: Kurnia Megawati
NPM
: 260110130122
Resistensi Virus Hepatitis B
Pada infeksi HBV akut, sebagian DNA HBV dibersihkan dari hepatosit
melalui non-cytocidal efek sampingan inflamasi dari CD8 + T limfosit serta
dirangsang oleh CD4 + T limfosit, terutama interferon-gamma dan tumor necrosis
factor-alfa. Hal ini menyebabkan down-regulasi replikasi dan lisis virus.
Kemudian langsung memicu hepatosit yang terinfeksi oleh HBV-spesifik CD8 +
sitotoksik sel T. Sebaliknya, orang dengan infeksi HBV kronis terlihat lemah,
jarang, dan difokuskan secara sempit HBV-spesifik T-sel tanggapan, dan sebagian
besar sel-sel mononuklear di hati kronis terinfeksi HBV orang non-antigenspesifik. Karena kehadiran HBV di extrahepatic, serta adanya DNA sirkular
kovalen tertutup (cccDNA) dalam hepatosit, pemberantasan virus adalah tujuan
realistis berdasarkan pada obat yang tersedia saat ini. DNA melingkar kovalen
tertutup berfungsi sebagai template untuk transkripsi RNA pregenomic yang
merupakan langkah awal yang penting dalam replikasi HBV. Keberadaan
rombongan cccDNA dalam hepatosit dianggap sebagai penanda ketekunan virus.
Sayangnya, terapi saat ini belum efektif dalam memberantas cccDNA dan hanya
mampu menurunkan tingkat. Kegigihan bahkan tingkat rendah cccDNA dalam inti
hepatosit telah terbukti berkorelasi dengan peningkatan viral load setelah
penghentian terapi (Asrina, 2015).
Selain itu, integrasi HBV DNA ke inti hepatosit selama proses replikasi
bisa menjelaskan peningkatan risiko karsinoma hepatoseluler. Respon manusia
terhadap infeksi virus hepatitis dengan rentang dari infeksi tanpa gejala dan
hepatitis non-ikterik untuk melayani penyakit hati, degenerasi hati, dan kematian.
Penyakit ini sering melemahkan dan penyembuhannya pun berkepanjangan.
Penyakit akut mungkin secara klinis dibedakan, sehingga kedua infeksi sering
dibedakan terutama oleh rute infeksi, periode panjang inkubasi, dan identifikasi
laboratorium yang spesifik virus, Ags dan Abs. Masuknya Virus hepatitis B yang
utamayaitu melalui rute orangtua, namun dalam hal ini replikasi tidak diketahui.
HBcAg hadir dalam inti hepatosit ketika 2 minggu setelah infeksi eksperimental
pada simpanse, yang mengembangkan penyakit erat mirip dengan yang di dalam
diri manusia. Selama paruh kedua masa inkubasi, 5-8 minggu setelah infeksi,
darah menjadi menular, dan mengandung HBsAg terdeteksi dan polimerase DNA
virus (Asrina, 2015).
HBsAg juga telah diidentifikasi dalam empedu, urin, air mani, kotoran,
dan secretons nasofaring. itu mengejutkan bahwa HBsAg dan DNA polimerase
biasanya menurun dalam darah sebelum menghilang symtopms akut dan tidak
terdeteksi oleh fungsi waktu hati kembali normal (Asrina, 2015).
C. Pengobatan
Secara singkat tujuan pengobatan hepatitis B adalah mengeliminasi
virus dengan tiga indikasi, yakni kadar HBV-DNA, status HBeAg, dan
kadar ALT. Muatan virus atau viral load merupakan faktor resiko
perkembanganhepatitis B kronik (CHB) menjadi sirosis dan kanker hati
(HCC). Studi REVEAL (Risk Evaluation of Viral Load Elevation)
menunjukkan, semakin tinggi muatan virus, semakin tinggi resiko
terjadinya sirosis dan kanker hati (Lukman, 2008).
Pada hepatitis B akut, tubuh berusaha melakukan eliminasi virus
hepatitis B baik dengan mekanisme respon imun spesifik maupun dengan
mekanisme imun nonspesifik. Respon imun spesifik dilaksanakan melalui
aktivitas sel T sitolitik (CD8+) yang telah mengalami aktivasi dan dapat
menumbulkan lisis sel-sel yang terinfeksi. Disamping itu, dapat juga
untuk
prodromal
mengakibatkan
memanjang,
komplikasi
berat,
sering
dan
terjadi
kekambuhan,
mungkin
menyebabkan
resistensi
terhadap
pengobatan
antiviral
analog
Mutasi yang bersifat resisten terhadap Nuk pada titik primer tidak
didapatkan. Mutasi di titik sekunder gen rt polimerase rt238 yang
berhubungan dengan resistensi terhadap adefovir didapatkan pada 24
(71%) subyek; dengan rincian pola mutasi rtH238Q pada 18 (52,9%),
N238Q pada 3 (8,8%), N238H pada 1 (2,9%), dan N238T pada 2 (5,9%)
subyek. Mutasi rt238 secara bermakna terjadi lebih banyak pada VHB
genotipe B dibandingkan dengan pada genotipe C (p 0,022) (Alvani,
Syam, dkk, 2013).
Mutasi pada titik primer gen rt polimerase VHB yang bersifat
resisten terhadap Nuk tidak dideteksi pada pasien HBK naif. Mutasi pada
titik sekunder rt238 yang berhubungan dengan resistensi terhadap adefovir
terdeteksi cukup dominan. Temuan ini perlu diteliti lebih lanjut untuk
mengetahui lebih jelas pengaruhnya terhadap respons klinis dan virologis
pengobatan dengan Nuk (Alvani, Syam, dkk, 2013).
2. Pemakaian antivirus yang tidak tepat
Pemilihan antiviral yang tepat dapat memprediksi keberhasilan
pengobatan juga penting, karena dapat membantu tindak lanjut
pengobatan. Masih dari studi GLOBE, pasien yang tidak menunjukan
respon pada 6 bulan pertamalah yang cenderung mengalami resistensi
(Lukman, 2008).
Resistensi kemungkinan dapat terjadi karena pemakaian antivirus
nukleosida maupun nukleosida analog. Resistensi dapat dicegah dengan
melakukan monitoring kadar HBV DNA selama masa pengobatan secara
berkala. Berdasarkan setudi GLOBE, pasien yang diobati telbivudine, bisa
mencapai kadar HBV DNA negatif pada minggu ke-24, maka
kemungkinan terjadi resistensi pada tahun ke-2 hanya 4% untuk pasien
HBeAg positif dan 2% pada pasien HBeAg negatif. Memonitor kadar
HBV DNA pada minggu ke-24 dapat memprediksi timbulnya resistensi
sehingga resistensi bisa dicegah (Lukman, 2008).
Prof. Dr. Ali Sulaeman SpPD-KGEH dari Divisi Hepatologi
FKUI/RSCM memaparkan hasil penelitiannya selama satu tahun
penggunaan telbivudine pada pasien hepatitis B kronis di Klinik Hati Prof.
Ali Sulaeman. Ada 32 pasien yang berasal dari Klinik Hati Prof. Ali
DAFTAR PUSTAKA
Alvani, Syam, dkk. 2013. Pola Mutasi Resistensi terhadap Analog Nukleosida
Virus Hepatitis B pada Pengidap Kronis yang Belum Mendapatkan Terapi.
Tersedia online di http://pphi-online.org/alpha/?p=579 (diakses pada 13
April 2015 pukul 5.51 WIB)
Asrina,
Legia.
2015.
Makalah
Mikro.
Tersedian
online
https://www.academia.edu/8609069/MAKALAH_MIKRO_new
di
(diakses
Tersedia
online
di
http://www.budilukmanto.org/index.php/perawatan-hepatitis?start=12
(diakses pada 13 April 2015 pukul 00:11 WIB).
Soemoharjo, Soemognjo. 2008. Hepatitis Virus B. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wirawan, Riadi. 2003. Biomedika Laboratorium Klinik Utama. Tersedia online di
http://www.biomedika.co.id/downlot.php?
file_health=521333BrochureHepatitisA.pdf (diakses pada 3 April 2015
pukul 20.07 WIB).