Anda di halaman 1dari 18

Hand Arm Vibration Syndrome

Fendy Frans Elya Cohen Manalu (kelompok C2)


NIM : 10.2011.154
Email : Franseliacohen@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat
No. Telp : (021)56942061

Pendahuluan
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Getaran merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi seorang tenaga
kerja, bilamana pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat yang dijalankan oleh
mesin baik pada orang yang bekerja di industri maupun mengemudikan kendaraan. Getaran
menyeluruh merupakan getaran yang ditimbulkan oleh suatu mesin yang mengakibatkan atau
berdampak pada seluruh tubuh. Lalu getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi
kendaraan; traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Tangan yang terpajan alat-alat bergetar
secara persisten berhubungan dengan gangguan fungsi dari tangan. Gangguan sirkulasi mikro
di perifer, fenomena Raynaud akibat rasa dingin atau vibration white fingers dan gangguan
neurologi pada susunan saraf perifer dikenal sebagai hand arm vibration syndrome (HAVS).
Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang
sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang
diberikan yaitu hand arm vibration syndrome (HAVS).

Pembahasan
Kasus
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik dengan keluhan kedua tangannya kebas.
Diagnosa atau identifikasi suatu penyakit akibat hubungan kerja yang terjadi pada
suatu populasi pekerja dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan klinis. Pendekatan
Klinis (Individual) ini perlu dilakukan untuk menentukan apakah seseorang menderita
penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaaan atau tidak. Tujuh langkah yang dilakukan adalah:

Menentukan diagnosis klinis


Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit
Menentukan apakah pajanan cukup besar
Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan
Menetukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Menentukan diagnosis penyakit akibat hubungan kerja

Diagnosa Klinis
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai
dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
melakukan diagnosis.
Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan
dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.
Keluhan Utama
2

Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat
beserta lamanya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Adakah kesemutan, kaku extremitas, nyeri, demam, batuk, pilek, mual, muntah, diare,
sakit kepala?
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit? Apakah ada riwayat trauma ? Apakah
ada riwayat perdarahan? Apakah penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna,
kardiovaskuler, organ pernafasan dan ginjal).
Obat-obatan
Obat apa yang sedang dikonsumsi pasien? apakah baru-baru ini ada perubahan
penggunaan obat? adakah respons terhadap terapi terdahulu ?
Alergi
Adakah alergi obat atau antigen lingkungan ?
Riwayat Keluarga dan Sosial
Adakah riwayat penyakit dalam keluarga? Apa pekerjaan pasien ? Apakah riwayat
pekerjaan pasien yang sebelumnya? Apakah barang yang diproduksi/dihasilkan?
Bagaimana lingkungan tempat tinggalnya? Apakah rutin dalam olahraga?
Menanyakan aktivitas , makanan sehari-hari dan ekonomi.
Untuk memperoleh anamnesis pekerjaan yang terarah maka pertanyaan harus difokuskan
pada hal-hal yang penting secara sistematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:1
1. Memastikan kemunculan gejala dalam hubungannya dengan pekerjaan;
a. Apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau liburan?
b. Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gejala yang sama di lingkungan
kerja?
2. Pertanyaan kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai yang sekarang, mengenai:
a. Deskripsi lingkungan tempat kerja.
b. Lama bekerja di masing-masing tempat kerja.
3

c.
d.
e.
f.

Deskripsi tugas dan jadwal waktu kerja/ shift.


Jumlah hari absen dan alasannya.
Penggunaan alat perlindungan diri.
Adanya pekerjaan lain disamping pekerjaan utama (misalnya kerja malam

hari).
3. Pertanyaan spesifik yang ada hubungannya dengan pajanan penyakit akibat kerja:
a. Pernah bekerja dengan alat yang menimbulkan vibrasi?
b. Faktor stres di tempat kerja (jemu, konflik dengan atasan/bawahan/teman
kerja, dan lain-lain)
c. Pernah bertugas di bidang militer
d. Hobi (olahraga, berkebun, melukis, pekerjaan rumah tangga/pertukangan/las)

Hasil Anamnesis:
Bapak X berusia 42 tahun yang bekerja sebagai kurir pengantar obat dari apotik datang
dengan keluhan utama kedua tangan kebas sampai pergelangan tangan ketika mengendarai
motor sejak 3 bulan yang lalu. Motor yang digunakan Bapak X merupakan produksi tahun
2000 dimana ia tidak menggunakan sarung tangan saat berkendara. Gejala membaik apabila
diistirahatkan dan suka mengkibas-kibaskan tangan. Sudah bekerja sejak 12 tahun yang lalu,
sehari bekerja 8 jam, 5 hari dalam seminggu. Bapak X memiliki kerja sampingan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik seperti biasanya hal yang pertama kita lakukan adalah pengukuran
tanda-tanda vital seperti keadaan umum, kesadaran pasien, tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi pernafasan dan suhu.Riwayat penyakit dan pekerjaan merupakan komponen yang
paling penting pada diagnosis HAVS. Pemeriksaan fisik neurologis, tes klinis dan
pemeriksaan laboratorium hanya berguna sebagai penunjang diagnosis klinis.
1. Inspeksi, palpasi, pergerakan
Inspeksi: amati posisi kedua tangan ketika bergerak untuk melihat apakah gerakan
tangan tersebut terjadi secara wajar. Dalam posisi istirahat, jari-jari tangan harus
berada dalam posisi sedikit fleksi dan segaris dengan kedudukan hampir sejajar.
Lakukan ispeksi terhadap permukaan palmaris dan dorsalis pergelangan tangan
dengan seksama untuk menemukan gejala pembengkakan pada persendian tersebut.
Perhatikan setiap deformitas yang terjadi pada pergelangan tangan, tangan dan jarijari tangan disamping memperhatikan pula setiap angulasi dari deviasi radiar atau

ulnar. Amati kontur telapak tangan, yaitu eminesia thenar dan hipothenar. Perhatikan
setiap penebalan pada tendon otot fleksor atau kontraktur fleksi pada jari-jari tangan.
Palpasi: pada pergelangan tangan, lakukan palpasi ujung distal os radius dan ulna
pada permukaan lateral serta medialnya. Lakukan palpasi sulkus pada setiap dorsum
pergelangan tangan pasien dengan menggunakan ibu jari tangan anda sementara jari
tangan yang lain berada di bawahnya. Perhatikan setiap pembengkakan, perabaan
seperti spons, ataupun nyeri tekan yang ada.
Kisaran gerak dan maneuver: kini lakukan pemeriksaan untuk menilai gerakan
pergelangan tangan, jari-jari tangan dan ibu jari tangan. Pada pergelangan tangan,
lakukan tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi dan deviasi ulnar serta radial.
Lakukan pula tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi jarijari tangan. Pada ibu jari tangan, lakukan pemeriksaan untuk menilai gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi.
2. Pemeriksaan Sensitifitas
Pemeriksaan rasa raba, sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas,
kain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau
pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang
simetris. Thigmestisia berarti rasa raba halus. Bila rasa raba ini hilang disebut
thigmanesthesia.
3. Nail Press Test
Dilakukan dengan menekan ujung jari hingga berwarna putih kemudian dilepas,
dilihat berapa lama terjadinya pengisian darah kembali hingga berwarna merah.
Normal <2 detik.

Gambar 1. Nail Press Test2


4. Grasping Power (kekuatan menggenggam)
Dilihat apakah terdapat penurunan kekuatan dalam menggenggam atau tidak.
5. Tes Rasa Suhu
Dengan menggunakan tabung reaksi yang berisi air dingin dan panas.
6. Score Griffins
Prosedur numerikal untuk area jari yang memucat dikenal sebagai sistem skoring.
Pada area jari-jari, skor 1 diberikan bila adanya pemucatan pada distal phalanges, skor
2 pada medial phalanges, dan skor 3 pada proksimal phalanges. Pada ibu jari, skor 4
5

pada distal phalanges, dan skor 5 untuk proksimal phalanges. Skor-skor ini
didapatkan dari pernyataan penderita atau dengan inspeksi pengamat.

Gambar 2. Metode skoring area jari yang memucat 3


7. Tes Allen
Tes ini juga berguna untuk memastikan patensi arteri ulnaris sebelum melakukan
pungsi arteri radialis guna mengambil sampe darah. Pasien harus duduk dengan kedua
belah tangannya diletakan diatas pangkuannya sementara teapak tangan menghadap
keatas. Minta pasien untuk mengepalkan salah satu tangannya kuat-kuat, kemudian
lakukan penekanan yang kuat pada arteri radialis dan ulnaris dengan menggunakan
kedua ibu jari dan jari-jari tangan anda. Selanjutnya, minta pasien untuk membuka
tangannya dan membiarkannya dalam posisi yang rileks serta sedikit fleksi. Telapak
tangan akan terlihat pucat. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris. Jika arteri ulnarisnya
paten, telapak tangan akan tampak merah kembali dalam waktu sekitar 3 hingga 5
detik. Patensi arteri radialis dapat diperiksa dengan melepaskan tekanan pada arteri
radialis sementara tekanan pada arteri ulnaris tetap dipertahankan.
8. Tes Phalen
Pertahankan sendi pergelangan tangan pasien dalam posisi fleksi tegak lurus selama
60 detik. Sebagai alternatif lain, minta pasien untuk saling menekankan kedua
punggung tangan hingga terbentuk sudut tegak lurus. Manuver ini akan menimbulkan
kompresi pada nerus medianus. Jika patirasa dan kesemutan terjadi di daerah
distribusi nervus medianus (misalnya permukaan palmaris ibu jari tangan dan jari
telunjuk, jari tengah, serta sebagian jari manis), tanda tersebut adalah positif dan hasil
tes phalen yang positif menunjukan sindrom carpal tunnel.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dibagi menjadi 2 bagian yaitu pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan pencritraan.
6

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan pada kasus ini adalah pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan gula darah sewaktu, pemeriksaan profil lipid. Pemeriksaan gula
darah digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding diabetes melitus. Dan juga
bila perlu pemeriksaan laboratorium seperti faktor rheumatoid, anti nuklear serum

antibodi.1
Pemeriksaan Pencritraan
Penggunaan sinar x pada bagia metakarpal untuk melihat komplikasi osteoartritis
dapa diperlukan. penggunaan dopller, untuk mecatat tekanan darah sistolik dan
pletismografi pada jari-jari sebelum dan selama provokasi dingin serta dengan
pencelupan ke dalam air dingin. sinar x vertebrata sevikalis, tangan dan toraks dapat
digunakan untuk mencari diagnosis banding.1

Pajanan yang dialami


Seperti yang sudah dijelaskan penyebab HAVS oleh karena paparan getaran. Getaran
merupakan salah satu dari ke lima pajanan yaitu pajanan fisik.
Getaran Mekanis Tangan-Lengan
Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan getaran
mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan lingkungan diperusahaan. Selama
pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya sekalo atau kadang-kadang saja atau
jarang, sedangkan getarannya tidak seberapa, peralatan seperti itu boleh dikatakan tidak
mendatangkan gangguan kesehatan atau kecelakaan. Tetapi perkerjaan dalam berbagai
industri manufaktur, perkebunan, kehutanan, kontruksi dan pertambangan, secara terus
menerus menggunakan mesin atau alat bergetar. Dalam pertambangan, alat demikian adalah
tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor, yang dinegara maju telah diganti mesin. Di
pabrik baja dan pengecoran logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan
menggerida dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis sering diganti dengan
mesin kempa, yang beroperasi secra otomatis. Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji
mesin yang menimbulkan getaran tangan lengan kepada operatornya. Demikian pula mesin
pengeras jalan yang digunakan pada pekerjaan kontruksi dan pemeliharaan jalan.4
Dua gejala utama ditemukan sehubungan dengan pengaruh getaran mekanis kepada tangan
lengan tersebut sebagai berikut:4
a. Kelainan pada peredaran darah dan persarafan;
7

b. Kerusakan pada persendian dan tulang.


Gejala kelainan peredaran darah dan persarafan sangat mirip dengan fenomin
Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru yang terjadi berulang-ulang pada tangan dengan mulai
tampak pada saat tenaga kerja berada pada lingkungan kerja dengan suhu udara dingin, tanpa
adanya secara klinis penyumbatan pembuluh darah tetapi serta kelainan gizi dan bila kelainan
itu ada, hanya terbatas pada kelainan kuli saja. Gejala pertama fenomin tersebut adalah
memucat dan menjadi kakunya ujung-ujung jari yang dialami berulang kali secara tidak
teratur, tetapi sering kali pada tenaga kerja bekerja di suhu dingin. Mula-mula gejala
dirasakan pada sebelah tangan, tapi dapat kemudian meluas kepada kedua tangan secara
asimetris serta gejala menjadi semakin parah. Gejala datang hilang. Lamanya gejala
berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam dengan tingkat yang berbeda dalam
hal rasa sakit, kehilangan daya pegang dan menurunnya kemampuan mengendalikan otot.
Pada saat antara dua peristiwa terjadinya gejala, kadang-kadang terdapat keluhan subyektif,
walaupun tangan terlihat normal, yaitu hangan dan kelihatan biasa tanpa adanya kelainan.4
Frekuensi terjadinya dan tingkat beratnya gangguan vasomotor yang telah diuraikan
tersebut biasanya mencapai tingkat paling parah sesudah beberapa tahun sejak timbulnya
gejala pertama. Masa laten bagi terjadinya gejala pertama sangat berbeda dari satu minggu
sampai 20 tahun, dengan rata-rata 3-4 tahun. Masa laten dimaksud nampaknya tidak
tergantung pada usia. Warna kulit tangan yang kebiru-biruan tidak ada kaitannya dengan
tingkat sakit, kadang-kadang sianosis dapat terjadi pada tahap permulaan sakit, namun
kadang-kadang baru timbul sesudah efek getaran berada pada fase yang lanjut. Menarik pula
bahwa tenaga kerja berusia muda lebih sering memperlihatkan tanda sianosis daripada orang
tua.4
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran tangan lengan
masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin atau alat yang bergetar.
Namun pada berbagai hal, kelainan yang disebabkan getaran tangan lengan keadaannya
memburuk sekali sehingga kapasitas kerja sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus
berhentu dari pekerjaannya. Dari sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang
pentingnya dibandingkan dengan hilangnya perasaan tangan yng tidak dapat digunakan lagi
sebagai mestinya. Hal ini benar terutama bagi tenaga kerja yang bekerja dengan tangan kanan
dan emmerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan alat kecil yang berputar. Otot-otot

yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-otot interossea dan fleksor dari
jari-jari.4
Gejala-gejala mengilang, manakala peredaran darah kembali normal. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemanasan tangan dalam air hangat, pemijitan, menupkan udara panas ke
tangan dan menggerak-gerakan tangan secara berputar. Namun pemulihan sepenuhnya
biasanya belum terjadi dan gejala-gejala masih tetap ada, walaupun tenaga kerja tidak langi
mengalami getaran pada tangan dan lengannya.4
Mekanisme fisiologis dari gejala ini belum diketahui sepenuhnya, walaupun
ditemukan pengerutan pembuluh-pembuluh darah nadi tangan. Penyebab terjadinya
pengerutan pembuluh darah masih belum jelas, tetapi hal itu mungkin merupakan akibat
rangsangan kepada reseptor pada dinding nadi. Selain itu, mungkin pula getaran
mempengaruhi susudan saraf otonom tangan.4
Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran pada tangannya
memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tepat sesudah bekerja mengalami getaran
dan suhu kulit tangannya akan naik 1-2 derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.
Orang-orang dengan fenomin Raynaud memperlihatkan suhu tangan yang lebih rendah dan
masa pemulihannya berlangsung normal lebih lama. Demikian pula halnya dengan
menurunnya kekuatan memegang. Gejala-gejala atau tanda-tanda ini dapat digunakan untuk
mencari kasus-kasus tenaga kerja yang telah terkena efek getaran kepada tangan dan lengan
mereka.4
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang
menyebabkan fenomin Raynaud. Nampaknya frekuensi sekitar 30-40Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35Hz. Frekuensi
diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan gejala iritasi saraf, manakala
amplitudo kurang dari 100 um. Adapun frekuensi yang ditimbulkan alat-alat yang
dioperasikan manual berkisar antara 25-150 Hz dengan amplitudo besar mengakibatkan
kerusakan tulang dan persendian.4
Kelainan persendian dan tulang pada pekerja dengan tukul pnematik dan alat-alat
yang getarannnya berfrekuensi rendah adalah fenomin yang mekanismenya berlainan dengan
fenomin Raynaud. Sebab utama kerusakan persendian atau tulang adalah akibat kekerasan
kepada tulang rawan yang dikarenakan oleh getaran. Gejala subjektifnya adalah rasa nyeri
9

dan keterbatasan gerak pada sendi-sendi. Kelainan klinis yang ditemukan mungkin
osteokondrosis dissekans, kerusakan kepala tulang radius dan persendian karpometakarpal
pertama, rangsangan otot beserta perkapuran pada muka depan humerus dan osteoatritis pada
sendi bahu. Juga terjadi pada dekalsifikasi. Namun sendi bahu jarang terganggu dibandingkan
dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan siku.4
Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekasi berfrekuensi rendah adalah tenaga
yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekunsi 30 Hz. Maka terdapat
kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan terhadap fenomin Raynaud
disyaratkan peredam dengan frekuensi yang rendah, sedangkan untuk mencegah efek buruk
pada persendian dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi. Maka dari sudut getaran, dapat
ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo. Tetapi peralatan sering memberika suatu
amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap pada kondisi yang sebaikbaiknya.4
Berdasarkan skenario:

Pekerjaan secara kronologi: pekerjaan sebagai kurir distribusi obat selama 12 tahun.
Periode waktu bekerja: bekerja sehari selama 8 jam dalam 5 hari selama 1 minggu.
Perjalanan ke kantor selama 1-2 jam, kalau macet 2jam.
Kendaran (pajanan) yang digunakan: motor produksi tahun 2000 (kopling). Ini
merupakan pajanan yang bersifat fisik dimana terdapat pajanan vibrasi (getaran) dari

motor yang telah di keluarkan dari tahun 2000.


Cara bekerja: mengendarai motor mengantarkan obat.

Hubungan Pajanan dengan Gejala Klinis


Hand arm Vibration syndrome merupakan fenomena kompleks dan patofisologinya
masih belum diketahui secara pasti, umumnya diduga akibat kerusakan saraf tepi dan lapisan
otot-otot halus pembuluh darah tangan. Sindroma ini ditandai dengan memucatnya ujungujung jari, tangan yang disertai dengan rasa kesemuran dan baal/ matirasa akibat penggunaan
alat bantu genggam yang menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama. Prevalensi
sindrom ini disektor industri penggergajian kayu berkisar 40-90% pada operator gergaji
listrik di Australia, Jepang, Selandia baru.
Sampai saat ini, etiologi HAVS belum dapat dijelaskan dengan memuaskan, dulu
diduga rasa dingin yang hebat atau vibrasi dibagian tangan akan mengakibatkan spasme di
10

arteri digitalis yang memperdarahi ujung saraf simpatis jari-jari tangan, sehingga bias
menyebabkan pucatnya jari-jari tangan tersebut. Beberapa peneliti seperti Pyyko & Gemma,
Ekenvall dan Okada melaporkan bahwa pajanan vibrasi untuk jangka waktu yang lama pada
lengan/tangan tidak mengakibatkan terjadinya spasme pembuluh darah, melainkan
menyebabkan penebalan lapisan intima dan fibrosis periartrial yang akan mengakibatkan
a.digitalis menyempit dan akhirnya tersumbat. Gambaran histologis ini meyakinkan
pengamatan secara klinis bahwa bertambah lamanya pajanan vibrasi bukan lagi dalam bentuk
makin bertambah lamanya episode memucatnya ujung-ujung jari, tetapi sianosis pada jari-jari
tersebut makin lama makin menjadi berat, sirkulasi darah dan asupan nutrisi yang buruk,
yang pada akhirnya menyebabkan ulserasi pada jari-jari tersebut. Peneliti lain melaporkan
bahwa pajanan vibrasi yang lama akan mengakibatkna terjadinya neuropati akibat kerusakan
mekanoreseptor pada ujung-ujung saraf tepi, kehilangan pembungkus mielin dan kerusakan
akson terutama pada n.medianus dan n.ulnaris disekitar pergelangan tangan. Terjadinya
gangguan pada saraf-saraf tepi di lengan dan tangan akan menyulitkan untuk membedakan
dengan kasus repetitive strain injury, apalagi kedua kelainan ini dapat pula terjadi secara
bersamaan.1

Jumlah Pajanan
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang
menyebabkan fenomin Raynaud. Nampaknya frekuensi sekitar 30-40Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35Hz. Frekuensi
di atas 160Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan gejala iritasi syaraf,
manakala amplitude (simpang getar) kurang dari 100m. Getaran mekanis dengan frekuensi
rendah dan amplitude besar mengakibatkan kerusakan tulang dan persendian.4
Nilai ambang batas menurut Peraturan Menteri No. PER.13/MEN/X/2011, getaran
mekanis untuk pemaparan tangan lengan dengan parameter percepatan pada sumbu yang
dominan adalah 4 meter/detik atau 0,40 gravitasi g (SNI 16-7063-2004). Dalam hal
intensitas getaran mekanis tangan-lengan melebihi NABnya, dapat dilakukan upaya
pengendalian dengan mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan
getaran mekanis pada tangan-lengan.4
Tabel 1. Pengendalian waktu pemaparan1

11

Waktu pemaparan per hari

Nilai percepatan

Nilai percepatan (g

kerja (jam)

(meter/detik)

meter/detik)

4<8 jam

0,40

2-<4 jam

0,61

1-<2 jam

0,81

<1 jam
12
1,22
*Total waktu vibrasi yang dirasakan tangan per hari, baik secara terus-menerus maupun
intermiten. Biasanya satu sumbu vibrasi lebih dominan dari dua sumbu yang lain. Jika satu
atau dua sumbu vibrasi melebihi total paparan/hari maka NBL juga bertambah tinggi
nilainya.
Ket: g S = 9,81 m/s2 (meter/detik2).

Faktor individu
Pada skenario kasus HAVS, faktor individu tidak terlalu banyak berpengaruh karena
HAVS disebabkan oleh faktor pajanan fisik getaran (vibrasi). Pada skenario tidak diketahui
riwayat atopi/alergi pasien, riwayat dalam keluarga dan hiegene perorangan.

Status kesehatan fisik


Status kesehatan mental
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit keluarga
Higiene peorangan

: tidak ada riwayat alergi, kebiasaan berolahraga


: tidak diketahui
: tidak ada riwayat penyakit serupa dan penyakit kronis
: tidak ada riwayat penyakit serupa penyakit kronis
: tidak diketahui

Faktor lain di luar pekerjaan


Pada skenario tidak terdapat adanya pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit
HAVS pada pasien tersebut, dimana terbukti ketika sepulang kerja dan saat libur tidak masuk
bekerja, pasien tidak mengalami keluhan HAVS, bahkan keluhan justru membaik ketika tidak
bekerja.

Hobi/kebiasaan

: tidak ada riwayat merokok, alkohol


12

Pajanan-pajanan lain di rumah atau tempat lain selain di tempat bekerja.

Diagnosis Okupasi
Setelah melihat langkah diatas ditemukan bahwa pasien laki-laki berusia 42 tahun
mengalami Hand Arm Vibration Syndrome akibat kerja.

Tabel 2. Klasifikasi HAVS berdasarkan revisi Stockholm.1


Stadium
Komponen vaskular*
1

Derajat

Deskripsi

Ringan

Kepucatan kadang-kadang menyerang satu atau

Sedang

lebih ujung-ujung jari


Kepucatan kadang-kadang menyerang satu atau

Berat

lebih ruas jari bagian tengah dan atas


Kepucatan seringkali menyerang semua ruas jari

Sangat berat

pada sebagian besar jari-jari


Seperti stadium 3 yang disertai dengan kelainan
atropi kulit

Komponen
sensorineural
1SN
2SN

Terpapar vibrasi tetapi tidak ada gejala


Selang seling tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku
pada jari dengan atau tanpa nyeri seperti

3SN

disengat (tingling).
Selang-seling atau terus-menerus tanpa
sensasi fisik atau rasa/ kaku pada jari,

4SN

persepsi sensori menurun.


Selang-seling atau terus-menerus tanpa sensasi
fisik/kaku pada jari, diskriminasi kesadaran
melalui sensasi rasa dan/atau kemampuan
manipulatif menggunakan tangan.

*Stadium dibuat untuk masing-masing tangan kanan/kiri. Pencatatan klasifikasi harus menyertakan
stadium dan jumlah jari yang terserang dari masing-masing tangan (mis., stadium/ tangan ka(ki)/
no.jari).

Diagnosis Banding
Fenomena Raynaud

13

Gejala vaskuler dikenal sebagai fenomena Raynaud (atau vibration white


finger/VWF) yang terjadi akibat adanya spasme pembuluh darah. Fenomena Raynaud dapat
muncul bila dirangsang oleh udara dingin atau menyentuh benda dingin. Gejala-gejala khas
fenomena Raynaud adalah: pada awalnya jari-jari memutih dan menjadi dingin, lalu jari-jari
tersebut kemudian berwarna kebiruan akibat berkurangnya suplai oksigen, kemudian jari-jari
akan memerah oleh karena terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah kembali
lancar. Keadaan ini dapat menimbulkan kesemutan, kram, dan nyeri. Perubahan warna
tersebut tidak selalu dijumpai pada penderita. Namun keluhan tidak nyaman, pucat, dan jari
dingin tetap muncul. Lamanya gejala yang timbul dapat berlangsung beberapa menit hingga
beberapa jam. Tingkat nyeri dan ketidaknyamanan bervariasi pada setiap orang. Penelitian
yang dilakukan Palmer K, et al menemukan 24% pekerja yang telah bekerja selama 16 tahun
menggunakan alat-alat yang menggetarkan tangan menderita VWF.
Dengan penghangatan kembali, vasospasme digitalis membaik dan aliran darah
kedalam arteriol dan kapiler yang berdilatasi menignkat secara dramatis. Hiperemia reaktif
ini memberikan warna merah terang pada jari-jari, selain rubor dan hangat pasien sering kali
mengalami rasa berdenyut, sensasi nyeri selama fase hiperemi. Meskipun respon warna
trifasik khas pada fenomena raynaud, beberapa pasien hanya mengalami pucat dan sianosis,
pasin lainnya hanya mendapat sianosis.5
Raynaud mengajukan bahwa mula-mula bahwa iskemia digital episodik yang
diinduksi oleh dingin bersifat sekunder terhadap refleks vasokontriksi simpatetik yang
berlebihan. Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa obat penghambat adrenergik juga
simpatektomi menurunkan frekuensi dan menurunkan beratnya fenomena Raynaud pada
beberapa pasien. Hipotesis alternatif adalah adanya peningkatan respon vaskuler terhadap
dingin atau stimulus simpatetik yang normal juga mungkin tumpang tindih dengan penyakit
vaskular digital lokal atau terdapat peningkatan aktivitas adrenergik neuroefektor. Fenomena
Raynaud dibagi dalam dua kategori: jenis idioptik yang disebut penyakit Raynaud dan jenis
sekunder, yang disertai dengan keadaan Penyakit lain atau sebab spasme yang diketahui.5
Pemeriksaan rasa raba, sebagai perangsang dapat digunkan sepotong kapas, kertas,
kain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau
pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang simetris.
Thigmestisia berarti rasa raba halus. Bila rasa raba ini hilang disebut thigmanesthesia.5
Carpal Tunnel Syndrome
14

Kawasan sensorik n.medianus bervariasi terutama pada permukaan volar. Dan pola itu
sesuai dengan variasi antara tiga jaricdampai 4 jari kawasan radial telapak tangan. Pada
permukaan dorsum manus, kawasan sensorik n.medianus bervariasi antar 2 sampai 3 falang
distal jari ke dua. Ketiga dan keempat. Diterowongan karpal n.medianus sering terjepit,
sehingga menghasilkan kesemutan yang mneyakiti juga. Itulah parastesia atau hiperestesia
carpa tunner syndrome. Karena kerja tangan terlaku keras , n medianus mengalami iritasi di
dekat kaput m.pronator teres. Karena itu, maka nyeri terasa dilipatan siku itu meluas ke
kawasan n.medianus ditangan bila mana kaput m.pronator teres ditekan.6
Diagnosis banding HAVS yang paling sulit adalah repetitive strain injury, yaitu pada
kasus carpal-turnel syndrome. Pada kejadian ini, akibat kompresi n.medianus di pergelangan
tangan yang megakibatkan timbulnya gangguan saraf tepi di jempol, telunjuk, dan jari
tengah, serta jari manis, disertai rasa nyeri di pergelangan tangan. Untuk membedakan
kedua konsisi ini, pelu dilakukan evaluasi anatomi, fisiologi, riwayat penyakit dan riwayt
pekerjaan serta keterlibatan n.medianus/n.ulnaris.

Tatalaksana
Pengendalian teknik terhadap HAVS dititikberatkan pada desain alat bantu genggam
dan eliminasi vibrasi. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan HAVS yang tepat.1
1. Pengobatan terutama bersifat paliatif . fisioterapi dalam bentuk termoterapi paraffin
bath, inframerah, dan terapi frekuensi rendah sering digunakan di Jepang.
2. Tindakan pembedahan dalam bentuk simpatektomi blokade gangglion cervical dan
pembebasan saraf tepi yang terjepit, dulu sering digunakan tetapi hasilnya kurang
memuaskan.
3. Medika mentosa dengn menngunakan preparat kalsium antagonis sebagai vasodilator,
kemoterapi untuk mengurangi adhesi dan agregasi sel-sel pembeku (trombosit), serta
dengan preparat untuk mengurangi vsikositas darah dan pembentukan emboli.
Pada kasus HAVS stadium 1 dan awal stadium 2 sebaiknya dilakukan tindakan
paliatif yaitu disarankan menghindari tempat-tempat dingin dan pajanan dingin secara
langsung pada tangan yang sakit, berolahraga untuk memulihkan aliran darah, serta
mengurangi pajanan vibrasi yang memenuhi standar NBL (dalam hal intensitas maupun
waktu). Pada HAVS stadium 2, pajanan vibrasi harus benar benar dihindarkan. Jika penderita

15

terpaksa tidak dapat menghindari pajanan vibrasi perlu dipertimbangkan untuk vasodilator
secara terbatas, seperti nifedipine. Oleh karena stadium awal dari HAVS bersifat sementara,
maka pemantauan medis yang rutin terhadap populasi yang terpajan vibrasi disuatu tempat
kerja harus senantiasa dilaksanakan, sehingga tanda-tanda kelainan dini dapat diditeksi.1

Pencegahan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya/bertambah beratnya HAVS perlu
diperhatikan pada pelaksanaan tindakan pencegahan yaitu :1
1. Tindakan vibrasi atau intensitas dan frekuensinya. Frekuensi yang berbahaya adalah
30-300 Hz.
2. Lamanya pajanan. Ada korelasi yang positif antara beratnya kerusakan dalan lamanya
pajanan.
3. Vibrasi yang terus menerus akan mempercepat timbulnya HAVS. Perlu diberikan
waktu istirahat selama 20 menit setiap pajanan vibrasi yang terus menerus.
4. Bertambah kerasnya kekuatan untuk menggenggam alat, maka semakin banyak energi
yang ditransfer ke tangan dengan resiko kerusakan pada arteri, nervus, persendian dan
otot.
5. Pengurangan berat dari alat-alat yang menimbulkan vibrasi, akan mengurangi kerja
yang berlebihan pada persendia siku, bahu. Tetapi energi yang ditransfer ke tangan
akan bertambah.
6. Sarung tangan berguna sebagai pelindung terhadap bahaya kerja vibrasi, tetapi kurang
kuat untuk memegang peralatan.
7. Kerentanan individu.
8. Pengendalian dan Pengobatan

Edukasi Pengendalian Vibrasi


1. Meredam Getaran
Meredam getaran atau damping adalah suatu mekanisme untuk meredam getaran
dengan cara menempelkan suatu system resonansi pada sumbu sumber getaran.
Sistem resonansi ini dapat mengurangi getaran atau dapat dihilangkan sama sekali.
2. Jarak sumber dengan pekerja

16

Semakin jauh jarak seseorang dari sumber getaran akan semakin kecil intensitas yang
diterima orang tersebut, tetapi berbeda dengan faktor fisik lainnya dimana jarak
pemaparan bisa diatur tetapi pada sumber getaran sulit untuk dipraktekkan karena
pada umumnya selalu kontak dengan sumber getaran dengan bagian tubuh dalam
mengoperasikan alat alat kerja tersebut.
3. Waktu pemaparan
Energi yang dipindahkan oleh suatu getaran tergantung pada lama pemaparan.
Semakin panjang/lama waktu pemaparan akan semakin banyak energi yang
dipindahkan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit akibat getaran
terhadap pekerja maka ILO tahun 1978 dalam Ada menganjurkan waktu pemaparan
tidak lebih dari 2 jam.
4. Alat Pelindung Diri (APD)
Peredam umumnya digunakan bahan bahan yang kenyal antara lain : karet, karet
busa, plastik busa, wool.

Kesimpulan
Upaya paling utama untuk memperbaki kesehatan akibat HAVS adalah melakukan
pencegahan. Tingkat pemajanan getaran dari alat-alat yang digunakan pekerja harus serendah
mungkin. Setelah melihat dan memahami pembahasan diatas pada akhirnya kita menmeukan
satu diagnosis yaitu Hand Arm Vibration Syndrome atau biasa disingkat HAVS. Peran kita
sebagai dokter okupasi adalah tidak hanya sekedar menyembuhkan namun harus mencari apa
penyebab dari kejadian tersebut, adakah hubungannya dengan pekerjaan atau tidak.
Penentuan diagnosis penyakit kerja sangatlah penting karena ini berhubungan dengan
perusahaan tempat pasien tersebut bekerja dan pasien sendiri berkenaan dengan masalah
biaya itu sendiri. Oleh karena itu sebagai dokter okupasi yang baik kita dimampukan untuk
menegakan diagnosa secara tepat dengan mengetahui metoda yang telah ada kemudia
mencegah timbulnya penyakit-penyakit akibat kerja yang lain agar tercipta produktivitas
tenaka kerja yang baik.

17

Daftar Pustaka
1. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.16-9, 150, 238-44.
2. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2012.h.332.
3. Gardiner K, Harrington JM. Occupational hygiene. 3rd ed. USA: Blackwell Publishing
Ltd; 2005.p.254-5.
4. Sumamur. Higiene perusahan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: Sagung Seto;
2009.h.195-9.
5. Creager MA, Dzau VJ. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.1280-1.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat;
2012.h.108-9.

18

Anda mungkin juga menyukai