PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. K
Usia
: 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: KD. Banteng
Tanggal masuk : 3 Mei 2014
Tanggal periksa : 5 Mei 2014
No. CM
:
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan Tambahan
-
Mual
Nafsu makan menurun
Nyeri ulu hati
Badan lemas
Pusing
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
g. Riwayat merokok
disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: baik
: compos mentis, GCS = 15 E4M6V5
: 110/80mmHg
: 84x/menit
3
c. RR
d. Suhu
4. Status Generalis
: 20x/menit
: 37,4 oC
a. Kepala
1) Bentuk
: mesochepal, simetris
2) Rambut
b. Mata
1) Palpebra
2) Konjungtiva
: anemis (+/+)
3) Sclera
: ikterik (-/-)
4) Pupil
5) Exopthalmus
: (-/-)
6) Lapang pandang
7) Lensa
: keruh (-/-)
8) Gerak mata
: normal
: (-/-)
c. Telinga
1) otore (-/-)
2) deformitas (-/-)
3) nyeri tekan (-/-)
d. Hidung
1) nafas cuping hidung (-/-)
2) deformitas (-/-)
3) discharge (-/-)
e. Mulut
1) bibir sianosis (-)
2) bibir kering (-)
3) lidah kotor (-)
f. Leher
1) Trakhea
2) Kelenjar lymphoid
3) Kelenjar thyroid
: tidak membesar
4) JVP
g. Dada
1) Paru
a)
Inspeksi
b)
Palpasi
c)
Perkusi
d)
2) Jantung
a)
Inspeksi
b)
Palpasi
c)
Perkusi
: SIC II LPSD
: SIC II LPSS
: SIC V LMCS
h. Abdomen
1) Inspeksi
: datar
2) Auskultasi
3) Perkusi
4) Palpasi
Ekstremitas superior
Dextra
Sinistra
-
Ekstremitas inferior
Dextra
Sinistra
-
Ikterik
Akral dingin
Reflek fisiologis
Bicep/tricep
+
D=S
-
+
D=S
-
+
D=S
+
+
D=S
+
Patela
Reflek patologis
Sensoris
Petekie
IV.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
(dilakukan di RSMS Purwokerto)
(3 Mei 2014)
Darah lengkap
Hemoglobin
: 12,4 g/dl
Leukosit
: 5090 uL
Hematokrit
: 37%
Eritrosit
: 4,3 10^6/uL
Trombosit
: 80.000/uL
MCV
: 85,9 fL
MCH
: 29 pg
MCHC
: 33,8%
RDW
: 12,7%
MPV
: 11,6 fL
(L)
(H)
HitungJenis
Basofil
: 0,6%
Eosinofil
: 1,0%
(L)
Batang
: 0,2%
(L)
Segmen
: 38,3%
(L)
Limfosit
: 47,7%
(H)
Monosit
: 12,2%
(H)
Sero Imunologi
DHF ICT
IgG Anti DHF
: Reaktif
: Reaktif
6
(4 Mei 2014)
Darah lengkap
Hemoglobin
: 12,2 g/dl
Leukosit
: 12210 uL
(H)
Hematokrit
: 35%
(L)
Eritrosit
: 4,2 10^6/uL
Trombosit
: 174.000/uL
MCV
: 85,3 fL
MCH
: 29,4 pg
MCHC
: 34,5%
RDW
: 12,7%
MPV
: 10,5 fL
HitungJenis
V.
Basofil
: 0,2%
Eosinofil
: 0,2%
(L)
Batang
: 0,6%
(L)
Segmen
: 69,9%
Limfosit
: 18,3%
(L)
Monosit
: 10,8%
(H)
RESUME
1. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 2 Mei dengan keluhan
demam sejak 4 hari sebelum masuk IGD RSMS. Demam dirasakan oleh
pasien semakin lama semakin meningkat. Sehingga pasien tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya. Demam muncul disepanjang hari
terkadang pagi hari, siang hari, sore hari, bahkan malam hari. Tidak ada
keluhan menggigil atau kejang saat demam muncul. Pasien mengaku
saat demam, pasien langsung istirahat dan minum teh hangat agar bisa
meredakan keluhannya. Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah
mual, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati, badan lemas, dan pusing.
Hepar
: sulit teraba
Lien
: sulit teraba
: 12,4 g/dl
Leukosit
: 5090 uL
Hematokrit
: 37%
Eritrosit
: 4,3 10^6/uL
Trombosit
: 80.000/uL
(L)
Sero Imunologi
DHF ICT
VI.
: Reaktif
: Reaktif
DIAGNOSIS KLINIS
-
DHF
VII. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
-
IVFD RL 50 tpm
b. Non Farmakologi
-
c. Monitoring
-
Tanda vital
Pemeriksaan Fisik
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Ditjen PPM & PL (2001) dalam Fathi. et al. (2005),
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat infeksi
virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciriciri demam tinggi mendadak yang disertai manifestasi perdarahan dan
mempunyai tendensi untuk menimbulkan renjatan (shock).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005) dalam Pratiwi D.S.
(2009), kasus DBD ini cenderung meningkat dan penyebarannya semakin
luas sejak tahun 1968. Keadaan ini sangat berhubungan dengan
mobilitas
penduduk,
juga
disebabkan
hubungan
tranportasi yang
semakin lancar serta virus Dengue dan nyamuk penularnya yang semakin
tersebar luas di seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu, tempat bagi
nyamuk untuk bersarang semakin bertambah disebabkan produksi sampah
yang meningkat oleh karena kepadatan penduduk.
B. Epidemiologi dan Insidensi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD),
DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock
syndrome (DSS) ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang
terinfeksi (Supartha, 2008). Host alami DBD adalah manusia, agentnya
adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus
Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4
(Kurane, 2007). Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali
lipat dengan peningkatan
ekspansi geografis
ke negara-negara baru
dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan (WHO, 2009).
Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wila- yah tropis dan
10
11
nyamuk aedes
aegypti,
nyamuk aedes
albopictus,
aedes
12
satu
faktor
risiko
13
Fa
yamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap
14
teori
atau
hipotesis
infeksi
sekunder
disebutkan,
bila
seseorang
mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus dengue, akan terjadi
proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus dengue tersebut untuk
jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi
sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi
yang be- rat. Ini terjadi karena antibody heterologus yang terbentuk pada
infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue
serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung
membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi,
selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL-6, tumor necrosis
factor-alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF); aki- batnya
akan terjadi peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue. TNF alpha
akan menyebabkan kebocoran dind- ing pembuluh darah, merembesnya
cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan kerusakan endothel
pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas. Pendapat lain menjelaskan, kompleks imun yang terbentuk
akan merangsang komplemen yang farmakologisnya cepat dan pendek dan
bersifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga menimbulkan kebocoran
plasma (syock hipolemik) dan perdarahan. Anak di bawah usia 2 tahun yang
lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke
anak, dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing antibodies akaibat
adanya infeksi yang persisten. Akibatnya, bila terjadi infeksi virus dengue
pada anak tersebut, maka akan langsung terjadi proses enhancing
yang
jenis virus tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh
virus tersebut, tetapi sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat
menetralisasi virus, justru akan menimbulkan penyakit yang berat. Kinetik
im- munoglobulin spesifik virus dengue di dalam serum penderita DD, DBD
dan DSS, didominasi oleh IgM, IgG1 dan IgG3 (Soegijanto, 2003).
15
pathogenesis
16
17
Pemeriksaan
dilakukan
pada
saat
pasien
diduga
menderita DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
6. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Pemeriksaan hematokrit secara teratur perlu dilakukan karena penderita
DBD selalunya mengalami peningkatan hematokrit yang merupakan
tanda terjadinya perembesan plasma. Pada umumnya peningkatan
hematokrit didahului oleh penurunan trombosit.
7. Gejala klinis lain
Gejala klinis lain seperti nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah,
sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. Pada beberapa kasus
terjadi hiperpireksia yang disertai kejang dan penurunan kesadaran
sehingga sering didiagnosis sebagai ensefalitis. Keluhan sakit perut
yang hebat seringkali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal
dan renjatan (Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Pratiwi D.S.,
2009).
G. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO (1997) yang dikutip oleh Chen K. et al.
(2009), diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya
bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung
positif;
petekie,
ekimosis,
atau
purpura;
perdarahan
mukosa;
adalah
Setiap
keluarga
harus
melaksanakan 3M ini
20
seminggu
sekali,
menutup
rapat-rapat
tempat
penampungan air, mengganti air vas bunga atau tanaman air seminggu
sekali, mengganti air tempat minum burung, menimbun barang-barang
bekas yang dapat menampung air, menabur bubuk abete atau altosid pada
tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di
yang
air
bersih
sulit
didapat
sehingga
daerah
dengan
perdarahan.
Ensefalopati
dengue
dapat
21
3. Udem Paru
Udem paru merupakan komplikasi yang mungkin terjadi akibat
pemberian cairan yang berlebihan.
K. Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD,
kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus.
Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal
dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang
disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead,
2007).
BAB IV
KESIMPULAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akibat infeksi virus
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri-ciri demam
tinggi mendadak yang disertai manifestasi perdarahan dan mempunyai tendensi
untuk menimbulkan renjatan (shock). gejala DBD diantaranya demam, tandatanda
perdarahan,
pembesaran
hati
(hepatomegali),
renjatan
(shock),
DAFTAR PUSTAKA
Chen K., Pohan H.T., Sinto R., 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam
Berdarah Dengue. Medicinus 22 (1): 3-7.
Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Naskah lengkap,
pelatihan bagi dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam
pada tata laksana kasus DBD. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indone- sia; 1999.
Fathi, Keman S., Wahyuni C.U., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal
Kesehatan Lingkungan 2 (1): 1-10.
Gale Encyclopedia of Medicine, 2008. Dengue Fever. The Free Dictionary by
Farlex.
Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne Dengue
Fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural Resources
Defense Council Issue Paper; 2009.
Koraka P, Suharti C, Setiati CE, Mairuhu AT, Van Gorp E, Hack CE, et al.
Kinetics of Dengue Virus-specific Immunoglobulin Classes and
Subclasses Correlate with Clinical Outcome of Infection. J Clin Microbio. 2001;Vol. 39 4332-8.
Kurane
Infection.