Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Secara umum, sistem kenegaraan mengikuti pola pembagian kekuasaan dalam pemerintahan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Montesquieu dengan teori Trias Politika yang merupakan
pengembangan dari doktrin awalnya oleh John Locke. Menurutnya, pada setiap pemerintahan
terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga jenis kekuatan
tersebut terpisah satu sama lainnya, baik mengenai tugas maupun mengenai alat perlengkapan
yang melakukannya.

1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Amandemen


UUD 1945.
2. Bagaimana Pelaksanaan Hak-hak Asasi Manusia dalam Negara Rebuplik Indonesia.

1.3

Pembahasan Masalah

A. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sebelum dan Sesudah dilakukan Amandemen UUD 1945

1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sebelum Dilakukan


Amandemen UUD 1945
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sebelum Diamandemen tertuang
dalam penjelesan UUD 1945 yang membahas 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara
Indonesia (baca: Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Indonesia), yaitu :

1.
2.

Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)


Sistem Konstitusinal.

3.

Kekuasaan tertinggi di tangan MPR.

4.

Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR.

5.

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6.

Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR.

7.

Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan 7 kunci pokok diatas, Indonesia pada masa dahulu menganut sistem pemerintahan
Presidensial (akan dibahas selanjutnya) menurut UUD 1945. Sistem pemerintahan tersebut
dijalankan dimasa kekuasaan Presiden Suharto. Dimana presiden pada waktu itu memegang
peranan yang amat besar dalam pemerintahan.
Pada masa tersebut, Presiden memiliki beberapa wewenang. Berikut Wewenang Presiden
Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Amandemen :

1.

Pemegang kekuasaan legislative.

2.

Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.

3.

Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.

4.

Panglima tertinggi dalam kemiliteran.

5.

Berhak mengangkat & melantik para anggta MPR dari utusan daerah atau glngan.

6.

Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.

7.

Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain.

8.

Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain.

9.

Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain lain tanda kehrmatan.

10.

Berhak memberi grasi, amnesty, ablisi, dan rehabilitasi.

Wewenang tersebut biasa disebut dengan hak prerogratif presiden. Tentu dalam prakteknya
Sistem Pemerintahan Presidensial ini memiliki beberapa dampak negatif, berikut adalah dampak
negatif dari Sistem Pemerintahan Presidensial :

1.

Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu presiden.

2.

Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.

3.
Pejabat pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk lyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.
4.

Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan rang rang yang dekat presiden.

5.

Menciptakan perilaku KKN.

6.

Terjadi persnifikasi bahwa presiden dianggap Negara.

7.

Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden.

Tetapi juga Sistem Presidensial ini memiliki dampak positif, yaitu:

1.

Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan.

2.

Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kmpak dan slid.

3.

Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.

4.

Knflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat dihindari.

Pada akhir tahun 99an Indonesia mengalami masa reformasi. Dimana terjadi demonstrasi besarbesaran di seluruh Indonesia Raya dalam rangka untuk menggulingkan Presiden Suharto pada
waktu itu. Karena rakyat Indonesia bertekat untuk membentuk suatu pemerintahan yang
demokratis alias bebas. Oleh karena itu dibentuklah Sistem Pemerintahan berdasarkan
Konstitusi (Konstitusional). Yang bercirikan:

1.

Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif.

2.

Jaminan atas hak hak asasi manusia dan warga Negara.

2. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sesudah Dilakukan


Amandemen UUD 1945
B. Sistem Pemerintahan Indonesia Sesudah di Amandemen
Setelah terjadi amandemen, Sistem Pemerintahan Indonesia mengalami perubahan pokok-pokok
kunci pemerintahan, yaitu :

1.
Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah Negara terbagi
menjadi beberapa prvinsi.
2.

Bentuk pemerintahan adalah Republik.

3.

Sistem pemerintahan adalah presidensial.

4.

Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.

5.

Kabinet atau menteri diangkat leh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

6.

Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.

7.

Kekuasaan yudikatif dijalankan leh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.

Pada dasarnya tidak ada yang banyak berubah, Indonesia tetap menganut sistem pemerintahan
Presidensial dimana Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden tidak
bertanggung jawab kepada Parlemen.Namau ada beberapa variasi dari sistem pemerintahan
presidensial di Indnesia adalah sebagai berikut :

1.
Presiden sewaktu waktu dapat diberhentikan MPR atas usul dan pertimbangan dari
DPR.
2.
Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan
DPR.
3.
Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau
persetujuan DPR.
4.
Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang undang dan
hak budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indnesia. Hal
itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru
tersebut, antara lain adanya pemilihan presiden secara langsung, sistem bicameral, mekanisme
check and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk
melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

3. Perbedaan Sistem Pemerintahan Sebelum dan Sesudah


Amandemen
Dalam sejarah indonesia, sudah beberapa kali pemerintah melakukan amandemen pada UUD
1945. Hal ini tentu saja dilakukan untuk menyesuaikan undang-undang dengan perkembangan
zaman dan memperbaikinya sehingga dapat menjadi dasar hukum yang baik. Dalam proses
tersebut, terdapat perbedaan antara sistem pemerintahan sebelum dilakukan amandemen dan
setelah dilakukan amandemen. Perbedaan tersebut adalah:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Sebelum dilakukan amandemen, MPR merupakan lembaga tertinggi negara sebagai pemegang
dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.
WEWENANG MPR Sebelum Amandemen

1.
Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain,
termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya ditugaskan kepada
Presiden/Mandataris.
2.

Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan Majelis.

3.

Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil Presiden.

4.
Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai pelaksanaan GarisGaris Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
5.
Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan memberhentikan Presiden dalam
masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar Haluan Negara
dan/atau Undang-Undang Dasar.
6.

Mengubah undang-Undang Dasar.

7.

Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.

8.

Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.

9.

Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah/janji anggota.

Setelah amandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tinggi negara yang setara dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.
WEWENANG MPR Setelah Amandemen
1.
Menghilangkan supremasi kewenangannya
2.

Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN

3.
Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara
langsung melalui pemilu)
4.

Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.

5.

Melantik presiden dan/atau wakil presiden

6.

Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya

7.
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden
8.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pemilu
sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan.
9.

MPR tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Sebelum Amandemen
Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
WEWENANG DPR Sebelum Amandemen :
1.
Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2.

Memberikan persetujuan atas PERPU.

3.

Memberikan persetujuan atas Anggaran.

4.
Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban
presiden.
5.
Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggota-anggota BPK dan tiga hakim
pada Mahkamah Konstitusi.
Setelah Amandemen
Setelah amandemen, Kedudukan DPR diperkuat sebagai lembaga legislatif dan fungsi serta
wewenangnya lebih diperjelas seperti adanya peran DPR dalam pemberhentian presiden,
persetujuan DPR atas beberapa kebijakan presiden, dan lain sebagainya.
WEWENANG DPR Setelah Amandemen
1.
Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
2.
Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
3.
Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
4.

Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

5.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah
3. PRESIDEN

SEBELUM AMANDEMEN
Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang kekuasaan
legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power). Presiden mempunyai
hak prerogatif yang sangat besar. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat

menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya,
sehingga presiden bisa menjabat seumur hidup.

WEWENANG
1.
Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.
2.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
3.
Menetapkan Peraturan Pemerintah
4.
Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
PEMILIHAN
Presiden dan Wakil Presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR.
SETELAH AMANDEMEN
Kedudukan presiden sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dan berwenang membentuk
Undang-Undang dengan persetujuan DPR. Masa jabatan presiden adalah lima tahun dan dapat
dipilih kembali selama satu periode.
WEWENANG
1.
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
2.
Presiden tidak lagi mengangkat BPK, tetapi diangkat oleh DPR dengan memperhatikan
DPD lalu diresmikan oleh presiden.
3.
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara
4.
Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
5.
Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
6.
Menetapkan Peraturan Pemerintah
7.
Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
8.
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR
9.
Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
10.
Menyatakan keadaan bahaya
PEMILIHAN
Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
peserta pemilu sebelumnya. Pilpres pertama kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004.
Jika dalam Pilpres didapat suara >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di
setiap provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia, maka dinyatakan
sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, maka pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam
Pilpres mengikuti Pilpres Putaran Kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam
Pilpres Putaran Kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.

4. MAHKAMAH KONSTITUSI
SEBELUM AMANDEMEN

Mahkamah konstitusi berdiri setelah amandemen

SETELAH AMANDEMEN
WEWENANG
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
KETUA
Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun.
Masa jabatan Ketua MK selama 3 tahun yang diatur dalam UU 24/2003 ini sedikit aneh, karena
masa jabatan Hakim Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga berarti untuk masa jabatan
kedua Ketua MK dalam satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir sebelum waktunya (hanya
2 tahun). Ketua MK yang pertama adalah Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.. Guru besar hukum
tata negara Universitas Indonesia kelahiran 17 April 1956 ini terpilih pada rapat internal antar
anggota hakim Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Agustus 2003.
Jimly terpilih lagi sebagai ketua untuk masa bakti 2006-2009 pada 18 Agustus 2006 dan
disumpah pada 22 Agustus 2006. Pada 19 Agustus 2008, Hakim Konstitusi yang baru diangkat
melakukan voting tertutup untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua MK masa bakti 2008-2011 dan
menghasilkan Mohammad Mahfud MD sebagai ketua serta Abdul Mukthie Fadjar sebagai wakil
ketua.
HAKIM KONSTITUSI
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim
Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5 tahun,
dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
Hakim Konstitusi periode 2003-2008 adalah:
1.
Jimly Asshiddiqie
2.
Mohammad Laica Marzuki
3.
Abdul Mukthie Fadjar
4.
Achmad Roestandi
5.
H. A. S. Natabaya
6.
Harjono
7.
I Dewa Gede Palguna
8.
Maruarar Siahaan
9.
Soedarsono
Hakim Konstitusi periode 2008-2013 adalah:
1.
2.
3.

Jimly Asshiddiqie, kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh Harjono


Maria Farida Indrati
Maruarar Siahaan

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Abdul Mukthie Fajar


Mohammad Mahfud MD
Muhammad Alim
Achmad Sodiki
Arsyad Sanusi
Akil Mochtar
5. MAHKAMAH AGUNG
SEBELUM AMANDEMEN
Kedudukan: :
Kekuasan kehakiman menurut UUD 1945 sebelum amandemen dilakukan oleh Mahkamah
Agung dan lain-lain badan kehakiman (Pasal 24 (1)). Kekuasaan kehakiman hanya terdiri atas
badan-badan pengadilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Lembaga ini dalam tugasnya
diakui bersifat mandiri dalam arti tidak boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang-cabang
kekuasaan lainnya, terutama eksekutif.

WEWENANG
Sebelum adanya amandemen, Mahkamah Agung berwenang dalam kekuasaan kehakiman secara
utuh karena lembaga ini merupakan lembaga kehakiman satu-satunya di Indonesia pada saat itu.
SETELAH AMANDEMEN
Kedudukan:
MA merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman disamping itu sebuah
mahkamah konstitusi diindonesia (pasal 24 (2) UUD 1945 hasil amandemen ). Dalam
melaksanakan kekusaan kehakiman , MA membawahi Beberapa macam lingkungan peradilan,
yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara( Pasal
24 (2) UUD 1945 hasil amandemen).
WEWENANG
Fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti
Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UndangUndang
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
6. BPK
SEBELUM AMANDEMEN
Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undangundang. Hasil Pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat PASAL 23
SESUDAH AMANDEMEN
Pasal 23F
(1) Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan
oleh Presiden.
(2) Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G
(1) BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap propinsi
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai BPK di atur dengan undang-undang
Sumber : http://www.slideshare.net/rmriwan/sistem-pemerintahan-indonesia-sebelum-dansesudah-amandemen

B. Realisasi Hak hak Asasi Manusia dalam Negara


Republik Indonesia

1. Pengertian Hak Asasi Manusia


Pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia (Human Rights)
secara universal ham adalah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir sampai mati
sebagai anugerah dari tuhan YME. semua orang memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dan
apa yang dikendakinya selama tidak melanggar norma dan tata nilai dalam masyarakat. Hak
asasi ini sangat wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh negara, hukum dan
pemerintah. setiap orang sebagai harkat dan martabat manusia yang sama antara satu orang
dengan lainnya yang benar-benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada pembeda hak antara orang
satu dengan yang lainnya.
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).

- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

2. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945


Menurut Arumanadi dan Sunarto (1990: 75-76) dalam Pembukaan UUD 1945 banyak
menyangkut hak asasi. Dalam alinea pertama dinyatakan Bahwa sesungguhnya itu
kemerdekaan ialah hak segala bangsa... ini merupakan pengakuan akan adanya kebebasan untuk
merdeka (freedom to be free). Dalam alinea kedua disebutkan negara Indonesia yang adil. Dari
alinea ketiga dapat diambil kesimpulan bahwa rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya
supaya terjelma kehidupan bangsa indonesia yang bebas. Sedangkan pada alinea keempat

menunjukan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi dalam segala bidang, yaitu
bidang politik, hukum, sosial ekonomi dan kebudayaan.
Hak asasi manusia yang termaktub di dalam UUD 1945 cukup banyak, yaitu yang terdapat pada
Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J.

4. Hak dan Kewajiban Warga Negara


HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).


- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

4. Realisai Hak hak Asasi Manusiadalam Negara


Republik Indonesia
Bagaimana Bentuk Realisasi HAM berdasarkan Pancasila?
Di era globalisasi ini hak asasi manusia mendapat sorotan tajam dari dunia internasional.
Indonesia menjadi satu diantara Negara-negara yang sering menjadi target aktivis HAM dunia
akibat adanya pelanggaran-pelanggaran yang bersifat asasi. Lalu bagaimana dasar Negara
Pancasila menjamin hak asasi manusia di tanah air?
Manusia adalah mahluk Tuhan yang merupakan mahluk pribadi dan sekaligus mahluk sosial.
Artinya manusia yang merupakan pribadi harus hidup bersama sama dengan sesama manusia.
Tidak mungkin manusia hidup sendiri tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia lainnya.
Manusia adalah pribadi artinya manusia adalah subyek yang berdiri sendiri, yang mampu
mengerti dan menentukan sikap terhadap diri sendiri dan terhadap obyek di sekitarnya, dan di
alam semesta. Manusia sebagai mahluk pribadi dan sosial mengembangkan jasmani dan
rohaninya dengan melakukan perbuatan dalam kehidupan bersama sesama manusia.
Untuk dapat hidup dan menjaga kelangsungan hidupnya manusia oleh sang Pencipta dilengkapi
dengan kemampuan-kemampuan cipta, rasa dan karsa dan hak-hakserta kewajiban-kewajiban
asasi.Hak-hak asasi manusia secara universal juga mendapat tempat dalam dasar Negara RI.
Bentuk konkret realisasi hak asasi manusia dalam konsep hidup berdasarkan Pancasila, yakni :
a. Hak asasi manusia bersumber langsung pada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena manusia

mendapat bebas untuk beribadah menurut agama dan keyakinan masing-masing dan dilindungi
negara.
b. Tuhan menciptakan manusia yang dibekali dengan kemampuan dan hak asasi serta kewajibankewajiban asasi untuk dapat hidup dan menjaga kelangsungan hidupnya serta mencapai tujuan
hidupnya secara beradab.
c. Tuhan menghendaki manusia hidup dalam kebersamaan, Tidak mungkin manusia hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu manusia harus mampu bersatu dan menjaga
hubungan harmonisasi dengan sesamanya.
d. Hak berpendapat dan menyampaikan keinginan setiap insan dikelola secara perwakilan dan
setiap keputusan adalah hasil dari musyawarah untuk mufakat.
e. Manusia berhak mendapat keadilan yang sama tanpa pandang bulu, untuk mendapat
kesejahteraan dan kemakmuran hidup.
Oleh sebab itu hak asasi manusia wajib diletakkan dalam kerangka kebersamaan hidup. Inilah
konsep berdasarkan Pancasila. (DP)

1.4. Kesimpulan dan Saran

1.5. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai