Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN METODE YANG DIGUNAKAN TERHADAP

MUTU MINYAK CEM-CEMAN MELATI


Oleh :
Dwi Rischa Ms.1, Sulihati Jannah2, Shofi Maratul H.3, Erwanda4
1

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas


Jember, http://www.unej.ac.id.
ABSTRAK
Melati merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomi tinggi yang

banyak digunakan sebagai pengharum teh, bahan baku industri parfum, kosmetik, obat
tradisional,

dan

lain

sebagainya.

Praktikum

pembuatan

minyak

cem-ceman

menggunakan bahan yaitu melati segar dan utuh. Metode yang digunakan untuk
membuat minyak cem-ceman melati adalah metode celup (perendaman atau maserasi)
dan perangkap (Entraphing). Pengamatan karakteristik mutu warna dan aroma minyak
cem-ceman melati dilakukan dengan membandingan dari kedua metode tersebut. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa metode celup menghasilkan
warna yang lebih jernih dan aroma lebih mendekati aroma melati dibandingkan dengan
metode pemerangkapan. Mutu warna minyak cem-ceman tersebut sangat dipengaruhi
oleh lemak VCO yang berpenetrasi ke dalam bunga sehingga melarutkan zat warna dan
mutu aroma dipengaruhi oleh kandungan senyawa aromatik dan segar atau tidaknya
bunga.Mutu minyak cem-ceman melati terbaik dengan tingkat kejernihan yang tinggi dan
aroma melati yang lebih menonjol yaitu yang dibuat dengan menggunakan metode celup.

Kata Kunci : Melati,Metode celup, Minyak cem-ceman melati.


PENDAHULUAN
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang
baru-baru ini banyak diproduksi untuk dikompersilkan. Virgin Coconut Oil (VCO)
atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah
dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan di dalam
tubuh. Disamping itu ternyata kandungan antioksidan didalam VCO pun sangat
tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Minyak kelapa murni merupakan hasil

olahan kelapa yang bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam lemak bebas
(Setiaji dan Prayugo, 2006 dalam Ngatemin, 2014).
Tanaman melati banyak dibudidayakan di Indonesia terutama di Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat dengan luas area 1,52 ribu ha dan produksi
13.45 ribu ton. Cukup banyak spesies melati yang telah dibudidayakan, dan tiga di
antaranya memiliki potensi yang cukup besar yaitu J. Sambac Maid of Orleans (J.
sambacAid), J. Sambac Grand Duke of Tuscany, dan J. Officinale (Wuryaningsih
1994). Melati merupakan salah satu jenis bunga dari suku Jasminum sambac yang
diketahui mengandung minyak atsiri. Tanaman tersebut termasuk komoditas yang
bernilai ekonomi tinggi, dan menempati posisi penting dalam perekonomian
masyarakat karena peranannya dalam berbagai aspek kegunaan, perdagangan,
adat kebiasaan dan kepercayaan dalam masyarakat Indonesia.
Minyak cem-cem adalah minyak untuk rambut yang diolah secara
tradisional dari minyak kelapa murni dengan daun-daunan berkhasiat seperti daun
orang-aring, daun pandan wangi, bunga melati, kemiri serta rempah-rempah
wangi dan lain-lain sedangkan minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung di
dalam tanaman. Minyak atsiri bersifat volatil (mudah menguap). Minyak ini
berasal dari berbagai jenis tumbuhan bersifat anti jamur sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami
(Pino dkk, 2004: 12). Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dari suku
Jasminum sambac yang dibudidayakan di Indonesia adalah bunga melati putih
(Jasminum sambac). Sifat khas bunga melati disebabkan adanya minyak atsiri.
Komponen yang dominan di dalam minyak melati antara lain: cis jasmone, methyl
jasmonat, indole, benzyl acetate, linalool, dan benzyl benzoate (Suyanti, dkk.
2005). Komponen utama minyak melati yang menyebabkan bau harum adalah
kandungan jasmone. Karakteristik minyak atsiri berbeda-beda berdasarkan cara
preparasi bahan dan metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi dan
enfleurasi. Secara garis besar, maserasi adalah suatu metode perendaman bahan
dalam suatu pelarut. Dalam metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah
banyak serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena
pemanasan (Pratiwi, 2009 dalam Maghfiroh, 2014) sedangkan metode enfleurasi

yaitu metode pemerangkapan atau metode yang memanfaatkan minyak (lemak)


sebagai media untuk mengadsorpsi aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga
tertentu.

Tujuan dari dilaksanakan praktikum ini untuk mempelajari proses

pembuatan dengan menggunakan metode celup (perendaman atau maserasi) dan


perangkap (Entraphing atau enflaurasi) terhadap mutu minyak cem-ceman dari
bunga melati, serta mengetahui karakteristik mutu minyak cem-ceman dengan
preparasi bahan segar dan utuh.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass, neraca
analitik, karet gelang, aluminium foil, toples kaca, dan sloki. Bahan yang
digunakan adalah bunga melati putih dan minyak VCO.
Preparasi Sampel
Sampel melati terlebih dahulu di sortasi yang mutunya masih baik, kemudian
ditimbang untuk mengetahui berat awalnya. Setelah penimbangan, melati dibagi
menjadi dua bagian untuk dilakukan perlakuan yang berbeda yaitu celup
(perendaman atau maserasi) dan entraphing (enflaurasi). Selain itu, sampel
minyak VCO disiapkan terlebih dahulu sebanyak 40 ml untuk masing-masing
perlakuan.
Sampel A
Sampel sebanyak 20 gram bunga melati segar dicelupkan ke dalam beaker glass
yang berisi minyak VCO sebanyak 40 ml. Setelah itu, beaker glass ditutup
menggunakan aluminium foil atau kertas dan diikat dengan karet gelang. Setelah
itu, ditunggu selama24 jam untuk diamati. Metode ini dilakukan untuk
memperoleh data kualitatif (warna dan aroma) dari minyak cem-cem melati
dengan dibandingkan dengan minyak cem-ceman melati yang dibuat dengan
metode pemerangkapan.

Sampel B
Sampel sebanyak 20 gram bunga melati segar dimasukkan kedalam toples kaca.
Setelah itu, minyak VCO sebanyak 40 ml yang sudah dimasukkan ke dalam sloki
dimasukkan kedalam toples dan diletakkan tepat di tengah-tengan bunga melati.
Setelah itu, toples ditutup kembali. Setelah itu, ditunggu selama24 jam untuk
diamati. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data kualitatif (warna dan
aroma) dari minyak cem-cem melati dengan dibandingkan dengan minyak cemceman melati yang dibuat dengan metode celup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data minyak cem-ceman melati
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil data pengamatan minyak atsiri melati.
Metode
Celup (Perendaman)
Entraphing (Pemerangkapan)
Keterangan:

Organoleptik
Aroma
Warna
++++
++++
+++
++

Warna: semakin (+), maka semakin jernih


Aroma: semakin (+), maka semakin bau khas melati
Pembahasan
Warna
Pengujian warna terhadap minyak cem-ceman melati dilakukan secara visual,
dimana dapat langsung dilihat warna minyak yang dihasilkan dari semua
perlakuan. Dilihat pada tabel 1. pada metode celup, warna yang dihasilkan lebih
jernih dibandingkan dengan metode entraphing. Metode enfleurasi memanfaatkan
lemak sebagai media untuk mengadsorpsi aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis
bunga tertentu misalnya melati, sedap malam dan mawar (Sani et al, 2012).
Perlakuan metode celup mirip dengan metode enfleurasi karena bunga

bersentuhan langsung dengan lemak yang terkandung dalam minyak VCO


sehingga warna minyak lebih jernih disebabkan pada saat perendaman atau
pencelupan dilakukan pada suhu kamar sehingga lemak pada minyak VCO ini
dalam keadaan cair dan akan berpenetrasi ke dalam bahan atau bunga yang
dicelupkan. Lemak ini akan melarutkan minyak bunga beserta jenis lilin, albumin
serta zat warna (Scognamiglio, 2012). Lalu komponen warna pada minyak akan
teradsorbsi pada kelopak bunga yang tercelup sehingga mengalami diskolorisasi.
Hal inilah yang menyebabkan warna minyak yang dihasilkan lebih jernih. Untuk
minyak hasil metode pemerangkapan, warnanya tidak mengalami perubahan
karena minyak tidak bereaksi atau bersentuhan langsung dengan bunga sehingga
hanya aroma volatil dari melati yang bereaksi dengan minyak.
Aroma
Dari hasil praktikum, dapat dilihat pada tabel 1. Aroma minyak cem-cem yang
dihasilkan menggunakan metode celup lebih beraroma melati dibandingkan
dengan metode perangkap. Hal ini terjadi karena dengan metode celup secara
optimal dapat memerangkap senyawa aromatik bunga melati ke dalam minyak
VCO. Menurut Guenther 1987 dalam Sani et al (2012) proses enfleurasi ekstraksi
dengan lemak dingin) menghasilkan minyak dengan rendemen lebih banyak dan
minyak yang dihasilkan lebih wangi dibandingkan dengan ekstraksi pelarut
menguap. Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk
mengadsorpsi aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya
melati, sedap malam dan mawar. Perlakuan metode celup mirip dengan metode
enfleurasi karena bunga bersentuhan langsung dengan lemak yang terkandung
dalam minyak VCO. Ketika bunga dicelup selama 24 jam, terjadi kontak antara
minyak VCO dengan bunga melati sehingga lemak dalam minyak mengadsorbsi
aroma wangi yang dihasilkan oleh bunga melati, namun aroma minyak tidak
beraroma melati segar . Aroma tidak segar bahkan mendekati busuk pada minyak
cem-ceman yang dibuat disebabkan karena bunga yang digunakan dalam kondisi
basah sehingga menyebabkan oksidasi lemak karena adanya kandungan H2O yang
dapat menimbulkan ketengikan atau bau yang tidak enak pada minyak yang

dihasilkan. Menurut Suyanti et al (2005) bunga yang digunakan harus dalam


kondisi kering karena bunga dengan kondisi basah yang biasa disebabkan karena
embun dapat menimbulkan ketengikan pada lemak yang disebabkan oksidasi
lemak karena adanya kandungan H2O. Untuk metode entraphing aroma yang
dihasilkan kurang harum atau masih beraroma minyak VCO dikarenakan melati
mengandung komponen volatil utama yaitu jasmone yang tidak banyak bereaksi
dengan dengan minyak karena disebabkan masih terdapat celah pada toples
pemerangkapan sehingga aroma menguap keluar atau tidak teradsorbsi sempurna
ke dalam minyak.
KESIMPULAN
1. Warna minyak cem-ceman melati dengan metode celup lebih jernih
dibandingkan dengan metode pemerangkapan karena warna pada minyak
teradsorbsi pada kelopak bunga yang tercelup (diskolorisasi) sedangkan
minyak hasil metode pemerangkapan, warnanya tidak mengalami perubahan
karena lemak VCO tidak bersentuhan langsung dengan bunga sehingga hanya
aroma volatil dari melati yang bereaksi dengan minyak.
2. Aroma minyak cem-ceman melati dengan metode celup lebih beraroma melati
dibandingkan dengan metode perangkap, namun tidak segar atau mendekati
busuk dikarenakan bunga yang digunakan dalam kondisi basah sehingga
menyebabkan oksidasi lemak karena adanya kandungan H2O sedangkan aroma
yang dihasilkan dengan metode entraphing kurang harum atau masih beraroma
minyak VCO dikarenakan melati mengandung komponen volatil yaitu jasmone
yang tidak banyak bereaksi dengan dengan minyak karena disebabkan masih
terdapat celah pada toples.
DAFTAR PUSTAKA
Maghfiroh. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga Melati (Jasminum
Sambac Ait.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ATCC

25923 dan Shigella flexneri 12022. Skripsi. Yogyakarta: jurusan Biologi,


Universitas Islam Sunan Kalijaga.
Ngatemin. 2014. Prosedur Penelitian Minyak VCO (Virgin Coconut Oil).
Semarang: Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pino, J.A., R. Marbot, A. Rosado, A. Batista. 2004. J. Ess. Oil Res. 16. 186188.
Sani, Nazma Sabrina, Rifiah Racchmawati dan Mahfud. 2012. Pengambilan
Minyak Atsiri Dari Melati Dengan Metode Enfleurasi dan Ekstraksi Pelarut
Menguap. Surabaya: Teknik Kimia, Istitut Teknologi Sepuluh Nopember.
Vol 1, No 1.
Scognamiglio, J.; L. Jones; C.S. Letizia; and A.M. Api. 2012. Fragrance
material review on cis-jasmone. Food and Chemical Toxicology Journal
3(6):3-8.
Suyanti, Sulusi Prabawati, Yulianingsih, Setyadjit dan Astu Unadi. 2005.
Pengaruh Cara Ekstraksi Dan Musim Terhadap Rendemen Dan Mutu
Minyak Bunga Melati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian: Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Wuryaningsih. 1994.

Melati. Dalam Sutater, T. dan S. Wuryaningsih (Eds.).

Penelitian Tanaman Hias Pelita V. Cipanas : Sub Balai Penelitian


Hortikultura.

Anda mungkin juga menyukai