Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GAMBARAN UMUM
LATAR BELAKANG
Sejak 10 tahun terakhir ini, Angka Kematian Ibu di Indonesia berada pada tingkat yang tertinggi
diantara negara berkembang di dunia dan belum menunjukkan adanya kecenderungan untuk
menurun walau pun sudah cukup banyak intervensi dalam bentuk berbagai macam program yang
dilakukan. Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu, kemampuan kinerja petugas
kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal. Di sisi
yang lain, kesiapan pelayanan kegawatdaruratan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional belum
dikelola dan dipersiapkan dengan baik.
Sesuai dengan inisiatif Safe Motherhood, setiap pilar yang merupakan penyangga program harus
berfungsi seperti yang diharapkan. Sumber daya manusia disadari memiliki peranan yang cukup
penting dalam upaya untuk membuat seluruh komponen dan sistem pelayanan kesehatan bekerja
secara sempurna, sebagai bagian dari program kesehatan maternal dan neonatal yang
komprehensif, kesiapan pelayanan kegawat daruratan harus dipersiapkan dan dikembangkan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam bidang tersebut, terutama di tingkat pelayanan
kesehatan primer.
Peninngkatan kinerja petugas kesehatan akan memiliki dampak langsung terhadap kualitas
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Peningkatan kinerja ini akan menggunakan
jalur mekanisme pengembangan ketrampilan klinik yang sudah terdapat dalam Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi POGI. Ini berarti bahwa jaringan harus menyelenggarakan
kegiatan yang berkesinambungan yang menyertakan Kementerian Kesehatan RI dan beberapa
mitra kerja dan institusi yang ada pada setiap tingkat pelayanan. Penatalaksanaan kerjasama,
koordinasi, integrasi program dan prinsip kesinambungan program akan memberikan kepastian
pada pemantapan pelatihan dan pelayanan yang efektif dan efisien.
Petugas pelaksana pelayanan yang kompeten, peningkatan kemampuan untuk melaksanakan
pelatihan di tingkat kabupaten, prosedur standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
kesertaan pelaksana program kesehatan setempat dan kesinambungan kinerja akan menjadi
tumpuan dan tujuan intervensi untuk mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah peningkatan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
melalui prosedur standar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas pelaksana pelayanan
yang terampil di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan dukungan mitra kerja organisasi
pemerintah dan non pemerintah setempat.
Untuk alasan tersebut di atas semua materi pelatihan berfokus pada kepentingan peserta. Sebagai
contoh, materi dan berbagai kegiatan dalam pelatihan, dirancang untuk meningkatkan proses
belajar, dan peserta diharapkan akan terlibat secara aktif dalam setiap aspek pelatihan. Para pelatih
berusaha untuk menciptakan lingkkungan yang menyenangkan dan mendorong berbagai kegiatan
yang dapat membantu penguasaan pengetahuan, perilaku dan ketrampilan baru.
Pelatih dan peserta akan menggunakan materi pembelajaran yang sama. Dengan modal dari
pelatihan dan pengalaman sebelumnya, para pelatih akan bekerjasama dengan peserta, dalam
kapasitasnya sebagai pakar topik tertentu dan memandu proses belajar.
Pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi yang digunakan dalam pelatihan ini,
menekankan kepentingan penggunaan sumber daya secara efektif, aplikasi teknologi pendidikan
yang relevan dan penggunaan berbagai teknik pelatihan. Kuesioner aspek pengetahuan yang
berdasarkan kompetensi, disusun agar mampu membantu pelatih untuk melakukan evaluasi kinerja
setiap peserta secara objektif.
MASTERY LEARNING
Pendekatan mastery learning pada pelatihan klinik mengesankan, karena semua peserta dapat
menguasai (belajar) pengetahuan, perilaku/ketrampilan yang diperlukan apabila disediakan cukup
waktu dan menggunakan metode pelatihan yang sesuai. Tujuan akhir mastery learning adalah
bahwa 100% peserta pelatihan akan mampu menguasai pengetahuan dan ketrampilan dalam
pelatihan ini.
Sementara beberapa peserta mampu untuk menguasai suatu ketrampilan baru dalam waktu yang
singkat, yang lain mungkin akan memerlukan tambahan waktu atau metode belajar alternatif
sebelum mereka mampu menampilkan kemahirannya. Bukan saja karena bervariasinya faktor
kemampuan untuk menyerap materi baru, tetapi juga karena masing-masing individu akan belajar
secara baik pada kondisi yang berbeda, dalam artian melalui media cetak, lisan atau visual. Konsep
mastery learning akan sangat memperhitungkan dan menggunakan berbagai variasi metode
pembelajaran dan pelatihan.
3
Pendekatan mastery learning pada suatu pelatihan, juga memberi peluang bagi para peserta untuk
mendapatkan pengalaman belajar yang terarah secara mandiri. Hal ini dapat dicapai melalui peran
pelatih sebagai fasilitator dan dengan mengubah konsep penilaian dan bagaimana menggunakan
hasil penilaian tersebut. Pada metode pelatihan tradisional, digunakan hasil penilaian sebelum dan
setelah pelatihan untuk menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta, tanpa
memperhatikan apakah perubahan tersebut akan memberi dampak terhadap tampilan kinerja.
Sebaliknya, filosofi dari pendekatan mastery learning adalah penilaian proses belajar peserta secara
berkesinambungan. Adalah sangat penting bahwa pelatih harus secara berkala memberitahukan
kepada peserta tentang kemajuan mereka dalam mempelajari informasi dan ketrampilan baru dan
tidak menjadikan hal ini sebagai rahasia pelatih.
Dengan pendekatan mastery learning, penilaian terhadap pembelajaran adalah:
Berdasarkan kompetensi, harus sesuai dengan tujuan pelatihan dan ditekankan pada
diperolehnya pengetahuan esensial dan konsep perilaku dan ketrampilan yang diperlukan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan, tidak sekedar mengukur perolehan pengetahuan baru.
Dinamis, karena hal ini memungkinkan para pelatih memberikan umpan balik kepada para
peserta secara berkesinambungan tentang keberhasilannya dalam memenuhi tujuan
pelatihan dan melakukan (bila perlu) adaptasi proses pelatihan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan belajar.
Tanpa beban berlebihan karena baik secara individu maupun kelompok, peserta
mengetahui materi apa yang seharusnya dipelajari dan dimana mereka dapat mencari
informasi tersebut dan mempunyai banyak kesempatan untuk berdiskusi dengan para
pelatih.
Belajar untuk menmpilkan suatu ketrampilan, berlangsung dalam tiga tahapan. Pada tahap pertama,
ketrampilan awal (skill acquisition), peserta melihat orang lain mengerjakan ketrampilan tersebut
dan secara mental akan mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah yang diperlukan.
Setelah gambaran diperoleh, peserta mencoba untuk mengerjakan prosedur tersebut, umumnya
dilakukan dengan bimbingan. Kemudian peserta berlatih kembali hinngga mereka mencapai tahap
mampu (skill competency) dan ada rasa percaya diri dalam mengerjakan ketrampilan tersebut.
Akhirnya setelah melaksanakan praktek berulang kali, mereka akan mencapai tahapa mahir (skill
proficiency)
Skill acquisition
Skill competency
Skill proficiency
Komponen esensial dalam PBK adalah coaching dimana akan digunakan umpan balik positif,
mendengar aktif, bertanya efektif dan ketrampilan pemecahan masalah untuk membangkitkan
iklim belajar yang positif. Dalam coaching pelatih klinik terlebih dulu akan menjelaskan
ketrampilan atau prosedur, kemudian melakukan demonstrasi dengan menggunakan model anatomi
atau alat bantu latih lain, seperti misalnya slide atau videotape. Setelah demontrasi dan diskusi
tentang prosedur, para pelatih atau pembimbing akan mengamati dan berinteraksi dengan para
peserta untuk membantu mereka dalam mempelajari suatu ketrampilan atau prosedur, memantau
kemajuan dan membantu peserta mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi.
Proses coaching akan menjamin bahwa setiap peserta akan menerima umpan-balik berkaitan
dengan tampilan kinerja:
Sebelum praktek para pelatih dan peserta akan melakukan pertemuan singkat untuk
mengkaji ulang ketrampilan/kegiatan termasuk langkah-langkah yang perlu diperhatikan
selama sesi
Selama praktek para pelatih mengamati, membimbing dan memberikan umpan
balikkepada para peserta pada saat mereka melakukan langkah-langkah/kegiatan-kegiatan
seperti yang dicantum dalam penuntun belajar
Setelah praktek umpan balik diberikan sesegera mungkin setelah praktek. Dengan
menggunakan penuntun belajar, para pelatih mendiskusikan hasil baik dari kinerja yang
telah ditampilkan dan juga memberikan saran spesifik untuk perbaikan.
Bila peserta telah mencapai tahap kompetensi dan tingkat awal profisiensi pada model anatomik,
baru mereka diperbolehkan melakukan praktek pada klien.
Jika mastery learning yang berdasarkan prinsip oranng dewasa belajar dan behavior modeling
diintegrasikan dengan PBK, maka akan menghasilkan metode yang sangat efektif dan kuat untuk
menyelenggarakan pelatihan. Apabila hal ini digabungkan pula dengan tehnik pelatihan humanistik
(penggunaan model) dan alat bantu latih lainnya, maka waktu dan biaya pelatihan dapat ditekan
secara bermakna
KOMPONEN-KOMPONEN DALAM PAKET PELATIHAN KETRAMPILAN KLINIK
Pelatihan ketrampilan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal esensial dasar dibangun
dari beberapa komponen berikut:
Buku Acuan yang dianjurkan untuk digunakan dalam pelatihan ketrampilan ini adalah Pelatihan
Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar, yang berisi informasi dan tehnik
pengelolaan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar yang terutama diperlukan oleh petugas
kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer.
MENGGUNAKAN PAKET PELATIHAN KETRAMPILAN KLINIK
Dalam merancang materi pelatihan untuk pelatihan ini, perhatian khusus diberikan agar semua itu
memudahkan pengguna dan memberikan kebebasan pada peserta dan pelatih untuk menyesuaikan
proses pelatihan menjadi lebih mengarah pada kebutuhan belajar para peserta (baik kelompok
maupun perorangan). Misalnya, di awal pelatihan, dilakukan penilaian terhadap tingkat
pengetahuan peserta. Hasil penilaian awal, akan digunakan secara bersama oleh peserta dan pelatih
utama/ madya untuk mengadaptasi materi pelatihan menjadi lebih sesuai dan proses pelatihan
terfokus pada akuisisi informasi dan ketrampilan baru.
Ciri yang kedua, lebih banyak hubungannya dengan penggunaan buku acuan dan buku panduan
pelatihan. Buku Acuan dirancang untuk memberikan semua informasi esensial untuk pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dalam urutan yang logis. Tidak diperlukan materi khusus
sebagai tambahan, karena buku ini telah memenuhi kebutuhan sebagai bahan bacaan bagi peserta
dan sumber rujukan bagi pelatih. Selain itu, buku acuan berisi informasi yang konsisten terhadap
tujuan dan sasaran pelatihan sehingga merupakan bagian integral dari berbagai kegiatan dalam
kelas, mulai dari memberikan kuliah partisipatif hingga pemberian informasi untuk memecahkan
masalah.
7
Buku Panduan Peserta berfungsi untuk memandu peserta dalam mengikuti semua tahapan dalam
pelatihan. Buku ini berisi silabus pelatihan, jadwal dan alur pelatihan, kunci jawaban kuisioner
awal dan kuisioner tengah pelatihan, studi kasus, tugas dan daftar tilik penilaian ketrampilan
Agar pelatihan berlangsung sejalan dengan filosofi yang mendasari pelatihan ini, semua kegiatan
pelatihan dilakukan secara interaktif dan partisipatif. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan
penyesuaian peran pelatih secara terus menerus selama pelatihan berlangsung. Sebagai contoh
pelatih harus mampu berperan sebagai instruktur pada saat melakukan demonstrasi di dalam kelas;
kemudian berperan sebagai fasilitator pada saat diskusi kelompok kecil atau kegiatan bermain
peran dan mengubah peran menjadi coach pada saat melatih pembimbing baru dalam praktek
melatih. Akhirnya berperan sebagai evaluator pada saat melakukan penilaian kinerja secara
obyektif.
Ringkasan
Pendekatan PBK akan melibatkan berbagai prinsip utama. Pertama, berdasarkan prinsip belajar
orang dewasa belajar, yang berarti interaktif, relevan dan praktis. Selain itu, peran pelatih lebih ke
arah memandu terbentuknya pengalaman belajar daripada peran tradisional sebagai instruktur atau
guru. Dua, menggunakan perilaku panutan yang dapat memfasilitasi pembelajaran ketrampilan/
prosedur yang telah distandarisasi. Ketiga, berdasarkan kompetensi berarti evaluasi peserta
didasarkan padasebaik apa peserta mengerjakan ketrampilan, bukan pada seberapa banyak
mendapat bahan ajaran. Keempat, menggunakan model anatomik dan alat bantu latih sebanyak
mungkin, dimana peserta dapat melakukan praktek ketrampilan standar secara berulang kali
sebelum melakukan prosedur tersebut terhadap klien. Dengan demikian, saat pelatih melakukan
evaluasi setiap peserta akan menunjukkan kompetensi ketrampilan atau prosedur seperti yang
diharapkan. Hal inilah yang menjadi acuan utama dalam membuat penilaian tentang keberhasilan
suatu pelatihan.
RANCANGAN PELATIHAN
Pelatihan ketrampilan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ini dirancang untuk
mempersiapkan petugas pelayanan kesehatan agar mampu melakukan pengelolaan
kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan kesehatan . primer.
Proses pelatihan disusun berdasarkan pengalaman sebelumnya dari para peserta serta
memanfaatkan motivasi yanng tinggi untuk menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Fokus pelatihan adalah bagaimana mereka mengerjakan, bukan hanya sekedar
mengetahui, dan evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan kompetensi yang dicapai.
Pelatihan ketrampilan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ini, terdiri
dari empat belas komponen:
Partograf
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medik
Perdarahan pada Kehamilan Muda
Perdarahan Pospartum
Preeklamsia dan Eklamsia
Persalinan Macet (distocia)
Infeksi Nifas
Bayi Berat Lahir Rendah
o Hipotermi
o Hipoglikemi
o Ikterus
o Masalah Pemberian Minum
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Kejang pada Bayi Baru Lahir
Infeksi Neonatal
Rujukan dan Transportasi Bayi Baru Lahir
Persiapan Umum Sebelum Tindakan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal
Persalinan di Rumah
Rancangan jadwal pelatihan ini mengacu pada asumsi bahwa peserta pelatihan ini adalah petugas
pelaksana pelayanan kesehatan yang masih aktif melaksanakan pelayanan dan mempunyai minat
dalam pelayanan kegawatdaruratan obstetri & neonatal. Ada beberapa perbedaan cara pelatihan ini
dibandingkan dengan pelatihan tradisional pada umumnya yaitu:
Pada hari pertama pelatihan, tingkat pengetahuan dan kinerja para peserta akan ditampilkan
melalui pengisian kuesioner awal pelatihan dan penilaian ketrampilan klinik awal
Sesi-sesi di dalam kelas terfokus pada aspek-aspek utama ketrampilan pengelolaan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
Kemajuan serapan pengetahuan, akan diukur selama pelatihan melalui kegiatan selama dan
setelah masing-masing sesi beserta kuesioner tengah pelatihan
Evaluasi kinerja kelompok dan pemecahan masalah setiap peserta dilakukan oleh pelatih
dengan menggunakan ceklis kompetensi ketrampilan
Dasar penilaian keberhasilan pelatihan adalah penguasaan komponen pengetahuan maupun
ketrampilan dari setiap peserta
9
EVALUASI
Pelatihan ini dirancang untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengelolaan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan kesehatan primer. Kualifikasi
sebagai tenaga kesehatan yang terampil diperoleh melalu praktik melakukan pengelolaan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dengan menggunakan metode diskusi, studi kasus, praktik
mandiri pada model dan klien.
Kualifikasi adalah pernyataan yang diberikan oleh organisasi pelatihan bagi peserta pelatihan yang
telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan, baik elemen pengetahuan, ketrampilan dan praktik.
Kualifikasi bukanlah sertifikasi, karena hal ini akan dinyatakan oleh organisasi/instansi yang
mempunyai kewenangan untuk itu.
Kualifikasi didasarkan pada pencapaian peserta dalam tiga area :
Tanggung jawab dalam membuat peserta memenuhi persyaratan kualifikasi akan dibebankan pada
peserta dan pelatih.
Metode evaluasi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
Kuesioner Tengah Pelatihan. Penilaian pengetahuan dilakukan apabila semua materi yang
diperlukan telah diberikan. Kemampuan untuk menjawab secara benar kuesioner tengah
pelatihan sejumlah 85% atau lebih, merupakan indikasi penguasaan materi yang ada di
dalam buku acuan. Harus dilakukan pembahasan bersama (peserta-pelatih) bila ternyata
hasil pencapaian di bawah 85%. Lakukan bimbingan dan bantuan agar peserta lebih materi
yang dibutuhkan. Mereka dengan pencapaian di bawah 85% dapat dilakukan evaluasi ulang
melalui pengisian kuesioner tengah pelatihan di setiap saat dalam sisa waktu pelatihan
Ketrampilan kinerja memuaskan pada ketrampilan klinik pada pengelolaan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal (anamnesis, penyelesaian masalah dan membuat
keputusan klinik) yang dinilai selama pelatihan
Praktek menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan ketrampilan klinik pada
pengelolaan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal pada model. Setelah dinyatakan
terampil pada model, setiap peserta diberi kesempatan untuk melaksanakan pengelolaan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal pada klien, dibantu (dan dievaluasi) oleh pelatih
hingga mencapai tingkatan kompeten dan berkualifikasi sebagai petugas pelaksana
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
10
SILABUS PELATIHAN
Deskripsi pelatihan
Pelatihan selama 7 hari (seminggu) ini dirancang untuk menyiapkan peserta agar memiliki
kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar berdasarkan
pendekatan partisipatif dan humanistik dalam pelatihan.
11
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
18
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
PERSIAPAN
1. Sapa ibu dengan ramah dan sopan
2. Beritahukan pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
3. Dengarkan apa yang akan disampaikan oleh ibu
4. Berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan
PENGELOLAAN SEGERA
5. Mintalah bantuan tenaga yang lain
6. Baringkan ibu dengan kepala dimiringkan ke kiri, untuk
mengurangi risiko aspirasi ludah, muntahan dan darah.
Bersihkan dengan penghisap lendir.
7. Pastikan bahwa jalan nafas ibu terbuka :
Bila ibu tidak bernafas, segera lakukan tindakan resusitasi
8. Berikan oksigen 4-6 liter/menit melalui sungkup atau kanula
9. Bila ibu kejang
Lindungi ibu dari kemungkinan trauma
- Lidah jangan tergigit: gunakan/ pasang sudip lidah
- Jatuh dari tempat tidur: ibu jangan/ tidak boleh ditinggal,
kalau perlu diikat, tapi jangan terlalu kuat agar tidak
melukai kulit
10. Pasang infus intravena dengan menggunakan larutan Ringer
Laktat dan pasang kateter urine
11. Lakukan pemeriksaan pembekuan darah (pengelolaan syok)
PENGOBATAN ANTI KEJANG ( MAGNESIUM SULFAT )
1. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk kering dan bersih atau pengering udara
2. Beritahu bahwa ibu akan merasakan panas pada saat magnesium
sulfat diberikan
ALTERNATIF 1
3. Berikan 4g MgSO4 (10 ml) larutan 40% IV secara perlahanlahan selama 5 menit
4. Segera dilanjutkan dengan 6g MgSO4 40% (15 ml) dalam
larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
5. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2g
IV selama 5 menit
6. MgSO4 1 g/ jam
ALTERNATIF II
7. Berikan 4 g MgSO4 40% (10 ml) melalui infus intravena secara
perlahan-lahan dalam 5 menit
8. Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 gr IM bokong kiri/ kanan
19
Kesadaran
Tensi
Nadi
Nafas
Produksi urin tiap 1 jam
Denyut jantung janin tiap 30
f.
12. Bila terjadi henti nafas :
Bebaskan jalan nafas
Berikan kalsium glukonat 1 g (10 ml dari larutan 10 %)
melalui suntikan intravena perlahan-lahan sampai terjadi
pernafasan spontan kembali
Pemantauan Keracunan Magnerium Sulfat
1. Hitung nafas selama 1 menit setiap jam
2. Periksa reflek patella setiap jam
3. Pasang kateter menetap, lakukan pengukuran urin setiap 4jam
4. Catat pemberian obat dan temuan dalam catatan medik untuk ibu
PENGOBATAN DIAZEPAM UNTUK PENCEGAHAN KEJANG
Perhatian: Diazepam hanya digunakan apabila tidak tersedia MgSO4
1. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk basah atau pengering udara
2. Ambil 10 mg Diazepam
3. Berikan injeksi intravena secara perlahan-lahan selama 2 menit
4. Bila digunakan alat suntik pemakaian, isap larutan klorin 0,5%
sampai memenuhi tabung suntik dan rendam selama 10 menit
untuk tindakan dekontaminasi
5. Bila digunakan alat suntik sekali pakai, buang dalam tempat
sampah yang tahan tusukan
6. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk basah atau pengering udara
7. Apabila kejang berulang, berikan suntikan dosis awal Diazepam
Pemberian Dosis Pemeliharaan untuk Diazepam
1. Berikan diazepam injeksi 40 mg dalam 500 ml, cairan infus
(NaCL 0,9% atau Ringer Laktat), dengan 15 tetesan/ menit
2. Bila terjadi depresi pernafasan (dapat terjadi pada dosis melebihi
30 mg dalam 1 jam)
3. Bebaskan jalan nafas, bila diperlukan (Lihat Resusitasi )
Jenis Ketrampilan : PENGELOLAAN SYOK
20
Lahan Praktek
A. PERSIAPAN
1. Sapa ibu dengan ramah dan sopan
2. Beritahu pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yaitu mengembalikan
kestabilan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang dan
memperbaiki sistem sirkulasi
3. Dengarkan apa yang disampaikan oleh ibu
4. Berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan
B. PENGELOLAAN SYOK
5. Baringkan ibu di tempat tidur
6. Periksa dan lihatlah tanda tanda syok :
- Nadi cepat dan kecil: > 100 x/menit
- Menurunnya tekanan darah: diastolik < 60 mmHg
- Pernafasan cepat: respirasi > 32/menit
- Pucat: pada konjungtiva palpebra, telapak tangan, bibir
- Berkeringat, gelisah, apatis, bingung atau pingsan/tidak sadar
C. PENANGANAN AWAL & CEPAT : ABCD
7. Periksa tanda-tanda vital ibu
8. Tinggikan tungkai: bila menjadi sesak, turunkan tungkai dan
tinggikan tubuh
9. Posisikan kepala ibu miring ke kanan atau ke kiri
10. Pastikan bahwa jalan nafas ibu terbuka :
- Bila ibu tidak bernafas, segera lakukan tindakan resusitasi
- Jangan berikan sesuatu melewati oral untuk mencegah aspirasi
11. Berikan oksigen 6-8 liter/menit melalui sungkup atau kanula
12. Cegah ibu dari hipotermi
13. Pasang infus intravena :
- Berikan segera cairan isotonik (Ringer laktat atau garam
fisiologis NaCl) 1 liter dalam 20 menit, dilanjutkan sampai 3
liter dalam 2 3 jam
14. Cek Hb :
- Bila anemia Hb < 6 mg% atau hemotokrit < 20, mutlak harus tranfusi
darah agar perfusi (pasokan oksigen) ke jaringan pulih.
D. TERAPI DEFINITIF
15. Setelah stabilisasi tercapai, tetap melanjutkan pengelolaan dan
pantau tanda - tanda vital
16. Cari penyebab syok lain sebagai terapi kausatif untuk
menghentikan perdarahan: kegagalan kontraksi uterus, sisa
plasenta, robekan uterus dan jalan lahir.
Jenis Ketrampilan: PENGELOLAAN ANTIBIOTIK PADA INFEKSI METRITIS
Lahan Praktek
: ............ Tanggal : ..........
21
NILAI
KOMPONEN
1
: DISTOSIA BAHU
Lahan Praktek
NILAI
KOMPONEN
1
24
Jenis Ketrampilan
: EKSTRAKSI VAKUM
Lahan Praktek
dorso kranial
3. Lakukan masase fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus
4. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan adanya bagian yang lepas
atau tidak lengkap)
5. Masukkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
EKSPLORASI JALAN LAHIR
1. Perhatikan dan periksa apakah terdapat robekan perpanjangan luka
episiotomi atau robekan dinding vagina di tempat lain
2. Pasang spekulum Sims , ambil 2 buah klem ovum, lakukan
penjepitan secara bergantian ke arah samping serta searah jarum
jam dan perhatikan ada tidaknya robekan pada porsio
3. Bila terdapat robekan, lakukan penjahitan. Bila dilakukan
episiotomi, lakukan perbaikan luka episiotomi.
PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
1. Sebelum melepaskan sarung tangan, kumpulkan dan buang kasa,
sampah lain yang telah dipakai pada tempat yang telah disediakan
atau kantong plastik
2. Masukkan selang karet, mangkok dan penarik ekstraktor vakum
dalam larutan chlorin 0,5% untuk dekontaminasi
3. Bilas dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan tersebut
4. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk kering dan bersih atau pengering udara
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan berikan
instruksi lebih lanjut bila diperlukan
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
dalam kolom/ formulir yang tersedia dalam status pasien
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi
pengobatan dan perawatan serta melaporkan segera bila pada
pemantauan lanjut terdapat perubahan yang harus diwaspadai
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
NILAI
KOMPONEN
1
A. PERSIAPAN TEMPAT
Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan tenang
B. PERSIAPAN ALAT
1. Lembar informed consent (persetujuan)
2. Alas bokong dan alas penutup perut bawah
3. Larutan antiseptik
4. Analgesik (Tramadol 1-2 mg/kg BB)
5. Oksitosin 20 IU (2 Ampul)
6. Ergometrin 0,2 mg/ml
7. Set infus (jarum ukuran 16 atau 18)
8. Cairan infus RL 3-4 botol
9. Misoprostol 600-1000 microgram
10. Oksigen dan regulator 10,1 U/ml
11. Tensimeter dan stetoskop
12. Lampu sorot
13. Sarung tangan DTT/ steril panjang (4 panjang)
14. Tabung dan jarum suntik (5 ml dan nomor 23) 2 buah
15. Kateter nelaton
16. Handuk bersih
17. Minuman manis untuk rehidrasi
C. LANGKAH-LANGKAH
Mengusahakan informed consent diisi oleh pasien/ keluarga
D. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1. Pasien: pasien sudah mengerti dengan tindakan yang akan
dilakukan, keluarga sudah mengerti perannya untuk melakukan
KBE
2. Penolong: siap melakukan KBI, tangan sudah memakai sarung
tangan DTT/steril
E. TINDAKAN
1. Membersihkan bekuan darah dan/ selaput ketuban dari vagina
dan uterus
2. Melakukan pemeriksaan dengan benar sehingga dapat dipastikan
bahwa perdarahan ini disebabkan oleh atonia uterus
3. Lakukan dengan segera KBI
Penolong berdiri di depan vulva
Membasahi tangan kanan dengan larutan antiseptik
Menyisihkan kedua labia mayora ke arah lateral dengan ibu
jari dan jari telunjuk
Memasukkan tangan yang lain secara obstetrik ke dalam
introitus vagina (bila perlu analgesik)
Mengubah tangan obstetrik menjadi kepalan dan letakkan
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada
forniks anterior dan dorong SBR (segmen bawah rahim) ke
30
kranioanterior
Meletakkan telapak tangan luar pada dinding perut, upayakan
untuk mencakup bagian belakang korpus uterus seluas atau
sebanyak mungkin
Melakukan kompresi uterus selama 5 menit dengan cara
mendekatkan telapak tangan luar dengan kepalan tangan
dalam forniks anterior
Mempertahankan posisi demikian bila perdarahan berhenti,
hingga kontraksi uterus benar-benar membaik kemudian
lanjutkan langkah berikutnya.
Amati apakah uterus berkontraksi, jika :
YA, maka lanjutkan KBI selama 2 menit, kemudian
keluarkan tangan perlahan-lahan, lalu pantau kala IV
dengan ketat
TIDAK, maka lanjutkan langkah berikutnya
4. Meminta dan mengajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna (KBE). Keluarkan tangan perlahan-lahan
dengan mengubah kepalan menjadi tangan obstetrik. Sementara
keluarga melakukan KBE, bidan memasang infus dan
memberikan obat uterotonika.
Cara melakukan KBE adalah sebagai berikut :
Penolong berdiri menghadap sisi kanan pasien
Tekan ujung jari telunjuk, tengah dan manis satu tangan di
antara simpisis dan umbilikus pada korpus depan bawah
sehingga fundus uterus naik ke arah dinding abdomen
Meletakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus
uterus bagian belakang dan dorong uterus ke arah korpus
depan
Menggeser perlahan-lahan ujung ketiga jari pertama ke
arah fundus sehingga telapak tangan dapat menekan
korpus uteri bagian depan
Melakukan kompresi korpus uterus dengan jalan menekan
dinding belakang dan dinding depan uterus dengan telapak
tangan kiri dan kanan (mendekatkan tangan belakang dan
depan)
Perhatikan Perdarahan!
Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti,
lanjutkan pertolongan berikutnya.
5. Memasukkan kedua tangan ke dalam wadah yang sudah berisi
larutan klorin 0,5%, lalu bersihkan sarung tangan
6. Memberikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000
microgram per rektal.
Ergometrin tidak diberikan untuk ibu hipertensi
7. Memasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan oksitosin 20 unit dalam 500 ml ringer laktat, habiskan
31
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
: PLASENTA MANUAL
: ............ Tanggal : ..........
KOMPONEN
NILAI
32
Implantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi bawah tali
pusat. Bila implantasi di korpus depan, pindahkan tangan dalam ke sisi
atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas
Implantasi di korpus belakang: lepaskan plasenta dari tempat
33
Jenis Ketrampilan
Lahan Praktek
NILAI
34
NILAI
35
I. PENILAIAN
1. Setelah bayi lahir (dalam beberapa detik), lakukan penilaian segera
sambil memindahkan bayi dari tempat lahir ke atas perut ibu.
a. Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, anggota gerak lunglai
atau tidak
1) Jepit dan potong tali pusat, beritahukan masalah bayi pada ibu
dan keluarga
2) Selimuti bayi dengan kain alas yang telah disiapkan dan
diletakkan di atas perut ibu kemudian pindahkan bayi ke
tempat resusitasi yang telah disiapkan
II. LANGKAH AWAL
2. Menjaga bayi tetap hangat
a. Pertahankan selimut yang melingkupi tubuh bayi untuk menjaga
kehangatan tubuhnya
3. Mengatur posisi bayi
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang, kemudian ganjal bahu bayi
menggunakan lipatan kain yang telah disiapkan
b. Atur kepala bayi dengan posisi setengah ekstensi agar jalan nafas
terbuka
4. Menghisap lendir
a. Lakukan penghisapan lendir dengan alat penghisap lendir De Lee
b. Terlebih dulu, lakukan penghisapan lendir pada mulut ( < 5 cm )
c. Setelah itu, lakukan pengisapan lendir pada hidung ( < 3 cm )
Pengisapan lendir dilakukan sambil menarik keluar pipa pengisap
5. Keringkan dan rangsang bayi
a. Keringkan bayi dengan memberikan sedikit tekanan, mulai dari
muka, kepala, ke seluruh tubuh
b. Gunakan telapak tangan untuk menggosok punggung, perut, dan
dada
6. Mengatur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a. Ganti kain yang menyelimuti tubuh bayi dengan kain yang bersih
dan kering yang telah disiapkan di bawah tubuh bayi
b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, biarkan bagian muka
dan dada sedikit terbuka
c. Atur kembali posisi kepala bayi menjadi sedikit ekstensi
7. Melakukan penilaian bayi
Menilai pernafasan bayi: normal, tidak bernafas, megap megap ?
a. Bila bayi bernafas normal
1. Letakkan bayi pada dada ibu, selimuti bayi bersama ibunya
2. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
b. Bila bayi tak bernafas, megap megap atau menangis lemah
Segera lakukan tindakan ventilasi
III.
VENTILASI
36
8. Pasang sungkup
Pasang sungkup sehingga melingkupi hidung, mulut, dan dagu
9. Lakukan ventilasi percobaan (2 x)
a. Tiup pangkal tabung atau tekan balon untuk mengalirkan udara (30
cm air) ke jalan nafas bayi
b. Lihat apakah dada bayi mengembang setelah peniupan ( 2 x )
Bila dada bayi tidak mengembang
c. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor
d. Periksa posisi kepala dan bila salah, perbaiki posisinya hingga
menjadi setengah ekstensi
e. Periksa adanya sumbatan yang disebabkan oleh cairan atau lendir
di mulut. Lakukan pengisapan ulang bila ada sumbatan
Bila dada bayi mengembang
f. Lanjutkan tindakan ventilasi
10. Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik
Lakukan ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
Bila bayi mulai bernafas normal
a. Hentikan ventilasi secara bertahap
b. Pantau kondisi bayi secara seksama
Bila bayi belum bernafas
Lakukan kembali tindakan ventilasi
11. Hentikan ventilasi dan lakukan penilaian setiap 30 detik
a. Hentikan ventilasi setiap 30 detik
b. Apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas, atau megap-megap
Bila bayi mulai bernafas normal
c. Hentikan ventilasi secara bertahap
d. Pantau kondisi bayi secara seksama
Bila bayi tidak bernafas atau masih megap megap
e. Teruskan ventilasi 20 kali/30 detik
f. Hentikan ventilasi dan lakukan penilaian ulang setiap 30 detik
12. Bila bayi tak bernafas spontan sesudah 2-3 menit resusitasi
a. Teruskan ventilasi dengan interval 30 detik
b. Siapkan rujukan bayi bersama ibunya
13. Bila bayi tak bernafas sesudah ventilasi 20 menit
Pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi
IV.
38
Jenis Keterampilan
: PERSALINAN DI RUMAH
Multipara, umumnya ibu yang baru pertama kali bersalin dianjurkan bersalin di rumah sakit
atau di klinik bersalin. Jika pada waktu melahirkan bayi pertama itu tidak mengalami
kesulitan melahirkan bayi berikutnya di rumah sendiri dapat diizinkan.
Selama melakukan asuhan antenatal tidak didapati adanya kelainan atau penyakit yang akan
menyulitkan proses persalinan.
Jauh dari tempat pelayanan kesehatan (tinggal di pemukiman pedesaan).
40