1102014154
L1 Memahami dan Menejelaskan Virus Morbilli
1.1 Morfologi
Virus campak atau morbilli adalah virus RNA anggota family paramyxoviridae.
Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili
paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang
dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya bulat, pleomorphic (dapat merubah
bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi lingkungan), diameternya 150 nm. Virus
campak mempunyai 6 protein struktural, 3 di antaranya tergabung dengan RNA
dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran besar (L)
dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabung dengan selubung virus
yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M).
Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F
bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang
kemudian diikuti dengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab
pada hemaglutinasi, perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di
permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggung jawab pada
fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan
protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi
virus. Virus campak mempunyai satu tipe antigen (monotype), yang bersifat
stabil. Virus campak mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H,
sehingga dapat menghindari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein
tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh sera
poliklonal. Pada strain virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi
pada protein P dan N yang belakangan diketahui mengandung region yang
mengkode residu asam amino C terminal. Sifat infeksius virus campak
ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya
Komposisinya RNA (1%), lipid (20%), protein (73%) karbohidrat (6%)
Genomnya single strain RNA, linear, tidak bersegmen.
Struktur Virus rubella(vr) terdiri atas dua subunit struktur besar, satu berkaitan
dengan envelope virus dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein core.6
Isolasi dan identifikasi Meskipun virus rubella dapat dibiakkan dalam berbagai
biakan (kultur) sel, infeksi virus ini secara rutin didiagnosis melalui metode
serologis yang cepat dan praktis. Berbagai jenis jaringan, khususnya ginjal kera
paling baik digunakan untuk mengasingkan virus, karena dapat menghasilkan
paras (level) virus yang lebih tinggi dan secara umum lebih baik untuk
menghasilkan antigen. Pertumbuhan virus tidak dapat dilakukan pada telur, tikus
dan kelinci dewasa.
Antigenicity Virus rubella memiliki sebuah hemaglutinin yang berkaitan dengan
pembungkus virus dan dapat bereaksi dengan sel darah merah anak ayam yang
baru lahir, kambing, dan burung merpati pada suhu 4 oc dan 25 oc dan bukan
pada suhu 37 oc. Baik sel darah merah maupun serum penderita yang terinfeksi
virus rubella memiliki sebuah non-spesifik b-lipoprotein inhibitor terhadap
2.4 Patogenesis
virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktur respiratorius mulai
dari hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada
mukosa respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus
menyebar dalam leukosit pada sistemretikuloendotelial. Setelah terjadi nekrosis
( nekrosis adalah kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan
atau organ, yang dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal ini terjadi ketika tidak
ada cukup darah mengalir ke jaringan, baik karena cedera, radiasi atau bahan
kimia) pada sel retikuloendotelial, sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah
viremia kedua. Sel yang paling banyak terinfeksi adalah monosit (bekerja sama
dengan sel darah putih lainnya untuk membuang jaringan yang rusak atau mati,
menghancurkan sel-sel kanker dan mengantur kekebalan melawan bahan-bahan
asing). Jaringan yang terinfeksi termasuk timus, lien, kelenjar limfe, hepar, kulit ,
konjungtiva dan paru.
Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam
perjalanan penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk dan koriza.
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
2.5 Patofisiologi
Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang sel
inangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu
virus bereplikasi dibagian sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan
akhrnya matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya
untuk keluar dari dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh
hospes. Pada saat banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat
yang serius. Karena ada eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya
reaksi inflamasi yaitu demam (suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar
ke berbagai organ melalui hematogen (aliran darah).
Patofisiologi demam:
Mikroba masuk difagositosis makrofag makrofag mengeluarkan bahan
kimia yang disebut sebagai pirogen andogen pirogen andogen bekerja pada
pusat termogulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat melalui
pemicuan pelepasan lokal (sintesis) prostaglandin (mediator kimiawi lokal yang
bekerja langsung pada hipotalamus) memicu mekanisme respon dingin
(menggigil) agar produksi panas segera mneingkat mendorong
vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran
2.6 Manifestasi Klinik
Kemunculan gejala awal dari campak terjadi sekitar satu hingga dua minggu
setelah tertular virus. Gejala ini akan menghilang kurang lebih dua minggu
setelahnya. Berikut ini adalah gejala awal yang akan dialami oleh penderita
campak:
Gejala menyerupai pilek seperti sakit tenggorokan, batuk kering dan hidung
beringus.
Demam tinggi.
setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurangkurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
.
2.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat
ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi
dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition
(HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin
inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).
Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut
pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan
sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer
sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna
pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9
minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada
pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi
lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan
protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal
(Phillips, 1983)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam
telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari
campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum
ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.
Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa
2.9 Komplikasi
1. Rubella: ruam makulopapul yang menyebar cepat dari garis batas rambut ke
ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam.
Tidak ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar
postservikal, artritis sering terjadi pada orang dewasa.
2. Infeksi yg disebabkan parvovirus B19: eritema di pipi diikuti ruam
menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam ringan),
artritis pada orang dewasa
3. Eksantema subitum: makulopapul pada batang tubuh saat demam
menghilang, demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul
ruam
4. Infeksi HIV primer: makulopapul tersebar di badan, penyakit meyerupai
demam kelenjar, meningitis, ensefalitis (jarang)
Sumber :
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pembrantasannya Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Janet,S, dkk. 2005. Mikrobilogi Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi
Kedua.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Jawets dkk. Mikrobiologi Kedokteran Jakarta :EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-
http://www.alodokter.com/campak/gejala/