Pendahuluan
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Getaran merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi seorang tenaga
kerja, bilamana pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat yang dijalankan oleh
mesin baik pada orang yang bekerja di industri maupun mengemudikan kendaraan. Getaran
menyeluruh merupakan getaran yang ditimbulkan oleh suatu mesin yang mengakibatkan atau
berdampak pada seluruh tubuh. Lalu getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi
kendaraan; traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Tangan yang terpajan alat-alat bergetar
secara persisten berhubungan dengan gangguan fungsi dari tangan. Gangguan sirkulasi mikro
di perifer, fenomena Raynaud akibat rasa dingin atau vibration white fingers dan gangguan
neurologi pada susunan saraf perifer dikenal sebagai hand arm vibration syndrome (HAVS).
Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang
sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang
diberikan yaitu hand arm vibration syndrome (HAVS).
Pembahasan
Kasus
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik dengan keluhan kedua tangannya kebas.
Diagnosa atau identifikasi suatu penyakit akibat hubungan kerja yang terjadi pada
suatu populasi pekerja dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan klinis. Pendekatan
Klinis (Individual) ini perlu dilakukan untuk menentukan apakah seseorang menderita
penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaaan atau tidak. Tujuh langkah yang dilakukan adalah:
Diagnosa Klinis
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai
dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
melakukan diagnosis.
Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan
dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.
Keluhan Utama
2
Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat
beserta lamanya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Adakah kesemutan, kaku extremitas, nyeri, demam, batuk, pilek, mual, muntah, diare,
sakit kepala?
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit? Apakah ada riwayat trauma ? Apakah
ada riwayat perdarahan? Apakah penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna,
kardiovaskuler, organ pernafasan dan ginjal).
Obat-obatan
Obat apa yang sedang dikonsumsi pasien? apakah baru-baru ini ada perubahan
penggunaan obat? adakah respons terhadap terapi terdahulu ?
Alergi
Adakah alergi obat atau antigen lingkungan ?
Riwayat Keluarga dan Sosial
Adakah riwayat penyakit dalam keluarga? Apa pekerjaan pasien ? Apakah riwayat
pekerjaan pasien yang sebelumnya? Apakah barang yang diproduksi/dihasilkan?
Bagaimana lingkungan tempat tinggalnya? Apakah rutin dalam olahraga?
Menanyakan aktivitas , makanan sehari-hari dan ekonomi.
Untuk memperoleh anamnesis pekerjaan yang terarah maka pertanyaan harus difokuskan
pada hal-hal yang penting secara sistematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:1
1. Memastikan kemunculan gejala dalam hubungannya dengan pekerjaan;
a. Apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau liburan?
b. Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gejala yang sama di lingkungan
kerja?
2. Pertanyaan kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai yang sekarang, mengenai:
a. Deskripsi lingkungan tempat kerja.
b. Lama bekerja di masing-masing tempat kerja.
3
c.
d.
e.
f.
hari).
3. Pertanyaan spesifik yang ada hubungannya dengan pajanan penyakit akibat kerja:
a. Pernah bekerja dengan alat yang menimbulkan vibrasi?
b. Faktor stres di tempat kerja (jemu, konflik dengan atasan/bawahan/teman
kerja, dan lain-lain)
c. Pernah bertugas di bidang militer
d. Hobi (olahraga, berkebun, melukis, pekerjaan rumah tangga/pertukangan/las)
Hasil Anamnesis:
Bapak X berusia 42 tahun yang bekerja sebagai kurir pengantar obat dari apotik datang
dengan keluhan utama kedua tangan kebas sampai pergelangan tangan ketika mengendarai
motor sejak 3 bulan yang lalu. Motor yang digunakan Bapak X merupakan produksi tahun
2000 dimana ia tidak menggunakan sarung tangan saat berkendara. Gejala membaik apabila
diistirahatkan dan suka mengkibas-kibaskan tangan. Sudah bekerja sejak 12 tahun yang lalu,
sehari bekerja 8 jam, 5 hari dalam seminggu. Bapak X memiliki kerja sampingan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik seperti biasanya hal yang pertama kita lakukan adalah pengukuran
tanda-tanda vital seperti keadaan umum, kesadaran pasien, tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi pernafasan dan suhu.Riwayat penyakit dan pekerjaan merupakan komponen yang
paling penting pada diagnosis HAVS. Pemeriksaan fisik neurologis, tes klinis dan
pemeriksaan laboratorium hanya berguna sebagai penunjang diagnosis klinis.
1. Inspeksi, palpasi, pergerakan
Inspeksi: amati posisi kedua tangan ketika bergerak untuk melihat apakah gerakan
tangan tersebut terjadi secara wajar. Dalam posisi istirahat, jari-jari tangan harus
berada dalam posisi sedikit fleksi dan segaris dengan kedudukan hampir sejajar.
Lakukan ispeksi terhadap permukaan palmaris dan dorsalis pergelangan tangan
dengan seksama untuk menemukan gejala pembengkakan pada persendian tersebut.
Perhatikan setiap deformitas yang terjadi pada pergelangan tangan, tangan dan jarijari tangan disamping memperhatikan pula setiap angulasi dari deviasi radiar atau
ulnar. Amati kontur telapak tangan, yaitu eminesia thenar dan hipothenar. Perhatikan
setiap penebalan pada tendon otot fleksor atau kontraktur fleksi pada jari-jari tangan.
Palpasi: pada pergelangan tangan, lakukan palpasi ujung distal os radius dan ulna
pada permukaan lateral serta medialnya. Lakukan palpasi sulkus pada setiap dorsum
pergelangan tangan pasien dengan menggunakan ibu jari tangan anda sementara jari
tangan yang lain berada di bawahnya. Perhatikan setiap pembengkakan, perabaan
seperti spons, ataupun nyeri tekan yang ada.
Kisaran gerak dan maneuver: kini lakukan pemeriksaan untuk menilai gerakan
pergelangan tangan, jari-jari tangan dan ibu jari tangan. Pada pergelangan tangan,
lakukan tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi dan deviasi ulnar serta radial.
Lakukan pula tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi jarijari tangan. Pada ibu jari tangan, lakukan pemeriksaan untuk menilai gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi.
2. Pemeriksaan Sensitifitas
Pemeriksaan rasa raba, sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas,
kain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau
pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang
simetris. Thigmestisia berarti rasa raba halus. Bila rasa raba ini hilang disebut
thigmanesthesia.
3. Nail Press Test
Dilakukan dengan menekan ujung jari hingga berwarna putih kemudian dilepas,
dilihat berapa lama terjadinya pengisian darah kembali hingga berwarna merah.
Normal <2 detik.
pada distal phalanges, dan skor 5 untuk proksimal phalanges. Skor-skor ini
didapatkan dari pernyataan penderita atau dengan inspeksi pengamat.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan pada kasus ini adalah pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan gula darah sewaktu, pemeriksaan profil lipid. Pemeriksaan gula
darah digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding diabetes melitus. Dan juga
bila perlu pemeriksaan laboratorium seperti faktor rheumatoid, anti nuklear serum
antibodi.1
Pemeriksaan Pencritraan
Penggunaan sinar x pada bagia metakarpal untuk melihat komplikasi osteoartritis
dapa diperlukan. penggunaan dopller, untuk mecatat tekanan darah sistolik dan
pletismografi pada jari-jari sebelum dan selama provokasi dingin serta dengan
pencelupan ke dalam air dingin. sinar x vertebrata sevikalis, tangan dan toraks dapat
digunakan untuk mencari diagnosis banding.1
yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-otot interossea dan fleksor dari
jari-jari.4
Gejala-gejala mengilang, manakala peredaran darah kembali normal. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemanasan tangan dalam air hangat, pemijitan, menupkan udara panas ke
tangan dan menggerak-gerakan tangan secara berputar. Namun pemulihan sepenuhnya
biasanya belum terjadi dan gejala-gejala masih tetap ada, walaupun tenaga kerja tidak langi
mengalami getaran pada tangan dan lengannya.4
Mekanisme fisiologis dari gejala ini belum diketahui sepenuhnya, walaupun
ditemukan pengerutan pembuluh-pembuluh darah nadi tangan. Penyebab terjadinya
pengerutan pembuluh darah masih belum jelas, tetapi hal itu mungkin merupakan akibat
rangsangan kepada reseptor pada dinding nadi. Selain itu, mungkin pula getaran
mempengaruhi susudan saraf otonom tangan.4
Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran pada tangannya
memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tepat sesudah bekerja mengalami getaran
dan suhu kulit tangannya akan naik 1-2 derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.
Orang-orang dengan fenomin Raynaud memperlihatkan suhu tangan yang lebih rendah dan
masa pemulihannya berlangsung normal lebih lama. Demikian pula halnya dengan
menurunnya kekuatan memegang. Gejala-gejala atau tanda-tanda ini dapat digunakan untuk
mencari kasus-kasus tenaga kerja yang telah terkena efek getaran kepada tangan dan lengan
mereka.4
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang
menyebabkan fenomin Raynaud. Nampaknya frekuensi sekitar 30-40Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35Hz. Frekuensi
diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan gejala iritasi saraf, manakala
amplitudo kurang dari 100 um. Adapun frekuensi yang ditimbulkan alat-alat yang
dioperasikan manual berkisar antara 25-150 Hz dengan amplitudo besar mengakibatkan
kerusakan tulang dan persendian.4
Kelainan persendian dan tulang pada pekerja dengan tukul pnematik dan alat-alat
yang getarannnya berfrekuensi rendah adalah fenomin yang mekanismenya berlainan dengan
fenomin Raynaud. Sebab utama kerusakan persendian atau tulang adalah akibat kekerasan
kepada tulang rawan yang dikarenakan oleh getaran. Gejala subjektifnya adalah rasa nyeri
9
dan keterbatasan gerak pada sendi-sendi. Kelainan klinis yang ditemukan mungkin
osteokondrosis dissekans, kerusakan kepala tulang radius dan persendian karpometakarpal
pertama, rangsangan otot beserta perkapuran pada muka depan humerus dan osteoatritis pada
sendi bahu. Juga terjadi pada dekalsifikasi. Namun sendi bahu jarang terganggu dibandingkan
dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan siku.4
Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekasi berfrekuensi rendah adalah tenaga
yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekunsi 30 Hz. Maka terdapat
kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan terhadap fenomin Raynaud
disyaratkan peredam dengan frekuensi yang rendah, sedangkan untuk mencegah efek buruk
pada persendian dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi. Maka dari sudut getaran, dapat
ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo. Tetapi peralatan sering memberika suatu
amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap pada kondisi yang sebaikbaiknya.4
Berdasarkan skenario:
Pekerjaan secara kronologi: pekerjaan sebagai kurir distribusi obat selama 12 tahun.
Periode waktu bekerja: bekerja sehari selama 8 jam dalam 5 hari selama 1 minggu.
Perjalanan ke kantor selama 1-2 jam, kalau macet 2jam.
Kendaran (pajanan) yang digunakan: motor produksi tahun 2000 (kopling). Ini
merupakan pajanan yang bersifat fisik dimana terdapat pajanan vibrasi (getaran) dari
arteri digitalis yang memperdarahi ujung saraf simpatis jari-jari tangan, sehingga bias
menyebabkan pucatnya jari-jari tangan tersebut. Beberapa peneliti seperti Pyyko & Gemma,
Ekenvall dan Okada melaporkan bahwa pajanan vibrasi untuk jangka waktu yang lama pada
lengan/tangan tidak mengakibatkan terjadinya spasme pembuluh darah, melainkan
menyebabkan penebalan lapisan intima dan fibrosis periartrial yang akan mengakibatkan
a.digitalis menyempit dan akhirnya tersumbat. Gambaran histologis ini meyakinkan
pengamatan secara klinis bahwa bertambah lamanya pajanan vibrasi bukan lagi dalam bentuk
makin bertambah lamanya episode memucatnya ujung-ujung jari, tetapi sianosis pada jari-jari
tersebut makin lama makin menjadi berat, sirkulasi darah dan asupan nutrisi yang buruk,
yang pada akhirnya menyebabkan ulserasi pada jari-jari tersebut. Peneliti lain melaporkan
bahwa pajanan vibrasi yang lama akan mengakibatkna terjadinya neuropati akibat kerusakan
mekanoreseptor pada ujung-ujung saraf tepi, kehilangan pembungkus mielin dan kerusakan
akson terutama pada n.medianus dan n.ulnaris disekitar pergelangan tangan. Terjadinya
gangguan pada saraf-saraf tepi di lengan dan tangan akan menyulitkan untuk membedakan
dengan kasus repetitive strain injury, apalagi kedua kelainan ini dapat pula terjadi secara
bersamaan.1
Jumlah Pajanan
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang
menyebabkan fenomin Raynaud. Nampaknya frekuensi sekitar 30-40Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35Hz. Frekuensi
di atas 160Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan gejala iritasi syaraf,
manakala amplitude (simpang getar) kurang dari 100m. Getaran mekanis dengan frekuensi
rendah dan amplitude besar mengakibatkan kerusakan tulang dan persendian.4
Nilai ambang batas menurut Peraturan Menteri No. PER.13/MEN/X/2011, getaran
mekanis untuk pemaparan tangan lengan dengan parameter percepatan pada sumbu yang
dominan adalah 4 meter/detik atau 0,40 gravitasi g (SNI 16-7063-2004). Dalam hal
intensitas getaran mekanis tangan-lengan melebihi NABnya, dapat dilakukan upaya
pengendalian dengan mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan
getaran mekanis pada tangan-lengan.4
Tabel 1. Pengendalian waktu pemaparan1
11
Nilai percepatan
Nilai percepatan (g
kerja (jam)
(meter/detik)
meter/detik)
4<8 jam
0,40
2-<4 jam
0,61
1-<2 jam
0,81
<1 jam
12
1,22
*Total waktu vibrasi yang dirasakan tangan per hari, baik secara terus-menerus maupun
intermiten. Biasanya satu sumbu vibrasi lebih dominan dari dua sumbu yang lain. Jika satu
atau dua sumbu vibrasi melebihi total paparan/hari maka NBL juga bertambah tinggi
nilainya.
Ket: g S = 9,81 m/s2 (meter/detik2).
Faktor individu
Pada skenario kasus HAVS, faktor individu tidak terlalu banyak berpengaruh karena
HAVS disebabkan oleh faktor pajanan fisik getaran (vibrasi). Pada skenario tidak diketahui
riwayat atopi/alergi pasien, riwayat dalam keluarga dan hiegene perorangan.
Hobi/kebiasaan
Diagnosis Okupasi
Setelah melihat langkah diatas ditemukan bahwa pasien laki-laki berusia 42 tahun
mengalami Hand Arm Vibration Syndrome akibat kerja.
Derajat
Deskripsi
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
Komponen
sensorineural
1SN
2SN
3SN
disengat (tingling).
Selang-seling atau terus-menerus tanpa
sensasi fisik atau rasa/ kaku pada jari,
4SN
*Stadium dibuat untuk masing-masing tangan kanan/kiri. Pencatatan klasifikasi harus menyertakan
stadium dan jumlah jari yang terserang dari masing-masing tangan (mis., stadium/ tangan ka(ki)/
no.jari).
Diagnosis Banding
Fenomena Raynaud
13
Kawasan sensorik n.medianus bervariasi terutama pada permukaan volar. Dan pola itu
sesuai dengan variasi antara tiga jaricdampai 4 jari kawasan radial telapak tangan. Pada
permukaan dorsum manus, kawasan sensorik n.medianus bervariasi antar 2 sampai 3 falang
distal jari ke dua. Ketiga dan keempat. Diterowongan karpal n.medianus sering terjepit,
sehingga menghasilkan kesemutan yang mneyakiti juga. Itulah parastesia atau hiperestesia
carpa tunner syndrome. Karena kerja tangan terlaku keras , n medianus mengalami iritasi di
dekat kaput m.pronator teres. Karena itu, maka nyeri terasa dilipatan siku itu meluas ke
kawasan n.medianus ditangan bila mana kaput m.pronator teres ditekan.6
Diagnosis banding HAVS yang paling sulit adalah repetitive strain injury, yaitu pada
kasus carpal-turnel syndrome. Pada kejadian ini, akibat kompresi n.medianus di pergelangan
tangan yang megakibatkan timbulnya gangguan saraf tepi di jempol, telunjuk, dan jari
tengah, serta jari manis, disertai rasa nyeri di pergelangan tangan. Untuk membedakan
kedua konsisi ini, pelu dilakukan evaluasi anatomi, fisiologi, riwayat penyakit dan riwayt
pekerjaan serta keterlibatan n.medianus/n.ulnaris.
Tatalaksana
Pengendalian teknik terhadap HAVS dititikberatkan pada desain alat bantu genggam
dan eliminasi vibrasi. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan HAVS yang tepat.1
1. Pengobatan terutama bersifat paliatif . fisioterapi dalam bentuk termoterapi paraffin
bath, inframerah, dan terapi frekuensi rendah sering digunakan di Jepang.
2. Tindakan pembedahan dalam bentuk simpatektomi blokade gangglion cervical dan
pembebasan saraf tepi yang terjepit, dulu sering digunakan tetapi hasilnya kurang
memuaskan.
3. Medika mentosa dengn menngunakan preparat kalsium antagonis sebagai vasodilator,
kemoterapi untuk mengurangi adhesi dan agregasi sel-sel pembeku (trombosit), serta
dengan preparat untuk mengurangi vsikositas darah dan pembentukan emboli.
Pada kasus HAVS stadium 1 dan awal stadium 2 sebaiknya dilakukan tindakan
paliatif yaitu disarankan menghindari tempat-tempat dingin dan pajanan dingin secara
langsung pada tangan yang sakit, berolahraga untuk memulihkan aliran darah, serta
mengurangi pajanan vibrasi yang memenuhi standar NBL (dalam hal intensitas maupun
waktu). Pada HAVS stadium 2, pajanan vibrasi harus benar benar dihindarkan. Jika penderita
15
terpaksa tidak dapat menghindari pajanan vibrasi perlu dipertimbangkan untuk vasodilator
secara terbatas, seperti nifedipine. Oleh karena stadium awal dari HAVS bersifat sementara,
maka pemantauan medis yang rutin terhadap populasi yang terpajan vibrasi disuatu tempat
kerja harus senantiasa dilaksanakan, sehingga tanda-tanda kelainan dini dapat diditeksi.1
Pencegahan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya/bertambah beratnya HAVS perlu
diperhatikan pada pelaksanaan tindakan pencegahan yaitu :1
1. Tindakan vibrasi atau intensitas dan frekuensinya. Frekuensi yang berbahaya adalah
30-300 Hz.
2. Lamanya pajanan. Ada korelasi yang positif antara beratnya kerusakan dalan lamanya
pajanan.
3. Vibrasi yang terus menerus akan mempercepat timbulnya HAVS. Perlu diberikan
waktu istirahat selama 20 menit setiap pajanan vibrasi yang terus menerus.
4. Bertambah kerasnya kekuatan untuk menggenggam alat, maka semakin banyak energi
yang ditransfer ke tangan dengan resiko kerusakan pada arteri, nervus, persendian dan
otot.
5. Pengurangan berat dari alat-alat yang menimbulkan vibrasi, akan mengurangi kerja
yang berlebihan pada persendia siku, bahu. Tetapi energi yang ditransfer ke tangan
akan bertambah.
6. Sarung tangan berguna sebagai pelindung terhadap bahaya kerja vibrasi, tetapi kurang
kuat untuk memegang peralatan.
7. Kerentanan individu.
8. Pengendalian dan Pengobatan
16
Semakin jauh jarak seseorang dari sumber getaran akan semakin kecil intensitas yang
diterima orang tersebut, tetapi berbeda dengan faktor fisik lainnya dimana jarak
pemaparan bisa diatur tetapi pada sumber getaran sulit untuk dipraktekkan karena
pada umumnya selalu kontak dengan sumber getaran dengan bagian tubuh dalam
mengoperasikan alat alat kerja tersebut.
3. Waktu pemaparan
Energi yang dipindahkan oleh suatu getaran tergantung pada lama pemaparan.
Semakin panjang/lama waktu pemaparan akan semakin banyak energi yang
dipindahkan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit akibat getaran
terhadap pekerja maka ILO tahun 1978 dalam Ada menganjurkan waktu pemaparan
tidak lebih dari 2 jam.
4. Alat Pelindung Diri (APD)
Peredam umumnya digunakan bahan bahan yang kenyal antara lain : karet, karet
busa, plastik busa, wool.
Kesimpulan
Upaya paling utama untuk memperbaki kesehatan akibat HAVS adalah melakukan
pencegahan. Tingkat pemajanan getaran dari alat-alat yang digunakan pekerja harus serendah
mungkin. Setelah melihat dan memahami pembahasan diatas pada akhirnya kita menmeukan
satu diagnosis yaitu Hand Arm Vibration Syndrome atau biasa disingkat HAVS. Peran kita
sebagai dokter okupasi adalah tidak hanya sekedar menyembuhkan namun harus mencari apa
penyebab dari kejadian tersebut, adakah hubungannya dengan pekerjaan atau tidak.
Penentuan diagnosis penyakit kerja sangatlah penting karena ini berhubungan dengan
perusahaan tempat pasien tersebut bekerja dan pasien sendiri berkenaan dengan masalah
biaya itu sendiri. Oleh karena itu sebagai dokter okupasi yang baik kita dimampukan untuk
menegakan diagnosa secara tepat dengan mengetahui metoda yang telah ada kemudia
mencegah timbulnya penyakit-penyakit akibat kerja yang lain agar tercipta produktivitas
tenaka kerja yang baik.
17
Daftar Pustaka
1. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.16-9, 150, 238-44.
2. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2012.h.332.
3. Gardiner K, Harrington JM. Occupational hygiene. 3rd ed. USA: Blackwell Publishing
Ltd; 2005.p.254-5.
4. Sumamur. Higiene perusahan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: Sagung Seto;
2009.h.195-9.
5. Creager MA, Dzau VJ. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.1280-1.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat;
2012.h.108-9.
18