Nama
Hasna Nur Syahidah
Marita Isti Wulandari
Anisa Rosdiana
Intan Merita
Nujaimah Rahmawati S
NPM
Tugas
Nilai
TTD
I.
Tujuan
1. Mengetahui dan mampu menangani hewan untuk percobaan farmakologi
secara baik.
2. Mengetahui
sifat-sifat
hewan
percobaan
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi responnya.
3. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian
serta pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkan.
II.
Prinsip
1. Replacement
Replacement relative yaitu memanfaatkan hewan percobaan sebagai donor
organ, jaringanatau sel. Replacement absolute yaitu tidak memerlukan
bahan dari hewan melainkan memanfaatkan galur sel atau program
computer (Hanifah,2008).
2. Reduction
Mengurangi pemanfaatan jumlah hewan percobaan sehingga sedikit
mungkin dengan bantuan ilmu statistik , program computer, dan teknik
teknik biokimia serta tidak mengulangi penelitian dengan hewan
percobaan apabila tidak perlu (Hanifah,2008).
3. Refinement
Mengurangi ketidak nyamanan yang diderita oleh hewan percobaan
sebelum, selama dan setelah penelitian, misalnya dengan pemberian
analgetik (Hanifah,2008).
III.
Teori Dasar
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran
atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau
sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan persyaratan tertentu antara
lain persyaratan genetic atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya
serta kondisi pasien ,oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah masalah
seperti berikut :
a. Tujuan terapi untuk efek local atau efek sistemik.
b. Apakah onset time obat cepat atau lambat.
c. Stabilitas obat dalam lambung atau usus.
d. Keamanan relative melalui penggunaan dengan berbagai rute
e. Rute yang tepat bagi pasien.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya
obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan
dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat member efek obat secara local
atau efek sistemik, efek sitemik diperoleh jika obat beredar keseluruh tubuh
melalui peredaran darah sedang efek local adalah yang bekerja setempat, efek
sistemik digolongkan dengan cara :
a. Oral melalui saluran gastrointestinal dan rectal.
b. Parenteral dengan cara intravena, intramuscular dan subkutan.
c. Inhalasi langsung kedalam paru paru.
Rute pengguaan obat dapat dengan cara :
a. Melalui rute oral
b. Melalui rue parenteral
c. Melalui Inhalasi
d. Melalui membrane mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan
sebagainya.
e. Melalui rute kulit (Anief, 1990).
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu
potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai
mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu
N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1
2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 50 jam sedang waktu
paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi
hati (Abdullah, 2012)
Peninngkatan perkembangan ilmu pengetehuan dan teknolofi di bidang
kesehatan dibarengi dengan pengingkatan kebutuhan akan hewan uji terutama
mencit. Penggunaan mencit ini dikarenakan realatif mudah dalam penggunaanya,
ukurannya yang relatif kecil, harganya relatif murah, jumlah peranakannya banyak
yaitu sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor, hewan itu memiliki sistem
sirkulasi darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki
kemampuan untuk muntah karena memiliki katup di lambung. Shingga banyak
digunakan untuk peneitian obat (Marbawati, 2009).
Berbagai cara pemberian perlakuan terhadap hewan coba dapat dilakukan
dengan cara:
a) Per oral
- Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik
- Jarus suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit
pelan-pelan
c) Intraperitonea
- Mencit dibanding dengan benar
- Tusukkan jarum di sisi dekat umbilicus/kira-kira 5 mm disamping
garis tengah antara 2 puting susu paling belakang
- Tarik jarum lalu lepaskan mencit
d) Subkutan
Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa longgar
bila jarum digrak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar. Pengawasan
Kandang
Neraca Ohauss
Pemegang (restainer)
Sonde oral
B. Bahan
1. Alkohol
2. Diazepam
3. NaCl Fisiologis
V.
Prosedur
Hewan uji yang digunakan adalah 1 ekor tikus dan 3 ekor mencit yang
salah satunya betina. Ke 4 hewan uji tersebut ditimbang terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian. Kemudian pada mencit 1 yang sudah ditandai, diberi sonde
oral yang mengandung diazepam 0,28 ml, diberikan melalui tepi langit-langit
sampai ke esofagus. Kemudian pada mencit 2 dimasukkan ke pemegang
(restainer) dengan ekor dibiarkan keluar, sebelum disuntik pembuluh darah di
ekor dioleshkan dengan eter terlebih dahulu, dan disuntikan diazepam 0,29 ml
secara intravena pada ekor mencit tersebut. Kemudian pada mencit 3 diberikan
suntikan diazepam 0,35 ml secara intraperitoneal, yaitu melalui abdomen bawah
tidak terlalu atas agar tidak mengenai hati dan tidak terlalu bawah supaya tidak
mengenai kandung kemih. Pada tikus diberikan larutan NaCl fisiologis
menggunakan sonde oral ke tepi langit-langit sampai esofagus. Disuntikkan pula
melalui intraperitoneal, yaitu pada abdomen bawah tikus di sebelah garis
midsagital. Dan disuntikkan melalui intramuskular, yaitu ke dalam sekitar gluteus
maximus atau ke dalam otot paha lain dari kaki belakang. Dengan dicek apakah
jarum tidak masuk ke dalam vena, dengan menarik kembali piston alat suntik.
VI.
Data Pengamatan
1. Berat badan hewan uji
Berat Badan (gram)
Tikus
164
Mencit 1
22,5
Mencit 2
28
Mencit 3
23
2. Rute Pemberian
PO
Tikus
Mencit 1
IV
IP
SC
IM
Mencit 2
Mencit 3
3. Waktu
Mencit 1 (menit) Mencit 2 (menit) Mencit 3 (menit)
Waktu Onset
11.25
2.21
4.13
Duration of
2.10
4.20
effect
Gambar Pengamatan
1.
Mencit 1 : Peroral
2.
Mencit 2 : Intra
Vena
3.
Mencit 3 :
IntraPeritonial
4.
Perhitungan
1.
2.
3.
4.
VII.
Pembahasan
Praktikum kali ini mempalajari tentang cara pemberian obat terhadap
absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Rute pemberian
obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena
jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang
terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah
obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,
tergantung dari rute pemberian obat.
Penggunaan
hewan
percobaan
dalam
penelitian
ilmiah
dibidang
melakukan
percobaan,
terlebih
dahulu
praktikan
harus
cairan/dosis yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh
melebihi batas maksimal, sebab akan mengakibatkan efek farmakologis yang
membahayakan hewan uji.
Pada hewan uji ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan, yaitu Faktor internal dan Faktor eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah
variasi biologi (usia, jenis kelamin), rasa dan sifat genetik, status kesehatan
dan nutrisi, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh.
Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil percobaan karena pada usia
yang tepat pada fase hidup hewan tersebut, efek farmakolgi yang dihasilkan
akan lebih baik. Lain halnya jika usia hewan tersebut masih bayi. Jenis
kelamin juga berpengaruh, karena jika dilihat dari leteratur berat badan yang
berbeda. Keduanya berpengaruh pada dosis yang akan digunakan pada hewan
uji tersebut.
Ras dan sifat genetik pun berpengaruh karena jika menggunkan hewan
percobaan dengan ras dan sifat genetik yang berbeda-beda dan karakteristik
yang berbeda pula, maka masing-masing memiliki perbedaan dalam perilaku,
kemampuan imunologis, infeksi penyakit, kemampuan dalam respon terhadap
obat, kemampuan reproduksi dan lain sebagainya.
Bobot dan luas permukaan tubuh hewan uji juga berpengaruh dalam hasil
percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh hewan yang bessar akan lebih
membutuhkan lebih banyka dosis dibandingkan dengan yang berbobot dan
memiliki luas permukaan tubuh yang kecil.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah
pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau
baru, pengalaman hewn dalam penerimaan obat, keadaan ruang hidup (suhu,
kelembaban udaa, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
suplai oksigen.
Meningkatnya kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan, disebabkan
karena kondisi lingkungan yang jelek dimana hewan itu tinggal. Maka dengan
meningkatnya kejadian penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan nutrisi
yang buruk juga akan berakibat resistensi tubuh menurun, sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil suatu percobaan.
Intraperitonial
Intraperitonel
(IP)
tidak
dilakukan
pada
manusia
karena
Intravena
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat
ke
dalam
pembuluh
darah
vena
dengan
menggunakan
(pembuluh
vena)
terlihat
jelas,
aquades
disuntikan
Peroral
Injeksi peroral dilakukan dengan menggunakan sonde yang dimasukkan
kedalam mulutlangsung ke dalam lambung melalui esophagus.Pada
pemberian larutan aquades secara peroral dengan menggunakan sonde,
mencit harus dibuat dalam keadaan menengadah ke atas, dimana posisi
mencit lurus.Cengkram kuat mencit sehingga mencit tidak bisa menyentuh
atau mengambil ujung sonde.Kemudian sonde dimasukkan oral ke langitlangit mulut mencit, kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan larutan
aquades sampai masuk kedalam lambung.Volume larutan aquades yang
disuntikan pada peroral adalah 0.28 ml.
Pada saat sonde sudah masuk ke dalam esophagus, maka akan ada
dua percabangan dimana terdapat saluran yang menuju paru-paru dan ada
saluran lain yang menuju lambug. Letak saluran menuju paru-paru terletak
di sebelah kiri pada mencit sedangkan saluran menuju lambung ada di
sebelah kanan pada mencit. Sehingga apa bila dilihat dari sisi
praktikan,sonde akan dimasukkan ke sebelah kiri tikus.
Cara pemberian yang keliru yaitu masuk ke dalam system
pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasa dan
kematian pada hewan uji. Cara praktikan mengetahui pemberian obat
secara oral ini berhasil atau tidak yaitu dengan tanda apabila cairan yang
diberikan secara peroral kepada mencit akan keluar melewati mulut atau
hidungnya. Hal ini menandakan bahwa sonde belum masuk sempurna ke
Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa, untuk praktikum farmakologi ini ada beberapa
tata cara dalam menangani hewan percobaan. Mulai dari memperlakukan
hewan dengan baik agar hewan uji tidak stres. Lalu , kita dapat
mengetahui bagaimana agar hewan uji dapat dikendalikan ketika sedang
melalakukan uji farmakologi.
2. Dengan melakukan praktikum ini, kia dapat mengetahui sifat-sifat dan
faktor-faktor yang mempengaruhi responnya. Mencit mempunyai sifat
mudah jinak, sangat aktif, fotofobik, aktif pada malam hari, cenderung
suka berkumpul dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozi. 2012. Diazepam. Tersedia online di http://bukusakudokter.org
[diakses pada tanggal 10 Maret 2015].
Anief,M.1994.Farmasetika.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press
Hanifah, J.M & Amir, Amri.2008.Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Katzung,B.G.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran EGC