Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

A. PENGERTIAN STROKE HEMORAGIK


Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-

klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan


gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah
salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya
yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.
B. ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan
mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.

5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan


penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
3.
4.
5.
6.

fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)


Kolesterol tinggi, obesitas
Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,

dan kadar estrogen tinggi)


7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
C. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat
dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi

kronis

mengakibatkan

perubahan

struktur

dinding

permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.


2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.
Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah
besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah
keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul
nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak
juga

mengakibatkan

perdarahan

subhialoid

pada

retina

dan

penurunan

kesadaran.

Perdarahan

subarakhnoid

dapat

mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme


ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang

berasal

dari

darah

dan

dilepaskan

kedalam

cairan

serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.


Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika
kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral.
Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui
proses

metabolik

anaerob,yang

dapat

menyebabkan

pembuluh darah otak.


Pathway Stroke Hemoragik
D. MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1. Daerah a. serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior

dilatasi

a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai


b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri
media
c. Nyeri talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
E. KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIK
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
F. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan,

tindakan

awal

difokuskan

untuk

menyelematkan

sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan


aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia
(irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan

kecederungan

perdarahan pada fase akut.


b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi

umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik


dapat dipertahankan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.

Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Adapun data yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian awal
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, No RM, dan diagnosa medis.
2. Pengkajian data dasar
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Klien
mengalami stres dan kadang pernah mengalami stroke.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Terjadi secara mendadak dan adanya perubahan

tingkat

kesadaran. Di awali gangguan penglihatan kabur, nyeri kepala,


pusing, lupa ingatan sementara dan kaku leher.
Klien mengeluh adanya perubahan mental emosi yang labil,
mudah marah dan disorientasi. Gangguan berbicara, kesemutan,
tangan terasa lemah dan tidak dapat di gerakkan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga ada yang menderita hipertensi, jantung atau
diabetes mellitus. Kelainan pembuluh darah, seperti artera vehol,
malformasi, asma bronchial dan penyakit paru.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala

Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau


riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan
gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1) Inspeksi
: Bentuk simetris
2) Palpasi
: Tidak adanya massa dan benjolan.
3) Perkusi
: Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4) Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,

suara

jantung I dan II mur-mur atau gallop.


f. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2) Auskultasi
: Bisisng usus agak lemah.
3) Perkusi
: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan
hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot
dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.
4. Data fisik biologis
a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,


kehilangan sensasi atau paralysis.
Tanda : gangguan tonus otot (Flaksid, spastis), paralistik (hemiplegia),
dan terjadi kelemahan umum. Gangguan penglihatan dan tingkat
kesadaran menurun.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial, disritmia, perubahan EKG.
c. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : emosi yang stabil, ketidak siapan untuk marah, sedih, kesulitan
untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria.
e. Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual, muntah, selama fase akut, kehilangan

f.

sensasi, disfagia, adanya riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah.


Tanda : Kesulitan menelan
Neurosensori
Gejala : sinkope / pusing, sakit kepala karena perdarahan intraserebral,
kelemahan, penglihatan kabur, kehilangan daya ingat.
Tanda : status mental kesadaran menurun, penurunan memory, gangguan
pendengaran, kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat klien
ingin menggerakkan (apraksia), ukuran pupil tidak sama dilatasi atau

miosis pupil ipsilateral.


g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda beda (karena
arteri karotis terkena)
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah.
h. Pernapasan
Gejala : Sesak napas (riwayat perokok aktif)
Tanda : ketidak mampuan menelan, batuk, hambatan jalan napas, sulit
i.

bernapas.
Keamanan
Tanda : Motorik / sensorik adalah masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh. Kesulitan untuk
melihat objek dari sisi kanan dan kiri, hilang kewaspadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu mengenai objek. Warna kata, dan
wajah yang pernah di kenalinya. Gangguan merespon terhadap suhu

j.

panas dan dingin


Interaksi sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

5. Data psikologis
Dampak dari masalah terhadap psikologi klien seperti emosi, perasaan,
konsep diri, daya pikir, kreatifitas. Klien mengalami hemiparesis kiri maupun
hemiparesis kiri atau kanan serta mengalami gangguan fisik sehingga klien
mampu memperlihatkan dampak dari masalah fisiknya terhadap psikologis
seperti mudah tersinggung akibat ketidakmampuannya beraktivitas. Takut
karena klein berada pada situasi yang mengancam dimana suatu waktu
maut dapat menjemputnya. Cemas, terjadi sebagai respon dari rasa takut
akan terjadinya kehilangan sesuatu yang bernilai bagi dirinya. Marah, karena
perasaan jengkel, karena berkurangnya kemampuan klien dalam peran di
keluarga dan masyarakat. Mudah lelah, adanya kecenderungan mudah
capek serta, Ingatan berkurang.
6. Data sosial ekonomi
Dampak terhadap sosial : keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Stroke
mungkin dapat dirasakan sebagai masalah besar bagi keluarga, karena
keadaan yang mengancam klien. Hampir semua aktivitas klien dibantu oleh
keluarga.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan TIK
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan

kerusakan

neuromuskular.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot oral dan fasial
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan menelan
5. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman
tentang proses penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan TIK
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan intensive, diharapkan perfusi jaringan
otak dapat tercapai secara optimal dengan

Kriteria hasil : Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan
kejang, pupil isokor, reflek cahaya (+) dan TTV normal.
Intervensi :
a. Kaji dan pantau TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum klien
b. Pantau tingkat kesadaran klien
Rasional : Mengetahui dan mengontrol perubahan kesadaran klien
c. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15 30 dengan letak jantung (beri
bantal tipis)
Rasional : posisi kepala lebih tinggi memudahkan aliran darah ke otak
d. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengedan berlebihan
Rasional : batuk dan mengedan berlebihan akan meningkatkan
tekanan intra kranial
e. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyebab dan
akibat dari peningkatan TIK
Rasional : Menambah pemahaman keluarga klien dan menurunkan
f.

kecemasan yang dialami keluarga.


Ciptakan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membuat klien beristrihat

dengan nyaman.
g. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
Rasional : Obat neoroprotektor
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan intensive, diharapkan mobilisasi klien
mengalami peningkatan dengan
Kriteria hasil : mempertahankan posisi yang optimal, mempertahankan atau
meningkatkan

kekuatan

dan

fungsi

bagian

tubuh

yang

mengalami

hemiparese.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secara fungsional dan luasnya kerusakan awal dengan
teratur.
Rasional : Mengetahui kerusakan yang terjadi pada gangguan mobilitas.
b. Ubah posisi minimal 2 jam sekali miring kanan - miring kiri
Rasional : Mencegah dekubitus
c. Berikan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
secara teratur ROM Range Of Motion.
Rasional : ROM dapat mencegah kontraktur dan kekakuan sendi pada
persendian, serta meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.
d. Berikan posisi yang nyaman, sesekali bantu klien untuk mengembangkan
keseimbangan duduk dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur,
bantu untuk duduk disisi tempat tidur Semi fowler
Rasional : Posisi meninggikan kepala dapat membantu masalah kesulitan
bernapas dan kardiovaskuler.

e. Kolaborasi pemberian obat relaksan otot, antipasmodik sesuai indikasi.


Rasional : obat relaksan otot dapat membantu melenturkan otot otot
yang kaku.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot
oral dan fasial
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
kerusakan komunikasi verbal dapat teratasi, dengan
Kriteria hasil : menerima pesan pesan melalui metode alternatif

seperti

menulis, bahasa isyarat. Meningkatkan kemampuan untuk mengerti, mampu


berbicara dengan jelas.
Intervensi :
a. Kaji tipe disfungsi seperti klien tidak tampak memahami kata atau sulit
berbicara.
Rasional : Mengetahui sejaih mana klien mengalami gangguan bicara
b. Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana seperti buka mata atau
tunjuk pintu dengan kalimat yang sederhana.
:
c. Mintalah klien untuk mengucapkan suara sederhana seperti Ah dan Pus.
Rasional : Melatih klien berbicara agar gangguan bicara klien dapat di
atasi dengan tepat.
d. Berikan metode komunikasi alternatif seperti menulis, berikan petunjuk
visual (gerakan tangan)
Rasional : Komunikasi alternatif dapat mengatasi gangguan bicara klien
sedikit demi sedikit.
e. Konsultasikan dengan ahli terapi bicara
Rasional : Terapi bicara dapat melatih klien untuk melatih gangguan
bicara yang dialami oleh klien.
4. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
atau lendir dijalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan intensive , diharapkan bersihan jalan
napas tidak efektif dapat teratasi, dengan
Kriteria hasil : Klien dapat bernapas dengan normal 16 25 x/m, klien tidak
sesak napas, tidak ada sekret atau lendir.
Intervensi :
a. Kaji pola napas klien
Rasional : Mengetahui pola napas berupa frekuensi pernapasan, bunyi
napas tambahan serta irama pernpasan.
b. Berikan posisi yang nyaman Semi fowler
Rasional : Posisi semi fowler dapat membantu mengatasi kesulitan
bernapas dan membuat klien merasa nyaman.
c. Berikan terapi O2 sesuai indikasi

Rasional : Terapi O2 dapat memenuhi kebutuhan oksigen klien, agar klien


tidak sesak napas.
5. Hipertermi berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah di otak
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan intensive, diharapkan klien tidak
mengalami hipertermi dengan
Kriteria hasil : suhu tubuh 36 37,50 C, tubuh tidak hangat dan tidak
berkeringat.
Intervensi :
a. Kaji Tanda tand vital klien
Rasional : Mengetahui keadaan umum klien
b. Berikan kompres hangat kepada klien
Rasional : Kompres hangat dapat menurunkan demam klien
c. Jika demam tidak turun berikan kompres alkohol pada lipatan tubuh klien
seperti bagian axila klien
Rasional : Kompres alkohol dapat menurunkan suhu tubuh klien.
d. Kolaborasi pemberian obat anti piretik
Rasional : anti piretik dapat menurunkan suhu tubuh klien.
6. Kecemasan keluarga berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan intensive, diharapkan keluarga klien
tidak gelisah, tidak cemas, wajah rileks dan dapat memahami tentang
penyakit serta pengobatan yang dilakukan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan keluarga.
Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan yang di alami oleh keluarga
terdekat seperti istri dan anak.
b. Beri dorongan kepada keluarga terdekat klien untuk mengungkapkan
secara verbal
Rasional : Pengungkapan secara verbal dapat membuat keluarga klien
merasa lega, rileks dan ansietas berkurang.
c. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang pengobatan yang
dilakukan.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga klien
sehingga ansietas berkurang.
d. Sediakan pengalihan melalui tv, musik, game
Rasional: pengalihan dapat mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC ,2002
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2000

Anda mungkin juga menyukai