PENDAHULUAN
Insidensi Vitiligo rata-rata hanya 1% di seluruh dunia. Penyakit ini dapat mengenai
semua ras dan kedua jenis kelamin, Pernah dilaporkan bahwa vitiligo yang terjadi pada
perempuan lebih berat daripada laki-laki, tetapi perbedaan ini dianggap berasal dari
banyaknya laporan dari pasien perempuan oleh karena masalah kosmetik. Penyakit juga dapat
terjadi sejak lahir sampai usia lanjut dengan frekuensi tertinggi (50% dari kasus) pada usia
1030 tahun.3
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun, diduga ini adalah
suatu penyakit herediter yang diturunkan secara poligenik atau secara autosomal dominan.
Berdasarkan laporan, didapatkan lebih dari 30% dari penderita vitiligo mempunyai penyakit
yang sama pada orangtua, saudara, atau anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus vitiligo
yang terjadi pada kembar identik. 3,4
Vitiligo biasanya bermula pada masa anak-anak atau dewasa muda, dengan jenjang usia
antara 10 dan 30 tahun. Sekitar setengah dari kasus bermula sebelum usia 20 tahun.2
Pada laporan kasus ini akan di bahas sebuah kasus wanita berusia 62 tahun dengan
kecurigaan vitiligo berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan dermatologis yang ditemukan.
Pembahasan terbatas pada keadaan klinis yang ditemukan baik melalui anamnesis maupun
pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan serta prognosis pasien setelah mendapatkan
terapi.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Status
Agama
Tanggal Pemeriksaan
: Ny. A
: Perempuan
: 62 tahun
: Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat
: Menikah
: Islam
: 28 April 2015
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih pada
tanggal 28 April 2015 pukul 11.00 WIB.
Keluhan Utama :
Bercak putih pada wajak sejak 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan mengeluhkan bercak putih pada wajah sejak 2 tahun yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan bercak putih ini hanya di sekitar mulut dengan ukuran
sebesar koin. Namun sejak 1 tahun yang lalu, bercak putih pada sekitar mulut semakin
melebar dan mulai timbul bercak putih baru pada pangkal hidung dengan ukuran sebesar
biji jagung. Pasien juga mengeluhkan akhir-akhir ini juga terdapat bercak putih yang
terlihat samar pada jidat. Keluhan yang diderita pasien tidak disertai dengan rasa gatal,
nyeri dan juga baal. Pasien juga menyangkal adanya luka sebelumnya di bercak kulit
yang memutih. Pasien mengatakan belum pernah berobat sebelumnya mengenai keluhan
ini.
Pasien juga memiliki penyakit ginjal dan pasien tidak mengetahui persis nama
penyakit yang dideritanya, namun dikatakan salah satu ginjal pasien mengecil dan
tidak berfungsi, pasien memiliki riwayat penyakit batu ginjal 4 tahun yang lalu
namun sekarang batu tersebut sudah menghilang dengan sendirinya.
Riwayat Alergi
Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa dirumah tidak ada yang merasakan keluhan yang sama
dengan pasien.
Riwayat Psikososial & Kebiasaan :
Pada saat beraktivitas di luar rumah pada siang hari pasien menggunakan pakaian
tertutup dan berjilbab. Pasien berkata tidak pernah menggunakan lotion yang
mengandung perlindungan terhadap sinar matahari. Pasien sering beraktivitas di bawah
sinar matahari.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit Ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
o TD
: 120/90 mmHg
o Nadi
: 86x/menit
o Pernapasan : 20 x/menit
o Suhu
: 36.5oC
Status Gizi
:
o BB
: 50 kg
o TB
: 148 cm
o BB/(TB)2
: 50/(1,48)2
: 22.8 (Baik/normal)
Status Generalisata:
Kepala (Normocephal)
o Rambut
(-)
o Mata
o Hidung
o Telinga
o Mulut
Leher
o Pembesaran KGB
o Pembesaran tiroid
Thoraks
o Paru-paru
Inspeksi
Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi ICS dan SS (-)
Palpasi
Vokal fremitus (+/+) di kedua lapang paru, nyeri tekan (-/-)
Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
o Jantung
Inspeksi
Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus Cordis tidak teraba.
Perkusi
Tidak dilakukan
Auskultasi
Bunyi jantung I / II regular, murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Datar, Scar (-)
Auskultasi
Bising usus (+) normal.
Palpasi
Supel, turgor baik, nyeri tekan epigastrium (+), hepatosplenomegali (-)
Perkusi
Timpani diseluruh kuadran abdomen
Ekstremitas
Atas
: Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), RCT < 2 detik.
Bawah
: Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), RCT < 2 detik.
Status Dermatologikus:
1. Regio orbikularis oris :
Makula depigmentasi multipel dengan ukuran lenticular dan numular, bentuk
tidak teratur diskret sirkumskrip.
Gambar 2.1 Regio orbikularis oris tampak makula depigmentasi multipel dengan
ukuran lenticular dan numular, bentuk tidak teratur, diskret dan sirkumskrip. (a) regio
fasialis, (b) regio orbikularis oris
2. Regio orbikularis okuli bagian medial:
Tampak makula depigmentasi bilateral berukuran lentikular, bentuk tidak
teratur, batas tegas
Gambar 2.3 Regio supra orbita tampak makula depigmentasi bilateral berukuran
miliar dan numular, bentuk tidak teratur, batas tegas
D. RESUME
Seorang wanita usia 62 tahun datang ke poliklinik RSIJ Cempaka Putih dengan
keluhan bercak putih pada wajah sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya makula depigmentasi
hanya di sekitar mulut dengan ukuran numular. sejak 1 tahun yang lalu, semakin melebar
dan timbul makula depigmentasi baru pada regio orbikularis okuli bagian medial dan
regio supraorbita. Keluhan yang diderita pasien tidak disertai dengan rasa gatal, nyeri,
baal. Pasien juga menyangkal adanya luka sebelumnya di bercak kulit yang memutih.
Pasien mengatakan belum pernah berobat sebelumnya mengenai keluhan ini.
Pasien belum pernah merasakan keluhan yang sama sebelumnya. Pasien memiliki
Diabetes Militus sejak 10 tahun yang lalu dan terkontrol, penyakit jantung dan penyait
ginjal sejak 4 tahun yang lalu. Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital dan status generalisata dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik status dermatologikus pada Regio orbikularis oris tampak makula
depigmentasi multipel dengan ukuran lentikular dan numular, bentuk tidak teratur diskret
sirkumskrip. Regio orbikularis okuli bagian medial Tampak makula depigmentasi
bilateral berukuran lentikular, bentuk tidak teratur, batas tegas. Regio supra orbita tampak
makula depigmentasi bilateral berukuran miliar dan numular, bentuk tidak teratur, batas
tegas.
E. DIAGNOSIS KERJA
Vitiligo
F. DIAGNOSIS BANDING
Pitiriasis Alba
G. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan histopatologi
H. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa:
o Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.
o Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan tabir surya jika pergi
keluar rumah saat siang hari
o Memberikan informasi kepada pasien untuk bersabar karena pengobatan
yang cukup lama.
Medikamentosa:
o Topikal
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
BAB III
DISKUSI KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja yaitu Vitiligo. Hal ini diperoleh dengan
dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis.
A. Anamnesis :
Seorang wanita usia 62 tahun datang dengan keluhan bercak putih di wajah sejak 2
tahun yang lalu, lama kelamaan bercak putih semakin melebar dan meluas pada
daerah wajah.
Keluhan tersebut tidak disertai gatal maupun baal serta nyeri
Vitiligo adalah kelainan kulit nyang ditandai dengan adanya kegagalan fokal dari
pigmentasi oleh karena adanya penghancuran melanosit yang diperantarai oleh
mekanisme imunologi5
Kelainan kulit pada vitiligo mangalami pelebaran ukuran lesi biasanya dalam
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Makula hipomelanosit merupakan tanda awal
pada area yang sering terpapar sinar matahari, yaitu pada wajah atau pada dorsum
manus. 4
B. Pemeriksaan fisik :
Status generalisata dalam batas normal
Status dermatologikus
o Regio orbikularis oris tampak makula depigmentasi multipel dengan ukuran
lenticular dan numular, bentuk tidak teratur diskret sirkumskrip. Regio
orbikularis okuli bagian medial Tampak makula depigmentasi bilateral
berukuran lentikular, bentuk tidak teratur, batas tegas. Regio supra orbita
tampak makula depigmentasi bilateral berukuran miliar hingga numular,
bentuk tidak teratur, batas tegas.
Pemeriksaan Fisik sesuai dengan teori :
Gejala klinis yang dapat ditemukan satu atau lebih makula berwarna putih seperti
bercak kapur atau susu
bentul bulat atau lonjong dengan batas tegas tanpa ada perubahan epidermis yang
lain.2
Lesi dapat muncul dibagian tubuh mana saja, tapi lebih sering pada tangan, lengan,
kaki dan wajah.2
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Vitiligo adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kegagalan fokal dari
pigmentasi oleh karena adanya penghancuran melanosit yang diperantarai oleh
mekanisme imunologi.5
B. EPIDEMIOLOGI
Vitiligo terjadi di seluruh dunia dengan prevalensi 0,5 1 %. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan kedua jenis kelamin. Pernah dilaporkan bahwa vitiligo yang
terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki, tetapi perbedaan ini dianggap
berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan oleh karena masalah kosmetik.
Vitiligo biasanya mulai terlihat pada saat anak anak dan remaja dengan puncaknya pada
usia 10 30 tahun.1
Vitiligo hampir menyerang 1 dari 4% populasi dunia, termasuk 1-2 juta orang di
Amerika, dan memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup oleh karena efek
psikologi yang dialami oleh penderita vitiligo.8
orang
normal
dapat
dideteksi
dengan
menggunakan
tes
Pada hipotesis ini dijelaskan bahwa adanya bahan campuran yang dilepaskan
di sekitar neuralcrest yang menghambat melanogenesis dan memberikan efek toksik
pada melanosit. Walaupun terkadang vitiligo timbul pada distribusi dermatom dan
secara mikroskopik menunjukknya adanya kelainan pada saraf sekelilingnya,
penelitian terakhir mengenai neuropeptid dan neuronal pada vitiligo menjelaskan
bahwa neuropeptide Y memiliki keterlibatan.4
3. Genetik pada vitiligo
Survey epidemiologi dalam jumlah besar menunjukkan bahwa kebanyakan kasus
vitiligo timbul secara jarang., walaupun sekitar 15%-20% dari pasien memiliki satu
bahkan lebih yang dipengaruhi oleh kerabat tingkat pertama. Pada penelitian
terbanyak mengatakan bahwa genetik pada vitiligo berfokus pada vitiligo generalisata.
Beberapa gen yang terkait dengan fungsi imun, termasuk loci dalam MHC, CTLA4,
PTPN22, IL10, MBL2, dan NALP1 diduga memiliki keterlibatan pada vitiligo
generalisata dalam hubungan genetik. Vitiligo segmental memiliki perbedaan genetik
yang berbeda dari vitiligo generalisata dilihat dari perkembangan dan ketahanan hidup
melanoblast dan melanosit, walaupun hipotesis tersebut masih harus dikonfirmasi
kembali.1
4. Hipotesis pajanan bahan kimiawi
Terdapat beberapa bukti bahwa vitiligo merupakan penyakit yang menyerang
seluruh epidermis kulit, kemungkinan memiliki keterkaitan dengan abnormalitas
biokimia dari melanosit dan keratinosit. Kelainan spesifik dari fungsi dan morfologi
dipantau pada melanosit dan keratinosit vitiligo yang memiliki dasar genetik.
Kelainan bentuk keratinosit dari lesi vitiligo memiliki hubungan pada kerusakan
aktivitas mitokondria, dan memiliki efek pada produksi dari faktor pertumbuhan
melanosit dan sitokin yang mengatur kehidupan melanosit. Pajanan bahan kimiawi
tersebut menekan kadar H2O2 yang memberikan dampak terhadap epidermis, sehingga
menyebabkan berkurangnya sebagian dari enzim antioksidan pada keratinosit dan
melanosit.1
D. DIAGNOSIS
Diagnosis vitiligo ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dari pasien dengan
adanya makula berbatas tegas, chalk-white, bilateral (biasanya simetris), progresif dan
didapat.3
a.
Gambaran klinis
Vitiligo merupakan anomali pigmentasi kulit didapat. Kulit vitiligo menunjukan
gejala depigmentasi dengan bercak putih yang dibatasi oleh warna kulit normal atau
oleh hiperpigmentasi.2 Pada vitiligo, ditemukan makula dengan gambaran seperti
white-milk macules dengan depigmentasi homogen dan batas yang tegas. Memiliki
dasar dari distribusi polimorfik, melebar dan banyak bercak putih.1
kulit keseluruhan
Vitiligo Quadrichrome dikarakteristikkan dengan adanya empat warna
(coklat gelap) pada repigmentasi folikuler. Sering pada pasien dengan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium
Tes laboraturium dapat membantu untuk melihat level TSH, anti-nuclear antibodi
dan jumlah darah. Tes ini juga dapat menentukan serum antitiroglobulin dan antibodi
tyroid peroxidase. Antibodi tyroid peroxidase petanda yang spesifik dan sensitif untuk
gangguan tyroid autoimun.1
2. Pemeriksaan histopatologi.
Biopsi kulit sangat jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis vitiligo.
Biasanya pada pemeriksaan histologi didapati pada area lesi tidak adanya melanosit
pada epidermis dan dermal yang tipis, perivaskular, dan infiltrat limfosit perifolikular
pada batas lesi baru dan lesi aktif, dengan adanya proses cell-mediated immune
menghancurkan melanosit insitu.1
Gambar 4.8 (A) makula depigmentasi dengan distribusi simetris pada batang tubuh dan
ekstremitas. (B) infiltrat yang sangat halus dari limfosit pada epidermis. (C) melanosit
mengalami kerusakan pada epidermis10
3. Pemeriksaan Lampu Wood
DIAGNOSIS BANDING
Pada vitiligo diagnosis banding dapat berupa Pitiriasis Versikolor, Pitiriasis Alba,
Lepra, Piebaldism, skleroderma, Nevus Pigmentous oleh karena memiliki lesi berupa
makula soliter hipopigmentasi, batas tegas, dengan tepi ireguler, ukuran yang sama,
sering timbul pada bayi baru lahir lalu dapat juga dengan Nevus Anemicus karena
memliki lesi pucat hipokromik dengan batas tegas dan tepi ireguler, biasanya soliter
berlokasi di batang tubuh.1
G. PENATALAKSANAAN
Kunci dari terapi vitiligo adalah memfasilitasi populasi ulang dari bercak
depigmentasi pada epidermis dengan mengaktivasi melanosit agar dapat bermigrasi,
bertahan hidup untuk berpopulasi pada kulit yang mengalami depigmentasi, dan
membawa keluar biosintesi dari melanin. 1
Lini
TOPIKAL
Kortikosteroid
FISIKAL
Ultraviolet B
pertam
Kalsinieurin
(gelombang pendek)
inhibitor
Lini
Calcipotriol
kedua
SISTEMIK
BEDAH
sinar Ultraviolet A
Psoralen topikal dan
Kortikosteroid
Cangkok
sinar ultraviolet A
(pulse
Melanosit
Excimer laser
therapy)
transplantasi
1
Terapi Topikal
Terapi dengan steroid topikal memberikan 50-75% repigmentasi dan tidak praktis
dikarenakan membutuhkan untuk mengaplikasikan pada kulit dengan frekuensi yang
sering dan juga membutuhkan waktu setahun atau lebih untuk hasil yang signifikan.
Terapi topikal seperti takrolimus dan calcipotrien juga memberikan hasil yang sama
dengan kortikostertoid topikal.9
1. Kortikosteroid Topikal
Indikasi pada lesi vitiligo yang terbatas dan merupakan terapi lini pertama
pada anak-anak. Respon terbaik didapatkan pada lesi daerah wajah, dan juga baik
untuk lesi pada leher dan ekstrimitas kecuali jari tangan dan kaki. Respon yang
baik terjadi karena pada daerah tersebut permeabilitas kulitnya tinggi, banyak
tersedia melanosit residual, follicular reservoir yang banyak atau melanosit mudah
diperbaiki. Lesi local diterapi dengan fluorinated corticosteroid potensi tinggi
(clobetasol propionate ointment, 0.05%) selama 1-2 bulan kemudian perlahanlahan diturunkan bertahap menjadi kortikosteroid potensi rendah (hydrocortisone
butyrate cream, 0.1%). Lesi yang lebih besar diterapi dengan non-fluorinated
corticosteroid potensi menengah. Waspadai pemakaian steroid topical di sekitar
kelopak mata karena dapat meningkatkan tekanan intraocular yang dapat
menyebabkan glaukoma.1
Monitor respon pengobatan dengan pemeriksaan Woods lamp. Jika tidak ada
respon dalam 3 bulan, terapi dihentikan. Repigmentasi maksimum terjadi 4 bulan
atau lebih (30-40% dalam 6 bulan). Pasien dengan pigmen gelap memiliki respon
yang lebih bagus daripada yang berpigmen terang. Keuntungan terapi ini adalah
kepatuhan yang tinggi dan harga terjangkau. Kekurangannya adalah terjadi
kekambuhan setelah penghentian obat dan efek samping steroid (atrofi kulit,
telangiectasis, striae, dermatitis kontak). Semua pasien terutama anak-anak harus
dimonitor secara ketat terhadap efek samping obat.1
2. Kalsineurin Inhibitor
Salep tacrolimus topical 0,03-0,1% (pimecrolimus ointment 1%) dua kali
sehari efektif menghasilkan repigmentasi vitiligo lesi local terutama pada wajah
dan leher. Lebih efektif jika dikombinasi dengan ultraviolet B (UVB) atau terapi
laser excimer (308 nm). Lebih aman daripada steroid topical pada anak-anak.1
3. Calcipotriol Topikal
Vitamin D analog-Calcipotriol topical 0,005% efektif secara kosmetik pada
beberapa pasien. Dapat dikombinasi dengan kortikosteroid topical pada anak dan
dewasa untuk mempercepat dan stabilitas repigmentasi.1
4. Pseudocatalase
Katalase adalah enzim normal yang ditemukan pada kulit berfungsi untuk
mengurangi kerusakan oleh radikal bebas. Kadarnya rendah pada pasien vitiligo.
Sunscreens
Membantu mencegah terbakarnya kulit karena sinar matahari, mengurangi
photodamage sehingga mencegah fenomena Koebner, dan mengurangi perbedaan
warna kulit normal dengan lesi vitiligo.3
2.
Kosmetik
Penggunaan kosmetik berguna bagi pasien dengan vitiligo focal. Kosmetik
dapat menutupi dan menyamarkan lesi pada wajah, leher, dan tangan.
Keuntungannya harga murah, efek samping sedikit, dan mudah digunakan.3
memakan waktu yang sangat lama. Terapi ini dilakukan kurang lebih 6 bulan
hingga beberapa tahun .4
5. Excimer Laser
Hingga saat ini terapi ini merupakan terapi yang digunakan untuk vitiligo
lokalisata. Terapi ini mirip dengan terapi NB-UVB dengan sedikit efek samping
karena hanya satu lesi yang dilakukan terapi pada satu waktu. Paling efektif jika
diberikan 3 kali seminggu dengan durasi >12 minggu. Dosis awal 50-100 mJ/cm 2.
Hasil paling baik pada daerah wajah.1
Terapi Sistemik
Kortikosteroid sistemik tidak terlalu berguna sebagai terapi untuk mendapatkan
pigmentasi ulang pada Vitiligo. Akan tetapi Kortikosteroid sistemik dapat menekan
aktivitas dari Vitiligo. Dengan dosis 2,5mg/hari dari dexamethason untuk Vitiligo yang
cepat menyebar. Terapi optimal untuk dapat memberhentikan progresi dari Vitiligo
sekitar 3 dan 6 bulan.6
Pembedahan
1. Autologous skin Grafts
Terapi ini merupakan opsi pada Vitiligo yang stabil. Epidermis yang
mengalami depigmentasi termasuk papillary dermis disingkirkan dengan
dermabrasi superficial. Kemudian lapisan dermoepidermal yang sangat tipis yang
Keterlibatan
luas ditanamkan.
lesi VitiligoDapat
pada menangani
kulit
dibiakkan menurut
dermatom
area 6-100cm.1
donor. 11
Terapi Depigmentasi
6. Author : Bilal A, Irfan A : Guidlines for the Management of Vitiligo. In : Journal of Pakistan
Association of Dermatologist : 2014.
7. Anbar T, A Rehab et al : Beyond Vitiligo Guidlines Combined Stratified/Personalized
Approaches for the Vitiligo Patient. In : Wiley Online Library Journal: 2014.
8. Bowcock A, Fernandez M, et al : Targeting Skin Vitiligo and Autoimmunity. In : Journal in
Investigative Dermatology: 2012.
9. Mouzakis A MD, Lie S, et al : Rapid Response of Facial Vitiligo to 308nm Excimer Laser and
Topical Calcipotriene. In : The Journal of Clinical an Aesthetic Dermatology: 2011
10. M.Grant, Jane. Kels. Color Atlas of Dermatopathology. NewYork. Vanderbilt Avenue;2007.
p.16.
11. Majid I : Vitiligo Management an Update. In : BJMP : 2010