Anda di halaman 1dari 14

STATUS UJIAN PSIKIATRI

I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Nn. AA

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat/tanggal lahir

: Pematang Siantar , 30 Oktober 1971

Status perkawinan

: Belum Menikah

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku bangsa

: Batak

Agama

: Kristen Protestan

Alamat sekarang

: Karombasan

Tanggal MRS

: 3 April 2012

Cara MRS

: Pasien datang dengan keluarga

Tanggal pemeriksaan

: 3 April 2012

Tempat pemeriksaan

: Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Diperoleh dari :
-

Aloanamnesis, tanggal 3 April 2012.


Autoanamnesis, tanggal 5 April 2012.
A.

Keluhan utama.
Bicara sendiri, mudah tersinggung, sering tertawa sendiri.

B.

Riwayat gangguan sekarang


-Aloanamnesis
Keluhan pertama kali di rasakan pasien sejak 10 tahun yang lalu ketika
pasien masih bekerja sebagai wiraswasta. Pasien sering berbicara sendiri,
pemalu, tidak percaya diri, mudah marah, sering mengurung diri didalam
kamar dan tidak suka bergaul.
Awalnya pasien mengalami perubahan perilaku ketika masih duduk di
bangku Sekolah Dasar. Saat itu pasien kehilangan sosok ayah, sehingga
setiap orang yang mirip ayahnya diyakini pasien sebagai ayahnya. Bahkan
1

guru privat atau dokter yang merawatnya harus mirip dengan ayahnya.
Pasien menganggap ayahnya masih ada dan sudah kawin lagi dengan orang
lain, walupun menurut keluarga, ayah pasien sudah meninggal. Sejak saat
itu pasien cenderung suka menyendiri dan enggan masuk sekolah.
Saat remaja (SMP), pasien belajar di sekolah katolik saat itu pasien
kehilangan sepupunya yang masih kecil ketika sama-sama berenang di
kolam, sejak saat itu pasien semakin sering mengurung diri, lebih tertutup
dan pendiam. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut kadang-kadang
pasien melamun dan berbicara sendiri dengan tatapan mata yang kosong.
Pasien sering berbicara sendiri dengan isi pembicaraannya selalu
bertema agama dan pengampunan. Pasien selalu terlihat cemas dan kurang
berkonsentrasi dalam aktifitasnya sehingga gagal dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
Perubahan perilaku pasien seperti itu berlanjut terus sampai pasien
mengikuti kuliah di perguruan tinggi. Dan akhirnya pasien tidak dapat
menyelesaikan kuliahnya pada tahun pertama dikarenakan keluhan pasien
yang semakin memburuk.
- Autoanamnesis
Pada anamnesis hari III perawatan, komunikasi baik dan pasien
menjawab setiap pertanyaan dengan benar, lebih tenang dan kadang pasien
sering curhat tentang masalah pekerjaan, keinginan-keinginannya dan masa
depan.
Bila ditanya agama pasien menginginkan agama yang hanya ada surga
dan tidak ada neraka, namun pasien mengaku beragama kristen tetapi jarang
ke gereja. Nampaknya pasien selalu merasa bersalah atas kematian
sepupunya karena tenggelam saat berenang bersamanya (kejadian saat
pasien masih SMP),tidak banyak yang diingat pasien saat di bangku SMA,
tetapi pasien dapat menyelesaikan sekolah sampai saat ujian dan
mendapatkan STTB.
Saat pasien sedang berbicara sendiri, isi pembicaraannya selalu bertema
agama dan pengampunan. Bila ditanya tentang pekerjaan, pasien selalu
merasa tidak puas dan rugi atas hasil yang dicapainya.

Untuk masalah percintaan, pasien mengaku belum mendapatkan


pasangan yang diinginkannya, untuk itu ia selalu berdoa. Fantasi pasien
berupa ingin tinggal di pulau bersama kekasihnya walaupun tidak mau
punya anak karena repot mengurusnya. Ada kecenderungan pasien menjadi
gelisah bila topik pembicaraan mengenai cinta. Pertanyaan mengenai
apakah pernah disakiti dalam percintaan? Pasien jadi melamun sehingga
topik pembicaraan harus diganti. Pertanyaan tentang kematian sepupunya
dibatalkan karena pasien terlanjur mencadi cemas dan mulai berbicara
sendiri (kata-kata tidak jelas, seperti bergumam). Pasien tidak menyadari ia
sedang dirawat di mana, dan di kota mana sekarang ia berada, namun ia
mengetahui kota asalnya, bagaimana ia dilahirkan, berat badan lahir dan
beberapa peristiwa masa kecilnya, sepertinya pasien benci dengan ibunya
karena sering dicubit. Saat ditanya tentang hubungan persaudaraan, pasien
merasa bukan anak kandung karena merasa berbeda disegala hal dengan
orang tuanya.
Pasien tidak suka bergaul dan tidak suka keramaian. Bila melihat banyak
orang, pasien mendengar suara gemuruh sehingga pasien menjadi takut dan
ingin segera pulang ke rumah.
C. Riwayat gangguan sebelumnya.
1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Medan 10 tahun yang
lalu.
2. Riwayat gangguan medis.
Tidak ada gangguan medis lainnya.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Pasien tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif dan alkohol.
III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI.


1.

Riwayat prenatal dan perinatal.


Pasien lahir normal dirumah dibantu oleh bidan, pasien anak kedua dari
empat bersaudara.

2.

Riwayat masa kanak awal (usia 1 3 tahun)


Perkembangan masa balita normal.
3

3.

Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 11 tahun)


Pasien tidak suka bergaul dengan teman sebayanya.

4.

Riwayat masa kanak akhir dan remaja


Pasien tidak suka bergaul, suka menyendiri

dan menarik diri dari

lingkungan sekitar.
5.

Riwayat masa dewasa.


a.

Riwayat pendidikan.
Pasien mengikuti pendidikan D3, namun tidak menyelesaikan
kuliah.

b.

Riwayat pekerjaan.
Pasien sempat membuka usaha menjahit, tapi gagal.

c.

Riwayat psikoseksual.
Pernah punya pasangan namun sering tidak berhasil.

d.

Riwayat perkawinan.
Pasien belum menikah.

e.

Kehidupan beragama.
Pasien jarang pergi ke gereja.

f.

Aktifitas sosial.
Pasien tertutup dengan lingkungan sekitar.

g.

Riwayat pelanggaran hukum.


Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.

h.

Situasi kehidupan sekarang


Pasien tinggal dengan orang tua.

i.

Riwayat keluarga.
Pasien adalah anak kedua dari empat bersaudara, hidup dalam
keluarga yang bercukupan, hubungan dengan keluarga baik.

Genogram

Pasien

: perempuan
: laki-laki
: pasien
Faktor herediter

: Tidak ada dari keluarga pasien yang

merasakan

keluhan yang sama seperti pasien.


IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS.


A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, usia 41 tahun sesuai dengan usia,
penampilan rapi, kulit sawo matang, rambut hitam terawat, memakai
kacamata, menggunakan blus berwarna biru dan celana panjang hitam.
Ekspresi wajah tampak datar.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tidak tenang. Pasien tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang jelas (seperti bergumam).
Pasien dapat menoleh sewaktu dipanggil. Perhatian penderita sangat
mudah teralih.
3) Sikap terhadap pemeriksa.
Tidak kooperatif dan datar.
B. Mood dan Afek
Mood
Afek
Keserasian

: cemas, kosong
: datar
: tidak serasi

C. Karakteristik bicara
Selama wawancara pasien tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
baik. Artikulasi tidak jelas, volume kuat dan intonasi jelas. Pasien menjawab
pertanyaan dengan nada kesal.
D. Gangguan persepsi
Adanya gangguan persepsi halusinasi auditorik.

E. Pikiran
Bentuk pikiran : inkoheren, asosiasi longgar.
Isi pikir
: waham menyalahkan diri sendiri.
F. Kesadaran dan fungsi kognitif
Tingkat kesadaran : Kompos mentis
Orientasi
- Orientasi waktu : Pasien dapat mengetahui waktu pemeriksaan.
- Orientasi tempat : Pasien tidak mengetahui dimana sekarang pasien berada.
- Orientasi orang : Pasien dapat mengenal orang di sekitarnya.
Daya konsentrasi
: Sulit berkonsentrasi
Perhatian : Pada saat wawancara pasien tidak mampu memusatkan
perhatian dan sangat mudah teralih.
Daya ingat : Immediate
Recent

: Baik
: Kurang

Recent past : Kurang


Remote

: Baik

G. Daya nilai
Daya nilai sosial : Selama wawancara kurang baik.
Uji daya nilai

: Buruk

Penilaian realitas : Kurang


H. Tilikan
Derajat tilikan yaitu Tilikan derajat 2.
I. Taraf dapat dipercaya
Pada umumnya dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: Tampak sehat

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

: T :130/80, N : 90x/m, R : 28x/m, S : 37C

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks

: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal


Hepar/Lien : Tidak teraba

Ekstremitas

: Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Pemeriksaan neurologis
GCS

: E4M6V5

TRM

: Tidak ada

Mata

: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA.


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien perempuan berumur umur 41
tahun, suku Batak, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir SMA, bekerja
Wiraswasta, tinggal di Karombasan, Manado. Pasien datang dengan keluarga
ke Poli Jiwa RS. Prof. V.L. Ratumbuysang dengan keluhan bicara kacau,
mudah tersinggung, sering tertawa sendiri.
Keluhan pertama kali di rasakan pasien sejak 10 tahun yang lalu saat
pasien masih sementara bekerja (wiraswasta). Pasien sering berbicara sendiri,
cenderung agresif, pemalu, tidak percaya diri, sering mengurung diri didalam
kamar dan tidak suka bergaul.
Awalnya pasien mengalami perubahan perilaku ketika masih duduk bangku
Sekolah Dasar. Saat itu pasien kehilangan sosok ayah, sehingga setiap orang
yang mirip ayahnya diyakini pasien sebagai ayahnya. Bahkan guru privat atau
dokter yang merawatnya harus mirip dengan ayahnya. Pasien menganggap
ayahnya masih ada dan sudah kawin lagi dengan orang lain, walupun menurut
keluarga, ayah pasien sudah meninggal. Sejak saat itu pasien cenderung suka
menyendiri dan enggan masuk sekolah.
Saat remaja (SMP), pasien belajar di sekolah katolik saat itu pasien
kehilangan sepupunya yang masih kecil ketika sama-sama berenang di kolam,
7

sejak saat itu pasien semakin sering mengurung diri, lebih tertutup dan
pendiam. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut kadang-kadang pasien
melamun dan berbicara sendiri dengan tatapan mata yang kosong.
Pasien berbicara sendiri dengan isi pembicaraannya selalu bertema agama
dan pengampunan. Pasien selalu terlihat cemas dan kurang berkonsentrasi
dalam aktifitasnya sehingga gagal dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Namun, saat itu hubungan sosial dengan keluarga baik.
Perubahan perilaku pasien seperti itu berlanjut terus sampai pasien
mengikuti kuliah di perguruan tinggi. Dan akhirnya pasien tidak dapat
menyelesaikan kuliahnya pada tahun pertama dikarenakan keluhan pasien
yang semakin memburuk.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood pasien cemas, kosong,
afek datar dan

tidak keserasian. Selama wawancara pasien duduk tidak

tenang, pasien tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Artikulasi tidak
jelas, volume kuat dan intonasi jelas. Pasien menjawab pertanyaan dengan
nada kesal. Pasien dapat menoleh sewaktu dipanggil. Perhatian pasien sangat
mudah teralih.
Pada pasien ditemukkan adanya halusinasi auditorik. Arus

pikiran

inkoheren, asosiasi longgar. Isi pikir ditemukan adanya waham. Orientasi


tempat tidak baik, namun orientasi waktu dan orang baik. Penelitian realitas
kurang baik. Derajat tilikan adalah derajat 2, yaitu pasien agak menyadari
bahwa mereka sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang
bersamaan menyangkal penyakitnya. Tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan fisik.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)

Aksis II

: Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, masalah


pendidikan, masalah pekerjaan.

Aksis V

: GAF 60-51 gejala sedang (moderate) , disabilitas sedang.

VIII. PROBLEM
8

A. Organobiologi : Tidak ada


B. Psikologi

: Mood cemas, kosong. Afek datar dan tidak keserasian.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien cenderung lebih tertutup dan


kurang bergaul dengan lingkungan
sekitar.

IX. PERENCANAAN TERAPI


A.Psikofarmako
Injeksi haloperidol 1 amp/I.m
Injeksi diazepam 1 amp/I.m
Risperidone 2mg 2x1/hari
Trihexypenidil 2mg 2x1/hari
Lorazepam 2mg 2x1/hari
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Psikoterapi individual (suportif)

Edukasi terhadap pasien agar dapat mengerti gangguan yang sedang dialami
dan meningkatkan kepatuhan minum obat.

Intervensi langsung dan dukungan agar tercapai perbaikan dalam fungsi


sosial dan kualitas hidup yang lebih baik.

Edukasi agar pasien dapat membuka diri perlahan-lahan terhadap


lingkungan sekitar sehingga dapat memperbaiki hubungan sosial pasien.

C. Konseling Keluarga
Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit.
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit,
dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejalagejala kekambuhan.
X. PROGNOSIS
9

Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
XI. ANJURAN
Dianjurkan kepada pasien agar tetap mengkonsumsi obatnya dan dapat bergaul
dengan lingkungan sekitar dan lebih terbuka bila kepada orang terdekat bila
menghadapi suatu masalah.
XII. DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan skizofrenia hebefrenik. Gejala
pertama kali ditemukan 10 tahun yang lalu, dimana pasien berbicara sendiri, mudah
tersinggung, sering tertawa sendiri, pemalu, tidak percaya diri, sering menyendiri
dan tidak suka bergaul.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik Skizofrenia Hebefrenik ialah
memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia , diagnosis hebefrenik pertama kali
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun). Kepribadian
premorbid menunjukan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri( solitary) . untuk
diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umunya diperlukan pengamatan kontinu
selama 2-3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang bertahan : a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan, serta mennerisme; ada kecendrungan untuk selalu menyendiri dan
perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan . b. Afek pasien dangkal
dan tidak wajar, sering disertai oleh cekikikan atau perasaan puas diri, senyum
sendiri, atau oleh sikap tinggi hati, tertawa menyiringai , mengibuli secara bersenda
gurau, keluhan hipokondrial dan ungkapan kata yang diulang-ulang, c. proses pikir
mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren.
Pada pasien diberikan injeksi haloperidol 1 amp/I.m, injeksi diazepam 1
amp/I.m, risperidone 2mg dengan dosis 2 kali sehari, trihexypenidil 2mg dengan
dosis 2 kali hari, lorazepam 2mg dengan dosis 2 kali sehari .
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami
gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya

10

kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan
sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian
kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi
sosianya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk
psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab
penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara
teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
XIII. Wawancara Psikiatri
Wawancara dilakukan di ruang Poli Jiwa RS Prof. dr. V.L. Ratumbuysang pada
tanggal 3 April 2012 jam 11.00 Wita.
Keterangan :
A: Pemeriksa
A

B : Pasien

C : Adik Pasien

: Selamat pagi

B & C : Selamat pagi dokter


A

: Perkenalkan kami dokter muda, kalau boleh tahu nama ibu siapa ?

: AA

: Umurnya berapa ?

: 25 tahun

: Bukan, sudah 41 tahun.

: Tinggal dimana ?

: Medan

: Kalau dimanado tinggal dimana ?

: Oh..ini manado ya ?

: Karombasan dokter

: Sudah lama datang dimanado ?

: diam tidak menjawab

: Sudah 10 hari disini dokter

: Nita datang dengan siapa ?


11

: Dengan ibu dan abang

: Kalau boleh tahu pendidikan terakhirnya apa ?

: diam tidak menjawab

: SMA dok, dia sempat kuliah tapi pada tahun pertama sudah tidak
menyelesaikan kuliahnya lagi.

: Kalau boleh tahu ada keluhan apa datang kesini ?

: Aku gak sakit, cuma butuh obat tidur saja.

: Begini dokter dia sebelumnya pernah dirawat di RS jiwa di medan 10 tahun


yang lalu, biasanya setiap bulan diberi suntikan, tapi 1 bulan yang lalu lupa di
suntik, jadi sekarang sakitnya kambuh lagi. Sekarang dia suka berbicara sendiri,
mudah tersinggung dan sering senyum sendiri.

: Kalau boleh tahu obat apa yg biasa diberikan ?

: Haldol decanoas

: Keluhan ini dirasakan awal mulanya bagaimana ?

: diam tidak menjawab

: Dia kehilangan sosok ayah sejak kecil, sejak itu tingkah lakunya sudah mulai
berubah, lebih senang menyendiri, kurang suka bergaul dan tertutup. Dan pada
waktu SMP sepupunya meninggal karena tenggelam waktu berenang bersama ,
dia sempat kuliah tapi pada tahun pertama sudah tidak menyelesaikan kuliahnya
lagi.

: Apa sering melihat atau mendengar suara-suara tertentu ?

: diam tidak menjawab

: Dia sering berbicara-bicara sendiri dok.

: Kalau boleh tahu dikeluarga ada yang mengalami hal seperti ini ?

: Tidak dok.

: Apa pernah menderita penyakit lain ?

: Tidak ada dok.

: Apa pernah menggunakan obat-obat terlarang atau alkohol ?

: Tidak, Dok kalau boleh dia diberi suntikan ? dan rawat disini boleh ?

: Oh..iya boleh memang akan lebih baik jika kakak anda dirawat disini.

: Terima kasih dok

: Iya, sama-sama.

12

Wawancara hari ke III dilakukan di ruangan RS Prof. dr. V.L. Ratumbuysang pada
tanggal 5 April 2012 jam 10.00 Wita.
A

: Selamat pagi nita?

: Pagi dok

: Sudah sarapan?

: Sudah

: Abang sama Ibunya datang?

: Baru pulang tadi pagi

: Abangnya kerja dimana?

: Nda tau kerja apa dia

: Nita berapa bersaudara?

: Empat, dua laki-laki, dua perempuan. Aku yang ke 2. Yang pertama laki-laki,
yang terakhir laki-laki.

: Gimana di Manado? Sudah jalan kemana saja?

: Ini Manado ya ? belum jalan-jalan baru 2 hari disini. Tempat apa ini, ini hotel
ya kok banyak orang?

: Ini semacam tempat penginapan untuk istirahat. Nanti bilang sama abangnya
diantar jalan-jalan disini.

: Disini ada mall ga? Kalo dimedan ada mall 14 lantai sepeti menara WTC

: Disini mall hanya 4 lantai.

: Nita agama apa?

: Agama apa ya kalo bisa milih ada agama yang hanya ada surga aja nda mau
ada neraka.

: Kenapa begitu?

: Ya nda mau masuk neraka aja jadi pasti masuk surga.

: Tidak ada agama yang seperti itu, Tiap hal memiliki lawan kata atau
kebalikannya. Seperti contohnya surga neraka, hitam putih, baik buruk,
Ada tiada.

: Nda tau lah, nda mampu memori otak ku.

: Papa dimana?

: Ada di Medan, pernah Nita liat dijalan mungkin sudah kawin lagi. Waktu
masih SD, gurunya mirip papa, pokoknya tiap orang yang kayak papa Nita kira
papa, Di Medan dokternya juga kayak papa.
13

: Waktu SMA gimana?

: Waktu SMA jarang masuk sekolah, itu sekolah katolik yang ngajar suster,
gurunya datang jam 9, tapi murid harus datang jam 7. Nilai matematika nita
paling bagus. Lainnya sudah lupa tuh. Setahu Nita ada STTBnya.

: Waktu kuliah gimana?

: Kuliah diswasta jurusan ekonomi

: Sampai selesai?

: Tidak

: Kenapa?

: Nda tau sudah lupa.

: Trus abis itu kerja dimana?

: Nda kerja cuma dirumah bikin home industri, jahit seprai tapi nda ada
untungnya. Masa seprai 10 meter dijual 200 ribu, trus Nita dikasih uang sama
mama cuma 1000 rupiah.

: Nita hobi apa kalo waktu senggang?

: Baca buku

: Buku apa?

: Banyak kan buku buku SMP

: Nda suka jalan?

: Nda suka keramaian, kalau liat banyak orang, telinga berdengung, seperti suara
gemuruh

: Cita citanya apa?

: Nda jelas, kalo liat orang pake baju putih pengen jadi perawat, kalo liat orang
jual buah dipasar, pingin jadi penjual buah. Nda jelas lah sering berubah-rubah.

: Harapannya apa dimasa depan?

: Pingin tinggal di pulau, sama suami.

: Punya cowok?

: Dulu banyak cowok Nita tapi sering nda cocok.

: Pernah disakiti?

: (pasien melamun dan bergumam-gumam)

: Jangan lupa kalo abangnya datang minta diantar jalan-jalan ya di Manado.

: Saya mau masuk ke kamar dulu.

: Ok kalau butuh apa-apa bilang aja ke ses, selamat istirahat.

14

Anda mungkin juga menyukai