Anda di halaman 1dari 14

RESIN AKRILIK

1. SYARAT IDEAL POLIMER BASIS GIGI TIRUAN


Pada dasarnya tidak ada bahan yang betul-betul sempurna, tetapi secara
ideal ada beberapa syarat yang dapat digunakan sebagai standar dipakainya
suatu jenis polimer untuk basis gigi-tiruan, yaitu:
a. Biokompatibilitas baik, artinya tidak mengandung komponen atau senyawa
penyusun yang bersifat toksik atau iritatifbagi pemakai.
b. Tidak akan terpengaruh oleh cairan mulut maupun cairan yang berasal dan
makanan, artinya bahan tersebut tidak akan mengalami kelarutan.
c. Tidak menimbulkan terjadinya tarnis maupun korosi.
d. Mempunyai sifat fisik maupun mekamk yang baik, antara lain dapat
menerima beban pengunyahan
e. Mempunyai warna yang alami, baik dan stabil, artinya tidak mengalami
perubahan warna selama pemakaian, baik karena memudar warnanya
maupun karena pengaruh makanan minuman.
f. Mudah untuk dikerjakan, termasuk mudah untuk dilakukan reparasi.
g. Tidak menjadi tempat pertumbuhan mikrorganisme
h. Mudah untuk dibersihkan
i. Harga relative murah
j. Tidak mengalami perubahan dimensi, baik karena polimerisasi, maupun
karena pemakaian yang telah lama.
k. Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
l. Dapat melekat baik dengan bahan lain, baik plastik, logam maupun porselin
m. Radiopak, apabila gigitiruan atau pecahan gigi tiruan yang secara tidak
langsung tertelan oleh pemakai, hal tersebut dapat terlihat melalui
gambaran dan sinar X.
SIFAT POLIMER
Dipengaruhi antara lain, oleh:
1. Berat molekul : makin besar berat molekul makin baik sifat fisiknya
2. Derajat polimerisasi : makin besar derajat polimerisasi polimer, makin baik
sifat fisiknya
3. Ko-polimer : penambahan ko-polimer dalam susunan bahan akan
menaikkan sifat fisiknya
4. Cross-link: penambahan bahan cross-link dalam susunan polimer akan
membuat polimer lebih tahan terhadap pelarut
5. Plasticiser: penambahanplasticiser menjadikan polimer menjadi lunak dan
fleksibel.
Komposisi
Berikut adalah table komposisi dari resin akrilik.3
Polymer
Butir polymetakrilat
POWDER
Initiator
Peroxide seperti benzoil peroxide
Pigmen
Salt dari cadmium of Iron atau organic dyes
Monomer
Methylmetacrylat
Cross-Linking
Ethylenglycoldimethacrylate
LIQUID
Agent
Kira-kira 10%
Inhibitor
Hydroquinone
Activator*
N-dimethyl-P-toluidinol

*hanya pada self-curing materials.

Sifat Fisik

Warna dan Persepsi Warna

Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama dengan
jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus menunjukka
transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut
yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak
berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan (Annusavice. 2003).

Stabilitas Dimensional

Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam kurun waktu
tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses,
molding, cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice. 2003).

Abrasi dan ketahanan abrasi

Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk memperkirakan
ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi lawannya. Proses
abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat.
Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan kerusakan dan terbentuknya
pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap
abrasi (Combe, 1992).

Crazing ( Retak )

Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena adanya tensile stress,
sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau terpisahnya molekul molekul polimer
(Combe, 1992).

Creep ( Tekanan )

Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan di
bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila
akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan
berubah bentuk secara permanen (Combe, 1992).

Termal

Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam, pengahntar


panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2 (Combe, 1992).

Porositas

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah
mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan
dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).
Sifat Mekanis

Strength ( Kekuatan)
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan lingkungan
gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modolus elastisitas yang relatif rendah yaitu
2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm (Combe, 1992).

Fraktur

Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya
fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue dan ahkirnya memyebabkan gigi tiruan
fraktur (Combe, 1992).

Fleksibilitas.
Fleksibilitas maksimal didefinisikan sebagai regangan yang terjadi ketika bahan ditekan
sampai batas kesetimbangannya. Resin akrilik mempunyai sifat yang lunak dan fleksibel
(Annusavice. 2003 ).

Sifat Kimia
Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung gugus vinil. Dalam rumus
strukturnya ada 2 kelompok resin akrilik yaitu : asam akrilik dan asam metakrilat. Meskipun
asam poli ini keras dan transparan, polaritasnya, berkaitan dengan kelompok karboksil,
menyebabkan asam tersebut menyerap air. Air cenderung memisahkan rantai-rantai serta
menyebabkan pelunakan umum dan mengurangi kekuatan. Metil metakrilat. Poli metil
metakrilat sendiri tidak banyak digunakan dalam kedokteran gigi untuk prosedur molding.
Metil metakrilat adalah suatu cairan bening transparan pada suhu ruang dengan sifat fisik :

Titik leleh

Titik didih

Kepadatan

Panas polimerisasi

- 48

g/ml pada 20
kcal/mol

Bahan tersebut menunjukan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut organik yang
baik meskipun polimerisasi metil metakrilat dapat diawali oleh sinar ultraviolet, sinar
tampak, atau panas, bahan tersebut biasanya dipolimerisasi dalam kedokteran gigi dengan
menggunakan inisiator kimia.
Seperti semua resin akrilik , polimetil metakrilat menunjukan kecenderungan menyerap air
melalui proses imbibisi. Struktur non-kristalnya mempunyai energi internal yang tinggi jadi
difusi molekuler dapat terjadi kedalam resin, karena diperlukan sedikit energi aktivasi
tambahan lagi, gugus karboksil kutub, meskipun teresterifikasi dapat membentuk jembatan
hidrogen dengan air yang terbatas.
Sifat Biologi

Secara biologi resin tidak meiliki harus tidak meiliki rasa, tidak berbau, tidak tosik
dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Untuk memenuhi syarat inibahan tersebut sama sekali
tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukan ke dalam mulut, serta tidak
tembus cairan mulut,dalam arti tidak tidak boleh menjadi tidak sehat atau memiliki rasa dan
bau yang dapat diterima. Bila resin digunakan sebagai bahan tambal atau semen, bahan
tersebut harus dengan struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan mikroba sepanjang
pertemuan restorasi permukaan gigi.

2. TAHAPAN PADA MANIPULASI RESIN AKRILIK


Teknik manipulasi
1.

Teknik Molding-Tekanan
Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental stone diaduk
dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone
dibiarkan mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mould.
Untuk melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet
kemudian dikeluarkan atau diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian
malam luar dikeluarkan.Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi
bahan protesa (OBrien, dkk., 1985).
2. Teknik Molding-Penyuntikan
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan ke dalam
stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
Sprue diletakkan dalam basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk memudahkan
pengeluaran protesa.
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan terpolimerisasi,
resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan,
disesuaikan, diprose akhir, dipoles (OBrien, dkk., 1985)

Aspek aspek yang mempengaruhi manipulasi


1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan
berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi oleh cairan
akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan tidak akan
mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh terlalu banyak

karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan akrilik , maka pengerutan
selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7% menjadi 21 % satuan volume ) dan
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan
porositas pada bahan gingiva tiruan (Anusavice ,2003).
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat yang tertutup
lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough .
Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak melekat lagi dan
mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke
dalam mold dalam waktu 10 menit.
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan menyerupai karet dan
menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam mould (Anusavice
,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah merembesnya
cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar,
merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin
akrilik.
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat dipress
terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke dalam mould penuh
kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5 menit agar mould
terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan press terakhir dengan tekanan
2200 psi ditunggu selama 5 menit . Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses
kuring
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam water bath
bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan pada suhu 70 C
selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100 C dipertahankan
selama 1 jam (Anusavice, 2003).
Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk mendapatkan kekuatan dan
derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan mengurangi sisa monomeryang
tertinggal
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian
dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :
a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan mengandung
monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada suhu
100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah
bagian monomer yang belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis.
Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring tiba tiba dimasukkan ke
dalam air mendidih , suhu resin bisa naik di atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer
menguap . Hal ini menyebabkan gaseous porosity.

Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan . Pendinginan dilakukan hingga
suhu mencapai suhu kamar . Selama proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba
karena semalaman pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan akrilik yang
menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan,
maka stress diberi kesempatan keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya
resin dikeluarkan dari cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya gingiva tiruan,
kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik.
Ada Dua Jenis Polimerisasi Resin Akrilik
1. Reaksi Kondensasi
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau kondensasi
berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi kimia antara 2 atau lebih molekulmolekul sederhana. Senyawa untama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk
sampingan seperti air, asam halogen, dan ammonia. Pembentukan produk sampingan ini
adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan bertahap, seringkali disebut polimerisasi
kondensasi.
2. Reaksi Adisi
Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan komposisi selama polimerisasi
tambahan/adisi. Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa
perubahan dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris yang
sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer (Anusavice,
2004)
Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa reaksi adisi.
Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap
sebagai berikut (Umriati, 2000):
a) Aktivasi dan Initiasi
Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa kimia
yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan).
Radikal bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul
benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang
menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi,
inisiatornya perlu diaktifkan dengan penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet,
panas atau dengan bahan kimia lain seperti tertian amina.
Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:
- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas
- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.
b) Propagasi
Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan mendorong
terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah:
- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga monomer
teraktifkan.
- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan seterusnya
menjadi pertumbuhan rantai.
c) Terminasi
Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu molekul yang
stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses random yaitu sebagian rantai
tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai
mempunyai panjang yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke

rantai lainnya sewaktu menerima beban stress, sehingga semakin panjang rantai polimer
semakin sedikit monomer sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna
(Umriati, 2000).
Flasking adalah menanam model dengan malam dan gigi tiruan / mahkota gigi ke dalam
suatu tempat yang disebut flask atau kuvet untuk mendapatkan alat bantu perawatan di
kedokteran gigi, antara lain gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan lepas, baik sebagian maupun
seluruhnya.
Ciri-ciri flasking dengan metode pulling the casting diantaranya seluruh permukaan model
kerja yang tidak tertutup wax tertutup gips. Semua gigi pengganti terbuka, begitu juga semua
wax (base plate dan flange) terbuka.
Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa protesa (gigi tiruan) atau
retainer. Deflasking merupakan tahap yang cukup penting, maka kita harus berhati-hati
dalam melakukannya karena akan berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan
kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan. Jadi, harus benar-benar diperhatikan
langkah-langkahnya, yaitu:
a. Setelah kuvet sudah direndam sampai dingin, kita mencoba membuka kuvet atas dan kuvet
bawah. Jika susah dibuka, kita bisa membukanya dengan bantuan lee-crownmess atau wax
mess pada ketiga ujung kuvet.
b. Melepas hasil pekerjaan bisa dilakukan dengan menggergaji, tetapi akan dikhawatirkan
merusak hasil pekerjaan itu sendiri jika tidak berhati-hati. Namun, ada cara yang lebih
aman, yaitu dengan merendamnya hingga semalaman (over night), maka gips akan
menjadi jenih sehingga menjadi melunak. Kita dapat membukanya dengan bantuan wax
mess atau lee-crown mess.
9. Finishing dan Polishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur resin akrilik merupakan tahap
kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum
untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan.
Untuk daerah basal tidak di-polishing untuk daerah basal dengan tujuan agar bisa
menempel erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin akrilik sehingga regangan
pada permukaan tidak seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada
daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan regangan yang semula
tidak seimbang menjadi seimbang dan akan membuat daerah basal lebih menyatu. Semua
permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin.
Pengerjaan finishing dan polishing menggunakan bur yang dipasang pada mini drill yang
juga tersambung dengan adaptor.
a. Finishing :
1. Pasang bur Arkansas di mini drill.

2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan menggerus tonjolan atau permukaan
kasar pada resin akrilik.
3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi permukaan kasar.
4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi ampelas halus dengan air lalu
perhalus lagi permukaan resin akrilik dengan ampelas halus tersebut.
b. Polishing :
1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat resin akrilik semakin halus dan
mengkilat.
2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice (yang dicampur dengan air).
Pumice perbandingannya lebih banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata
bur.
3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area permukaan resin akrilik hingga
terlihat halus dan terasa halus ketika diraba.
4. Untuk membuat resin akrilik menjadi mengkilat, gunakan kain wol atau kain flannel yang
sudah dibasahi air. Gosok permukaan resin akrilik dengan kain tersebut.
3. POROSITAS SEBAGAI KEGAGALAN POLIMERISASI
Porositas merupakan salah satu kegagalan yang paling sering terjadi
pada hasil polimerisasi.
Ada yang membedakan porositas menjadi porositas internal dan
eksternal. Ada yang membedakan menjadi:
a. Shrinkage porosity: gelembung udara yang tidak beraturan ukurannya dan
tersebar di seluruh polimer dan pada permukaannya
b. Gaseous porosity: gelembung udara yang kecil-kecil cenderung sama
ukurannya dari terlihat terutama pada bagian atau sisi yang tebal. Hal mi
terjadi karena pemanasan dan luar yang tidak merata
FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA POROSITAS
a. Pemanasan yang terlalu cepat.
Keadaan ini terjadi karena adanya kontraksi suhu, misal adanya perubahan
suhu yang mendadak, dan suhu ruang ke suhu pemanasan. Pada kondisi
ini akan terlihat pada polimer athnya gelembung udara yang tidak
beraturan (contraction porosity).
b. Pemanasan yang terlalu singkat
Memungkinkan terdapatnya konsentrasi monomer sisa yang cukup tingi.
Terjadinya penguapan monomer terdapat menimbulkan terdapatnya
gelembung udara di seluruh polimer
c. Pencampuran bubuk dan cairan yang tidak merata
Terlihat porositas yang besar dan tidak merata atau terlokalisir. Keadaan mi
terjadi karena partikel bubuk belum sempurna larut dalam cairan, sehingga
partikel bubuk masih terlihat dengan jelas.
d. Tekanan yang kurang
Pemberian tekanan yang kurang pada saat proses polimerisasi

memungkinkan terbentuknya gelembung udara pada permukaan polimer.


e. Distribusi panas yang tidak merata
Bagian yang dekat dengan sumber panas (dinding kuvet / logam), akan
mendapat panas yang cukup banyak. Sebaliknya, bagian yang kurang
mendapat sumber panas, akan menyebabkan terbentuknya gelembung
udara (gaseous porosity)
f. Pemanasan yang melampaui titik didih air
Metil metakrilat mendidih pada titik didih 100,3 C, sehingga apabila
pemanasan melampaui titik didih air dan mencapai titik didih metal
metakrilat, maka monomer metil metakrilat akan menguap dan
meninggalkan gelembung udara.
AKIBAT POROSITAS
a. Polimerjadi lebih mudah menyerap air
b. Kekuatan (sifat mekanik) jadi berkurang
c. Stabilitas dimensi dapat berubah
d. Menurunkan estetika, karena pada permukaan polimer terlihat ada lubanglubang
atau gelembung-gelembung kecil
e. Menimbulkan suasana rongga mulut yang tidak sehat. Dengan adanya
porositas, menjadikan polimer jadi sukar dibersihkan. Sisa makanan dengan
mudah tertinggal thiam cekungan atau lubang-lubang porus. Akibatnya
penyikatan atau pembersihan gigitiruan jadi sukar, dan lebih jauh dapat
berakibat pada suasana rongga mulut yang tidak sehat.
4. RESIN AKRILIK KURING PANAS
Disebut juga Heat Curing Acrylic Resin, dan mempunyai komposisi bahan
sebagai berikut:
a. Bubuk : Polimetil metakrilat
Bensoil peroksida (inisiator)
Pigmen
b. Cairan : Metil metakrilat
Hidrokinon (menjaga agar tidak terjadi polimemrisasi pada saat
dalam penyimpanan. Etilen glikol dimetakrilat sebagai cross-link
Perbandingan bubuk dan cairan adalah 3 : 1 berdasarkan volume atau 2 :
1 berdasarkan berat
SIFAT
a. Tidak larut dalam air maupun cairan mulut
b. Dapat menyerap air, dengan titikjenuh setelah 17 han
c. Dapat larut dalam ester, keton dan juga alkohol. Pada permukaan resin
akrilik yang larut karena pelarut organik akan terlihat adanya garis retak,
disebut crazing
d. Dapat mengalami pengkerutan karena proses pemanasan
e. Konsentrasi monomer sisa cukup tinggi, yaitu sekitar 0,2 0,5 %
f. Ketahanan terhadap impaksi dan kelelahan (fatique) cenderung kurang baik
g. Estetika sangat baik, sifat im merupakan keunggulan dan resin akrilik.
h. Sangat mudah untuk dilakukan reparasi
i. Ketahanan terhadap abrasi kurang memuaskan
j. Permukaan polimer dapat menjadi perlekatan mikrorganisme
PENGISIAN CETAKAN DAN PEMANASAN
Sebelum mulai mencampur bubuk dan cairan disiapkan terlebih dahulu
cetakan yang disebut kuvet. Bahan dasar untuk membuat kuvet berbeda-beda,

ada yang dan logam, ada pula yang dan poliester. Jems kuvet mi tergantung
dari cara aktivasinya resin akrilik.
Di dalam kuvet terdapat cetakan rahang dan gip yang disebut mould.
Sebelum campuran bahan dimasukkan dalam mould, permukaan mould (gip)
diolesi dengan bahan separasi (mould lining / separating medium). Jems yang
biasa digunakan adalah Cold Mould Seal.
Fungsi mould lining, yaitu agar:
a. Monomer dan resin akrilik tidak masuk ke dalam gip
b. Air dan gip tidak masuk ke dalam resin akrilik
Pengisian mould hams dilakukan dengan benar, untuk itu beberapa ha!
yang perlu diperhatikan adalah sebagai benkut:
a. Jumlah adonan hams lebih dan cukup untuk bisa mengisi seluruh cetakan
rahang
b. Sebelum kuvet ditutup, d.iatas adonan diletakkan selembar plastik
cellophan (bahan polietilen) yang fungsinya untuk mencegah terjadinya
perlekatan antara model dan kontra-model
c. Setelah kuvet ditutup, pada kuvet harus diben cukup tekanan. Pemberian
tekanan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada adonan untuk
dapat bergerak atau mengalir untuk mengisi rahang
d. Tekanan dihentikan sampai tidak ada lagi sisa adonan resin akrilik yang
mengalir ke luar melalui tepi kuvet. Selain itu perlu diperhatikan bahwa
kuvet bagian atas dan bagian bawah sudah menutup dengan sempurna.
Ada beberapa macam teori tentang suhu dan lama pemanasan resin
akrilik. Persamaannya adalah bahwa semua menggunakan waterbath untuk
pemanasannya.
a. 740 C selama 16 jam
b. 72 C selama 2 jam untuk kemudian dilanjutikan dengan menaikkan suhu
menjadi 100 C, juga selama 2 jam
c. 740 C selama 9 jam, tanpa suhu mendidih
d. untuk praktikum digunakan cara modifikasi
Setelah pemanasan, kuvet tidak boleh langsung dibuka, tetapi supaya
didiamkan sampai mendingin dengan sendirinya. Mendinginkan kuvet dengan
cara mengaliri kuvet dengan air dingin, dapat menyebabkan terjadinya
pengkerutan pada gigitiruan. Hal mi disebabkan karena ada perubahan suhu
yang mendadak.
5. RESIN AKRILIK KURING DINGIN
Disebut juga : Autopolymerising Acrylic Resin atau Chemically Activated
Acrylic Resin. Resin akrilik mi menggunakan aktivasi bahan kimia dan
polimerisasi terjadi pada suhu ruang.
KOMPOSISI
a. Bubuk : Polimetil metakrilat
Bensoil peroksida (inisiator)
Pigmen
b. Cairan : Metil metakrilat
Hidrokinon
N-N-p-Toluidin (activator)
Etilen glikol dimetakrilat (cross-link)
SIFAT (dibandingkan dengan resin akrilik kuring panas)
a. Waktu polimerisasi sangat smgkat dan caranya sangat mudah, karena

dapat teijadi dalam suhu kamar


b. Konsentrasi monomer sisa relatifagak tinggi, sekitar 3 5 %
c. Kemungkinan terjadinya porositas lebih banyak
d. Penyerapan air lebih besar
e. Berat molekul lebih kecil, sehingga kekuatan mekaniknya juga tidak terlalu
baik. Kurang Iebih 80 % - nya resin akrilik kuring panass.
f. Agak lunak
g. Ketepatan dimensi kurang baik
h. Digunakan terutama untuk melakukan reparasi rebasing atau relining pada
basis gigi tiruan
Yang penting untuk difahami adalah bahwa cara aktivasi resin akrilik kuring
dingin sangat berbeda dengan resin akrilik kuring panas. Aktivasi terjadi
dengan cara sebagai berikut bensoil peroksida bereaksi dengan n-n-p-toluidin
untuk kemudian menghasilkan radfikal bebas. Dan reaksi mi terjadi dalam suhu
kamar.
6. RESIN AKRILIK GELOMBANG MIKRO
Untuk polimerisasinya menggunakan kuvet yang berbeda bahannya
dengan resin akrilik resin kuring panas. Untuk aktivasi gelombang mikro
digunakan kuvet dan bahan poliester, dan bukan dari logam. Tempat
pencampuran bubuk dan cairan juga berbeda, karena tidak dilakukan dengan
stellon pot (bahjan porselin), tetapi dengan piring petri (bahan gelas).
Pada polimerisasi cara konvensional, tenaga panas berasal dari luar, dan
suhu pemanasan tidak sama mencapai puncaknya pada akhir polimenisasi.
Dengan cara polimensasi konvensional, relatif masih banya monomer yang
belum habis bereaksi,_ sehingga konsentrasi monomer sisa cukup besar, dan
akibatnya kekuatan mekanik tidak ideal.
Pada polimerisasi dengan aktivasi gelombang mikro, panas berasal dan
dalam. Suhu pemanasan sangat terkontrol dalam arti dapat memberikan pamis
yang sama selama proses polimerisasi. Dengan cara ini, konsentrasi monomer
sisa relative sedikit
SIFAT (dibandingkan dengan resin akrilik kuring panas)
a. Perubahan wama yang terjadi sedikit
b. Ketepatan hasil jauh lebih besar
c. Secara statistik, sebetulnya tidak ada perbedaan terhadap sifat mekaniknya
(kekuatannya).
KEUNTUNGAN:
a. Waktu polimerisasi sangat singkat, kurang lebih hanya l5memt
b. Proses kerja jauh lebih bersih
c. Cara kerjajugajauh lebih mudah
d. Konsentrasi monomer sisa lebih sedikit
KERUGIAN:
a. Memerlukan kuvet dan oven yang khusus
b. Memerlukan bahan ( bubuk dan cairan) yang jauh lebih mahal
7. RESIN AKRILIK SINAR TAMPAK
Disebut juga Visible Light Cured Acrylic Resin. Tidak terdiri dari bubuk
dan cairan, tapi berupa lapisan / lembaran. Tidak memeriukan tempat
pengadukan, serta tidak perlu kuvet, karena gip cetakan rahang langsung
dimasukkan dalam oven sinar tampak.

SIFAT (dibandingkan dengan resin akrilik kunng panas).


a. Polimerisasi hanya memerlukan waktu yang singkat, kurang lebih sekitar
20 menit.
b. Proses dapat dilakukan dalam ruang praktek, yaitu dengan menyediakan
oven sinar tampak di dalam ruangan
c. Ketepatan hasil sangat baik
d. Sifat fisik dan mekanik secara umum baik
e. Dapat menyerap banyak air, dan hal ini menjadi kerugiannya.
Menurut American Dental Asociation (ADA), resin akrilik dibedakan menjadi dua,
yaitu :2
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat-Cured Polymerization).
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi
peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali
proses polimerisasi.
2. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self-Cured Autopolymerizing/Resin Cold Curing).
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.
Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat
dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penembahan amintersier
terhadapa monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan
menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan
polimerisasi dimulai.
9. REPARASI, RELINING DAN REBASING
Merupakan bahan yang digunakan untuk memperbaiki basis gigitiruan
yang rusak, dalam arti pecah atau patah, sehingga ada fragmen yang hilang,
atau bisa juga karena gigi tiruan menjadi longgar.
Reparasi: Dilakukan pada basis gigitiruan yang patah atau pecah, yang
diperbaiki dengan cara menyambung kembali.
Relining: Dilakukan pada basis gigitiruan yang pada bagian tepinya menjadi
longgar (karena gingiva mengalami atrophi), dan diperbaiki dengan memben
tambahan bahan pada bagian tepi, sehingga basis gigitinian menjadi cekat
kembali
Rebasing: Dilakukan pada basis gigitiruan yang bagian dasamya menjadi
Ionggar (mukosa atropbi). Untuk itu diperbaiki dengan memberi tambahan
bahan sebagai penebalan pada bagian dasar, agar gigitiruan menjadi cekat
kembali.
SYARAT BAHAN:
a. Tidak menimbulkan perubahan dimensi
b. Mempunyai kekuatan yang baik
c. Mempunyai ikatan yang baik (fisiko mekanik) dengan bahan lain
d. Dapat dikerjakan dengan cepat, di ruang praktek.
10. AKIBAT BIOLOGIK PEMAKAIAN RESIN AKRILIK
Perlu hati-hati dalam bekerja dengan menggunakan bahan polimer (resin
akrilik), karena dapat menimbulkan respon biologik, khususnya terhadap
operator. Pada waktu bekerja diwajibkan untuk menggunakan sarung tangan

dan juga masker penutup hidung dan mulut.


Monomer metil metakrilat bersifat sangat mudah menguap, sehingga uap
mudah terhisap dan masuk dalam saluran pernafasan.
Kebaikan aklirik
1. Warna menyerupai warna gusi
2. Mudah direstorasi bila patah tanpa mengalami distorsi
3. Mudah dibersihkan
4. Mudah pengerjaannya dan manipulasinya
5. Kekuatannya cukup dengan BJ yang berisi
6. Harganya cukup mulrah dan cukup awet/tahan lama
Kejelekan Akrilik :
1. Muatan patah,
2. Menimbulkan macam-macam porositas
3. Suatu termal konduktor yang baik
4. Dapat mengalami perubahan bentuk jika disimpan dalam keadaan kering
5. Toleransi pasien kurang
6. Dapat menimbulkan alergi ( 2 )
Kelebihan Akrilik
- Mempunyai nilai estetis yang baik.
- Mudah dan murah untuk diproses.
- Biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut.
- Mempunyai warna yang stabil.
- Tidak mempunyai bau dan rasa (Anusavice, 2003)
b. Kekurangan Akrilik
- Mempunyai kekuatan yang rendah.
- Konduktivitas termal yang rendah.
- Rentan terhadap distorsi.
- Daya tahan terhadap benturan yang rendah (Anusavice, 2003)
Pengertian Biokompatibilitas
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan lingkungan
yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi. Biokompatibilitas
berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik
melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas
adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan jaringan rongga
mulut.

Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak lingkungan
biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi adalah:
1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.
2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi dalam sistem
sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.

Anda mungkin juga menyukai