,149, F- = 0,131, Br- = 0<196
Jawab
Untuk LiF, rC/rA = 0,074/0,131 = 0,565. Nilai ini berkaitan dengan nilai rasio untuk kristal
berkoordinasi enam, sehingga LiF akan bertipe NaCl. Untuk RbBr, rC/rA = 0,149/0,196 =
0,760, yang termasuk daerah berkoordinasi 8, sehingga RbBr diharapkan bertipe CsCl.
c. Kristal molekular

Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der Waals disebut
dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini tersusun atas suatu jenis ikatan
kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi
dengan interaksi lemah antar molekulnya. Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur
sangat rendah. Argon mengkristal dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya -189,2C.
Padatan argon berstruktur kubus terjejal.
Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola. Walaupun tersusun
teratur di kristal, arah molekulnya bergantian (Gambar 8.11). Namun, karena strukturnya
yang sederhana, permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya mengapa kristal iodin memiliki
kilap.

Gambar 8.11 Struktur kristal iodin.


Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka.
Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap.
Pola penyusunan kristal senyawa organik dengan struktur yang lebih rumit telah diselidiki
dengan analisis kristalografi sinar-X. Bentuk setiap molekulnya dalam banyak kasus mirip
atau secara esensi identik dengan bentuknya dalam fasa gas atau dalam larutan.
d. Kristal kovalen

Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam kristal
seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang saling terikat
dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang dihasilkan nampak dengan mata
telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal dari
jaringan kuat yang terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar
8.12). Intan stabil sampai 3500C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan
menyublim.
Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur yang mirip
dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida (kuarsa; SiO2)
(Gambar 8.13). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat empat atom oksigen
membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom silikon lain. Titik leleh kuarsa
adalah 1700 C.

Gambar 8.12 Struktur kristal intan


Sudut C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.

Gambar 8.13 Struktur kristal silikon dioksida


Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom
oksigen berada di antara atom-atom silikon.
Latihan 8.5 Klasifikasi padatan
Kristal yang diberikan di bawah ini termasuk kristal logam, ionik, kovalen, atau molekular.
Kenali jenis masing-masing.
padatan

Titik leleh (C)

150

Kelarutan dalam air

Tak larut

Hantaran
listrik
Tidak

1450

Tak larut

Menghantar

2000

Tak larut

Tidak

1050

larut

Tidak

Jawab
A = kristal molekular, B = kristal logam, C = kristal kovalen, D = kristal ionik
Kristal biasanya diklasifikasikan seprti di latihan 8.5 di atas. Dalam metoda lain, kristal
diklasifikasikan bergantung pada partikel penyusunnya, yakni atom, molekul atau ion. Kristal
yang tersusun atas atom meliputi kristal logam, kristal kovalen, dan kristal molekular seperti
kristal gas mulia. Tabel 8.4 merangkumkan klasifikasi ini.
partikel

Jenis ikatan

Sifat

Contoh

Jaringan atom

keras
Ikatan kovalen berarah Titik leleh tinggi
Insulator

logam

Ikatan kovalen tak


berarah

Kekeresan bervariasi perak


Titik leleh bervariasi
besi
konduktor

Gas mulia

Gaya antarmolekul

Titik leleh sangat


rendah

argon

Molekul (polar)

Interaksi dipol-dipol

lunak
Titik leleh rendah
Insulator

es
es kering

ion

Ikatan ionik

Keras
Titik leleh tinggi
insulator

natrium khlorida

intan

e. Kristal cair

Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan mempertahankan
temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya, titik leleh zat amorf berada
di nilai temperatur yang lebar, dan temperatur selama proses pelelehan akan bervariasi.
Terdapat beberapa padatan yang berubah menjadi fasa cairan buram pada temperatur tetap
tertentu yang disebut temperatur transisi sebelum zat tersebut akhirnya meleleh. Fasa cair ini

memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan tegangan permukaan. Namun, dalam fasa cair,
molekul-molekul pada derajat tertentu mempertahankan susunan teratur dan sifat optik cairan
ini agak dekat dengan sifat optik kristal. Material seperti ini disebut dengan kristal cair.
Molekul yang dapat menjadi kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekulmolekul ini memiliki satuan struktural planar semacam cincin benzen. Di Gambar 8.14,
ditunjukkan beberapa contoh ristal cair.

Gambar 8.14 Beberapa contoh kristal cair


Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar.
Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan kholesterik. Hubungan struktural antara
kristal padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik ditunjukkan di Gambar 8.15.
Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis semacam layar TV atau jam tangan.

Gambar 8.15 Keteraturan dalam kristal cair. Keteraturan adalm kristal adalah tiga dimensi.
Dalam kristal cair smektik dapat dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di nematik
satu dimensi. T adalah temperatur transisi.
Latihan
8.1 Kondisi Bragg
Kristal diukur dengan sinar-X ( = 0,1541 nm) untuk mendapatkan pola difraksi pada
=15,55. Tentukan jarak antar bidang bila n = 1. Jawab 0,2874 nm.
8.2 Kristal tipe natrium khlorida
Dalam kristal ionik jenis natrium khlorida (bilangan koordinasi = 6), kation dikelilingi oleh
enam anion. Tentukan rasio jari-jari kation/anion (rC/rA) bila kedua ion bensentuhan.
Jawab. rC + rA = 2 rA Maka rC/rA = 0,414. Bila rasion rC/rA lebih kecil dari nilai ini, tidak akan
ada kontak antara kation dan anion.
8.3 Kerapatan kristal
Jari-jari atom nikel (Ni) adalah 1,24 x 1010 m, dan kristalnya berstruktur kubus terjejal
(berpusat muka). Hitung kerapatan kristal nikel.
Jawab. Anggap panjang sel kubus sebagai d, maka (4r)2 = 2d2 dengan teorema Pythagoras d =
2r. Volume satu sel satuan, V, V = 22,63 r3. Dalam satu sel satuan ada empat atom, maka
massa satu sel satuan, w, w = (4 x 58,70 (g mol-1))/(6,022 x 1023 (mol-1)) = 3,900 x 10-22 (g).
Akhirnya kerapatan, d, d = w/V = 9,04 g cm3. Cocok dengan hasil percobaan 8,90 g cm-3.
8.4 Kubus berpusat badan

Kristal titanium adalah kubus berpusat badan dengan kerapatan 4,50 g.cm-3. Hitung panjang
sel satuan l, jari-jari atom titanium r. Dalam kubus berpusat badan, atom-atomnya berkontak
sepanjang diagonal sel satuan.
8.4 Jawab.
Karena dua atom berada dalam sel satuan kubus berpusat badan, persamaan berikut berlaku
4,50 (g cm-3) = (2 x 47,88 (g mol-1))/( 6,022 x 1023 (mol-1) x l3 (cm3)), maka l = 3,28 x 108 cm.
Dengan teorema Pythagoras, (4r)2 = (3,28 x 108)2 + [2(3,28 x 10-8)]2 , maka r = 1,42 x 10-8
cm.
8.5 Klasifikasi kristal
Klasifikasikan kristal berikut sesuai dengan klasifikasi di Tabel 8.2: (a) es kering (CO2); (b)
graphite;
(c) CaF2; (d) MnO2; (e) C10H8 (naftalen);(f) P4; (g) SiO2; (h) Si; (i) CH4; (j) Ru; (k) I2; (l) KBr;
(m) H2O; (n) NaOH; (o) U; (p) CaCO3; (q) PH3. Jawab (a) molekular; (b) kovalen; (c) ionik;
(d) ionik; (e) molekular; (f) molekular;(g) kovalen; (h)logam; (i) molekular; (j) logam; (k)
molekular; (l) ionik, (m) molekular; (n) ionik; (o) logam; (p) ionik; (q) molekular.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/padatan1/berbagai-kristal/

Kristal dan Sistemnya


Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.

Unsur-unsur simetri Kristal


Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristal
yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem Kristal
yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur
simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri
1. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian

yang sama, dimana bagian yang satu merupakan bayangan dari yang lain.
Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah.
2. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri

3. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak
yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan
kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut
berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.
Kristal dapat diklasifkasikan menjadi tujuh kelompok besar, yang disebut system
kristal. Ke-7 kelompok sistem kristal itu yaitu :
sistem kubik
sistem hexagonal
sistem trigonal
sistem tetragonal
sistem orthorombik
sistem monoklin
sistem triklin

1. Sistem Kubus
Sistem kubus ini adalah sistem kristal yang paling simetri Sistem Kubus tersusun
atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang dan sama sudut potong
satu sama lain. Sistem ini berbeda dengan sistem lain.
Sistem ini sering juga disebut dengan sistem isometric. Kata isometric berarti
berukuran sama, terlihat pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri.Sering

dinamakan sistem kubus karena bentuk umum dari kristalnya berstruktur seperti
kubik.
Contoh Mineral Sistem Kubic : Spalerit

Nama Mineral : Spalerit


Rumus kimia : ZnS
Berat Jenis (BD) : 3,9-4,1
Sistim Kristal : kubik
Belahan : sempurna
Warna : merah jingga sampai mendekati hitam
Goresan : coklat sampai kuning
Kekerasan : 3,5-4
2. Sistem Hexagonal
Sistem hexagonal merupakan sistem yang berdasarkan pada satu sumbu utama,
dalam. Sistem hexagonal sekilas nampak seperti tetragonal. Sistem heksagonal
memuat kelas yang merupakan pencerminan dari sistem tetragonal,
Ketiga sumbunya memotong tegak lurus terhadap sumbu utama kristal yang
membujur vertical dan disebut a1, a2, dan a3. Perpotongannya simetri
membentuk sudut 120o.
Contoh Mineral Sistem Hexagonal : Graft

Nama Mineral : Graft


Rumus kimia : G
Berat Jenis (BD) : 2,2
Sistim Kristal : heksagonal
Belahan :
Warna : tanah sampai logam
Goresan : hitam
Kekerasan : 1-2

3. Sistem Trigonal
Sistem trigonal mempunyai tiga sisi perputaran sumbu. Meskipun hanya memiliki
tiga sisi putar sumbu,kelas trigonal mengikuti jenis kelas orthorombik dan
menyerupai kubah,dan memiliki sudut 120o,sumbu yang lain bisa lebih
pendek/panjang.
Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut

Nama Mineral : Bismut


Rumus kimia : Bi
Berat Jenis (BD) : 9,8
Sistim Kristal : Trigonal
Belahan : sempurna, baik
Warna : putih timah dengan warna merah mudah pucat
Goresan : putih
Kekerasan : 2-2,5

4. Sistem Tetragonal
Sistem tetragonal Hampir sama dengan sistem isometric/Kubic. Perbedaanya,
salah satu sumbunya lebih panjang dari pada dua sumbu yang lain. Sumbu yang
berbeda ini menjadi sumbu utama, yang disebut juga sumbu c. Sedangkan dua
sumbu yang lain sama panjanga dan b.
Dalam sistem isometri bentuk kristal dapat dikatakan seperti kubus, namun
dalam tetragonal sistem kristal berbentuk umum persegi.
Contoh Mineral Sistem Tetragonal : Bornit

Nama Mineral : Bornit


Rumus kimia : Cu5FeS4
Berat Jenis (BD) : 5,0
Sistim Kristal :tetragonal
Belahan : dalam jejak
Warna : merah tembaga atau perunggu
Goresan : hitam keabu-abuan yang terang
Kekerasan : 3

5. Sistem Ortorombik
Pada sistem ortorombik, sumbu kristalnya berjumlah tiga buah yang
kesemuanya tidak sama panjang dan ketiganya saling berpotongan tegak lurus.
Satu sumbu memanjang vertical, yang disebut sumbu c. Sumbu satunya lebih
panjang disebut sumbu a.Sumbu ketiganya melintang dari kanan ke kiri yang
disebut sumbu b.
Contoh Mineral Sistem Ortorombik : Topaz

Nama Mineral : Topas

Rumus kimia : Al2(SiO4)(F2OH)2


Berat Jenis (BD) : 19,3
Sistim Kristal : ortorombik
Belahan : sempurna
Warna : bening,kuning, merah mudakebiruan, kehijauan
Goresan : Kekerasan : 8

6. Sistem Monoklin
Sistem ini terdiri dari dua sumbu tak sama panjang (a dan b) yang saling
berpotongan tegak lurus dan sebuah sumbu c yang condong terhadap sumbu a.
Sumbu a dan c melintang pada satu bidang. Keduanya tidak saling tegak lurus.1
sumbu yang lainnya tegak lurus.
Contoh Mineral Sistem Monoklin : Manganit

Nama Mineral : Manganit


Rumus kimia : MnO(OH)
Berat Jenis (BD) : 2,71
Sistim Kristal : monoklin
Belahan : sempurna
Warna : abu-abu gelap sampai hitam
Goresan : coklet kemerahan sampai hitam
Kekerasan : 4

7. Sistem Triklin
Pada sistem ini, semua kristalnya memiliki tiga sumbu kristal tak sama panjang
dan saling berpotongan tetapi tidak saling tegak lurus.
Contoh Mineral Sistem Triklin : Microline
http://myblog-tryz.blogspot.com/2011/03/kristal-dan-sistemnya.html

DESKRIPSI MINERAL
1. Nama Mineral

: Topas

Rumus kimia

: Al2(SiO4)(F2OH)2

Berat Jenis (BD)

: 19,3

Sistim Kristal

: ortorombik

Belahan

: sempurna

Warna

: bening,kuning, merah mudakebiruan, kehijauan

Goresan

:-

Kekerasan

:8

2. Nama Mineral
Rumus kimia

: perak
: Ag

Berat Jenis (BD)

: 10,5

Sistim Kristal

: Isomerik

Belahan

: Tidak ada

Warna

: Putih

Goresan
Kekerasan
. 3. Nama Mineral

: putih
: 2,5-3
: Tembaga

Rumus kimia

: Cu

Berat Jenis (BD)

: 8,9

Sistim Kristal

: Isomerik

Belahan

: Tidak ada

Warna

: Coklat

Goresan

: hitam logam

Kekerasan

: 2,5-3

4. Nama Mineral

: Platina

Rumus kimia

: Pt

Berat Jenis (BD)

: 21,4

Sistim Kristal

: Isomerik

Belahan

: Tidak ada

Warna

: Putih abu-abu

Goresan

: abu-abu

Kekerasan

: 4-4,5

5. Nama Mineral

: Besi

Rumus kimia

: Fe

Berat Jenis (BD)

: 7,3-7,8

Sistim Kristal

: Isometrik

Belahan

: Tidak ada (010)

Warna

: Abu-abu besi-hitam

Goresan

: abu-abu

Kekerasan

:4

6. Nama Mineral

: Arsen

Rumus kimia

: As

Berat Jenis (BD)

: 5,75

Sistim Kristal

: Heksagonal

Belahan

: Sempurna

Warna

: Putih timah sampai abu-abu gelap

Goresan

: abu-abu

Kekerasan

: 3,5

7. Nama Mineral

: Animon

Rumus kimia

: Sb

Berat Jenis (BD)

: 6,68

Sistim Kristal

: Heksagonal

Belahan

: Sempurna

Warna

: logam

Goresan

: abu-abu

Kekerasan

: 3-3,5

8. Nama Mineral

: Bismut

Rumus kimia

: Bi

Berat Jenis (BD)

: 9,8

Sistim Kristal

: Trigonal

Belahan

: sempurna, baik

Warna

: putih timah dengan warna merah mudah pucat

Goresan

: putih

Kekerasan

: 2-2,5

9. Nama Mineral

: Belerang

Rumus kimia

:S

Berat Jenis (BD)

: 2,1

Sistim Kristal

: ortorombik

Belahan

: tidak sempurna

Warna

: kuning belerang sampai coklat kekuningan

Goresan

: putih

Kekerasan

: 1,5-2,5

10. Nama Mineral

: Intan

Rumus kimia

:C

Berat Jenis (BD)

: 3,5

Sistim Kristal

: isometrik

Belahan

: sempurna

: bening, putih sampai putih kebiruan, abu-abu, kuning, coklat, oranye, merah, biru, hijau,
hitam
Goresan

Kekerasan

: 10

11. Nama Mineral

: Grafit

Rumus kimia

:G

Berat Jenis (BD)

: 2,2

Sistim Kristal

: heksagonal

Belahan

Warna

: tanah sampai logam

Goresan

: hitam

Kekerasan

: 1-2

12. Nama Mineral

: Argentit

Rumus kimia

: Ag2S

Berat Jenis (BD)

: 7,04

Sistim Kristal

: isometrik

Belahan

: tidak jelas

Warna

: hitam sampai abu-abu gelap

Goresan

: hitam

Kekerasan

: 2-2,5

13. Nama Mineral

: Kalkosit

Rumus kimia

: Cu2S

Berat Jenis (BD)

: 5,77

Sistim Kristal

: ortorombik

Belahan

: tidak jelas

Warna

: abu-abu kehitaman sampai hitam

Goresan

: abu-abu kehitaman

Kekerasan

: 2,5-3

14. Nama Mineral

: Bornit

Rumus kimia

: Cu5FeS4

Berat Jenis (BD)

: 5,0

Sistim Kristal

:tetragonal

Belahan

: dalam jejak

Warna

: merah tembaga atau perunggu

Goresan

: hitam keabu-abuan yang terang

Kekerasan

:3

15. Nama Mineral

: Gelena

Rumus kimia

: PbS

Berat Jenis (BD)

: 7,58

Sistim Kristal

: isometrik

Belahan

: sempurna

Warna

: abu-abu timah

Goresan

: abu-abu timah

Kekerasan

16. Nama Mineral

: 2,5

: Spalerit

Rumus kimia

: ZnS

Berat Jenis (BD)

: 3,9-4,1

Sistim Kristal

: kubik

Belahan

: sempurna

Warna

: merah jingga sampai mendekati hitam

Goresan

: coklat sampai kuning

Kekerasan

: 3,5-4

17. Nama Mineral

: Kalkopirit

Rumus kimia

: CuFeS2

Berat Jenis (BD)

: 4,28

Sistim Kristal

: tetragonal

Belahan

: tidak jelas

Warna

: kuning terang sering dengan coklat

Goresan

: hitam kehijauan

Kekerasan

: 3,5-4

18. Nama Mineral

: Pirit

Rumus kimia

: FeS2

Berat Jenis (BD)

: 4,7

Sistim Kristal

: kubik

Belahan

: tidak ada

Warna

: kuning terang muda

Goresan

: hitam kehijauan

Kekerasan

: 6-6,5

19. Nama Mineral

: Manganit

Rumus kimia

: MnO(OH)

Berat Jenis (BD)

: 2,71

Sistim Kristal

: monoklin

Belahan

: sempurna

Warna

: abu-abu gelap sampai hitam

Goresan

: coklet kemerahan sampai hitam

Kekerasan

:4

20. Nama Mineral

: Kalsit

Rumus kimia

: CaCO3

Berat Jenis (BD)

: 2,85

Sistim Kristal

: heksagonal

Belahan

: sempurna

Warna

: bening atau putih

Goresan

: putih

Kekerasan

:3

21. Nama Mineral

: Dolomit

Rumus kimia

: CaMg(CO3)2

Berat Jenis (BD)

: 4,50

Sistim Kristal

: heksagonal

Belahan

: sempurna

Warna

: bening atau putih sempurna krem

Goresan

: putih

Kekerasan

22. Nama Mineral

: 2,85

: Olivin

Rumus kimia

: (Mg,Fe)2(SiO4)

Berat Jenis (BD)

: 3,5-4,3

Sistim Kristal

: ortorombik

Belahan

: tidak ada

Warna

: hijau kekuningan sampai keabu-abuan

Goresan

Kekerasan

: 6,5-7

23. Nama Mineral

: Serpentin

Rumus kimia

: Mg6(Si4O10)(OH)8

Berat Jenis (BD)

: 2,7-2,8

Sistim Kristal

: monoklin

Belahan

: idak ada

: sering bervariasi memperlihatkan penggantian dalam lebih terang dan lebih gelap
Goresan

:-

Kekerasan

: 3-5, selalu 4

24. Nama Mineral

: Biotit

Rumus kimia

: K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2

Berat Jenis (BD)

: K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2

Sistim Kristal

: monoklin

Belahan

: sempurna

Warna

: hijau,coklat, hitam

Goresan

:-

Kekerasan

: 2,5-3

25. Nama Mineral

: Kuarsa

Rumus kimia

: SiO2

Berat Jenis (BD)

: 2,65

Sistim Kristal

: heksagonal

Belahan

: tidak ada

Warna

: bening atau putih

Goresan

:-

Kekerasan

:7

http://mheea-nck.blogspot.com/2010/06/deskripsi-mineral.html

Kristalograf
1:35 AM Irfan Hikari

2 comments

Kristalograf adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistemsistem kristal. Kristalograf merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar kristal
serta cara penggambarannya. Kristal atau hablur adalah suatu benda padat
homogen berbentuk polihedral teratur, dibatasi oleh bidang permukaan licin,
rata, yang merupakan ekspresi bangun atau struktur dalamnya. Suatu kristal
dapat didefnisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu. Jadi, kristal merupakan suatu padatan dengan susunan atom
yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X.
Hingga saat ini, baru diketahui 7 sistem kristal, yaitu Isometrik, Tetragonal,
Ortorombik, Heksagonal, Trigonal, Monoklin, dan Triklin. Dari ketujuh sistem
kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan
ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut.
Sistem isometri terdiri dari 5 kelas, sistem tetragonal terdiri atas 7 kelas, sistem
ortorombik terdiri dari 3 kelas, heksagonal terdiri dari 7 kelas, trigonal terdiri dari
5 kelas, dan sistem monoklin mempunyai 3 kelas. Tiap kelas kristal mempunyai
singkatan yang disebut dengan simbol. Ada 2 macam cara simbolisasi yang
sering digunakan, yaitu simbolisasi Schonflies dan Herman Maugin (simbolisasi
internasional).
7 sistem kristal antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sistem Isometrik
Sistem ini dikenal sebagai sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama
panjangnya. sumbu-sumbu tersebut biasanya disebut a,b,c.
2. Sistem Tetragonal
Sistem ini sama dengan sistem isometrik, sistem ini memiliki 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a sama panjang dengan sumbu

b, sedangkan sumbu c bisa lebih panjang ataupun lebih pendek dari sumbu a
atau b.
3. Sistem Ortorombik
Sistem ini memiliki 3 sumbu kristal yang saling tegak lurus satu dengan lainnya.
Ketiga sumbu kristal tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Sumbu a
adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c
adalah sumbu terpanjang.
4. Sistem Heksagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu yang lainnya. Sumbu a, b, da d masing-masing saling membentuk
sudut 120 derajat satu terhadap yang lain dan mempunyai panjang yang sama,
sedangkan panjang c berbeda (dapat lebih panjang atau lebih pendek).
5. Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem heksagonal, sebab cara
penggambarannya sama dengan sistem heksagonal, hanya saja pada sistem
trigonal, setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian
dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, sumbu b tegak lurus
terhadap sumbu c, tapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sumbu a disebut sumbu klino,
dan sumbu b disebut sumbu orto.
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu, yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus. emikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Salah satu
dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c, yaitu sumbu vertikal, dan dua
sumbu lainnya adalah sumbu b, yaitu lebih panjang dari sumbu c yang disebut
sumbu makro, dan sumbu a, yaitu sumbu terpendek yang disebut sumbu brakia.

Unsur-unsur simetri kristalograf, terdiri dari:


1. Zona dan Sumbu Zona
Zona adalah satu set bidang-bidang hablur yang terletak sedemikian sehingga
garis-garis potongnya saling sejajar satu sama lain. Sedangkan sumbu zona
adalah suatu garis yang letaknya sejajar dengan garis potong dari bidang-bidang
yang terletak dalam satu zona.
2. Pusat atau Inti simetri titik inversi (i)
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri (i) jika setiap garis yang ditarik

dari setiap titik pada permukaan kristal selalu melewati pusat kristal, sehingga
menghasilkan titik-titik yang berlawanan arah dengan jarak yang sama. Keadaan
ini berarti bidang-bidang yang berlawanan tersebut akan berjarak sama terhadap
pusat simetri (i) tersebut dan saling sejajar.
3. Bidang Simetri atau Bidang Cermin (m)
merupakan bidang imajiner atau bidang khayal yang memisahkan dua bidang
yang mempunyai bentuk muka yang sama dalam ukuran dan bentuk pada arah
yang berlawanan. Bidang imajiner haruslah merupakan bidang pencerminan (m)
antara satu bidang hablur terhadap bidang yang lainnya.
4. Sumbu Simetri atau Sumbu Lipat (n)
merupakan garis imajiner, dimana hablur dapat berotasi atau disebut pula
sebagai sumbu putar/ sumbu ganda. Hasil rotasi bidang harus benar-benar
berimpit dengan bentuk semula dari bidang kristal yang dipakai sebagai standar
pengamatan awal pada perputaran sebesar 360 derajat.
Untuk mengamati objek 3 dimensi, suatu kristal menjadi bentuk 2 dimensi
dilakukan dengan cara proyeksi kristalograf. prinsip proyeksi kristal adalah
penyederhanaan penggambaran kembali setiap bidang kristal menjadi suatu
titik, dengan cara menentukan posisi tersebut. Caranya adalah dengan menarik
garis tegak lurus atau garis normal dari suatu pusat kristal terhadap
muka/bidang kristalnya sehingga memotong bidang proyeksi. Berikut ini adalah
macam-macam proyeksi kristalograf, antara lain adalah:
1. Proyeksi Bola
dimana bidang proyeksinya adalah bidang bolanya. Hasil proyeksi bola ini masih
kurang sederhana, karena proyeksi kristal yang asalnya berbentuk 3 dimensi
akan berupa titik-titik yang tersebar pada bidang bola yang masih berbentuk 3
dimensi.
2. Proyeksi Stereograf
adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan sebuah bola
sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis. Proyeksi ini hanya
menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis, sehingga
hanya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
geometri saja. Analisis geometri struktur geologi atau bidang-bidang diskontinu
menerapkan prinsip-prinsip proyeksi stereograf menggunakan bantuan
stereonet.
3. Proyeksi Gnomonik
proyeksi ini sama dengan proyeksi stereograf, tetapi bidang proyeksi
gnomoniknya merupakan bidang singgung bola yang menyinggung bola pada
titik kutub utara bola berupa bidang.
4. Proyeksi Ortograf
Pada proyeksi ortograf, bidang proyeksi dapat diletakkan dimana saja pada arah

tertentu dari bola, tetapi pada umumnya bidang proyeksi ortograf terletak
diutara bola yang tegak lurus terhadap sumbu U dan S diatas bidang proyeksi
gnomonik.
http://dunia-atas.blogspot.com/2011/04/kristalograf.html

SIMBOL KRISTALOGRAFI DAN PENENTUAN KLAS SIMETRI KRISTAL

Simbol Kristalografi
1. Parameter dan Parameter Rasio

Parameter bidang hkl:


oh = 1 bagian
ok = 3 bagian
ol

= 6 bagian

Parameter Rasio Bidang hkl


oh : ok : ol = 1 : 3 : 6

2. Simbol Weiss dan Simbol Miller

Simbol Weiss

= Bagian yang terpotong :

Satuan ukur

Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk proyeksi


orthogonal dan proyeksi stereografis

Simbol Miller

= Satuan ukur : Bagian yang terpotong

Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk


suatu
kristal.

Klas Simetri
Pengelompokkan dalam Klas Simetri didasarkan pada:
1.

Sumbu Simetri

2.

Bidang Simetri

3.

Titik Simetri atau Pusat Simetri

1.

Sumbu Simetri
Sumbu

simetri

adalah

garis

lurus

yang

dibuat

melalu

kristal, dimana apabila kristal tersebut diputar sebesar 360


garis

tersebut

tertentu,

sebagai

kristal tersebut

poros

akan menunjukkan

seperti semula.
Ada 4 jenis Sumbu Simetri yaitu:
1.Sumbu Simetri Gyre
2.Sumbu Simetri Gyre Polair
3.Sumbu Cermin Putar
4.Sumbu Inversi Putar

putarannya,maka

pada

pusat
dengan

kedudukan

kenampakan-kenampakan

2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat
kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana
bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang
lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2:
2.1 Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama ialah merupakan bidang yang dibuat melalui 2 buah
sumbu simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:

Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)


Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v

(bidang KLMN dan

OPQR).

2.2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)


Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan
diagonal saja dengan notasi (d).
Gambar

disamping

memperlihatkan

kedudukan

buah

bidang

simetri

tambahan/diagonal pada bentuk kristal Hexahedron (kubus).


Catatan:
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri
utama, baru dihitung bidang simetri tambahan.

3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)


Pusat

Simetri

adalah

titik

dalam

kristal,

dimana

melaluinya

dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang

satu

dengan

sisi

yang

lain

dengan

jarak

yang

sama,

dijumpai

kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).


Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kistal, tetapi pusat
kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

4. Penentuan Klas Simetri


Penentuan Klas Simetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur
simetri yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara
untuk menentukan klas simetri suatu bentuk kristal, diantaranya yang
umum digunakan:

4.1. Menurut Herman Mauguin


SISTEM REGULER
Bagian I

Menerangkan nilai sb a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau

2 dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.


Bagian ini dinotasikan dengan :
Angka

menunjukkan

nilai

sumbu

dan

huruf

menunjukkan

adanya

bidang

simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.


Bagian II : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang bernilai 3
itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu ditulis: 3 atau 3
Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2
dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu
diagonal tersebut.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada.

Contoh:
- Klas Hexoctahedral

..

- Klas Pentagonal icositetrahedral ..4

- Klas Hextetrahedral .

- Klas Dyakisdodecahedral

- Klas Tetratohedris

. 2

SISTEM TETRAGONAL
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada
tidaknya bidang simteri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini dinotasikan :

Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada.

Bagian III :
Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan
ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada.

Contoh :
- Klas Ditetragonal bipyramidal
- Klas Tetragonal trapezohedral4

- Klas Ditetragonal pyramidal

- Klas Tetragonal scalenohedral ..

- Klas Tetragonal bipyramidal..

- Klas Tetragonal pyramidal4


- Klas Tetragonal Bisphenoidal.

SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONAL

Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin ) dan ada tidaknya bidang simetri
horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan :

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada.

Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini dinotasikan :

atau tidak ada

Contoh :
- Klas Dihexagonal bipyramidal..

- Klas Dihexagonal trapezohedral ....

- Klas Dihexagonal pyramidal .....

- Klas Hexagonal bipyramidal ....

- Klas Hexagonal pyramidal... .....6

- Klas Ditrigonal bipyramidal

- Klas Trigonal bipyramidal...

- Klas trapezohedral..........
Klas

- Klas Ditrigonal scalenohedral .......

atau

Ditrigonal

pyramidal

atau
................................................

- Klas Trigonal rhombohedral ..


- Klas trogonal pyramidal ..

SISTEM ORTHOROMBIC
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut .
Dinotasikan :
Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini dinotasikan :
Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang tegak
lurus terhadap sumbu tersebut.
Dinotasikan :
Contoh :

1.

Klas Orthorombic bipyramidal

2.

Klas Ortorombic bisphenoidai. 2

3.

Klas Orthorombic pyramidal .. m

2
2

SISTEM MONOKLIN
q

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
1.

Klas Prismatik

2.

Klas Sphenoidal ..

3.

Klas Domestik .

2
m

Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:


q

Mempunyai titik simetri

Klas Pinacoidal

Tidak mempunyai unsur simetri

Klas Assymetric 1

4.2 Menurut Schoenflish


SISTEM REGULER
Bagian

I: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4


atau bernilai 2.

kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf O (Octaeder),


karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4
adalah Octahedron.

kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (Tetraeder),


karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2
adalah bentuk Tetrahedron.

Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut


mempunyai:

Bidang simetri

horisontal

(h)

Bidang simetri vertical


dinotasikan h

(v)

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri horisontal


dinotasikan h

Bidang simetri vertical

(h)
(v)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri vertical


dinotasikan v

(v)

Bidang simetri diagonal

(d)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan

Contoh :
1.

Klas Hexoctahedral ..Oh

2.

Klas Pentagonal icositetrahedral ..O

3.

Klas Hextetrahedral ..Td

4.

Klas DykisdodecahedralTh

5.

Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedralT

SISTEM TETRAGONAL, HEXAGONAL, TRIGONAL, ORTHOROMBIC, MONOKLIN,


dan TRIKLIN
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata


Diedrish.

Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari


kata Cyklich.

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan
agak bawah dari notasi d atau c.

Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Bidang simetri

horisontal

Bidang simetri vertical


dinotasikan h

Bidang simetri diagonal

(h)
(v)
(d)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri horisontal

(h)

dinotasikan

Bidang simetri vertical

(v)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri vertical


dinotasikan v

Bidang simetri diagonal

(v)
(d)

Kalau mempunyai:

Bidang simetri diagonal

(d)

dinotasikan d

Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal ........................... C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal ........................ D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral ......................... D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral ......................... D
5. Klas Tetragonal bipyramidal ........................... C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal .............................. C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal ............................ S4
8. Klas Dihexagonal pyramidal ........................... C6
9. Klas Dihexagonal bipyramidal ........................ D6h
10.

Klas Hexagonal trapezohedral ........................ D6

11.

Klas Hexagonal bipyramidal ........................... C6h

12.

Klas Hexagonal pyramidal .............................. C6

13.

Klas Trigonal bipyramidal ............................... C3h

14.

Klas Trigonal trapezohedral ............................ D3

15.

Klas Trigonal rhombohedral ............................ C3i

16.

Klas Trigonal pyramidal .................................. C3

17.

Klas Ditrigonal scalenohedral ......................... D3d

18.

Klas Ditrigonal bipyramidal ............................ D3h

19.

Klas Ditrigonal pyramidal ............................... C3v

20.

Klas Orthorombic pyramidal ........................... C2v

21.

Klas Orthorombic bisphenoidal ....................... D2

22.

Klas Orthorombic bipyramidal ........................ D2h

23.

Klas Prismatik ......................................... C2h

24.

Klas Spenoidal ...................................... C2

25.

Klas Domatic ........................................... C1h

26.

Klas Pinacoidal ................................... Ci

27.

Klas Asymetric....................................... C1

Keterangan: Untuk sistem Monoklin, sumbu b dianggap sebagai

sumbu c.

http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/2012/03/simbolkristalograf-dan-penentuan-klas.html

Kristalograf 1
2.1 Pengertian Kristalograf
Kristalograf adalah bidang ilmu yang mempelajari struktur suatu bahan dalam
arti seluas-luasnya, baik keteraturan yang tampak secara eksternal ataupun
secara mikroskopik. Dalam pengertian lebih luas, kristalograf adalah studi
tentang kristal : bentuk, pertumbuhan, struktur, kimia, ikatan dan sifat-sifat fsik.
Kristal memiliki arti material solid yang memiliki atom-atom tersusun secara
teratur dalam pola tiga dimensi. Pola ini disebut struktur kristal yaitu dapat
dijelaskan dari susunan geometri sejumlah kecil atom yang membentuk sel

satuan. Sel satuan berulang secara terus menerus dan reguler membentuk
kristal. Pengertian kristal secara saintifk jauh lebih umum daripada dalam
pengertian sehari-hari karena keteraturan internal terkadang tidak tampak dari
luar (makroskopis).
2.2 Klasifkasi Kristal Berdasarkan Unsur-Unsur Simetri Yang Dimiliki Suatu Kristal
Mineral dengan sedikit pengecualian, dimana proses penempatan atom-atom
dalam keadaan padat. Bilamana kondisi memungkinkan, mereka dapat
membentuk permukaan yang halus secara beraturan. Dan dalam bentuk
geometri dikenal sebagai kristal. Pada saat ini banyak sekali proses yang telah
diketahui dalam terbentuknya kristal. Proses tersebut terdiri dari proses buatan
manusia di laboratorium atau proses alami seperti proses pendinginan magma,
proses evaporit, proses hidrotermal dan lain-lainnya. Bentuk kesempurnaan dari
kristal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Euhedral (bentuknya sempurna)
2. Subhedral (masih terdapat bidang kristal)
3. Anhedral (sudah tidak terdapat sama sekali jejak bidang kristal)
Terbentuknya sebuah kristal yang mana setiap bagian merupakan yang serba
sama, bentuk tiga dimensi dari kristal dibentuk oleh bidang-bidang datar yang
terlihat dari luar dan bidang tersebut ditentukan oleh barisan atom-atom bagian
dalam. Dalam bagian ini hanya membahas beberapa unsur dari kristal seperti
susunan atom, unsur-unsur simetri, bentuk dan sistem-sistem kristal.

Sifat fsik yang khas dari kristal berasal dari :


Struktur
Komposisi kimia
Keadaan ikatan antar atom-atom
Dapat dipahami bahwa kristal dengan simetri eksternal merupakan benda yang
pertama diamati dalam bidang ini. Tanpa mengetahui unsur dasar pembangun
yang saat ini dikenal sebagai atom mereka mampu mengklasifkasikan ke
dalam :
32 kelas kristal
7 sistem kristal
Hanya berdasarkan simetri dari struktur kristal suatu objek atau pola memiliki
simetri bila benda tersebut tidak berubah dengan operasi rotasi atau refleksi.
Hanya beberapa sudut rotasi simetri yang mungkin yakni 60o, 90o, 120o, 180o
dan 360o. kombinasi operasi rotasi dan simetri berjumlah terbatas, hal ini

menghasilkan 32 kelas kristal dan 7 sistem kristal. Dengan menambah simetri


translasi akan diperoleh 230 space group. Dalam kasus tertentu tampak luar
kristal mampu menunjukkan struktur internal. Pada kasus lain beberapa test
cahaya, listrik, tekanan, suara dan lain-lain dapat juga mengungkapkan struktur
internal. Pengetahuan tentang space group dapat diperoleh dari difraksi sinar X.
Kristal memiliki kisi yang artinya memiliki pola-pola geometri dari susunan atom.
Dalam kristal terdapat dus kelas kisi, yaitu :
Bravais
Semua titik kisi equivalen (memiliki atom yang sama)
Non Bravais
Beberapa titik kisi tidak sama.

Gambar 2 Struktur Kristal Bravais


Kristal-kristal dikelompokkan berdasarkan unsur-unsur simetrinya menjadi tujuh
pembagian utama yang disebut tujuh sistem kristal. Sistem-sistem ini dibedakan
atas kehadiran sumbu-sumbu simetri yang berharga tertentu. Ketujuh sistem ini
adalah sebagai berikut :
1. Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem
kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya.
a. Sumbu : = = = 90
b. Panjang sumbu satuan : a = b = c
2. Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu : = = = 90
Panjang Sumbu Satuan : a = b c
Kisi : Simple dan Body Centered
3. Orthorombik
Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.
Sumbu : = = = 90

Panjang Sumbu Satuan : a b c


4. Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap
c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang
dan sumbu b yang paling pendek.
Sumbu : = = 90 , 90
Panjang Sumbu Satuan : a b c
5. Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Sumbu : 90
Panjang Sumbu Satuan : a b c
6. Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal. Demikian
pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga
dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Sumbu : = = = 120
Panjang Sumbu Satuan : a = b = d c

7. Hexagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling
membentuk sudut 120o satu terhadap yang lain. Sumbu a, b, dan d mempunyai
panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu : = = = 120
Panjang Sumbu Satuan : a = b = d c
2.3 Unsur-Unsur Simetri Kristal
Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan klasifkasi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur
simetri yang dimiliki suatu kristal adalah bidang cermin, sumbu simetri, pusat
simetri, titik inversi (i), sumbu putar, dan sumbu rotoinversi. Operasi dari
masing-masing unsur simetri adalah sebagai berikut :
a. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri

dibedakan menjadi tiga, yaitu Gire, Giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya
dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah
dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat
dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire, empat
tetragire, heksagire dan seterusnya.
Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horizontal.
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya
melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar
pada angka simetri itu.
b. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak
yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan
kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut
berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.
c. Titik Inversi (i)
Mekanisme operasinya disebut inversi. Jika i ada maka letaknya pada
perpotongan sumbu-sumbu kristalografs. Titik ini akan mengkonversikan setiap
titik yang terdapat pada kristal.

Gambar 3 Titik Inversi


d. Sumbu Putar
Mekanisme operasinya disebut rotasi. Kenampakan sebuah bidang kristal akan
terlihat kembali apabila kristal diputar 180, 120, 90, dan 60 masing-masing
terhadap sumbu 2, 3, 4 dan 6.
e. Sumbu Rotoinversi
Mekanisme operasinya merupakan penggabungan antara rotasi dan inversi.
1. Sumbu 3 (baca 3 inversi)
Kenampakan sebuah bidang kristal akan terlihat kembali apabila kristal diputar
1200 terhadap sumbu tersebut dan setiap kenampakan dari bidang kristal itu
dapat diinversikan. (Dalam kristal tersebut ada 3 sumbu dan titik inversi).
2. Sumbu 4 (baca 4 inversi)
Kenampakan sebuah bidang kristal akan terlihat seolah-olah diinversikan.
Setelah bidang kristal itu diputar 90 terhadap sumbunya. Sumbu 4 muncul
didalam kristal sebagai sumbu 2 yang tidak mempunyai titik inversi nyata (yang
ada hanya titik inversi khayal / imajiner). Keadaan sebaliknya tidak berlaku

sumbu 2 tidak muncul sebagai sumbu 4.


3. Sumbu 6 (baca 6 inversi)
Sumbu ini muncul didalam kristal sebagai sumbu 3 yang tegak lurus terhadap
bidang cermin (m).
f. Bidang Cermin
Bidang cermin adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari
yang lain. Bidang cermin ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang cermin
aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial
ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu
vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu
c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu
sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri
diagonal. Selanjutnya masing-masing sistem kristal dikelompokan lagi menjadi
pembagian yang lebih kecil menurut jumlah unsur-unsur simetrinya. Pembagian
ini disebut Klasifkasi Kristal. Klasifkasi ketujuh sistem kristal menghasilkan 32
kelas kristal, masing-masing Isometrik 5 kelas, Tetragonal 7 kelas, Orthorhombik
3 kelas, monoklin 3 kelas, Triklin 2 kelas, Trigonal 5 kelas, dan hexagonal 7 kelas.
Dalam setiap sistem kristal terdapat kelas kristal dengan jumlah unsur simetri
yang maksimum. Kelas kristal tersebut dinamakan kelas holohedral. Sebagai
contoh kelas Hexoctahedral dalam sistem isometrik adalah kelas holohedral.
Berdasarkan sudut-sudut kita mengenal :
1. Tiga buah sumbu yang saling tegak lurus
2. Empat buah sumbu, dimana 3 sumbu terletak dalam satu bidang datar dan
saling menyudut 120 sedangkan sumbu keempat tegak lurus pada ketiga sumbu
yang tadi.
3. Tiga sumbu, dimana satu sumbu tegak lurus pada dua sumbu yang lain,
sedang kedua sumbu terakhir ini saling menyudut antara 90 dan 180 serta
terdapat dalam satu bidang datar.
4. Tiga buah sumbu yang saling berpotongan dengan membuat sudut lebih besar
dari 90.
Berdasarkan satuan panjang (parameter) pada sumbu-sumbu, kita bedakan
susunan sumbu sebagai berikut :
1. Pada ketiga sumbu diukurkan satuan yang sama
2. Pada sebuah sumbu diukurkan satuan yang berlainan dengan kedua / ketiga
sumbu yang lain.
3. Pada ketiga sumbu diberikan satuan panjang yang berbeda-beda.
2.4 Bidang Kristal dan Indeks Miller
Orientasi bidang kristal dalam suatu kisi dapat di spesipikasikan dengan indeks
miller.

Perpotongan bidang pada sumbu-sumbu x, y dan z. dibentuk triplet :

lalu dibalik
Kemudian triplet ini dibuat seemikian rupa sehingga menjadi bilangan bulat
(h,k,l) yang disebut indeks miller. Dibawah ini contoh bidang cristal

http://brownharinto.blogspot.com/2009/10/kristalograf.html

V. KRISTAL & STRUKTUR-KRISTAL

Kristal adalah atom-atom atau ion-ion ataupun molekul-molekul


yang tersusun secara ber-ulang dan memiliki keteraturan jarakjauh dalam ruang 3(tiga) dimensi (lihat lampiran 9a)

Struktur kristal terdapat dalam bentuk-bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang
kompleks. Secara umum biasanya struktur kristal yang sederhana dapat diwakilkan oleh
kebanyakan bahan logam, sedangkan struktur yang kompleks biasanya diwakilkan oleh
bahan-bahan polimer, keramik , dan lain lain.
Bagian terkecil dari kristal disebut sel satuan (unit cells).
Satu kristal tentunya tersusun oleh sel-sel satuan tersebut, sehingga karena pola atom
yang berulang-ulang tersusun dalam kristal sedemikian banyaknya (~) untuk mudahnya
kisi-kisi kristal yang mewakilinya dibagi dalam sel satuan (unit cells) saja

Parameter-parameter kristal terdiri atas :


1. Konstanta kisi.
2. Volume density ().
3. Atomic packing factors.
4. Coordination numbers.

1. KONSTANTA KISI

Adalah jarak yang selalu terulang dalam pola jangkau kristal yang
menentukan sel satuan dalam kristal. Untuk sistem kubik konstanta kisinya
adalah a, sedangkan untuk sistem tetragonal konstanta kisinya adalah a, b,
dan c. Hal ini sesuai dengan sistem kristal sebagaimana tertera dibawah
ini :
Sistem

Sumbu (axes)

Sudut sumbu (axial angles)

Kubik

a = b = c

= = = 900

Tetragonal

a = b c

= = = 900

Ortorombik

a b c

= = = 900

Monoklinik

a b c

- - 900

Triklinik

a b c

= 900

Hexagonal

a = a c

= = 900 ; = 1200

Rombohedral

a = b = c

= = 900

Konstanta kisi dapat dihitung dan diukur secara analitik dan dinyatakan
dalam jari-jari atom penyusun kristal tersebut. Konstanta kisi kristal juga
dapat ditentukan secara experimental, misalnya dengan difraksi sinar X.
Misalnya pada atom-atom BCC sebagaimana dibawah ini :

Terlihat bahwa a sebagai konstanta kisi dan R sebagai jari-jari atom akan
memiliki hubungan sebagai berikut :
( 2 a )2 + ( a )2 = ( 4 R )2
Sehingga akan didapat bahwa :

3 a2 = ( 4 R )2

a = (4/3 ) ( 3 ) R

Exercise 5.1 :
Tentukan hubungan konstanta kisi a dengan jari-jari atom untuk
struktur FCC ( kubic pemusatan sisi ).

2. VOLUME DENSITY

( )

Adalah massa atom per volume sel satuannya (lihat lampiran 10ab)

3. ATOMIC PACKING FACTORS (APF).


Atomic packing factors (APF) atau faktor tumpukan padat adalah volume atom
dalam 1 sel satuan per volume sel satuan itu sendiri

lihat lampiran 11b

4. COORDINATION NUMBERS (CN)


Coordination

numbers

atau

diterjemahkan

sebagai

bilangan

koordinasi (BK) adalah suatu bilangan yang menunjukkan berapa jumlah


atom-atom tetangga terdekat (atom-atom yang bersentuhan).
Bilangan koordinasi tergantung pada 2 faktor, yaitu :
1.

Kovalensi .

Jumlah ikatan kovalen di sekitar suatu atom tergantung pada


jumlah elektron valensinya

2. Penumpukan atom.
Karena sejumlah energi bebas, bila ion dengan muatan berbeda
saling mendekati , bahan dengan ikatan ion ,

umumnya

memiliki

bilangan koordinasi yang tinggi yaitu mempunyai sebanyak


mungkin atom tetangga terdekat tanpa menimbulkan gaya tolakmenolak yang kuat antara ion dengan muatan sama.
Misalnya :
Pada FCC Coordination number = 12 ,

yaitu terdiri dari 12 atom

tetangga terdekat (4 atom pojok, 4 atom sisi, dan 4 atom equilaven sel
berikutnya).

Pada BCC coordination number = 8.

BIDANG KRISTAL
Bidang kristal adalah bidang-bidang atom dalam suatu kisi kristal. Arah
(tegak lurus) bidang kristal disebut sebagai arah kristal.

Suatu kristal tentunya memiliki bidang-bidang atom yang mempenga-ruhi sifat dan perilaku
bahan. Baik bidang, maupun arah bidang dinyatakan dalam 3 angka yang disebut sebagai
indeks miller .
Untuk membedakannya, maka :
a.

Untuk arah bidang digunakan simbol atau lambang [ h, k, l ]

Contoh : [ 1, 1, 1 ]
b. Untuk bidang kristal digunakan lambang ( h, k, l )
Contoh : ( 1, 1, 1 )

Bidang kisi yang paling mudah digambarkan adalah bidang-bidang yang membatasi sel
satuan di samping bidang lainnya. h, k, l, tersebut adalah bilang-bilangan bulat seperti 0, 1, 2,
3, dan seterusnya yang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan panjang perpotongan bidang kristal terhadap ketiga sumbu
kristal misalnya x1, y1 , z1.

x1, y1 dan z1 dinyatakan dalam kelipatan

besaran-besaran sel satuan a, b, dan c.


Contoh : x1 = p1 a

y1 = p2 b

z1 = p3 c.

2. Ketiga nilai p1 , p2 dan p3 dapat dikalikan/dibagi dengan faktor yang


sama untuk memberikan

bilang-bilangan integer terkecil

(tentukan

dulu kebalikannya !)
Contoh :
Bidang yang diarsir memotong sumbu x, y, z masing-masing di a, 2b , dan 2/3c . Untuk
satu unit sel maka bidang tersebut berpotongan di 1, 2, 2/3. Kebalikannya : 1,1/2, dan 3/2.

Indeks Miller h, k, l dapat dikalikan Receprocal dengan bilangan yang memberikan bilangan
bulat terkecil yaitu dengan 2. Sehingga bidangnya menjadi 213 ; Jadi bilangan tersebut (2, 1,
3).
Catatan:
Indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dgn ke-tiga
sumbu x,y dan z yang dinyatakan dalam bilangan utuh bukan pecahan.
Indeks miller yang biasanya bertanda negative (-) berarti menunjukkan
bidang pada arah tertentu, (misalnya perpotongan tsb ada di + , + dan
1/3 maka receprocalnya 2, 1, dan 3).
Maka bidang dengan indeks Miller semacam ini ditulis (2, 1, 3).
Family bidang adalah sekelompok bidang memiliki karakteristik yang sama
tetapi memiliki indeks Millerr yang berbeda satu dengan lainnya.
Misalkan : notasi untuk family bidangnya adalah {1 1 0}, maka bidangbidangnya adalah : (1, 1, 0), (1, 0, 1), (0, 1, 1), (1, 1, 0), (1, 1, 0)

DENSITAS BIDANG DAN DENSITAS GARIS


Densitas bidang atau Planar Density (PD) adalah fraksi bidang kristal yang
ditempati oleh atom-atom kristal. Sedangkan densitas garis atau Linier
Density (LD) adalah fraksi garis sepanjang arah kristal yang melewati
pusat-pusat atom.

Exercise 5.2 :
Tentukan planar density struktur FCC dengan bidang kristal (1, 1, 0 ).

STRUKTUR HEXAGONAL
Berbeda dengan sistem kristal lainnya, maka bidang-bidang dan araharah bidang kristal pada sistem hexagonal menggunakan 4 indeks yaitu (h,
k, i, l ). Karena sistem ini disusun oleh 3 sumbu bidang dan 1 sumbu tegak
lurus bidang basalnya.. Sumbu pada bidang basal adalah a1, a2 dan a3
yang mana satu dan lainnya menbentuk sudut 1200.

Indeks h, k, i adalah

reciprocal/potongan bidang kristal terhadap sumbu a 1, a2 dan a3, sedangkan


indeks l adalah perpotongan dengan sumbu c.

Misalkan : (0, 0, 0, 1) bidang ini memotong a1, a2 dan a3 masing-masing


di dan memotong sumbu c di 1.
Sehingga receprocalnya adalah 1/~, 1/~, 1/~,1/1 (0, 0, 0, 1) Misalkan (1, 1, 0, 0)
artinya bidang ini memotong sumbu a1, a2 , a3 masing-masing di 1, 1,~, dan sumbu c di ~ .
Sehingga receprocalnya adalah 1/1 , -1/1, 1/~,1/~

(1, -1, 0 , 0) ditulis (1 1 0 0)

Catatan : Indeks bidang adalah sifat kebalikan dari indeksa Miller yang
memungkinkan kita melakukan perhitungan untuk jarak antar bidang. Agar
suatu garis terletak dalam bidang tertentu, hasil skalar indeks arah garis
dan indeks bidang harus =

Anda mungkin juga menyukai