Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Wilayah teritorial laut Indonesia yang berada di bagian selatan dari
Laut Cina Selatan, dikenal sebagai wilayah Cekungan Laut Natuna terdiri
dari dua area cekungan, Cekungan Natuna Barat dan Timur yang
dipisahkan oleh Natuna Ridge, merupakan tinggian dari Sunda Platform.
Cekungan Natuna Barat merupakan perluasan sebelah timur dari
Cekungan Malaya. Terdapat di antara Semenanjung Malaya dan Pulau
Kalimantan, dekat dengan Pulau Anambas sebelah selatan dan Pulau
Natuna sebelah timur. Cekungan ini memanjang dengan arah baratdaya
timurlaut, dan meluas melewati garis median sampai wilayah air Malaysia.
Cekungan ini menduduki area kurang lebih sekitar 92.000 km 2 .
Cekungan Natuna Barat merupakan cekungan sedimen yang
terletak di sisi barat Pulau Kalimantan. Cekungan ini merupakan bagian
dari lempeng Eurasia, bagian dari Sundaland. Cekungan ini mempunyai
dasar berupa kerak benua.
BAB II
Perkembangan Struktur Geologi Regional
2.1 Pendahuluan
Model tektonik lempeng untuk Asia Tenggara telah dikemukakan
oleh beberapa penulis (di antaranya Hall, 1995; Rangin et al 1990; Daly et
al 1991; Daines, 1985; Parker & Gealey 1983; Tapponier et al 1982).
Kebanyakan penulis ini mengemukakan teorinya berdasarkan data
geologi dan paleomagnetik, kebanyakan dari model tersebut masih belum
lengkap.
2.2 Tektonik Lempeng Pada Kenozoik
Lokasi dari Indonesia pada pertemuan antara Lempeng Pasifik,
Eurasia, dan Indo-Australia telah menghasilkan beberapa komplek
interaksi antara subduction, extension, collision dan extrusion tectonics.
Tambahan pergerakan dari Lempeng Filipina dan Carolina di bagian barat
dan beberapa micro plates, mengakibatkan rekontruksi menjadi semakin
sulit. Oleh karena itu diskusi ini hanya akan tertuju pada ringkasan dari
event utama yang mempengaruhi perkembangan tektonik dari Cekungan
Natuna Barat. Pembahasan dari perkembangan tektonik lempeng
menitikberatkan pada publikasi terbaru oleh Hall et al (1995 & 1996) dan
membagi sejarahnya dari Eosen Awal sampai sekarang dengan interval
waktu sampai 10 Ma.
2.3 Akhir Eosen Awal (50 Ma)
Terutama untuk Indonesia 50 Ma didominasi oleh subduksi busur
magma ke selatan sepanjang Trans-Himalayan dan ke timur Lempeng
Pasifik. Posisi relatif dan gerakan lempeng India, Australia,dan Eurasia
dibatasi dengan pergerakan cepat Lempeng India ke utara, tetapi belum
kolisi dengan busur kepulauan sepanjang bagian selatan batas Lempeng
Eurasia. Bukti awal kolisi India dan Eurasia dibuktikan dengan obduksi
ofiolit Kapur di sisi barat Lempeng India, yang terlipat dan tidak selaras di
atas batuan karbonat Eosen Tengah. Peristiwa ini mengakibatkan
docking antara Lempeng India dengan Lempeng Eurasia bersamaan
dengan
spreading
yang
mengakibatkan
Lempeng
India
berputar
ekstrusi
Indocina
berlanjut
menghasilkan
ekstensi
BAB III
3.1 Pendahuluan
Sekitar 45-50 juta tahun yang lalu terjadi kolisi antara Lempeng
India dengan Lempeng Eurasia (Tapponier, 1986; Dewey, 1988; Peltzer &
Tapponnier, 1988; Harrison, 1992; Le Pichon, 1992 dan Hall, 2002) yang
menghasilkan pemekaran di Eurasia melalui sejumlah sesar strike-slip
utama (Gambar 2). Sesar ini yang menyebabkan transtensional dan
berhubungan dengan terbukanya cekungan-cekungan pada Sundaland
selama Tersier (Peltzer & Tapponnier, 1988).
Gambar 7 : Peta lokasi Cekungan Natuna Barat pada Sundaland dan batas-batas
tektonik lempeng ditunjukkan oleh zona subduksi dan sesar utama di Asia
Tengara (di sisi kiri). Peta tektonik regional (di sisi kanan) yang menunjukkan
sejumlah pergerakan lateral akibat sesar utama yang terbentuk akibat
collision dengan India pada 45-50 jt tahun yang lalu (modifikasi dari Peltzer
& Tapponnier, 1988).
tanda aktivitas tektonik yang berkelanjutan dari awal terjadinya dan semua
aktivitas setelahnya. Dimulai dengan pemekaran dan setelah terjadi
pembalikan itu secara tektonik. Perubahan dari gaya ekstensional menjadi
gaya kompresional terjadi dalam waktu yang relatif singkat, akibat adanya
pengaturan ulang lempeng secara global.
McClay & Bonora (1998) mengenalkan dua arah utama sesar
secara regional: trend Timurlaut-Baratdaya dan Baratlaut-Tenggara, yang
secara aktif menyebabkan deformasi berkelanjutan. Arah sesar yang
pertama umumnya terdapat pada setengah cekungan sisi tenggara,
sementara yang satu lagi umumnya diamati pada setengah Cekungan
Natuna Barat sisi baratlaut. Sesar ini, utamanya planar-domino style,
menyebabkan half-grabens seperti saat cekungan mulai meluas pada
Eosen akhir. Tektonik inversi yang terjadi pada regional cekungan
merupakan penyebab terjadinya antiklin tumbuh yang terbalik, dengan
karakteristik sayapdepan yang hampir datar dan sayapbelakang dengan
sudut yang kecil. Geometri bentuk baji umum terdapat pada endapan synextensional dan syn-inversion (Cooper dan Williams, 1989).
3.2 Tektonik Natuna Barat
Perkembangan tektonik Natuna Barat dapat dibagi dalam empat
perbedaan fase:
1) Crustal extensional,
2) Post-rift quescence period,
3) Syn-inversion, dan
4) Post-inversion.
3.2.1 Crustal Extensional
Crustal extensional dan rifting di Cekungan Natuna Barat
berlangsung
10
diisi oleh endapan lacustrine yang terjadi secara lateral karena proses
ekstrusi Indocina dan rotasi dari zona subduksi Sumatra sebagai
akibat dari lekukan Lempeng India dan Asia. Faktor kedua adalah
adanya rift trend yang dominan di tenggara dan baratdaya.
3.2.2 Post-rift Quiescence Period
Dari Oligosen Tengah sampai Miosen Awal, cekungan Natuna
Barat memasuki masa pasif. Pada saat itu terjadi pengendapan
beberapa formasi.
3.2.3 Syn-Inversion
Bukti pertama dari inversi di cekungan Natuna Barat terjadi pada
23 Ma dalam bentuk ketidakselarasan di barat Fomasi. Inversi kedua
kira-kira 22 Ma dan bukti dimulainya fase graben utama. Reaktivasi
dan pembalikan dari patahan sebelumnya mengontrol formasi. Inversi
dimulai dengan patahan graben besar dan disusul dengan grabengraben yang lebih kecil. Dasar geometri struktur right-lateral shear
regime.
3.2.4 Post-Inversion
Inversi dan
BAB IV
Stratigrafi Cekungan Natuna Barat
11
4.1 Pendahuluan
Sedimen Tersier Cekungan Natuna Barat dapat digolongkan
utamanya berdasarkan pada penamaan lithostratigrafi yang mengacu
pada Klasifikasi AGIP (1973). Bagaimanapun, klasifikasi urutan stratigrafi
diterapkan baru-baru ini dalam usaha mencari jebakan-jebakan stratigrafi.
Ketidakselarasan utama sebagai batas urutan di Cekungan Natuna Barat
sangat berkaitan dengan sejarah tektonik cekungan, yaitu syn-rift, postrift, syn-inversion dan post iinversion.
Sedimen Tersier Cekungan Natuna Barat, seperti juga dalam
Cekungan Malay dan Sub Cekungan Penyu sama-sama diendapkan pada
basement granitik dan metamorfik Pra-Tersier. Tersier Awal (Oligosen
AwalMiosen Tengah) banyak disusun oleh sedimen non-marine, mulai
dari lakustrin, fluvialo-deltaic dengan transgresi laut minor pada Miosen
Awal. Kondisi laut hanya dimulai selama Miosen Akhir yang masih
berlanjut sampai saat ini.
Diagram kolom stratigrafi (Gambar 8) menggambarkan variasi
fasies regional.
4.2 Urutan Syn-Rift
4.2.1 Formasi Belut (Eosen Tengah Oligosen Awal)
Formasi Belut merupakan unit pengendapan syn-rift yang mengisi
half graben Natuna Barat. Formasi Belut menyisakan ketidakselarasan
pada basemen granitik dan metamorfik Pra-Tersier dan ditutupi oleh
Formasi Gabus Bawah. Ketebalan Formasi Belut ini berkisar antara
550 2000 kaki. Dan mungkin mencapai hingga 10.000 kaki pada
pusatnya. Kehadiran half-graben extensional dan rift valley mengontrol
pola-pola penyebaran dan pengendapan dari Formasi Belut. Litologi
pada Formasi Belut mengandung perlapisan klastik berwarna merah,
subordinat vulkanik dan kemungkinan lempung lacustrin pada titik
12
dikontrol
oleh
lembah,
karenanya
13
14
seperti
graben-graben
Anoa,
Raja
Gajah,
dan
Anambus/Bawal.
Formasi Gabus Bawah merupakan sikuen pengendapan yang terus
berlanjut, dengan bidang batas ketidakselarasan pada bagian atas dan
bagian bawahnya. Formasi ini terdiri dari serpih dan batulempung
dengan sisipan batupasir yang tipis dan tebal, yang diendapkan di
alluvial flood plain atas hingga daerah muka pantai, sedangkan pada
tubuh batupasir yang paling tipis diendapkan pada fasies lakustrin.
Batupasir tersebut memilki butiran dari yang sangat halus sampai
sedang. Struktur sedimen internal yang ada pada formasi ini adalah
paralel laminasi, cross bedding, dan ripple laminasi dengan bioturbasi.
Sekitar 48 %, batupasir ini menyusun formasi iini. Ketebalan dari
batupasir ini sekitar 350 kaki, dan sekitar kurang dari 15 kaki disusun
oleh batupasir channel pada lingkungan distal. Satuan serpihan terdiri
dari batulempung lanauan masif yang mengandung mineral pyrit, dan
plant debris.
4.3.2 Serpih Gajah/ Gabus (Oligosen Tengah)
Serpih Gajah/ Gabus ini memilki ketebalan maksimum yang dapat
diamati sekitar 750 kaki di daerah Anoa. Pada titik tengahnya, yang
berada di sebelah selatan Anoa, data seismik menunjukkan bahwa
ketebalannya sekitar 1.200 kaki. Formasi ini memiliki warna merah
cokelat, walaupun semakin kearah pusat cekungan warnanya
pengangkatan
berlangsung.
Rekahan-rekahan
tersebut
Natuna
Barat.
Formasi
Gabus Atas
memiliki
pola
kehadiran
menerangkan
perluasan
mineral-mineral
bahwa
hanya
bioturbasi
yang
glaukonit.
satuan
inilah
menghancurkan
Studi
yang
iinti
sumur
menunjukkan
perlapisan
dan
Discoaster
pseudoumbilica.
Beberapa
quinquieramus
atau
data
menunjukkan
seismik
Reticulofenestra
bahwa
lebih
tua
secara
aslinya.
Terlepas
dari
kemungkinan
Gambar 10 : Hubungan antara fluktuasi eustatic sea level, tektonik, dan litostratigrafi.
BAB V
KESIMPULAN
Secara umum pembentukan cekungan natuna bagian barat
dikontrol oleh empat periode tektonika, yaitu :
1) Crustal extensional,
2) Post-rift sequcence period,
3) Syn-inversion, dan
4) Post-inversion.
Keempat periode tektonik tersebut membentuk struktur geologi yang
didominasi oleh sesar-sesar utama berarah Timurlaut-Baratdaya dan
Baratlaut-Tenggara dengan style planar-domino yang menghasilkan
bentuk half graben.
Periode tektonik yang terjadi di cekungan Natuna bagian barat
dapat diketahui berdasarkan urutan stratigrafi yang didasarkan atas
penamaan lithostratigrafinya, stratigrafi cekungan Natuna bagian barat
yaitu 1) Formasi Belut, 2) Serpih Keras/Sambas, 3) Formasi Gabus
Bawah, 4) Serpih Gajah/ Gabus, 5) Formasi Gabus Atas, 6) Formasi
Serpih Barat, 7) Formasi Arang, 8) Formasi Arang Bawah, 9) Formasi
Arang Tengah, dan 10) Formasi Muda. Formasi di atas menjadi petunjuk
adanya periode tektonik yang terjadi pada cekungan natuna bagian barat.
DAFTAR PUSTAKA
..1999. Petroleum Geology Of Indonesian Basins; Principles, Methods,
and Aplication. Pertamina BPPK, Jakarta.
Dajczgewand, Diego. Tectonic Evolution And Structural Styles Of
Deformation Of Southern Kakap Block, West Natuna Basin,
Indonesia.
Hall, Robert. 1997. Cenozoic Plate Tectonic Reconstructions of SE Asia
dalam Petroleum Geology of South East Asia. Fraser, A. J.,
Matthews, S. J., and Murphy, R. W. (eds). Geological Society of
London Special Publication, London.
ABSTRAK
Cekungan Laut Natuna terdiri dari dua area cekungan, yakni
Cekungan Natuna Barat dan Cekungan Natuna Timur. Kedua cekungan
tersebut dipisahkan oleh Natuna Ridge, yang merupakan suatu tinggian
dari Sundaland. Cekungan Natuna Barat menutupi area kurang lebih
sekitar 92.000 km2, memanjang dari arah barat daya hingga timur laut ,
dan melewati garis batas teritorial perairan Malaysia. Cekungan ini terletak
antara Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan, yang dekat dengan
Pulau Anambas sebelah selatan dan Pulau Natuna sebelah timur. Selain
itu, dibatasi pula oleh lempeng IndoAustralia ke arah selatan dan barat,
lempeng Eurasia ke arah utara, dan ke arah timur oleh lempeng-lempeng
mikro bagian timur kepulauan Indonesia.
Sejarah pengendapan Cekungan Natuna Barat dapat dibagi
menjadi empat tahap utama, antara lain : syn-rift, post-rift, syn-inversion
dan post-inversion.
Kata kunci : cekungan, natuna barat, struktur, stratigrafi