Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

KUANTITAS MIKROBA : HITUNGAN CAWAN


Rabu, 1 April 2015
Kelompok 2
Rabu, Pukul 13.30 16.30 WIB

Nama

NPM

Tugas

Winda Ratna Pratiwi

260110130096

Alat dan Bahan, Prosedur,


Pembahasan

Femmi Anwar

260110130097

Tujuan, Prinsip, Teori Dasar

Mega Trinova Durika

260110130098

Editor, Data Pengamatan,


Pembahasan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

TTD

Nilai

(Shintya)

(Benedictus)

KUANTITAS MIKROBA : HITUNGAN CAWAN


I.

Tujuan
1. Melatih melakukan pengenceran serial.
2. Menentukan konsentrasi suspensi bakteri dengan metode hitungan cawan.

II.

Prinsip
1. Teknik hitung cawan
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop
2. Metode pengenceran
Pengenceran adalah penambahan pelarut kedalam suatu larutan jadi pada
prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap
3. Teknik aseptis
Teknik aseptis adalah suatu cara yang dilakukan agar tidak adanya
mikroba yang dapt masuk kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Dalam hal ini, teknik aseptis bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada
permukaan benda hidup atau benda mati.
4. Inkubasi
Inkubasi adalah proses pertumbuhan biaakan bakteri atau perbanyakan
biakan dengan menyediakan keadaan lingkungan yang sesuai.
Lingkungan dalam hal ini adalah suhu.

III.

Teori Dasar
Metode hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling
banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan
mata tanpa menggunakan mikroskop. Feliatra menyatakan bahwa total
bakteri/Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode

hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling banyak digunakan


dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Untuk menghitung total bakteri dengan metode
cawan digunakan Nutrient Agar (NA) (Sitorus, 2013).
Menurut Alaerts, G dan Santika, SS (1984), standard plate count
dipergunakan untuk menentukan kerapatan bakteri aerob dan anaerob
fakultatif heterotrop dari air. Penentuan dengan cara ini merupakan
pengukuran empiris saja, oleh karena tiap spesies bakteri membentuk koloni
tersendiri dalam pertumbuhannya. Semua bakteri dari sampel akan tumbuh
pada media tertentu dan setiap golongan bakteri akan tumbuh menjadi satu
koloni yang spesifik, sehingga jumlah bakteri dapat diketahui dengan
menghitung jumlah koloni (Sitorus, 2013).
Media adalah suatu substrat untuk menumbuhkan bakteri yang
menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi (Pelczar et
al.,1986). Alaerts juga menyatakan bahwa pada umumnya dibutuhkan
pengenceran sampel, yang tergantung dari perkiraan populasi bakteri.
Semakin tercemar suatu badan air, semakin tinggi konsentrasi bakteri dan
semakin kecil volume sampel yang diperlukan, agar jumlah koloni dapat
dihitung. Air pengencer yang digunakan harus selalu mengandung garam
nutrient (Sitorus, 2013).
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrient yang
disebut medium. Banyak sekali medium yang tersedia, macamnya yang
dipakai bergantung kepada banyak faktor, salah satu diantaranya adalah
macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Jika kita ingin mengisolasi
biakan murni bakteri dari mulut kita, maka air liur itu diinokulasikan sedikit
saja pada medium yang cocok sedemikian rupa hingga sel-sel mikroba
tumbuh terpisah-pisah pada medium tadi. Bahan yang diinokulasikan pada
medium itu disebut inokulum. Dengan menginokulasi medium agar nutrien
(nutrient agar) dengan metode cawan gores atau metode cawan tuang, selsel itu akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikrobe
individu itu memperbanyak diri sedemikian cepatnya sehingga di dalam

waktu 18-24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan
koloni. Koloni ini dapat dilihat oleh mata telanjang. Setiap koloni yang
berlainan dapat mewakili macam organisme yang berbeda-beda, setiap koloni
merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme. Jika dua sel mikrobe
pada inokulum asal terlalu berdekatan letaknya pada medium agar, maka
koloni yang terbentuk dari masing-masing sel dapat bercampur dengan
sesamanya, atau paling tidak bersentuhan, jadi massa sel yang dapat diamati
itu bukanlah suatu biakan murni (Sutton, 2006).
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan metode
hitungan cawan. Prinsip dari metode ini adalah sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium sedemikian sehingga mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
dihitung tanpa menggunakan mikroskop (Ashad, dkk, 2006).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel
mikroba yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut
akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat
dibedakan atas dua cara yaitu:

metode tuang (pour plate) dan metode

permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz, 1993).


Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk
dihitung mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut
dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam
sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor
pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk
menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu = colony forming
units) (Waluyo 2008).
Jumlah koloni mikroorganisme dihitung berdasarkan Standar Plate
Count (SPC). Metode ini cukup sensitive karena hanya sel mikroorganisme
yang hidup yang dapat dihitung. Selain itu beberapa sel yang berdekatan
dapat dihitun sekaligus sebagai suatu koloni (Ashad, dkk, 2006).

Tujuan pengenceran adalah supaya diperoleh isolat yang tidak begitu


padat dan mewakili semua jenis bakteri yang terdapat pada sampel (Pastra,
dkk, 2012). Semua dilakukan dalam kondisi aseptik dengan menggunakan api
Bunsen (Pastra, dkk, 2012).
Metode cawan tuang untuk memperoleh koloni murni dari populasi
campuran mikroba dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang
telah disterilkan dan dicairkan kemudian didinginkan 50C yang kemudian
dituang ke cawan. Karena kadar sel-sel mikroba di dalam spesimen pada
umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan
beberapa tahap sehingga sekurangkurangnya satu di antara cawan-cawan
tersebut mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan ataupun di
dalam agar. Metoda ini memboroskan bahan dan waktu, namun tidak
memerlukan ketrampilan yang terlalu tinggi (USU digital library, 2004).
Sampel diinokulasi dengan metode agar tuang, diambil sebanyak 1 ml
untuk diinokulasi pada media NA dalam cawan petri 15 ml secara aseptik
kemudian diinkubasi pada suhu 37C di dalam inkubator selama 2 x 24 jam
(Pastra, dkk, 2012).
Menurut Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi (2008), bakteri
akan bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24
jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat
digunakan alat colony counter yang biasanya dilengkapi dengan pencatat
elektronik (Sitorus, 2013).
Perhitungan bakteri dengan metode cawan hitung ini dianggap bahwa
setiap sel yang dapat hidup di dalam media akan tumbuh menjadi suatu
koloni. Sehingga jumlah koloni yang tumbuh atau muncul pada cawan
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme bakteri yang dapat hidup
yang terkandung didalam sampel. Pemilihan cawan yang digunakan untuk
perhitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300 atau 25-250
koloni. Untuk memperoleh sekurang-kurangnya koloni dalam cawan, maka
diperlukan adanya perlakuan pengenceran terhadapap sampel. Jumlah
organisme yang terdapat didalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan

jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
terkait (Sutton, 2006).

IV.

Alat dan Bahan


4.1. Alat
1. Cawan petri
2. Kapas
3. Labu Erlenmeyer
4. Pembakar Spirtus
5. Pipet volume
6. Rak tabung reaksi
7. Tabung reaksi
4.2. Bahan
1. Aquadest
2. Media Agar
3. Sample uji air minum
4.3. Gambar alat
No. Nama Alat
1.

Cawan Petri

2.

Kapas

Gambar

3.

Labu
Erlenmeyer

4.

Pipet volume

5.

Tabung reaksi

7.

Pembakar
Spirtus

V.

Prosedur
Pada praktikum ini hal yang pertama dilakukan yaitu alat dan bahan
disiapkan. Alat alat yang sudah disterilisasi yaitu 3 cawan petri, 3 tabung
reaksi dan 1 pipet volume dan bahan bahan seperti sample yang mengandung
bakteri dan aquadest disiapkan. Setelah itu, nyalakan pembakar spirtus.
Dipipet aquadest dan dimasukan ke dalam 3 tabung reaksi masing masing 9
ml. setelah ketiga tabung reaksi terisi aquadest, di ambil tabung reaksi

pertama kemudian sample sebanyak 1 ml di masukan ke dalam tabung


tersebut. Lalu di homogenkan. Kemudian dari tabung reaksi pertama dipipet
sebanyak 1 ml dan di masukan kedalam tabung reaksi kedua . di homogenkan
lagi. Selanjutnya di pipet kembali sebanyak 1 ml dari tabung reaksi kedua
untuk dimasukan ka dalam tabung reaksi ketiga dan homogenkan. Setelah
itu dari tiap tabung reaksi uji yang di duga mengandung bakteri di pipet 1 ml
dan di masukan ke dalam cawan petri. Dari tabung reaksi pertama dipipet
sebanyak 1 ml dan di masukan kedalam cawan petri pertama lalu beri tanda.
Kemudian dari tabung reaksi kedua dipipet sebanyak 1 ml dan di masukan ke
dalam cawan petri kedua dan beri tanda. Selanjutnya dipipet sebanyak 1 ml
dari tabung reaksi ketiga lalu di asukan ke dalam cawan petri ketiga dan beri
tanda. Semua perlakuan tersebut dilakukakn dekat dengan nyala api. setelah
itu, ke dalam setiap cawan petri di tuangkan media agar lalu homogenkan.
Setelah media tersebut padat cawan petri di balikan tujuannya dan dibungkus
dengan menggunakan koran untuk di inkubasi.

VI.

Data Pengamatan
No.

1.

Konsentrasi

1 x 10-1

Setelah Inkubasi

VII.

2.

1 x 10-2

3.

1 x 10-3

Perhitungan
(780 10) + (576 100) + (318 1000)
3
7800 + 57600 + 3180000
=
3
383400
=
= 127800
3

VIII.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengenceran dan menentukan
konsentrasi dengan metode cawan hitung. Metode hitungan cawan diperlukan
untuk menghitung suatu koloni bakteri, sehingga diketahui jumlah total

bakteri yang terkandung dalam suatu sampel air minum. Jumlah bakteri yang
dapat tumbuh dalam medium ditunjukan dalam bentuk suatu koloni atau CFU
(colony forming unit) dari suatu sel bakteri.
Perhitungan bakteri menggunakan sistem koloni, hal ini disebabkan
koloni merupakan bagian terkecil yang bisa dihitung secara kasat mata dari
bakteri, selain itu koloni adalah representasi dari bakteri yang melakukan
pembelahan dan berkumpul di suatu tempat. Setelah di dapat koloni yang
tumbuh pada media agar, kemudian dapat diketahui jumlah koloni bakteri
setelah proses inkubasi selama 24 jam (pelchzar, 2006).
Pada praktikum kali ini alat alat yang di gunakan harus di sterilisasi
dengan menggunkan autoklaf. Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu
proses untuk mematikan semua organism yang terdapat pada atau didalam
suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang ingin diamati dan diisolasi
terbebas dari mikroba lain. Suatu bahan atau alat dikatakan steril bila alat atau
bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk sel vegetative ataupun
spora. Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat sehingga terbebbas dari
kontaminasi mikroorganisme lain (dwidjoseputro, 2005).
Alat dan bahan disiapkan, aquadest sebanyak 9 ml di pipet lalu di
masukan ke masing-masing tabung reaksi. Pada ujung pipet volume di
masukan kapas bebas lemak dengan tujuan agar bakteri yang terdapat dalam
sampel tidak terhirup oleh mulut serta bakteri dari mulut juga dapat disaring
oleh kapas.. Apabila ada mikroorganisme yang masuk maka akan terjerap
lebih dulu dengan sumbat kapas.
Setelah ketiga tabung terisi dengan aquades selanjutnya sampel yang
berupa air minum dipipet sebanyak 1 ml dan di masukan ke tabung reaksi
pertama dan akan dilakukan pengenceran bertingkat. Pengenceran digunakan
karena untuk menumbuhkan bakteri pada media yang terbatas tidak mungkin
dilakukan perhitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini
di maksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel (pelchzar,
2006)

Metode untuk perhitungan ini menggunakan pengenceran berseri atau


pengenceran serial dari sample yang mengandung mikroorganisme. Koloni
bakteri yang muncul akibat pertumbuhan mikroorganisme, diasumsikan
berasal dari satu sel bakteri. oleh karena itu jumlah bakteri pada sampel asal
dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kolonidan memperhitungkan
factor pengenceran. (Hadioetomo,1993)
Setelah sampel dimasukan ke tabung reaksi pertama. Di kocok
terlebih dahulu agar sampel yang mengandung bakteri bercampur dengan
aquadest dan homogen. kemudian diambil dari tabung reaksi tersebut
sebanyak 1 ml dan di masukan ke dalam tabung reaksi kedua. Homogenkan
kembali kemudian dipipet lagi 1 ml dan di masukan kedalam tabung reaksi
ketiga lalu homogenkan. Sama halnya seperti perlakuan yang pertama
perlakuan ini dilakukan dekat dengan nyala api agar terhindar dari
kontaminan.
Langkah selanjutnya yaitu mengambil 1 ml dari tabung reaksi tersebut
untuk di masukan ke dalam cawan petri yang sudah di sterilisasi. Sampel pada
tabung reaksi 1 di masukan ke dalam cawan petri 1 begitu pula selannjutnya
sampai tabung reaksi ketiga. Setelah itu masukan media agar kedalam 3
cawan petri tersebut. Pada saat perlakuan tersebut untuk membuka cawan
petri harus hati hati, tidak boleh terlalu lebar dan harus dekat dengan nyala
api agar terhindar dari kontaminasi mikroorganisme lain.
Pada praktikum ini, media yang di gunakan adalah media padat. Untuk
membuat biakan padat, larutan biakan cair ditambahkan bahan pemadat.
Bahan pemadat yang biasa digunakan dan ideal adalah agar. Agar adalah
polisakarida yang disusun kompleks dan teratur yang berasal dari ganggang
laur. Bila di perlukan media biakan padat tanpa komponen organic, maka di
pakai silikogel sebagai bahan pemadatnya. Cawan yang dipilih untuk
perhitungan koloni adalah rentang 30-300 koloni. Untuk memperoleh rentang
tersebut pada satu cawan yang mengandung koloni, maka harus dilakukan
pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam

sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan


factor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Dwidjoseputro, 2003).
Setelah media agar dituangkan kemudian di homogenkan. Tujuannya
untuk mempermudah dalam penghitungan koloni. Setelah padat cawan petri
dibalikan agar pada saat inkubasi uap yang dihasilkan tidak jatuh ke media
agar yang dapat menyebabkan media mencair sehingga pengamatan
pertumbuhan koloni akan terganggu. Kemudian biakan di inkubasi selama
18-24 jam yang tujuannya untuk melihat pertumbuhan bakteri tersebut.
Setelah 18-24 jam, sampel diambil dari inkubator dan dihitung jumlah
koloni bakteri di dalam masing-masing cawan. Saat akan dilakukan
perhitungan terlihat bahwa bakteri pada cawan 10-1 jauh lebih banyak
daripada bakteri pada kedua cawan lainnya. Untuk memudahkan perhitungan,
apabila penyebaran bakteri merata cawan petri bisa dilukis menjadi empat
kuadran. Jumlah koloni pada cawan 1 sebanyak 780 koloni, cawan 2
sebanyak 576 koloni dan cawan 3 sebanyak 318 koloni.
Faktor yang mempengaruhi hasil penghitungan koloni pada metode
ini adalah tingkat pengenceran yang tinggi sehingga menyebabkan koloni
tidak muncul pada media, tingkat pengenceran terlalu rendah sehingga koloni
yang muncul lebih dari 300 koloni, adanya kontaminasi yang bisa saja
dikarenakan alat yang digunakan; lingkungan dan diri kita, kondisi pH dan
suhu yang tidak sesuai (Fardiaz, 2005).
Pada analisis ini digunakan satuan CFU/ml karena pada percobaan ini
yang dihitung adalah koloni bukan sel. Pada metode ini tidak mungkin
dilakukan untuk menghitung sel karena pada metode ini pengamatan
dilakukan dengan mata telanjang (tanpa bantuan mikroskop) sehingga yang
tampak adalah berupa koloni (Fardiaz, 2005).
Kelemahan

metode

pengenceran

adalah

keselektifan

hasil

perhitungan yang kadang menjadi bias. Kondisi pertumbuhan kontaminan,


termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu dan pH
sangat menentukan bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang ada
(Harmita dan Maksum Radji 2008).

IX.

Kesimpulan
1. Praktikan dapat melakukan pengenceran bertingkat atau pengenceran
serial pada sampel bakteri serta mengetahui konsentrasi dari sampel
bakteri yang telah diencerkan, yaitu 1 x 10-1, 1 x 10-2, 1 x 10-3.
2. Praktikan dapat melakukan perhitungan koloni bakteri yang telah
diinkubasi selama 18-24 jam, yaitu koloni yang tumbuh sebanyak
127800 CFU.

DAFTAR PUSTAKA
Ashad, dkk. 2006. Degradasi Kekuatan Beton Akibat Intrusi Miktoorganisme.
Tersedia online di: http://www.ftsl.itb.ac.id/wpcontent/uploads/2007/12/Hanafi%20(JTS%20Vol.13%20No.3).pdf
(diakses 4 April 2015)
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Pastra, dkk. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis dengan Spons Jenis
Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal
Lampung . Tersedia online di :
http://eprints.unsri.ac.id/1256/1/9.Defin_ari_pastra_77-82.pdf (diakses 4
April 2015)
Hadioetomo RS, 1993. Mikrobiologi dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Praktikum. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama.
Harmita dan Maksum Radji. 2008. Analisis Hayati. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo. DasarDasar Mikrobiologi 1. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Plechzar, M.J. 2006. Dasar dasar Mikrobiologi . Jakarta:UI Pres
Sitorus, 2013. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Limits. Tersedia online:
http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1630/1/Microsoft%20W
ord%20-Jurnal%20%20Limit%20volume%209%20no.1.pdf (diakses 4
April 2015)

Anda mungkin juga menyukai