Saluran
Cerna/Gastrointestinal
bleeding
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Rongga mulut
Di dalam rongga mulut terdapat permukaan epitel yang halus.
Fungsi dari rongga mulut adalah untuk mensekresi saliva agar membasahi
makanan dan memulai pencernaan. Makanan dalam mulut :
Dihancurkan menjadi partikel kecil menggunakan gigi yang dibantu oleh
kelenjar saliva dan dihancurkan menjadi partikel yang kecil dan halus
oleh gigi.
Pati (karbohidrat) didegradasi oleh amylase yang terdapat di dalam
saliva.
Setelah itu makanan yang dikunyah telah didegradasi masuk ke dalam
esophagus dan oleh adanya gerakan peristaltic terbawa ke lambung
2. Esophagus
Mentransport makanan dengan cepat dari kerongkongan sampai
lambung. Spincter esophageal bagian bawah membuka sedikit, tetapi
dengan cara lain mencegah bercampurnya juice lambung mengalir lagi
yang secara potensial berbahaya.
3. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia
(bagian tengah), fundus (bagian atas), dan antrum (bagian bawah).
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan (Anonim, 2009). Dinding Lambung terdiri dari 3
lapis, yang luar bersifat membujur, yang tengah sirkuler, dan yang paling
dalam otot polos lurik. 3 lapisan itu yaitu :
Sel-sel utama (chief cells) di mukosa fundus mensekresi pepsinogen ;
merupakan enzim yang dapat memecah protein.
Sel-sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus
yangmemproduksi HCl dan intrinsic factor
Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan mengeluarkan gastrin. Di
lokasi ini terdapat pula sel-sel mucus yang mensekresi lendir (Tjay &
Rahardja. 2002).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung (Anonim, 2009). Asam
klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri (Anonim, 2009). Selain itu, lambung juga mensekresi
gastrin dan intrinsic factor, dan absorpsi (minimal) dari bahan makanan
tertentu (Tjay & Rahardja, 2002). Mukosa lambung memiliki berjuta-juta
kelenjar kecil yang menghasilkan getah lambung, yang terdiri dari gastrin,
HCl, pepsin, dan lendir. Sekresinya dipicu oleh beberapa mekanisme,
yakni melalui stimulasi N. vagus yang timbul bila melihat atau membaui
makanan, juga stimulasi sel-sel sekresi secara langsung akibat tekanan
makanan pada dinding lambung. Gastrin memegang peranan penting pula
pada regulasi sekresi.
4. Usus Halus
Merupakan lapisan tunggal sel epitel yang membentuk lekukanlekukan yang disebut lekukan Kerckring yang meningkatkan luas
permukaan intestinal. Proyeksi kecil dari lekukan-lekukan ini disebut villi
yang dapat meningkatkan luas permukaan 10 lekukan lainnya. Proyeksi
yang lebih kecil sepanjang villi terdapat mikrovilli yang meningkatkan luas
permukaan 20 lekukan lainnya. pH lingkungan usus halus sekitar 4-5
hingga agak basa. Fungsi usus halus adalah untuk absorbsi dari nutrient
normal. Obat yang dapat terabsorbsi dengan baik adalah obat yang tidak
terionisasi atau basa lemah.
Usus halus memproduksi campuran dari disakarida, peptida, asam lemak,
dan monogliserida. Sehingga sebanyak 90-95% dari nutrisi terjadi
absorbsi di dalam usus halus ini. Akhir dari pencernaan dan absorbsi
terjadi didalam vili, yang merupakan lapisan permukaan dari usus halus.
Pada bagian permukaan dari sel epitel pada setiap vili ditutupi oleh
mikrovili sehingga total permukaan dari usus menjadi (biasa disebut
sebagai"brush border") 200 meter kuadrat.
5. Usus besar (kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Tidak terdapat mikrovilli. Lingkungan dari usus besar bersifat netral
hingga basa. Berfungsi untuk eliminasi dari lendir dan fecal. Yang dibantu
dengan transport ion natrium. Absorpsi obatnya terjadi di rektal. Usus
besar menerima residu dari pencernaan seperti air, selulosa yang tidak
dicerna, fiber yang semuanya steril sehingga usus besar terdapat banyak
populasi mikroorganisme. pH dari usus besar adalah 5,5 - 7, dan seperti
area bukal, darah yang mengalir di rektum tidak ditransport pertama kali
ke hati.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
BAB III
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
3.1 Pendahuluan
Perdarahan akut Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan
salah satu penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah
sakit. Sebagian besar pasien datang dalam keadaan stabil dan sebagian
lainnya datang dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan
yang cepat dan tepat.
Kejadian perdarahan akut saluran cerna ini tidak hanya terjadi di luar
rumah sakit saja, namun dapat pula terjadi pada pasien-pasien yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit terutama di ruang perawatan
intensif dengan mortalitas yang cukup tinggi. Selain itu perdarahan akut
SCBA sering menyertai penyakit-penyakit lainnya seperti trauma kapitis,
stroke, luka bakar yang luas, sepsis, renjatan dan gangguan hemostasis.
3.2 Epidemiologi
Di negara barat insidensi perdarahan akut SCBA mencapai 100 per
100.000 penduduk/tahun, dan laki-laki lebih banyak dari wanita. Insidensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.5 Patofisiologi
Varices esofagus dan hipertensi portal gastropati.
PSCA karena varises terjadi pada 25-30 % pasien sirosis hati, dengan
angka kematian dari tahun 1971 sampai 1981 diberbagai penelitian di
Indonesia 30-60 %. Harapan hidup selama 1 tahun sesudah perdarahan
pertama sekitar 32-80%.
Varices esofagus dan gaster disebabkan karena peningkatan aliran darah
dalam vena-vena kolateral dari aliran darah porta melalui vena gastrica
coronaria akibat hipertensi portal. Perdarahan varices ini terjadi bila
hepatic venous gradient melebihi 12 mmHg. Pasien dengan gastropati
hipertensi portal tidak selalu disertai dengan varices gastroesofageal yang
nyata. Bila terjadi perdarahan pada pasien kelompok gastropati ini,
biasanya lebih banyak khronik dan tersamar.
Ulkus Peptikum / Tukak peptik
Tukak ini berkaitan dengan infeksi H. Pylori (80%) dan bisa juga dengan
aspirin/OAINS. Tukak peptik dapat di lambung, duodenum, esofagus, dan
diverticulum Meckel, dan hebat tidaknya perdarahan tergantung dari
kaliber pembuluh darah yang terluka
Stress Gastritis
Suatu erosi superfisial mukosa akut yang difus dengan menifestasi
sebagai eritema. Perdarahan yang terjadi biasanya ringan dan berhenti
sendiri, jarang menjadi masif. Stress gastritis/ulceraini terjadi pada cedera
kepala yang menyebabkan tekanan intracranial meningkat (ulkusCushing)
dan luka bakar ( ulkus Curling), dan pasien dalam ventilator. Faktor
predisposisi yang bisa mengganggu keseimbangan antara barier mukosa
protektif lokal (mukus, bikarbonat, aliran darah, sintesis prostaglandin)
dengan faktor agresif (asam lambung, pepsin) akan menyebabkan erosi
mukosa yang difus. Keadaan tersebut misalnya pada: renjatan, trauma
multipel, acute respiratory distress syndrome, sepsis.
Pencegahan agar tidak terjadi perdarahan pada keadaan-keadaan ini
dengan menstabilkan hemodinamik untuk memastikan aliran darah
3.7 Diagnosis
Seperti dalam menghadapi pasien-pasien gawat darurat lainnya
dimana dalam melaksanakan prosedur diagnosis tidak harus selalu
melakukan anamnesis yang sangat cermat dan pemeriksaan fisik yang
sangat detail, dalam hal ini yang diutamakan adalah penanganan A-BC
( Airway Breathing Circulation ) terlebih dahulu. Bila pasien dalam
keadaan tidak stabil yang didahulukan adalah resusitasi ABC. Setelah
BAB IV
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
Perdarahan SCBB mempunyai angka kematian mulai dari sekitar
10% sampai 20%, dengan pasienlanjut usia (> 60 tahun) dan pasien
dengan komorbidnya. Perdarahan SCBB lebih mungkin pada orang tua
karena insiden yang lebih tinggi pada diverticulosis dan penyakit
pembuluh darah pada kelompok ini. Insiden Perdarahan SCBB lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita.
Perdarahan SCBB dapat disebabkan oleh berbagai keadaan diantaranya
adalah diverticulosis, anorectal diseases, carcinomas, inflammatory bowel
disease ( IBD ), dan angiodysplasias. Perdarahan SCBB juga dapat dibagi
menjadi massive bleeding, moderate bleeding, dan occult bleeding
dimana terdapat perbedaan dengan faktor predisposisi usia pasien,
manifestasi klinis, serta penyebab terjadinya perdarahan.
4.2 Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna bagian bawah menyumbang sekitar20-30
persen dari episode perdarahan saluran cerna. Walaupun secara statistik,
perdarahan SCBB mempunyai frekuensi yang lebih jarang dari perdarahan saluran cerna bagian
atas. Setiap tahunnya sekitar 20-27 kasus per 100.000 populasi pada negara-negara barat.
Perdarahan SCBB memerlukan perawatan di rumah sakit dan merupakan faktor morbiditas dan
mortalitas di Rumah Sakit. LGIB yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit di Amerika adalah
sebesar kurangdari 1 %. Penyebab LGIB yang paling sering adalah diverticulosis yaitu sekitar
30-50% danangiodisplasia sekitar 20-30% dari seluruh kasus. Para ahli juga mengatakan
bahwaangiodisplasia dialami lebih sering oleh pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Menurut
penelitian yang dilakukan di RSCM, tingkat kematian karena perdarahansaluran cerna bagian
atas juga cukup tinggi hampir mencapai 26%. Penelitian yang dilakukanterakhir di RSCM dari
4.154 endoskopi saluran cerna atau selama 5 tahun (2001-2005)didapatkan 837 kasus dengan
perdarahan saluran cerna.
4.3 Definisi
Perdarahan saluran cerna bawah didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari
organ traktus gastrointestinalis yang terletak distal dari Ligamentum Treitz yang menyebabkan
ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia simptomatis. Pada umumnya perdarahan ini
(sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar per-anum/per-rektal yang bersifat akut,
transient, berhenti sendiri.
4.4 Etiologi
Penyebab Tersering dari perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah Perdarahan divertikel
kolon, angiodisplasia, dan kolitis iskemik merupakan penyebab tersering dari saluran cerna
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik dan berulang biasanya
berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan saluran cerna
bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran cerna bagian bawah bersifat lambat, intermiten,
dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
1. Divertikulosis.
Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien divertikulosis
erah marun, kadang-kadang bisa juga menjadi merah. Meskipun divertikel kebanyakan
ditemukan di kolon sigmoid, namun perdarahan divertikel biasanya terletak di sebelah kanan.
Umumnya terhenti secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak ada pengobatan
khusus yang dibutuhkan oleh para pasien.
2. Angiodisplasia
Angiodisplasia merupakan penyebab 10-40persen perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Angiodisplasia salah satu penyebab kehilangan darah yang kronik. Angiodisplasia kolon
biasanya multipel, ukuran kecil kurang dari diameter <5mm dan biasa terlokalisir di daerah
caecum dan kolon sebelah kanan. Sebagaimana halnya dengan vaskular ektasia di saluran
cerna, jejas di kolon umumnya berhubungan dengan usia lanjut, insufisiensi ginjal, dan riwayat
radiasi.
3. Kolitis Iskemia.
Kebanyakan kasus kolitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran darah viseral dan tidak
ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenteik. Kolitis iskemik, merupakan
bentuk yang paling umum dari cedera iskemik pada sistem pencernaan, sering melibatkan
daerah batas air (watershed ), termasuk fleksura lienalis dan rectosigmoid junction. Umunya
pasien kolitis iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan
akibat lain, dan dehidrasi. Iskemia menyebabkan peluruhan mukosa dan peluruhan ketebalan
parsial dinding kolon, edema, dan pendarahan. Kolitis iskemik tidak berhubungan dengan
kehilangan darah yang signifikan atau hematochezia, walaupun sakit perut dan diare berdarah
adalah manifestasi klinis yang utama.
4. Penyakit Perianal.
Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan
dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces. Berbeda dengan perdarahan
dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa mengancam
nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang
disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari hemoroid perlu
dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon.
5. Inflammatory Bowel Disease (IBD)
6. Neoplasia Kolon.
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut dan
biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar. Kelainan
neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD seperti Crohns
Disease atau celiac sprue.
7. Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
Kolitis dapat menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit sampai sedang. Divertikular
Meckel merupakan kelainan kongenital di ileum dapat berdarah dalam jumlah yang banyak
akibat dari mukosa yang menghasilkan asam. Pasien biasanya anak-anak dengan perdarahan
segar maupun hitam yang tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna marun
disertai rasa nyeri ditempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal dapat
menimbulkan varises di ileukolon dan di anorektal yang dapat menimbulkan perdarahan dalam
jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah yang lebih jarang seperti
fistula autoenterik, ulkus rektal soliter, dan ulkusdi caecum.
4.5 Manifestasi Klinis
Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia, maroon stool, melena,
atau perdarahan tersamar.
matoskezia adalah darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini merupakan manifestasi
klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber perdarahan pada umumnya berasal dari
anus, rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga dapat berasal
dari usus kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut berlangsung
masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam lambung) dan masa
transit usus yang cepat. Maroon stool: darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur
dengan melena) yang biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal) atau
juga dapat dari SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat. Melena adalah buang air besar
atau feses yang berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau seperti teh (aspal), berbau busuk
dan hal ini disebabkan perubahan hemoglobin menjadi hematin. Perubahan ini dapat terjadi
akibat kontak hemoglobin dengan asam lambung (khas pada perdarahan SCBA) atau akibat
degradasi darah oleh bakteri usus. Misalnya pada perdarahan yang bersumber di kolon bagian
kanan yang disertai waktu transit usus yang lambat. Perdarahan SCBB akan tersamar bila
jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warna feses yang keluar. Gambaran klinis lainnya
akan sesuai dengan penyebab perdarahan (misalnya pada tumor rektum, teraba massa pada
pemeriksaan colok dubur) dan dampak hemodinamik yang terjadi akibat perdarahan tersebut
(misalnya anemia atau adanya renjatan). Sebagian besar perdarahan SCBB (lebih kurang 85%)
berlangsung akut, berhenti spontan, dan tidak menimbulkan gangguan hemodinamik.
Perdarahan SCBB diklasifikasikan sebagai perdarahan akut dan berat bila:
1. telah menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan
2. terdapat penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume intravaskular dengan
cairan kristaloid atau plasma expander
3. terdapat faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya yang bermakna.
4.6 Diagnosis Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang
Anamnesis yang teliti dan pemereiksaan fisik yang akurat merupakan data yang penting
untuk menegakan diagnosis yang tepat, riwaayat hemoroid atau IBD sangat penting untuk
dicatat. Nyeri abdomen atau diare merupakan petunjuk kepada kolitis atau neoplasma.
Keganasan kadang ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia, limfadenopati atau
massa yang teraba. Pada anamnesis juga harus ditanyakan tentang riwayat penggunaan NSAID
atau obat antikoagulan, adanya sakit perut atau tidak, adanya diare dan demam yang dialami
sebelumnya yang dapat mengarah pada colitis baik infeksi atau iskemi. Pasien yang pernah
mempunyai operasi aorta harus terlebih dahulu dianggap memiliki fistula aortoenteric sampai
dibuktikan bukan. Baru-baru ini ditemukan bahwa kolonoskopi dapat menyebabkan perdarahan
dari daerah yang pernah di biopsy atau pernah mengalami polypectomy. Penyebab perdarahan
sebelumnya harus ditelusuri, yang pada sebagian besar kasus adalah inflammatory bowel
disease. Riwayat penyakit keluarga berupa sindrom poliposis atau keganasan kolon juga dapat
dipertimbangkan. Perdarahan Saluran Cerna Bawah pada pasien yang berusia kurang dari 30
tahun biasanya berhubungan dengan polip usus dan Meckel diverticulum. Pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui adanya syok, oropharynx,
nasopharynx, abdomen, perineum, and anal canal. Semua pasien harus diresusitasi.
Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah luka bekas operasi terdahulu, adanya masa di
abdominal, lesi pada kulit dan mulut yang menunjukkan sindrom poliposis. Perdarahan yang
berasal dari hemorrhoid atau varices yang disebabkan hipertensi portal pada pasien sirosis
sebaiknya dipertimbangkan. Pemeriksaan rectum diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan
pada anorectal, yaitu tumor, ulser, atau polip. Warna pada daerah anorectal, dan adanya bentuk
atau gumpalan darah harus diperhatikan. Nasogastric tube (NGT) harus dipasang untuk
menyingkirkan penyebab perdarahannya adalah bukan dari saluran cerna atas yang
menunjukkan adanya gambaran coffee ground. Pada 50 % kasus pasien yangdipasang NGT,
hasil aspirasinya adalah false negative. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lain yaitu
esogastroduodenoscopy (EGD) untuk mengetahui lokasi sumber perdarahan. Pasien dengan
hematochezia dan hemodinamik yang tidak seimbang, dilakukan emergency upper endoscopy .
Perdarahan saluran cerna bawah yang massive merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Terkadang manifestasi LGIB yang massive adalah feses yang berwarna merah marun atau
merah muda yang berasal dari rectum juga muncul pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
Penentuan lokasi sumber perdarahan adalah penting untuk memilih jenis terapi mana yang akan
dilakukan. Setelah keadaan pasien stabil baru akan dilakukan uji diagnostic yaitu colonoscopy,
Selective Visceral Angiography, dan Technetium 99m-Red Blood Cell Scintigraphy.
. Colonoscopy
4.8 Penatalaksanaan
Resusitasi Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut
mengikuti protokol yang juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Dengan
langkah awal menstabilkan hemodinamik. Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas
yang hebat juga menimbulkan darah segar di anus maka pemasangan NGT (nasogatric tube)
dilakukan pada kasus-kasus yang perdarahannya kemungkinan dari saluran cerna bagian atas.
Pemeriksaan laboratorium memberikan informasi serupa dengan perdarahan saluran cerna
bagian atas meskipun azotemia jarang ditemukan pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
Pemeriksaan segera diperlukan pada kasus-kasus yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit pack
red cell. Medikamentosa Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara
medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-forming
agent, sitz baths, dan menghindari mengedan. Salep yangmengandung steroid dan obat
supositoria sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan. Kombinasi estrogen dan
progesteron dapat mengurangi perdarahan yang timbul pada pasien yang menderita
angiodisplasia. IBD biasanya memberi responterhadap obat-obatan anti inflamasi. Pemberian
formalin intrarektal dapatmemperbaiki perdarahan yang timbul pada proktitis radiasi. Respon
serupa jugaterjadi pada pemberian oksigen hiperbarik. Terapi Endoskopi. Colonoscopic bipolar
cautery, monopolar cautery, heater probeapplication, argon plasma caogulation, and Nd: YAG
laser bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia dan perubahan vaskular pada kolitis
radiasi.Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk melakukan ablasi dan reseksi polip yang
berdarah atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon.Sigmoidoskopi dapat
mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan ligasimaupun teknik termal
Penyebab Inflamasi
Penyakit asam lambung meliputi erosi atau ulkus di esofagus lambung dan duodenum
merupakan penyebab yang tersering dari perdarahan samar saluran cerna dan menyebabkan
anemia defisiensi besi pada 30-70% kasus. Erosi longitudinal di dalam sakus hiatal hernia
dikenal sebagai Erosi Cameron merupakan salah satu penyebab penting (10%) dari anemia
defisiensi besi. Penyebab inflamasi yang lain termasuk IBD, celiac sprue, divertikel
Meckel,gastroenteritis eosinofilic, enteritis radiasi, ulkus kolorektal dan penyakit Whiffle.
Penyebab infeksi di Amerika Serikat, infeksi jarang menimbulkan perdarahansamar saluran
cerna namun organisme seperti cacing tambang, Mycobacteriumtuberkulosis, Amoeba dan
Ascaris dapat menimbulkan kehilangan darah kronik pada beberapa ratus juta penduduk dunia.
Pembedahan
Tidak ada kontraindikasi terhadap pembedahan pada pasien dengan hemodinamik yang
tidak stabil dan perdarahan yang berlangsung terus menerus. Pembedahan juga diperintahkan
walaupun pada pasien yang membutuhkan 5 unit labu transfuse atau lebih pada 24 jam dan
penentuan lokasi sumber perdarahan secara perioperatif tidak akurat. Pembedahan juga perlu
dilakukan pada pasien dengan perdarahan berulang selama dirawat dirumahsakit.
sumber perdarahan, dan rencana intervensi. Pasang NGT pada semua pasien, aspirasi cairan
yang jernih tanpa cairan empedu menyingkirkan perdarahan yang berasal dari proximal
Ligamentum Treitz. Setelah resusitasi inisial, sumber perdarahan dapat dicari dengancara
angiogram, perdarahan dapat terkontrol sementara dengan embolisasi angiographic atauinfuse
vasopressin. Segmental colectomy dilakukan 12-24 jam kemudian. Intraoperatif Intervensi
pembedahan yang diperlukan memiliki persentase yang kecil pada kasusperdarahan SCBB.
Pilihan dilakukanyya tindakan bedah tergantung dari sumber perdarahan yang telah diidentifikasi
pada saat preoperative sebelumnya. Setelah itu baru dapat dilakukan segmental colectomy. Jika
sumber perdarahan tidak diketahui, dilakuakan endoscopy saluran cerna bagian atas. Jika tidak
berhasil lakukan intraoperative pan-intestinal endoscopy dan jika gagal, lakukansubtotal
colectomy dengan end ileostomy Postoperatif Hipotensi dan syok biasanya terjadi akibat
kehilangan darah, tetapi tergantung daritingkat perdarahan dan respon pasien. Syok dapat
mempresipitasi infark miokard, kelainan cerecrovaskular, gagal ginjal dan gagal hati. Azotemia
biasanya muncul pada pasien dengan perdarahan saluran cerna. Komplikasi pembedahan
Komplikasi dini postoperative yang paling sering adalah perdarahan intra abdomina dan
anastomose, ileus, obstruksi usus halus mekanik, sepsis intraabdominal, peritonitis local
dandiffuse, infeksi luka operasi, Clostridium difficile colitis, pneumonia, retensi urin, infeksi
saluran kemih, deep vein thrombosis, dan emboli paru. Sedangkan komplikasi lanjut biasanya
muncul lebih dari 1 minggu setelah operasi, yaitu sriktur anastomosis, hernia insisional, dan
incontinens.
4.9 Prognosis
Identifikasi letak pendarahan adalah langkah awal yang paling penting dalam
pengobatan. Setelah letak perdarahan terlokalisir, pilihan pengobatan dibuat secara langsung
dan kuratif. Meskipun metode diagnostik untuk menentukan letak perdarahan yang tepat telah
sangat meningkat dalam tiga dekade terakhir, 10-20% dari pasien dengan perdarahan saluran
cerna bagian bawah tidak dapat dibuktikan sumber pendarahannya. Oleh karena itu, masalah
yang kompleks ini membutuhkan evaluasi yang sistematis dan teratur untuk mengurangi
persentase kasus perdarahan saluran cerna yang tidak terdiagnosis dan tidak terobati.
DAFTAR PUSTAK
1. http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#a0156 (Accesed 1 Mei 2011)
Caestecker, J.d., 2011. Upper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presentation,
Hahnemann University.
2. http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/diagnosa-dan-manajemenperdarahan.html?m=1
3. http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216 (Accesed 1 Mei 2011)
Djojoningrat, D., 2006. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. Dalam: Sudoyo,
A.W., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: 4th ed. Vol 1. Jakarta: Pusat.
4. Available from: http://www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/105-endoskopi.html (Accesed
1 Mei 2011) Soeprapto, P., et al., 2010. Kegawatdaruratan Gastrointestinal Dalam:
Juffrie, M., et al. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi: 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 27 50.