II.
6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori,
dan produk tertentu.
IV.
PROSES
PENELITIAN,
MASALAH,
VARIABEL,
DAN
PARADIGMA
PENELITIAN
Berikut akan dijelaskan proses penelitian, masalah variabel, dan paradigma penelitian
kuantitatif
A. Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian selalu berangkat dari masalah, masalah yang dibawa peneliti kuantitatif harus
sudah jelas. Setelah masalah diidentifikasi dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut
dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan
pertanyaan peneliti menggunakan teori untuk menjawabnya, dinamakan hipotesis.
Selanjutnya, hipotesis dibuktikan dengan pengumpulan data secara empiris pada
populasi/sampel. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan
statistik.Instrumen
Statistik yang
Pengembangan
digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Data hasil analisis
selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Setelah hasil penelitian diberikan
pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Jika ada lima rumusan masalah maka ada
lima kesimpulan pula.
Pengujian Instrumen
Populasi dan Sampel
Proses penelitian
kuantitatif dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.
Rumusan
Masalah
Landasan Teori
Perumusan Masalah
Pengumpulan DataAnalisis Data
B. Masalah
Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Oleh karena itu menemukan masalah
dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah ditemukan,
maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa
yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktik, antara aturan dengan pelaksanaan, dan
antara rencana dengan pelaksanaan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu petanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Hubungan antara masalah dan rumusan masalah sangat erat, karena setiap
rumusan masalah harus didsasarkan pada masalah.
Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel yang berdiri sendiri).
4 | Metodologi penelitian: Penelitian Ku antitatif
Contoh:
Seberapa tinggi minat belajar matematika dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid
sekolah di Jawa Timur?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
Contoh:
Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid yang mengikuti bimbingan belajar di luar
sekolah dan tidak?
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menyatakan hubungan anatar dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu:
a. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama.
Contoh:
Adakah hubungan antara jarak antara rumah dan sekolah dengan prestasi belajar murid?
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel
independen (variabel yang memengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi).
Contoh:
Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pembelajaran, dan guru terhadap kualitas SDM
yang dihasilkan dari suatu sekolah?
c. Hubungan Interaktif/resiprocal/timbal balik
5 | Metodologi penelitian: Penelitian Ku antitatif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling memengaruhi. Di sini tidak ada
variabel independen dan variabel dependen.
Contoh:
Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan orang tua.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lai, maka macam-macam
variabel penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen: variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor,
antecedent, atau dalam bahasa Indonesia disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah
variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat).
2. Variabel Dependen: variabel ini sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen, atau
dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel dependen (bebas).
3. Variabel Moderator: adalah variabel yang memengaruhi (memperlemah atau
memperkuat) hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
4. Variabel Intervening: adalah variabel yang secara teoritis memengaruhi hubungan
antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang
terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung memengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
5. Variabel Kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
6 | Metodologi penelitian: Penelitian Ku antitatif
tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan
penelitian yang bersifat membandingkan.
E. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini, maka bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif
khususnya penelitian survey adalah sebagai berikut:
1. Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen.
Misal,
X
= Kualitas Media
Y
= Prestasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan:
a. Jumlah rumusan masalah deskriptf ada dua dan asosiatif ada satu, yaitu:
1) Rumusan masalah deskriptif
a) Bagaimana X? (kualitas media)
b) Bagaimana Y? (prestasi belajar murid)
2) Rumusan masalah asosiatif/hubungan
Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas media dengan prestasi
nelajar murid?
b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi
belajar.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam, hipotesis deskriptif dan hipotesis
asosiatif (hipotesis deskriptif jarang dirumuskan).
1) Dua hipotesis deskriptif
a) Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut
telah mencapai 70% baik.
b) Prestasi belajar murid lembaga pendidikan tersebut telah mencapai
99% dari yang diharapkan.
2) Hipotesis asosiatif
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan
dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti kualitas media pendidikan
7 | Metodologi penelitian: Penelitian Ku antitatif
ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang
tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil hipotesis akan
digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil).
d. Teknik analisis data
Berdasarkan rumusan masalah hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah
ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji
hipotesis.
1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila data berbentuk interval dan rasio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.
2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data kedua variabel berbentuk interval atau
rasio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Produt Moment.
2. Paradigma Sederhana Berurutan
Paradigma penelitian ini terdiri atas lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih
sederhana.
X1
X1
X2
= Kualitas Input
X3
X3
= Kualitas Output
X2 = Kualitas Proses
Y
= Kualitas Outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antar satu variabel independen dengan
satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X 1
dengan X2; X2 dengan X3 dan X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi
sederhana.
3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Paradigma penelitian ini terdiri atas dua variabel independen dan satu variabel
dependen. Dalam paradigma ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif dan empat
rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda).
r1
r3
X1
X1
R
X2
= Kualitas Media
r2
Y
Y
X2
= Lingkungan Sekolah
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel
dependen Y. Untuk mencari hubungan X 1 dengan Y dan X2 dengan Y, menggunakan
teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama
terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen (Y).
Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk
yang sederhana ada 6 dan untuk yang ganda minimal 1.
X1
r1
r4
r6
X2
r5
X1
r2
r3
= Kualitas Media
X3
Y
X3
= Semangat Belajar
X2 =ganda
Gaya dengan
Belajar 3 variabel independen
Y
= Prestasi
Murid
Paradigma
yaitu X1Belajar
, X2, dan
X3. Untuk mencari
besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2, X2
dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari
besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y
menggunakan korelasi ganda.
5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Y1
r1
X1
X
r2
= Kualitas Media
Y1
Y2
Y2
Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua variabel dependen. Untuk
mencari besarnya hubungan antara X dengan Y1; X dengan Y2; dan Y1 dengan Y2
digunakan teknik korelasi sederhana.
6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Variabel Dependen
Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X 1 dan X2) dan dua variabel dependen
(Y1 dan Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah
asosiatif/hubungan.korelasi dan regresi ganda dapat digunakan untuk menganalisis
hubungan antar variabel secara simultan.
r1
X1
Y1
r2
r5
r6
r3
r4
X1 X2
= Kualitas Sekolah
X2
Y2
= Pelayanan Sekolah
= Kepuasan Pelayanan
Hubungan antar r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 bersama-sama
dengan X2 terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda.
7. Paradigma Jalur
X1
r2
r1
r5
X3
r3
X2
r6
r4
X1
Y1
= Motivasi Berprestasi
X2
= IQ
Y2
= Prestasi Bealajar
Teknik analisis Statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur).
Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui
untuk sampai pada variabel dependen terakhir harus lewat jalur langsung atau melalui
10 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan mengendalikan
(control) suatu gejala.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan
data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus jelas, karena teori di sini berfungsi
untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu, landasan teori dalam
proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Deskripsi Teori
Deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentan teori (bukan sekedar pendapat pakar
atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang kan diteliti. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel yang diteliti.
11 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Perlu diketahui bahwa tidak
setiap penelitian harus mengemukakan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan
deskriptif sering tudak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang
masih berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan harus diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik.
a. Hipotesis penelitian adalah pernyataan sementara yang merupakan jawaban dari
pertanyaan penelitian yang didasarkan pada teori dan hasil penelitian terdahulu.
b. Hipotesis statistik adalah pernyataan yang berkaitan dengan parameter populasi
Awalnya, hipotesis dibuat dengan harapan akan ditolak atau dibuat nol, sehingga
digunakan istilah hipotesis nol (H0). Akan tetapi sekarang, bentuk ini dapat diaplikasikan pada
sebarang hipotesis yang akan diuji, diharapkan terjadi oleh peneliti dan dinotasikan dengan
H0.
Sebarang hipotesis yang berbeda/bekebalikan dengan hipotesis yang diberikan (H0)
disebut hipotesis alternatif yang dinotasikan Ha atau H1. Penolakan dari H0 membawa pada
penerimaan H1.
Hipotesis nol selalu dinyatakan dalam nilai parameter eksak, sementara hipotesis
alternatif bisa dengan bermacam nilai. Pada H0 digunakan notasi = (sama dengan); H 1
digunakan notasi > (lebih besar dari), < (kurang dari), (tidak sama dengan).
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol, karena
peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan parameter.
Bentuk-bentuk Hipotesis
12 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), asosiatif (hubungan).
Karena hal itu,maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif.
A. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu
yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Seberapa lama daya konsentrasi belajar matematika murid SMP kelas VII?
2. Hipotesis Deskriptif
H0 : Daya konsentrasi belajar matematika murid SMP kelas VII sama dengan 8
menit/jam (H0, karena daya konsentrasi belajar matematika murid SMP kelas VII
yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya
konsentrasi belajar matematika murid SMP kelas VII yang ada pada populasi).
Ha
B. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda,
atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Komparatif
13 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
C. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan guru matematika
kelas dengan suasana belajar di kelas.
2. Hipotesis Asosiatif
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan guru matematika
kelas dengan suasana belajar di kelas.
3. Hipotesis Statistik
H0 : = 0,
0 berarti tidak ada hubungan
Ha: 0,
berarti bisa lebih besar atau lebih kecil dari 0, berarti ada
hubungan.
= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
VI.
Berdasarkan desain penelitian kuantitatif, terdapat dua bentuk desain penelitian yaitu: bentuk
desain eksperimen dan bentuk desain noneksperimen.
A. Bentuk Desain Eksperimen
14 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Desain eksperimen cenderung tinggi dalam validitas internal (internal validity) tetapi
lebih rendah di validitas eksternal (external validity). Terdapat beberapa bentuk desain
eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan, yaitu: Pre-Experimental
Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Hal ini
dapat digambarkan seperti di bawah ini.
One Shot Case Studi
One Group Pretest-Posttest
Pre-Experimental
Factorial Experimental
Quasi Experimental
Time-Series Design
Keterangan:
15 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil
adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa
jenis perlakuan, lalu diukur.
Contoh:
Pengaruh bimbingan belajar matematika (X) terhadap prestasi belajar matematika murid(O).
Terdapat kelompok siswa yang mengikuti bimbingan belajar matematika kemudian
setelah diukur prestasi belajar matematika. Pengaruh bimbingan belajar matematika terhadap
prestasi belajar matematika diukur dengan membandingkan prestasi belajar matematika
sebelum mengikuti bimbingan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika setelah
mengikuti bimbingan belajar matematika (misalnya sebelum mengikuti bimbingan belajar
prestasi belajar matematika mendapat nilai raport 70, setelah mengikuti bimbingan belajar
prestasi belajar matematika mendapat nilai raport 80. Jadi pengaruh mengikuti bimbingan
belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika murid sebesar 80 70 = 20 point).
b. One Group Pretest-Posttest
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1
O2
Keterangan:
O1
O2
O1
O2
Keterangan:
O1
O2
dua yaitu: setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dab setengahnya
untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi terhadap prestasi
belajar murid dalam pelajaran bangun ruang pada SMP. Terdapat enam kelas yang praktek
membuat contoh bangun ruang. Dari empat kelas tersebut, dua kelas diberi pelajaran dengan
metode demonstrasi (O1) dan dua kelas dengan metode ceramah (O2). Setelah 3 bulan, prestasi
belajar diukur. Bila prestasi/kompetensi murid yang diajar dengan metode demonstrasi lebih
tinggi daripada murid yang diajar dengan metode ceramah, maka metode demonstrasi
berpengaruh positif untuk pembelajaran bangun ruang. (O1 O2)
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam
desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian)
dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari
17 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara
random. Desain true experimental terbagi atas:
a. Posttest-Only Control Design
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1
O2
Keterangan:
R
O1
= random
= kelompok yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen)
O2
(R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Pengaruh adanya
perlakuan adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh perlakuan
dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik misalnya dengan t-test. Jika terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1
O3
O2
O4
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil pretest baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara
signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 O1) (O4 O3)
3. Factorial Experimental
18 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Factorial experimental merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu yang
meperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan
(variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma eksperimen faktorial
dapat digambarkan sebagai berikut:
O1
O3
O5
O7
Y1
O2
Y1
O4
Y2
O6
Y2
O8
Pada eksperimen ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai
pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. dalam hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan
Y2.
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran baru murid terhadap
prestasi belajar. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya
adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).
Perlakuan (model pembelajaran baru) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama
yang telah diberi pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok eksperimen kedua yang
telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap prestasi
belajar untuk kelompok laki-laki = (O2 - O1) (O4 O3). Pengaruh perlakuan (model
pembelajaran baru) terhadap prestasi belajar untuk kelompok perempuan = (O6 O5) (O8
O7).
Bila terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran baru terhadap prestasi belajar
antara kelompok laki-laki dan perempuan maka penyebab utamanya adalah bukan karena
perlakuan yang diberikan (karena perlakuan yang diberikan sama), tetapi karena adanya
variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan
menggunakan model pembelajaran baru yang sama, tempat belajar yang sama, tetapi pada
19 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
umumnya, kelompok wanita lebih rajin dalam belajar, sehingga meningkatkan prestasi
belajarnya.
4. Quasi Experimental
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran di kelas misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian siswa untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan
prosedur belajar baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam
menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Experimental.
Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a. Time-Series
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara
random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti
kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan
keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain
penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.
Paradigma eksperimen faktorial dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
20 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
O1
O3
O2
O4
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan pemberian Pekerjaan Rumah
(PR) terhadap hasil belajar matematika murid. Desain penelitian dipilih satu kelompok
murid. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi PR setiap selesai
pelajaran matematika dan yang setengah lagi idak. O 1 dan O3 merupakan murid sebelum ada
perlakuan pemberian PR. O2 adalah hasil belajar matematika murid setelah pemberian PR
setelah 1 semester. O4 adalah hasil belajar matematika murid yang tidak diberi perlakuan
pemberian PR. Pengaruh pemberian PR terhadap hasil belajar matematika murid = (O 2 O1)
(O4 O3).
B. Bentuk Desain Noneksperimen
Desain non-eksperimen cenderung rendah dalam validitas internal (kemampuan
mejelaskan hubungan sebab akibat) tetapi lebih tinggi pada validitas eksternal (kemampuan
untuk menggeneralisasikan hasil penelitian).
21 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
eksperimental, yaitu (Nana Saodih, 2005): deskriptif, survei, perbandingan kausal (Ex Post
Facto), komparatif, korelasional, dan tindakan.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomenafenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau masa lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan
manipulasi
atau
pengubahan
pada
variabel-variabel
bebas,
tetapi
23 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Oleh karenanya penelitian tindakan bersifat praktis, langsung, dan relevan, dengan
situasi dunia kerja saat ini. Hasil penelitian menjadi kerangka dasar bagi tindakan-tindakan
atau kebijakan-kebijakan baru. Kekurangan penelitian tindakan adalah kurang memiliki
ketertiban ilmiah karena validitas internal dan eksternal lemah. Ciri penelitian tindakan adalah
bersifat situasional dan sampelnya terbatas, serta control terhadap variabel bebas sangat kecil
(Sudarwan Danim, 2002).
VII.
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menenukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Secara sistematis, macam-macam teknik sampling ditunjukkan pada bagan di
bawah ini.
A.
Probability Sampling
24 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
1. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dianggap homogen dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang adal dalam
populasi itu. Teknik simple random sampling dapat digambarkan seperti di bawah ini.
B. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik pengambilan sampel ini meliputi:
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari angota
populasi yang telah diberi nomor urut. Sampling sistematis dapat digambarkan seperti di
bawah ini.
2.
Sampling Kuota
26 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Penelitian akan terus berlangsung
dan dipandang belum selesai jika kuota yang ditentukan belum terpenuhi.
3. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik pengumpulan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan orang yang ditemui dipandang
cocok sebagai sumber data.
4. Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan petimbangan tertentu.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus.
6. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding lama kelamaan menjadi besar.
Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena belum
lengkap maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi
data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif.
Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel
diharapkan 100% mewakili populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka
peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya. Oleh karena itu, banyaknya
sampel tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.
27 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
28 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Instrumen-instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah tersedia dan
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif belajar, (n
ach) untuk mengukur sikap, menukur IQ, mengukur bakat, dll.
C. Cara Menyusun Instrumen Penelitian
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan
menjadi butir-butir pertanyaan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu
digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.
D. Instrumen yang Dikembangkan
Bentuk-bentuk instrumen yang dipilih berdasarkan beberapa faktor, diantaranya adalah
teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Penggunaan ketiga pengumpulan data
(angket, observasi, wawancara) adalah
1. Angket: digunakan bila responden jumlahnya besar, dapat membaca dengan baik, dan
dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia. Bila menggunakan angket, maka
bentuk pilihan ganda lebih komunikatif, tetapi tidak hemat kertas, dan instrumen
menjadi tebal sehingga responden malas untuk menjawab.
2. Observasi: digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja,
gejala alam, dan responden kecil. Bentuk checklist dan rating scale dapat digunakan
sebagai pedoman observasi.
3. Wawancara: digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit. Bentuk checklist dan rating scale dapat
digunakan sebagai pedoman wawancara.
4. Gabungan ketiganya: digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat,
dan konsisten.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Harus dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang
valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Hasil penelitian yang
reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang valid, bila
instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang
29 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
reliabel, bila instrumen tersebut bila digunakan berkali-kali untuk mengukur obyek yang sama
akan menghasilkan data yang sama.
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan untuk penelitian.
1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstruk (Construct Validity), menggunakan pendapat
para ahli (judgment experts).
b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity), untuk instrumen berbentuk test
pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan.
c. Pengujian Validitas Eksternal, membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal tinggi akan
mengakibatkan hasil penelitian yang mempunyai validitas eksternal tinggi pula.
Penelitian
mempunyai
validitas
eksternal
bila
hasil
penelitian
dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), ekuivalen, dan
gabungan keduanya. Secara internal, pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
a. Test-retest, dengan mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam
hal ini instrumen sama, responden sama, dan waktu berbeda.
b. Ekuivalen, dengan memberikan pertanyaan yang sama maksudnya dengan bahasa
berbeda. Jadi dalam hal ini pengujian cukup dilakukan sekali, dua instrumen, responden
sama, waktu sama, instrumen berbeda.
c. Gabungan, mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden
yang sama.
d. Internal Consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas
30 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half),
KR. 20, KR. 21, dan Anova Hoyt.
IX.
data hasil penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Berikut dijelaskan
pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu:
A. Angket (Kuesioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyaraan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket
cocok digunakan bila jumlah responden besar dan tersebar di wilayah yang luas. Angket dapat
berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
B. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti untuk
berkomunikasi dengan orang dan obyek-obyek alam yang lain dengan dua hal yang
terpenting, yaitu proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengunpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusi, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
C. Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (menggunakan
pedoman wawancara) maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka
maupun menggunkan telepon.
31 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
X.
ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah dari dari seluruh
responden atau sumber data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan (bagi penelitian kuantitatif yang merumuskan hipotesis).
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam statistik,
yaitu seperti pada gambar di bawah.
Statistik Deskriptif
Macam Statistik untuk Analisis Data
Statistik Parametris
Statistik Inferensial
Statistik Nonparametris
32 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Selain itu statistik deskriptif juga dilakukan untuk mencari kuanya hubungan antara
variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi yang tidak perlu
diuji signifikansinya (taraf kesalahan). Jadi secara teknis, statistik deskriptif tidak membuat
kesimpulan untuk menggeneralisasi.
Statistik inferensial (statistik induktif atau statisti probabilitas) adalah teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dari populasi secara random dengan hasil
yang dapat diberlakukan untuk populasi yang kebenarannya bersifat peluang yang
mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk
persentase. Bila peluang kesalahan 1% maka taraf kepercayaan 99%, bila 5% maka taraf
kepercayaan 95%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
Pengujian taraf signifikansi dari suatu analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada
tabel sesuai teknik analisis yang digunakan. Misalnya uji-t untuk tabel-t, uji-F untuk tabel F.
Pada setiap tabel disediakan taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat
digeneralisasikan. Jadi, signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan
kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikansi, berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan.
Ada perbedaan signifikansi, berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.
B. Statistik Parametris dan Nonparametris
Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Statistik
parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi: rata-rata (mu),
simpangan baku
X
(X bar), simpangan baku s, dan varians s 2. Jadi parameter populasi yang berupa diuji
melalui
X , selanjutnya
pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik.
Oleh karena itu penelitian berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunkan sampel.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol (H 0), karena tidak dikehendaki
adanya perbedaan antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari sampel).
Statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi.
33 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis
data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi (data
harus berdistribusi normal, data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam
regresi harus terpenuhi asumsi linieritas). Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhinya
banyak asumsi.
Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang dianalisis.
Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio,
sedangkan statistik nonparametris kebanyakan menganalisis data nominal dan ordinal. Untuk
menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan statistik harus
memperhatikan macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.
Berikut ini tabel Penggunaan Statistik Parametris dan Nonparametris untuk Menguji
Hipotesis.
Deskriptif
(Satu
MACAM
variabel
DATA
atau satu
sampel)
Binomial
Nominal
BENTUK HIPOTESIS
Komparatif
(dua sampel)
(lebih dari dua sampel)
Related
Ordinal
Run Test
Interval
Rasio
t-test*
Related
Independen
Fisher Exact
Probability
satu
sampel
Independen
Mc Nemar
dua
X 2 untuk
Cochran Q
sampel
Median Test
Mann Sign test
Whitney U
Friedman
Test
Wilcoxon
Two-Way
matched Kolomogorov anova
pairs
Smirnov
WaldWoldfowitz
t-test of
t-test*
One-Way
Related
Independent
Anova*
Two-Way
Anova*
Asosiatif
(hubungan)
Contingency
Coefficient C
k sampel
Median
Extension Spearman
Rank
KruskalCorrelation
Wallis
One Way Kendall Tau
Anova
One-Way
Anova*
Two-Way
Anova
Korelasi
Product
Moment*
Korelasi
Parsial*
Korelasi
Ganda*
Regresi
34 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
sederhana
dan ganda*
KECERDASAN
EMOSIONAL
TERHADAP
KECEPATAN
X
Y
= kecerdasan emosional
= kecepatan memeroleh pekerjaan
Hipotesis
Kecerdasan emosional (EQ)
Jawa Timur?
Kecepatan memeroleh
memeroleh pekerjaan?
lama 24 bulan.
Terdapat hubungan yang positif
35 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
kecepatan memeroleh
SMK?
pekerjaan.
Korelasi Pearson
Bagaimanakah pengaruh
Kecerdasan emosional
Product Moment
Koefisien diterminasi dan
prestasi kerja?
kecepatan memeroleh
pekerjaan.
Kesalahan Taksiran
Kesalahan Taksiran
10 jam
8 - 12 jam
36 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Keputusan
Terima hipotesis
Menolak hipotesis
Hipotesis Benar
Hipotesis Salah
Kesalahan Tipe II ()
Tidak membuat kesalahan
37 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Ha
H0
: = 10 jam/hari
Ha
: 10 jam/hari
: 10 jam/hari
H0
: 1 = 2
Ha
: 1 2
: 1 2
Hipotesis alternatif
H0
Ha
Daerah Penolakan H0
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
38 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
H0
: = 10 jam/hari
Ha
: > 10 jam/hari
: > 10 jam/hari
H0
: 1 = 2
Ha
: 1 > 2
: 1 > 2
Hipotesis alternatif
H0
=0,65
39 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
Ha
<0,65
Hipotesis alternatif
H0
: 10 jam/hari
Ha
: < 10 jam/hari
: < 10 jam/hari
: 1 > 2
40 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
H0
: 1 = 2
Ha
: 1 < 2
Hipotesis alternatif
H0
=0,65
Ha
<0,65
41 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f
DAFTAR PUSTAKA
Brannen, Julia. 1996. Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offest
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif
42 | M e t o d o l o g i p e n e l i t i a n : P e n e l i t i a n K u a n t i t a t i f