Dasar Teori
Pulvis adalah campuran kering bahan obat yang dihaluskan,
baik untuk pemakaian dalam maupun luar, yang tidak terbagi-bagi
(Syamsuni, 2006). Pulvis dapat digolongkan menjadi Pulvis
adspersorius, Pulvis dentrificius, Pulvis sternutatorius dan Pulvis
effervescent. (Anonim, 2014)
Pulvis adspersorius, disebut juga serbuk tabur/bedak, adalah
serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam
wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
pemakaian pada kulit. Pulvis adspersorius harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: halus, tidak ada butiran-butiran kasar (harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh); Talk, kaolin dan
bahan mineral lainnya bebas dari bakteri Clostridium tetani, C. welchii
dan Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering);
serta tidak boleh digunakan pada luka terbuka.
Pulvis dentrificius, alias serbuk gigi, biasanya mengandung
karmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dahulu dan
kloroform atau etanol 90%.
Pulvis sternutatorius, atau serbuk bersin, adalah serbuk yang
digunakan dengan dihisap melalui hidung, oleh karena itu ukurannya
harus halus sekali.
Pulvis effervescent adalah serbuk yang dilarutkan dahulu dalam
air dingin atau air hangat kemudian diminum. Serbuk ini
mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Serbuk ini merupakan campuran senyawa asam (misalnya asam
sitrat, asam tartrat) dengan senyawa basa (misalnya natrium
karbonat, natrium bikarbonat). Dalam pembuatannya, bagian asam
dan basanya harus dikeringkan secara terpisah. Gas CO2 yang
terbentuk digunakan untuk pengobatan, mempercepat penyerapan
dan menyegarkan rasa larutannya.
Pulvis diracik dengan mencampur bahan satu per satu, sedikit
demi sedikit, dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit, kemudian
diayak, biasanya dengan ayakan No. 60, lalu dicampur lagi. Jika
serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan ayakan no. 44. Jika
bahan berupa serbuk kasar, digerus terlebih dahulu hingga derajat
halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk,
setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50C. Untuk bahan
berupa cairan seperti tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya diuapkan
hingga hampir kering, lalu diserbukkan dengan zat tambahan yang
cocok. Untuk bahan bermassa lembek, seperti ekstrak kental,
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, secukupnya, lalu diserbukkan
dengan zat tambahan yang cocok.
Keuntungan dari sediaan Pulvis antara lain (Marriott, dkk.,
2010):
1. Mudah diaplikasikan
2. Pemakaiannya menyenangkan
UNGUENTUM
Dasar Teori
Unguentum atau salep adalah sediaan setengah padat
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
(Anonim, 2014) Unguentum adalah salep yang memiliki konsistensi
layaknya mentega, tidak mencair pada suhu biasa namun mudah
dioleskan tanpa memakai tenaga.
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi ke dalam
4 kelompok berikut (Anief, 1997):
1. Basis salep senyawa hidrokarbon, contohnya: vaselin putih,
vaselin kuning, campuran vaselin dengan malam putih atau
kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak tumbuh-tumbuhan.
2. Basis salep serap, contohnya: Adeps Lanae, Lanolin (Campuran
yang komposisinya 75% adeps lanae, 25% air), Unguentum
Simplex (Campuran yang 30%nya malam kuning dan 70%nya
minyak wijen), Hydrophilic Petrolatum (Campuran Vaselin putih,
malam putih, stearil alcohol dan kolesterol dengan perbandingan
86:8:3:3)
3. Basis salep yang dapat dicuci dengan air, contohnya: basis salep
emulsi tipe M/A (minyak dalam air)
4. Basis salep yang larut dalam air, contohnya: PEG, campuran PEG
Menurut
Syamsuni
(2006),
berdasarkan
sifat
farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat dibagi menjadi:
1. Salep epidermis, berguna untuk
melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi. Kadang-kadang
ditambahkan
antiseptic,
astringensia
untuk
meredakan
rangsangan atau anestesi lokal. Pembawa yang cocok adalah
basis salep senyawa hidrokarbon.
2. Salep endodermis, bahan obatnya menembus ke dalam kulit
tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian. Digunakan untuk
melunakkan kulit atau selaput lender. Basis salep yang terbaik
adalah minyak lemak.
3. Salep diadermis, bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep
yang mengandung senyawa merkuri iodide atau beladona.
Pembawa yang cocok adalah basis salep serap.
Van Duin (C.F., 1954, Handleiding tot de Practische en
Theoretische Receptuur, D.B.Centens uitgevers Maatschappy N.V.,
Amsterdam) membuat peraturan pembuatan salep sebagai berikut:
Peraturan salep pertama: Zat-zat yang dapat larut dalam
campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan
pemanasan
Peraturan salep kedua: Bahan-bahan yang larut air, jika tidak ada
peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah
air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep;
jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis salepnya