Anda di halaman 1dari 13

KERAPATAN DAN BERAT JENIS

FARMASI FISIK

OLEH
PRAKTEK G KELOMPOK 2:

KERAPATAN DAN BERAT JENIS


I.TUJUAN
Menentukan kerapatan dan berat jenis suatu zat serta dapat memahami aplikasinya.
II. DASAR TEORI
Kerapatan () adalah massa persatuan volume pada termperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g/cm = g/ml) dan dalam satuan
SI kilogram per meter kubik (kg/m).
M
=
V
Berat jenis adalah perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air yang ditentukan
pada temperature yang sama. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat
diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
zat
d =
air
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering di definisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4. Notasi yang sering
dilakukan dalam pembacaan berat jenis 25/25, 25/4, dan 4/4. Angka yang pertama
menunjukkan temperature udara dimana zat ditimbang dan angka dibawah garis miring
menunjukan temperature air yang dipakai. Berat jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang
penting dan sering digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat
. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama
pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis merupakan bilangan abstrak
yang menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Bobot
jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebanyak akurasi yang
diperlukan pada penentuannya. (Ansel.2004)

Berat jenis untuk penggunan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu atau temperatur
lain yang tertentu. Notasi tersebut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis : , ,dan .
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang;angka di bawah garis
miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi menggunakan patokan 25 .
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca MohrWestphal, hidrometer dan alat-alat lain. (Martin.1990)
Metode penentuan untuk cairan terdiri atas : (Voigt.1994)
1.

Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi

ruang 30 ml.
2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
3.

dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan
yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan
mudah dlaksanakan.
Kerapatan atau density adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan
volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume.
Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( ). (Martin.1990)
Ketika suatu bubuk dituangkan kedalam sebuah wadah, volume yang menempati wadah
tersebut tergantung dari faktor seperti uuran partikel, bentuk partikel dan sifat parmukaan. Dalam
keadaan normal biasanya akan terdiri dari partikel padat dan ruang udara intrapartikel ( kosong
atau pori-pori ). Partikel sendiri juga terdiri atas pori tertutup atau pori intrapartikel. Jika serbuk
partikel dibiarkan dan diberi getaran atau tekanan, partikel akan bergerak relatif terhadap satu
sama lain untuk meningkatkan kerapatannya. Pada akhirnya kondisi kerapatan mampat dapat
tercapai yang tidak mungkin tanpa perubahan bentuk partikel. (Gibson.2004)
Kerapatan dari suatu bubuk, tergantung pada kondisi penangan tersendiri, dan ada
beberapa definisi yang bisa diterapkan juga untuk serbuk sebagai jumlah atau dari partikel

tunggal. Standar british 2955 (1958) mendefinisikan tiga bentuk yang bisa diterapkan untuk
partikel-partikel. Kerapatan partikel adalah jumlah massa partikel dibagi dengan volumenya.
Istilah yang berbeda berasal muncul dari cara dimana volume didefinisikan: (Gibson.2004)
1.

Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak mencakup pori terbuka dan pori

2.
3.

tertutup dan merupakan susunan mendasar dari suatu sediaan.


Kerapatan bulk adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan pori antarpartikel.
Kerapatan mampat adaah volume yang dilihat ketika fluid bergerak melewati partikel. Hal ini
sangat penting dalam pembuatan pengendapan atau larutan tetapi jarang digunakan dalam
pembuatan sediaan padat.
Kesulitan utama pada saat penentuan volume sebenarnya dari serbuk bulk, dimana tiga
tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan:(Lachman.2007)

1.

Rongga intrapartikel yang terbuka - rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal,tetapi

2.

terbuka pada lingkungan luar.


Rongga intrapartikel yang tertutup rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi

3.

tertutup pada lingkungan luar.


Rongga antarpartikel ruang-ruang udara antara dua partikel individu.
Porositas merupakan hasil bagi volume total ari ruang-ruang rongga (vv) terhadap
volume bulk dari bahan sering dipilih untuk mmantau kemajuan kompresi. Porositas juga bisa
didefinisikan sebagai bagian dasar dri suatu serbuk yang ditempati oleh pori-pori dan diukur
pada keadaan yang efisiensi atau sebagai perbandingan antara kerapatan bulk dan kerapatan
kerapatan sejati. (Lacman.2007&Gibson.2004)
III. ALAT
1. Neraca Electrik
2. Piknometer
3. Kalkulator
4. Tissue
IV. BAHAN
1. Etanol
2. Aseton
3. Klorofom

4. parafin
6.Aquadest

V. CARA KERJA
I. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1.Menimbang dengan teliti piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering
2.Mengisi piknometer dengan aquadest hingga penuh lalu ditimbang
3. air yang menempel diusap dengan tissue lalu menimbang piknometer dengan teliti.
4. Melihat tabel berapa kerapatan aquadest pada suhu percobaan.
5. Perhitungan :
Bobot pikrometer + air

: a gram

Bobot Pikrometer kosong

: b gram

Bobot aquadest

: (a-b)=c gram

Kerapatan aquadest pada suhu percobaan (tabel) : 0,996 (aquadest)


c (gram)
Volume pikrometer

=
aquadest (gram / ml )

= V ml
II.

Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Zat Cair dan zat padat

1.Piknometer bersih dan kering, mengisi penuh dengan zat cair kemudian ditutup. cairan yang
menempel diusap dengan tissue, menimbang dengan teliti. Misal bobotnya : D gram
d
kerapatan cairan

=
Vp

IV. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Zat +parafin


Pigno + parafin + + aquadest = y gram
Berat zat padat

=x gram

Bobot pigno + aquadest = y x gram


Bobot aquadest = (y x )-b
c- (y x b)
Volume aquadest (Z) =
aquadest
x gram
kerapatan=
v zat padat
DATA DAN ANALISA

NO BOBOT KOSONG(g)

1
32,7 g
2
32,7 g
3
32,7 g
Rata rata

BOBOT
PIKNO
+AIR (g)
57,2 g
57,1 g
57,2 g

air pada suhu 25 c=

BERAT AIR
(g)

Volume
piknometer

24,5 g
24,4 g
24,5 g
24,467

24,59 ml
24,53
24,59
24,57

=0,9902 g/ml

Volume pikno pada zat cair


Replikasi I
Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong
= 57,2 g-32,7=24,5 g
Vp=

=24,59 ml

Replikasi II
Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong
= 57,1 g-32,7=24,4g
Vp=

=24,53 ml

Replikasi I
Berat air=(berat piknometer +air)-berat piknometer kosong
= 57,2 g-32,7=24,5 g
Vp=

=24,59 ml

B Tabel penentuan kerapatan zat uji alkohol


Replikasi

1
2
3
Rata rata

Berat
piknometer
kosong (g)
32,7 g
32,7 g
32,7 g

Berat
piknometer+alkohol
(g)
52,5 g
52,4 g
52,3 g

Berat
alkohol(g)

Kerapatan cu g

19,8 g
19,7 g
19,6 g

0,806 g/ml
0,802 g/ml
0,798 g/ml
0,802g/ml

1 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong


= 52,5-32,7 g=19,8 g
Kerapatan zat cair=

=0,806 g/ml

2 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong


= 52,4-32,7 g=19,7 g
Kerapatan zat cair=

=0,802 g/ml

3 Berat alkohol ==(berat piknometer +alkohol)-berat piknometer kosong


= 52,3-32,7 g=19,6 g
Kerapatan zat cair=

Rata rata kerapatan zat cair=

Bobot jenis Alkohol (BJ)=

Replikasi 1 =

=0,8092

Replikasi II =

=0,8052

Replikasi 1 =

=0,8011

Rata rata BJ;0,8051

=0,798 g/ml

=0,81 g/ml

2 Tabel Penentuaan kerapatan zat padat


No

Bobot
pikno
kosong(g)

Pikno+air
penuh(g)

Pikno+zat
padat+air(
g)

Pikno+a Berat air


ir(g)
yang
ditumpahk
an (g)

Volume
zat padat
ml

Kerapatan zat
padat g/ml

23,9g

34 ,0g

33,5 g

33

1g

1,0040 ml

0,498 g/ml

23,9g

34,0 g

33,5 g

33

1g

1,0040ml

0,498 g/ml

23,9g

33,9g

33,5 g

33

0,9g

0,9036ml

0,553 g/ml

0,970 ml

0,5163 g/ml

Rata rata
Berat paraffin padat=0,5 g
Volume air yang ditempuh = volume zp (ml)
volume air ==

=0,99602 g/ml

Replikasi 1
m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)
=34,0 g-33g =1g
Volume zat padat= V1=

=1,0040 ml

Replikasi 2
m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)
=34,0 g-33g =1g
Volume zat padat=

=1,0040 ml

Replikasi 3
m zp=(Pikno+air penuh)- Pikno+air(g)
=33,9,0 g-33g 0,91g

Volume zat padat=

=0,9036 ml

Kerapatan paraffin padat =


Replikasi 1:
Kerapatan=

=0,498 g/ml

=0,498 g/ml

=0,553 g/ml

Replikasi 2:
Kerapatan=
Replikasi 3:
Kerapatan=

Rata rata kerapatan=

=0,5163 g/ml

VI. PEMBAHASAN
Pratikum ini bertujuan untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis cairan dan padatan.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu biasanya pada suhu
25C ,20C,30C tapi yang sering digunakan 25C menurt FI edisi IV hal 1030
Sedangkan bobot defenisi perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat
pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25C), sedangkan rapat jenis (specific gravity) adalah
perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu ( dalam bidang farmasi biasanya digunakan
25/25). Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan
air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang
khusus. Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif antara
massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm atau 1000
kg/m. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan),
dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Dalam bidang farmasi kerapatan dan berat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah
satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji
identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula
diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis dan hidrometer digunakan untuk
mencari rapat jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan
kapasitas antara 10ml-50ml..
Dari percobaan ini diperoleh hasil dari volume pikno meter mengunakan aquadeskarena sudah
diketahui bobot jenisnya secara nyata p air pada suhu 25c yaitu 0,99602 g/ml(FI IV hal 1030)

Menurut literatur (FI IV ,1995)kerapatan alcohol antara 0,81-0,86 g/ml dalam praktikum ini
didapatkan 0,802 g/ml yang berarti sudah masuk rentang kerapatan menurut literature
Menurut literatur (FI IV ,1995) Bj alcohol yang di tentukan 0,81 g/ml tapi dalam praktikum ini
tidak memenuhi sesuai literature
Kerapatan dari paraffin Rata rata kerapatan=

=0,5163 g/ml kerpatan dari

parrafintidak memenuhi syarat


Bj dari paraffin dalm praktikum ini adalah 0,5184 jauh lebih besar literatur

Kesalahan dalam praktium


1. Penimbangan : kesalahan akibat bisa disebabkan karena timbangan yang sama atau
berganti ganti timbangan, sehingga hasil penimbangan antara penimbangan satu dengan
yang lainnya tidak sama.
2. Cara penutupan piknometer yang salah : cara penutupan piknometer yang terlalu cepat
dapat menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak, sehingga dapat mempengaruhi hasil
pada saat penimbangan. Cara penutupan piknometer yang salah.
3. Pengaruh perubahan suhu : perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan
didalam piknometer akan memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada
waktu dilakukan penimbangan zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang
telah ditentukan.
4. Piknometer yang belum kering dan bersih : piknometer yang demikian belum bisa
digunakan untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis, karena masih terdapat cairan yang
tertinggal di dalam piknometer, sehingga akan mempengaruhi hasil pada saat
penimbangan dilakukan.
5. Volume air yang tidak tepat : volume air yang dimasukkan ke dalam piknometer harus
tepat sesuai yang telah ditentukan, jika air terlalu banyak atau air terlalu sedikit, maka hal
tersebut akan mempengaruhi hasil setelah penimbangan dilakukan.
6. Sampel yang terkontaminasi : sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan
hasil penyimpang, dikarenakan kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang
masih murni.
7. Pengenceran alkohol yang tidak tepat : pengenceran alkohol yang tidak sesuai akan
memberikan hasil yang berbeda, dikarenakan alkohol yang ditimbang belum tentu
kadarnya sesuai dengan yang diinginkan.
KESIMPULAN
1. Rata rata volume pikno sebesar 24,57g/ml
2. Kerapatan alcohol memenuhi syarat yaitu 0,82 g/ml yang masuk rentang
3. Kerapatan paraffin tidak memenuhi sesuai literature lebih kecil dari literature

4. Bj alcohol yang di tentukan 0,81 g/ml tapi dalam praktikum ini tidak memenuhi sesuai
literature
5. Bj parafin yang dalam praktikum ini tidak memenuhi sesuai literature
6. Semakin besar volume dan massa dari suatu senyawa,makinkecil kerapatan begitu juga
sebaliknya

DAFTAR PUSTAKA

Dzakwan , Muhammad. 2010 . Petunjuk praktikum farmasi fisik I . Universitas Setia


Budi , 1-3
Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar
farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I ,
penerbit UI ,Jakarta , 8-309-318, 454-495, 559-687
Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar
farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid II ,
penerbit UI ,Jakarta , 724-817

Anda mungkin juga menyukai