Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga.
Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan
diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma.
Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yangkemudian mejadi
prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B
dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M
(B
Cell Receptor) yang kemudian mengalami
seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive
yang kemudian keluar dan mengikuti aliran
darahmenuju ke organ limfoid sekunder. Sel
stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid
juga berubah menjadi prolimfosit T dan
selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya
menuju timus.
Organ limfoid sekunder :Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritic
mempersentasikan antigen yang yang ditangkapnya di bagian lain tunuh ke sel T yang
memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.
thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli
sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah :Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri
lienalis dan keluar melalui venalienalis ke vena porta menuju hati.
Tonsil: Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah
tonsila yaituTonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga
tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring
of Waldeyer hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini
terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri
atas 3 buah tonsila, yaitu :
o Tonsila palatine
Terletak pada dinding lateralis,
orofaring dekstra dan sinistra
Terletak dalam satu lekukan yang
dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil
bed
Tonsil membuka ke cavum oris
terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus
(NV2)
Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris
externa(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica
ascendens lingualis
o Tonsila lingualis
Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya
papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang
arterialingualis), arteria carotis eksterna
o Tonsila pharyngealis
Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak
nafaskarena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae),
terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan
OPTA
1.3. Mikroskopik
Lien: Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah. Merupakan
tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah. Limpa bereaksi segera
terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan organ pembentuk antibodi
penting. Dibungkus oleh simpai jaingan
ikat padat yang menjulurkan trabekula yang
membagi parenkim atau pulpa limpa
menjadi kompartemen tidak sempurna.
Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh
limfe. Limpa dibentuk oleh jalinan kerja
jaringan retikular yang mengandung sel
limfoid, makrofag dan sel-sel antigenpresenting. Tidak memperlihatkan adanya
daerah korteks dan medula yang jelas.
Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding
pada limfonodus
Pulpa limpa:
- Pada permukaan irisan melalui limpa,
tampak bintik-bintik putih dalam parenkim nodulus limfatikus (pulpa
putih/pulpa alba)
- Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah
pulpa merah/pulpa rubra.
- Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda
billroth) yg terdapat diantara sinusoid
o Pulpa putih
Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan
nodulus limfatikus
Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit T
dan membentuk selubung periarteri.
Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan imunitas lebih
mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon imun dapat dibagi menjadi
respon imun alamiah atau nonspesifik/natural/innate/native/nonadaptif dan didapat atau
spesifik/adaptif/acquired.
1. Respon Imun Nonspesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat
memberikan respons langsung.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak
yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane
sel sehingga dapat mencegah infeksi melalui kulit.
2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari
kuman gram (+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan
dinding bakteri.
3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat
antibacterial terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak
dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma.
8
c. Pertahanan humoral
Menggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan
berfungsi local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin,
katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral.
1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons
inflamasi. Spectrum yang luas diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan
sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik
dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.
2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang
kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons
imunitas nonspesifik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas
penyakit inflamasi. Dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan pada permukaan
bakteri/jamur.
d. Pertahanan selular
Fagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem
imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam
sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan
trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang
diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel
mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal
oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen
yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan
sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan
antara makrofag-sel T.
a. Respon imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.
Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum
tulang. Pada manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang.
b. Respon imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di
dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam
kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T
9
dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya
meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.
2.3. Mekanisme
Mekanisme Respon Imun Non-Spesifik
Sistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja saat terdapat
invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak invasi organisme. Sel
yang berperan dalam sistem imun alami di antaranya adalah makrofag dan natural killer
cell. Sel-sel tersebut dinamakan fagosit karena akan melawan invasi dengan cara
fagositosis (penelanan organisme asing).
Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami adalah dengan
produksi antibiotik alami berupa interferon dan lysozyme. Interferon berperan dalam
mengeblok replikasi dari virus yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan lysozyme berperan
dalam menyerang dinding sel bakteri.
Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus barrier
kulit akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh darah.
Kemudian membran sel fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa masuk. Dari
situ bakteri akan masuk ke dalam sel di dalam vacuola berbungkus membran (disebut
Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung bersama lisosom untuk proses digesti bakteri.
Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana sel
tersebut merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai 15%
dari total populasi limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan melindungi
terhadap berbagai mikroba menular. Natural Killer Sel adalah faktor yang sangat penting
dalam memerangi kanker. Stimulasi imun adalah kunci untuk menjaga jumlah sel darah
10
putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural Killer kesempatan untuk melawan kanker
dan penyakit lainnya.
Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus akan
melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel natural
killer mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan mencari sel
terinfeksi yang memiliki identitas yang sama seperti virus lalu membunuhnya dengan
mengeluarkan toksin.
Mekanisme Respon Imun Spesifik
Aktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam
tubuh. Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat
fragmen antigen pada tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada
tubuhnya disebut Antigent Presenting Cell (APC). Kemudian sel T helper akan
mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi dengan fragmen di permukaan
APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia dalam bentuk
Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia
Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan sel
B. Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu
1. Sel T Sitotoksin
Sel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen pada
permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin dengan
tipe yang berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin dapat
berinteraksi dengan fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara berikatan
dengan fragmen tersebut. Ikatan tersebut akan merangsang sel T sitotoksin untuk
mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat membunuh sel terinfeksi beserta dengan
antigen di dalamnya.
2. Sel B
Sel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi untuk
mengenali antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang memiliki
pasangan struktur fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi menjadi sel
plasma. Sel plasma ini menjadi pabrik utama sumber antibodi yang akan ikut
mengalir bersama aliran darah. Antibodi yang sudah spesifik akan mengikat antigen
tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel lainnya. Pengikatan ini sebagai
marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen tersebut.
11
tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen
melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa.
3.2. Klasifikasi
Antigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen
yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor
antibodi), spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:
1. Pembagian antigen menurut epitop
a. Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: hapten.
b. Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan
pada satu molekul. Contoh: polisakarida.
c. Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya.
Contoh: protein.
d. Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul
(antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
Contoh: kimia kompleks.
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
a. Heteroantigen, uang dimiliki oleh banyak spesies.
b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam
golongan ini.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar
polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian
permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun
terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang
ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya berasal
dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
12
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein
pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak
imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES
(Lupus Eritematosus Sistemik).
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan
univalen.
3.3. Morfologi
Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur
tersier.
Ukuran
Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang
besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat
bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan
protein inang (carrier).
Bentuk
Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam
DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam
homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk
beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang
merupakan syarat yang penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam
determinan juga sangat penting.
Rigiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya
non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut
ke gelatin.
Lokasi determinan
Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang
penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.
Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi
kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin
tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease
di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang
berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur
tersier dari imunogen akan dihancurkan
4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1. Definisi
13
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja
seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh
limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.
Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).
4.2. Klasifikasi
IgG (Imuno globulin G)
Merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia
memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar
dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti
aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka mempunyai
efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan
virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip di
antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel
dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam
plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan
dengan karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin
dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian
sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu
lahir.
IgA (Imuno globulin A)
Terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur, ASI, darah,
kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut
berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media
lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh
yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam pengawasannya
layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis. Antibodi ini
melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka
tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir
membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru
lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi
terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang setelah mereka melaksanakan
semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur beberapa minggu.
IgM (Imuno globulin M)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme
tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh
untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan
enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM
janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui
dari kadar IgM dalam darah.
14
4.3. Morfologi
Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai
polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat (heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light
chain =L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain
menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik dan dapat mengikat antigen
membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan bahwa fragmen itu univalent atau
mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab (fragment antigen binding). Fragmen
yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan karenanya dapat membentuk kristal
disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah
IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat
mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi dua), dan disebut
F(ab)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terminal-N dari
rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang
ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata
menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan rantaiL dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi itu.
Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari
immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.
Rantai- L (light chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air
kemih penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut rantai-(kappa)
dan rantai- (lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L
itu dengan perbandingan rantai- 65% dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.
Rantai- H. Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya
antara lain terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H
tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai rantai- atau (di dalam satu
molekul selalu hanya satu macam saja).
o Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama)
o Rantai-H dari IgA disebut rantai- (alpha)
o Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu)
o Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta)
15
4.4. Fungsi
Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor
pemusnahan.
5. Memahami dan Menjelaskan Vaksinasi
5.1. Definisi
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan ke
dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum)
agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.
5.2. Klasifikasi
Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam pejamu,
dapat menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang terjadi pada
infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau komponen spesifik) asal patogen
seperti toksoid yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen.
Imunisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu imunisasi pasif dan aktif.
1. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain
yang telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu
yang sebelumnya imun inkompeten, disebut transfer adoptif. Imunisasi pasif dapat
diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.
a. Imunisasi pasif alamiah
1) Imunitas maternal melalui plasenta
Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin. IgG
dapat berfungsi sitotoksik, antivirus dan antibakterial terhadap H.
Influenza B atau S. agalacti B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan
memberikan proteksi pasif kepada janin dan bayi.
16
2) DPT
18
3) DT
4) TT
5) Polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :
19
7) MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata
berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak
juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan
otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala
dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang
disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput
otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat
dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian
vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen
MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu
memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun
(sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum
masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun
atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status
imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah
memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita
penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang
menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup
terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan
21
8) Hib
22
ii. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang
lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan
imunosupresif bawaan
iii. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik
neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil
kedua bahan tersebut
iv. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker
atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
v. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi
kortikosteroid
vi. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen
darah lainnya
vii. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
10) HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi
dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan
HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II
dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV
III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada
lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada
saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6
bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai
anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan)
dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
11) Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri
yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia
(infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat
digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap
terjadinya infeksi pneumokokus.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia: Latihan dan Panduan Belajar.
Jakarta: EGC.
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Ereschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi diFiore.Jakarta : EGC
Kamus Dorland edisi 31
Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FKUI
Raden, Inmar. 2011. Anatomi Sistem Limfatikus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
Zulhamidah, Yeni. 2014. Sistema Lymphaticus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC.
Zuhroni. 2010. Profesionalisme Dokter dalam, Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta : Bagian Agama Universitas Yarsi
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC
26
Garna Baratawidjaja, Karnen dan Iris Rengganis. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC
http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.html
James, Joyce, et al. 2002. Prinsip-2 Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga
27