Aneurisma adalah dilatasi local dari dinding arteri pada titik yang melemah, aorta (torakal dan
abdominal) dan arteri serebral.
Kantung dilatasi local yang menyerang arteri, bantuk aneurisma yang paling sering adalah
aneurisma yang berbentuk kantong (saccular) / fisiform.
Etiologi
Penyebab utamanya adalah arterosklerosis. Penyebab lainnya adalah trauma dinding arteri,
infeksi, defek kongerit, dan dinding arteri.
Tanpa memandang adanya patogenesis, lapisan otot medialis dari arteri menajdi lemah
dan menimbulkan pemekaran dalam (intima) dan lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di
dalam pembuluh terus memperlemah dinding dan memperbesar aneurisma.
Klasifikasi
Aneurisma dibagi menurut bentuk dan pengaruhnya, yaitu:
a.
Aneurisma Torakalis
85% disebabkan aterosklerosis. Sekitar 1/ 3 pasien dengan aneurisma ini meninggal karena
rupture aneurisma. Aneurisma di dalam torak dapat terjadi pada bagian desenden, asenden /
tranfersum dari aorta. Orang hipertensi yang berumur 50 tahun dan 70 tahun merupakan subyek
dari panyakit ini. Aneurisma pada aorta desenden bentuknya fisiformis dan dimulai tepat pada
distal dari arteria subklavia. Pasien yang menderita aneurisma jenis in biasanya asimtomastis.
Gejala nyeri berhubungan dengan aneurisma pada aorta desenden. Jarang terjadi
aneurisma pada bagian transversum / arcus aorta. Gejala dari aneurisma jenis ini berhubungan
dengan terjadinya tekanan struktur yang ada di seputarnya, seperti pulmonem dan laring.
Pada aorta yang mengalami penyakit arterosklerosis, dapat terjadi robekan pada intima / media
mengalami degenerasi akibatnya diseksi.
Tanda dan Gejala
Sebagian besar pasien asimtomatis tetapi ada beberapa kasus muncul dengan tanda-tanda sebagai
berikut:
-
Suara serak
Disfagia
Takikardia
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Radiologi
Sonografi
Ultrasonografi juga penting dalam menentukan bentuk dan lokasi aneurisma. Salep konduktor
dioleskan pada kulit agar memperkuat fibrasi denyut suara arus dan hembusan sehingga dapat
dideteksi, karene prosedur tidak infasif.
Penatalaksanaan
a.
Fakmakoterapi
Antihipertensif
Misalnya: Labertol, nitroprusid
b.
Pembedahan meliputi: eksisi dan pengangkatan aneurisma dan penggantian dengan graft sintetik
untuk memperbaiki kontinuitas vaskuler.
c.
a.
Tergantung kepada besarnya arteri yang terserang, tetapi yang lebih utama adalah tergantung
kepada penyakit arterosklerosis.
b. Lebih dari setengan jumlah mereka yang menderita aneurisma tidak diobati meninggal 2 tahun
setelah didiagnosa dan 85% meninggal setelah 5 tahun.
Patofisiologi
Narasi
Aneurisma adalah pembesaran arteri yang difus pada suatu lokasi. Terjadi sekunder dari
berbagai proses penyakit walaupun arterosklerosis merupakan etiologi yang utama. Lapisan atas
medialis dari arteri menjadi lemah dan menimbulkan pemekaran lapisan dalam (intima) dan
lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di dalam pembuluh terus memperlemah dinding dan
memperbesar aneurisma.
Besarnya kerusakan arteri dan simtomatologi klinis bervariasi menurut jenisnya,
penyebarannya dan lokasi aneurisma. Aneurisma diklasikasikan berdasarkan bentuk dan
pengaruh selanjutnya dari arteri yang terkena. Aneurisma bentuk fisiformis di seputar pembuluh.
Berbeda dengan aneurisma saccular, aneurisma bentuk ini nampak seperti kantong yang
unilateral / arteri menggelembung ke satu sisi. Aneurisma yang membentuk cerah berkembang
dari yang robek pada dinding intima dari dinding media yang terkena. Yagn ini terjadi jarang,
menjadi temapat terkumpulnya darah diantara lapisan pembuluh. Walaupun bentuk aneurisma ini
bisa timbul pada pembuluh arteri yang lain, tempat yang paling sering adalah Aorta.
Aktivitas / istirahat
Gejala:
b. Makanan / minuman
Gejala:
-
Anoreksia
Disfagia
c.
Pernafasan
Gejala:
Dispnea
Batuk
Tanda: pernafasan lambat dan dalam
d. Keamanan
Gejala: adanya atau berulang infeksi
e.
Seksualitas
Gejala: penurunan libido
Tanda: nyeri
f.
Hygiene
Gejala:
g. Sirkulasi
Tanda:
a.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi, persepsi subyektif terhadap nyeri menurun bahkan hilang.
Criteria: menyetakan penurunan inklusif nyeri, ekspresi wajah rileks.
b. Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan perdarahan aktif.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi pasien dapat bernaas secara normal.
Kriteria:
-
a.
-
b. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan perdarahan pada aneurisma torakal.
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.
Rasional: untuk meningkatkan pernafasan
Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan, bunyi paru, TTV, warna kulit,
dan AGD.
Rasional: mengetahui status pernafasan.
3. LITERATUR
Long. Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedaj (suatu pendekatan proses
keperawatan) 2. Bandung: Yayasan IAPK.
Suddart, Brunner. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1, 2. Jakarta: EGC.
Swearingen. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Engran, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.