: Tn. S
: 48 th
: laki - laki
: Islam
: Karyawan swasta
: SLTA
: Jakarta
: 7 April 2014
: 578xxx
ANAMNESIS
Diperoleh dari keluarga ( 7 April 2014)
Keluhan Utama
Demam dan gaduh gelisah
Riwayat Penyakit Sekarang
Lebih kurang 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalami
demam intensitas sedang sampai tinggi, yang terjadi selama beberapa hari. Demam
dirasakan terutama siang sampai malam hari. Demam tetap ada pada pagi hari, namun
dengan intensitas yang lebih ringan. Pasien juga merasakan adanya nyeri kepala intensitas
sedang, dirasakan diseluruh bagian kepala, memberat saat kondisi demam, serta mereda
saat demam berkurang. Nyeri kepala dirasakan cekot cekot, tidak berdenyut. Keluhan
tersebut diikuti adanya keluhan mual dan muntah beberapa kali. Keluarga juga melaporkan
kadang pasien nampak gelisah, namun menurut keluarga namun masih bisa komunikasi
dengan baik, kemungkinan akibat rasa demam dan nyeri kepala tersebut. Pasien berobat di
rumah sakit swasta di Jakarta, berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium dikatakan
kemungkinan sakit typus, dan disarankan mondok. Pasien dirawat selama sekitar 5 hari,
dan diperbolehkan pulang karena kondisi membaik, namun pasien tidak mengetahui obat
obatan yang didapatkan selama perawatan dan yang dibawakan untuk pulang. Disangkal
adanya keluahan kejang, kelemahan anggota gerak, mati rasa / kebas, pelo, perot,
penurunan kesadaran, gangguan komunikasi, serta gangguan penglihatan.
Dua minggu SMRS pasien mengalami demam kembali, dengan intensitas yang
tinggi, hilang timbul selama beberapa hari. Keluhan ini juga diikuti oleh keluhan nyeri
kepala, mual dan muntah. Nyeri kepala dengan intensitas sedang sampai berat dirasakan
terutama saat demam tinggi serta saat pagi hari. Keluarga mengatakan bahwa pasien kadang
juga nampak gelisah, namun masih bisa komunikasi. Pasien berobat di RS Swasta di Wates,
dengan kemungkinan diagnosis Thypoid serta anemia ( Hb 10). Keluarga tidak mengetahui
pasti pemeriksaan laboratorium apa yang mendukung diagnosis tersebut serta tidak
mengetahui pasti obat yang diberikan kepada pasien. Pasien diperbolehkan pualng setelah
perawatan sekitar tiga hari karena kondisi membaik. Disangkal adanya keluahan kejang,
kelemahan anggota gerak, mati rasa / kebas, pelo, perot, penurunan kesadaran, gangguan
komunikasi, serta gangguan penglihatan.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, Pasien kembali mengalami demam tinggi,
hampir sepanjang hari, yang berespon minimal/parsial saja dengan obat penurun panas.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dengan intensitas berat, diseluruh kepala. Pasien
mengalami muntah beberapa kali, namun keluarga tidak mengetahui apakah pasien muntah
nyemprot atau tidak. Keluarga mengatakan bahwa pasien juga sering nampak gelisah, serta
kadang menjadi pendiam. Pasien masih bisa berkomunikasi namun sudah mulai jarang.
Keluarga mengatakan pasien lebih banyak berbaring di tempat tidur karena badan yang
lemah. Disangkal adanya kejang, kelemahan anggota gerak, mati rasa / kebas, pelo, perot,
penurunan kesadaran, gangguan penglihatan.
Satu hari SMRS pasien lebih cenderung pendiam, dan tidak banyak komunikasi.
Kadang pasien menjadi gaduh gelisah tanpa sebab yang jelas. Keluarga mengatakan
anggota gerak sisi kanan kadang mengalami gerakan seperti kejang, hilang timbul secara
tiba tiba, namun saat kejang kesadaran pasien masih sama. Disangkal adanya penurunan
kesadaran pada pasien.
Pada hari masuk rumah sakit, keluarga menilai tidak ada perbaikan dari kondisi
pasien tersebut, lalu membawa pasien tersebut periksa ke UGD RSUD Wates.
Riwayat penyakit dahulu
Didapatkan :
Riwayat sering sariawan serta keputihan di lidah
Disangkal :
Riwayat keluar cairan dari telinga
Riwayat infeksi sinusitis
Riwayat Batuk lama
Riwayat penyalahgunaan obat
Riwayat infeksi gigi
Riwayat diare kronis
Riwayat penyakit keluarga
Disangkal riwayat penyakit serupa
Anamnesis Sistem
Sistem cerebrospinal
: Demam disertai Nyeri kepala, gaduh gelisah
diselingi kondisi pendiam, kejang anggota gerak kanan
Sistem kardiovaskuler: tidak ada keluhan
Sistem respirasi
: tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal
: Mual muntah
Sistem muskuloskeletal
Sistem integumentum
Sisten urogenital
Riwayat Psikososial
Pasien merupakan karyawan swasta suatu perusahaan kontraktor di Jakarta. Pasien bertugas
sebagai mandor konstruksi. Pasien memiliki satu istri dan satu anak. Keadaan ekonomi
keluarga tergolong menengah.
Resume Anamnesis
Seorang laki laki usia 48 tahun dengan riwayat demam hilang timbul sejak satu bulan
yang lalu, keluhan nyeri kepala serta muntah, yang makin lama makin memberat, gaduh
gelisah yang kadang diselingi kondisi pendiam, kejang di anggota gerak kanan, serta
adanya riwayat sering sariawan dan luka keputihan di lidah.
DISKUSI I
Pada pasien tersebut mengeluhkan adanya demam yang sifatnya hilang timbul sejak
1 bulan sebelum masuk ruma sakit. Demam merupakan keluhan umum yang tidak spesifik
untuk penyakit tertentu. Demam sacara umum menunjukkan adanya suatu proses infeksi
dalam tubuh seseorang, namun demam sendiri tidak dapat secara spesifik mengarah suatu
kondisi tertentu, sehingga keberadaanya harus didukung oleh data klinis lain untuk dapat
mengarahkan penyebab dari demam tersebut.
Pasien tersebut juga mengeluhkan adanya nyeri kepala yang menyertai gejala
demam. Nyeri kepala juga dirasakan lebih kurang sejak 1 bulan SMRS yang intensitasnya
makin memberat. Dalam menilai nyeri kepala memperhatikan 4 pola nyeri kepala, yaitu
(Weiner, 1999) :
1. Onset mendadak: berhubungan dengan abnormalitas vaskuler, abnormalitas
sirkulasi cairan serebrospinal.
2. Onset subakut tanpa progresi yang berat: berhubungan dengan gangguan nyeri
kepala primer, seperti migren.
3. Onset subakut dengan progresi:
diikuti perkembangan tanda neurologik,
berhubungan dengan nyeri kepala primer seperti migren dan penyakit yang lebih
serius seperti infark serebral, hematoma subdural, meningitis/ensefalitis, sinusitis
sphenoid, proses intrakranial yang semakin memberat (tumor, abses, tuberkuloma)
4. Onset bertahap (kronis) dengan progresi: berhubungan dengan tumor intrakranial,
abses, tuberkuloma, hematoma, membesarnya aneurisma, infeksi, iskemik, arteritis,
gangguan metabolik, meningitis/ensefalitis, sinusitis sfenoid
Nyeri kepala yang disebabkan oleh suatu peningkatan intrakranial disertai dengan sindrom
peningkatan tekanan intrakranial yaitu : Nyeri kepala, muntah, kejang, gangguan mental,
dan perasaan abnormal di kepala (Marjono & Sidharta, 1997).
Pada pasien tersebut juga didapatkan adanya gejala gaduh gelisah yang diselingi
oleh kondisi pendiam terutama sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Kondisi gaduh
gelisah pada pasien ini mengarah pada kondisi delirium. Porth pada tahun 2007
mendeskripsikan delirium sebagai suatu kondisi dimana seseorang menjadi gaduh dan
gelisah (restless or agitated),serta mengalami defisit atensi yang signifikan. Dalam buku
Abdomen
Ekstremitas
Status neurologis
Sikap tubuh
Gerakan abnormal
Kepala
: lurus
: tidak ada
: mesosefal
Kepala
Leher
Dada
TD
Nadi
RR
t
Saraf Kranialis
N.I
N.II
N.III
N.IV
N.V
N.VI
N.VII
N.VIII
N.IX
N.X
Daya Pembau
Daya penglihatan
Penglihatan warna
Lapang Pandang
Ptosis
Gerakan mata ke medial
Gerakan mata ke atas
Gerakan mata ke bawah
Ukuran pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya konsensuil
Strabismus divergen
Gerakan mata ke lateral bawah
Strabismus konvergen
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Refleks kornea
Trismus
Gerakan mata ke lateral
Strabismus konvergen
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
Daya kecap lidah 2/3 depan
Mendengar suara berbisik
Mendengar detik arloji
Tes Rinne
Tes Schawabach
Tes Weber
Arkus faring
Daya kecap lidah 1/3 belakang
Refleks muntah
Sengau
Tersedak
Denyut nadi
Kanan
sdn
Sdn
Sdn
Sdn
N
N
N
D 3 mm
+
+
+
+
N
Sdn
+
+
+
+
+
+
+
sdn
Sdn
sdn
Sdn
sdn
Sdn
sdn
Sdn
N
sdn
+
96x/mnt,reguler
Kiri
Sdn
sdn
Sdn
sdn
N
N
N
D 3mm
+
+
+
+
N
sdn
+
+
+
+
+
+
+
Sdn
sdn
Sdn
sdn
Sdn
sdn
Sdn
sdn
N
Sdn
+
96x/mnt,reguler
N.XI
N.XII
Arkus faring
Bersuara
Menelan
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
N
N
N
+
N
sdn
E
N
Sdn
N
E
-
N
N
N
+
N
Sdn
E
N
sdn
N
E
-
Leher
: Kaku kuduk (-), Meningeal Sign (-)
Ekstremitas
: Gerak dan kekuatan sulit dinilai, kesan terdapat kejang
klonik parsial extrimitas Dextra
sdn N
E
E
TN
RF
+3 +3
sdn
RP
+3 +3
Sensibilitas
Tr
+
+
: sdn
CL
Vegetatif
-/: sdn
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (7/04/2014)
Hb
13,2
AL
9,13
AT
271
AE
5.40
Hmt
37,1
Neutrofil 74,7
Limfosit 21,1
Monosit 3,9
EKG : SR, HR 96 x/menit
Eosinofil
Basofil
GDS
Ureum
Kreatinin
Na
K
Cl
0,2
0,1
102
71
1,2
129,2
5
97,4
Karakteristik
LowGrade
Astrocyt
20-40 th
Meni
Ngioma
GBM
40-50 th
40-55
3:2
1:2,8
3:2
Kronis
Kronis
Subakut
50%
30-40%
Sering
15%
Frontal,
temporal
+
+
+/+
Frontal,
temporal,
parietal
50%
30-40%
Sering
15%
Temp,
parietal,
frontal
Gambaran
HCTS
Low
density
No
enhance
Kdg
kalsifik,
hiperdens
Oedema
Minimal
Lesi
Promine
n
Tunggal
Ro Thorax
Normal
Normal
Puncak
insidensi
Laki:Wnt
Progresivitas
Gejala Klinis
Nyeri kepala
Defisit fokal
Papil edema
Kejang
Predileksi
Tunggal
Tumor
metastas
e
60-70 th
Abses
serebri
Pasien
20-40
48
Tgt
primer
Subakut,
kronis
2:1
Laki laki
50%
30-50%
Sering
15%
Parietal,
frontal
Akut - Subakut
subakut
70%
50%
Jarang
+
Front,par
iet,
tempo,
occipital
Ring
Hiper,
Ring
enhancem Hipoisod enhance
ent
, en
ment,
irregular,
smooth
Necrosis
and thin
walled
Promn
Prominn Promine
n
Tunggal
Multiple Tunggal/
multiple
Normal
43-60% Normalabnorm
abnorma
l
+
+
N.A
+
Parietal
dan
parietoocc
ipital
ring
enhancem
ent,
dinding
smooth
Prominen
Multiple
Susp.
Bronkhiti
s
Terapi
Terapi non farmakologik
Edukasi pasien dan keluarga
Terapi farmakologik
Oksigen 3 l/m N.K
Inf. NaCl 0,9 % 20 tpm
Inj. Dexamethason 1 Ampul / 6 jam, t.o per hari
Inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam
Inj. Piracetam 1 gram / 8 jam
Inj. Citicholin 250 mg/12 jam
Inf. Paracetamol 1000mg / 8 jam
Inj. Ceftriaxon 2gram / 12 jam
Inf. Metronidazol 500mg / 8 jam
Phenitoin cap 100mg/12 jam
Planning
Kultur darah dan urin
Pelacakan infeksi HIV/AIDS melalui konseling dan VCT
Prognosis
Death
Disease
Disability
Dissatisfaction
Discomfort
Destitution
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
Diskusi III
Dalam menangani kasus abses serebri, pada dasarnya ada 4 prinsip yang harus
dilakukan secara terintegrasi dengan baik, yaitu:
1. Pemberian antibiotik yang paling sesuai
2. Penanganan edema cerebri
3. Tindakan bedah
4. Penanganan komplikasi dan kondisi comorbid yang terkait
Pemberian antibiotik pada awalnya dilakukan secara empiris, kemudian dilakukan
penyesuaian apabila pemeriksaan kultur dan sensitivitas sudah ada. Berikut adalah prinsip
terapi antibiotik empiris pada abses serebri berdasarkan konsensus Kelompok Studi
Neuroinfeksi Perdossi:
10
serebri. Komplikasi akut yang dapat memperburuk kondisi klinis pasien terjadinya herniasi
otak yang dapat mengancam nyawa. Komplikasi lain adalah ruptur abses ke dalam sistem
ventrikel ataupun ruang subaraknoid. Komplikasi jangka panjang pada survivor abses
serebri antara lain terjadinya seizure ( sampai 50%), defisit neurologis fokal(25 50%),
gangguan kognitif (sekitar 20%), serta terjadinya abses serebri rekuren (10 50%). Pada
pasien yang memiliki komplikasi berupa kejang, obat antikonvulsan sebaiknya diberikan
sampai 6 12 bulan dan hanya dapat dihentikan apabila pasien bebas kejang dengan
gambaran EEG yang normal dan tidak ada tanda inflamasi aktif pada pemeriksaan imaging.
Prognosis pada pasien dengan abses serebri bergantung pada berbagai aspek.
Prognosis baik antara lain ditentukan oleh:
Usia muda
Tidak ada penyakit komorbid
Tidak dijumpai penurunan kesadaran pada awal penyakit
Beberapa faktor yang memperburuk prognosis antara lain bila dijumpai :
Tanda herniasi pada awal penyakit
Perluasan lesi pada pemeriksaan radiologi
Ruptur intraventrikular
Follow up Pemeriksaan
Tanggal
Keluhan
08/04/2014
Nyeri kepala
berkurang,
lebih
komunikatif,
kejang masih
ada,
masih
demam
09/04/2014
Nyeri kepala
berkurang,
bicara lebih
jelas,
frekuensi
kejang
berkurang
10/01/2013
Nyeri kepala
minimal,
komunikasi
membaik,
tidak kejang
11/01/2013
Kesadaran
kembali
berkabut,
lebih
cenderung
diam, kejang
kembali
muncul,
kadang di sisi
kanan,
kadang di sisi
kiri
Keadaan
umum
Tanda vital
Lemah, CM,
Sedang, CM,
E4V5M6
E4V5M6
TD : 120/80
TD : 120/70
N: 88; RR : N: 84; RR :
20
20
T:38.2; VAS : T:37.5; VAS :
3
2-3
Sdn
Kesan dbn
T/T
T/T
T/T
T/T
Sedang, CM,
E4V5M6
TD : 140/70
N: 80; RR :
20
T:37;VAS : 1
apatis
Nn.craniales
Gerakan
Kesan dbn
T/T
T/T
TD : 130/80
N: 80; RR :
20
T:37,4; VAS :
0
Sdn
Sdn
Sdn
11
Kekuatan
R.fisiologis
R.patologis
Sdn
Sdn
+3 / +3
+3 / +3
-/ +/-
Clonus
Sensibilitas
-/sdn
3/4
3/4
+3 / +3
+3 / +3
-/ +/-
3/4
3/4
+3 / +3
+3 / +3
-/ +/-
Sdn
Sdn
+3 / +3
+3 /+3
-/+/ -
-/ sdn
-/ sdn
-/sdn
DAFTAR PUSTAKA
12
Weiner, W.J., Shulman, L.M., 1999, Emergent and Urgent Neurology, Second edition,
Lippincott William and Wilkins, 227 East Washington Square, Philadelphia, United States
of America.
Weinstein, J.M., 1999, Chapter 22 : Headache and Facial Pain in Ophthalmology, Section
11, Mosby, http://www. Google.com
Victor M & Ropper AH, 2001, Adams and Victors; Principles of Neurology, 7th Edition,
Mc Graw Hill, New York
13