Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lemak diklasifikasikan berdasarkan panjang rantai karbon yang
dimilikinya, ada rantai pendek; sedang; dan panjang. Hampir dua pertiga
dari kandungan minyak kelapa merupakan asam lemak yang berantai
karbon sedang. Hampir 50% dan asam lemak yang terkandung dalam
minyak kelapa adalah golongan lauric acid, yang mana akan
dikonversikan oleh tubuh menjadi monolaurin fatty acid. Lauric acid dapat
menghancurkan selaput lemak yang dimiliki oleh beberapa jasad renik
seperti bakteri, ragi dan selaput pembungkus virus ia juga dapat
menghancurkan selaput pembungkus virus seperti virus HIV, campak,
herpes simplex virus (HSV-l), influensa dan cytomegalovirus.
Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau
dari kopra. Proses untuk membuat minyak kelapa dari daging buah kelapa
segar dikenal dengan proses basah (wet process), karena pada proses ini
ditambahkan air untuk mengekstraksi minyak. Sedangkan pembuatan
minyak kelapa dengan bahan baku kopra dikenal dengan proses kering
(dry process). Pada waktu daging buah kelapa diparut , sel-selnya akan
rusak dan isi sel dengan mudah dikeluarkan dalam wujud emulsi berwarna
putih yang dikenal dengan santan. Santan demikian mengandung minyak
sebanyak 50 %. Santan merupakan emulsi minyak di dalam air yang agak
stabil. Emulsifikasinya kadang-kadang
untuk
mengetahui
banyaknya
rendemen
minyak
yang
Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak.
Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak. Reaksi esterifikasi
bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk
ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut
interesterifikasi (Barku et al, 2012).
Dalam menentukan kualitas minyak berdasarkan banyaknya ikatan
rangkap dalam asam lemaknya. Semakin besar angka iodin, maka semakin
banyak ikatan rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak. Sedangkan
semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka minyak tersebut
akan semakin mudah rusak, karena sifatnya yang mudah teroksidasi oleh
oksigen dari udara, senyawa kimia, atau proses pemanasan (Bello et al, 2011).
Minyak kacang tanah merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kacang
tanah di Indonesia. Minyak kacang tanah diperoleh dari proses ekstraksi biji
kacang tanah yang menghasilkan minyak dan bungkil. Minyak kacang tanah
mengandung 41.3-67.4% asam oleat dan 13.9-35.4% asam linoleat.
Kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi menyebabkan minyak kacang
tanahrentan terhadap kerusakan. Kerusakan pada bahan yang mengandung
minyak terjadi melalui dua reaksi yaitu reaksi hidrolitik dan reaksi oksidatif.
Stabilitas minyak nabati sangat dipengaruhi oleh kandungan asam lemak
bebas sebagai pemicu terjadinya kerusakan. Warna adalah atribut sensori yang
penting. Warna dari bahan dipengaruhi oleh kandungan pigmen alami bahan
atau merupakan hasil degradasi zat warna alami. Minyak kacang tanah
memiliki warna kuning pucat karena kandungan pigmen karotenoid dan lutein
(Suryani, 2014).
Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk
cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut di dalam air. Berdasarkan
sumbernya minyak dibagi menjadi 2 macam, yaitu minyak bumi dan minyak
dari makhluk hidup. Adapun minyak dari makhluk hidup terbagi lagi menjadi
minyak nabati dan minyak hewani. Minyak hewani lebih popular disebut
dengan lemak karena umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan. Minyak
kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai hasil
aktivitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak disimpan. Besarnya
asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas minyak. Semakin
besar asam lemak bebeas maka semakin rendah kualitas minyak. Minyak atau
lemak yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila
diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak atau lemak dengan
kandungan asam lemak bebas tinggi (Andaka, 2004).
Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan tanaman pangan yang dapat
tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Bagian terpenting dari kemiri yaitu
bijinya yang digunakan sebagai bumbu masak, penyedap dalam berbagai
jenis makanan, sabun, obat, serta kosmetik. Inti biji kemiri
mengandung
dapat
minyak pengering dalam cat yang selama ini masih di import dari Amerika,
India dan Rusia. Kemiri mengandung gliserida, asam linoleat, palmitat,
stearat, miristat, asam minyak, protein, vitamin B1 dan zat lemak. Salah satu
cara untuk memanfaatkan biji kemiri adalah mengekstraksi biji kemiri
sehingga dihasilkan minyak. Minyak yang terkandung dalam biji kemiri
dapat diekstraksi karena pelarut yang digunakan memiliki kepolaran yang
sama dengan minyaknya. Minyak lemak dari biji kemiri mengandung asam
lemak tak jenuh dengan kadar asam oleat 10,54% asam linoleat 48,56%, asam
linolenat 28,5% dan asam lemak jenuh 12,56%. Minyak kemiri memiliki
banyak manfaat sehingga penelitian ini memiliki prospek yang baik
(Arlene, 2010).
Akrolein adalah senyawa kimia yang penting untuk mengembangkan
produksi biodiesel yang efektif melalui gliserol, dengan
alternatif untuk
cara
Proses
tradisional
memiliki
banyak
kelebihandiantaranya
tahan
lama,
miristat,
palmitat,
dan
secara
fermentasi
dan
linolenat. Proses
melibatkan enzim-enzim
pemecah
ekstraksi
emulsi
penting. Satu gram lemak menghasilkan energi 9 kkal atau hamper 36 kJ. Hal
ini menunjukkan bahwa lemak menyimpan dua kali lebih banyak daripada
karbohidrat. Lemak ditemukan terutama pada bahan makanan yang berasal
dari hewan seperti daging dan susu. Lemak biasanya mengandung asam lemak
jenuh lebih banyak dan minyak lebih banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh, dan banyak berasal dari tumbuhan yang disebut dengan minyak nabati
(Soetion, 1983).
Metode
hydraulic
pressing
merupakan
proses
ekstraksi
dengan
mematikan enzim-enzim
kotoan
yang
masih
dalam
minyak
(Hambali, 2007).
Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang
digunakan dan ketelitian serta keterampilan dalam mempersiapkan lemak.
Lemak yang digunakan harus tidak berbau dan mempunyai konsistensi tertentu.
Jika lemak terlalu keras, maka kontak antara bunga dan lemak relatif sulit
sehingga akan mengurangi daya adsorpsi dan rendemen minyak bunga yang
dihasilkan. Sebaliknya jika lemak terlalu lunak, maka bunga yang disebarkan
pada permukaan lemak akan masuk ke dalam lemak, sehingga bunga yang layu
serta lemak yang melekat pada bunga sulit dipisahkan, dan hal ini akan
menyebabkan penyusutan lemak yang digunakan. Lemak harus bersifat
setengah keras, sehingga bunga yang tertinggal pada bagian permukaannya
dapat dipisahkan dengan mudah. Jika enfleurasi dilakukan dalam ruangan
dingin, lemak yang digunakan harus dipersiapkan sesuai dengan suhu ruangan.
Minyak mineral dapat juga digunakan pada proses enfleurasi dan telah mulai
digunakan dalam skala kecil tetapi kurang menguntungkan karena mempunyai
daya adsorbansi yang rendah dibandingkan lemak hewan (Ketaren, 1987).
Sifat-sifat fisika minyak, antara lain adalah (a) Zat warna dalam minyak
terdiri dari 2 golongan yaitu zat warna alamiahdan warna hasil degradasi zat
warna alamiah. (b) Bau amis yang disebabkan oleh interaksi trimetil
aminoksida dengan ikatan rangkap dan lemak tidak jenuh. (c) Minyak tidak
dapat larut dalam air. Minyak hanya sedikit larut dalam alcohol, tetapi akan
melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfide, dan pelarut-pelarut halogen.
(d) Titik didih dari asam-asam lemak akan meningkat dengan bertambahnya
rantai karbon asam lemak. (e) Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara
mendinginkan campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak. Sedangkan
untuk sifat-sifat kimia minyak antara lain adalah (a) Reaksi hidrolisis
mengubah minyak menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak. (b) Reaksi oksidasi dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. (c)
Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industry bertujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak. (d) Reaksi
esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam
bentuk ester (Andaka, 2004).
C. METODOLOGI
1. Alat :
a. Wajan
b. Sotil
c. Alat penumbuk
d. Panci
e. Baskom
f. Gelas ukur
g. Alat pengepresan
2. Bahan :
a. Kacang tanah
b. Kemiri
c. Kelapa basah
d. Kelapa kering
e. Lemak ayam
f. Lemak sapi
3. Cara Kerja :
a. Ekstrak minyak kelapa secara basah, dengan pemanasan
Santan kental
Disangrai
Digiling
Kemiri 200
gram
Disangrai
Digiling
Bahan
Volume (ml)
Rendemen v/b %
Kelapa basah
Kelapa kering
Kacang tanah
Kemiri
Lemak ayam
Lemak sapi
2000
1200
1960
2000
500
380
20
332
48
460
392
112
11,5
27,7
2,449
23
78,4
29,474
Pada Tabel 1.1 diketahui ekstraksi minyak diperoleh rendemen minyak yaitu
pada sampel kelapa basah sebanyak 11,5 %. Kemudian pada sampel kelapa
kering diperoleh hasil 27,7%. Pada sampel kacang tanah rendemen yang
dihasilkan yaitu 2,449%. Pada sampel kemiri diperoleh rendemen sebesar 23%.
Pada sampel lemak ayam dan lemak api diperoleh rendemen sebesar 78,4%
dan 29,474%. Urutan rendemen dari tinggi ke rendah yaitu pertama kacang
tanah, kelapa basah, kelapa kering, kemiri, lemak sapi, dan lemak ayam.
Menurut teori Herawati (2008) rendemen minyak kelapa kering sebesar 28%,
sedangkan pada hasil praktikum sebesar 27,7%. Menurut teori Darmawan,
minyak kemiri mempunyai rendemen antara 33% - 39%, sedangkan pada hasil
praktikum sebesar 23%. Menurut teori Hermanto (2008) kadar lemak pada
daging sapi adalah 4,5% dan kadar lemak pada daging ayam adalah 10,9%,
sedangkan pada hasl praktikum sebesar 29,474% dan 78,4%. Menurut Andaka
(2009) kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi
yaitu berkisar antara 4050%, sedangkan pada hasil praktikum sebesar 2,449%.
Menurut Djatmiko (1989), dengan menggunakan teknik pengepresan dapat
diperoleh rendemen minyak kelapa basah sebesar 28%, sedangkan pada hasil
praktikum sebesar 11,5%.
Faktor-faktor yang besarnya rendemen minyak adalah pada minyak kelapa
tingkat kematangan buah kelapa, metode ekstraksi yang digunakan dan proses
pemanasan. Menurut Bolung (2013) pada kelapa tua mengandung asam lemak
yang banyak terutama asam laurat dan asam miristat. Menurut Susiloningsih
(2007) semakin lama pemanasan, hal-ha1 yang terjadi sebagai akibat proses
pemanasan semakin sempurna, sehingga minyak yang dihasilkan semakin
banyak. Pada minyak kemiri dan minyak kacang tanah besarnya rendemen
dipengaruhi oleh jumlah berat awal bahan yang digunakan berbeda, proses
pengepresan serta adanya perlakuan pendahuluan seperti penyangraian. Teknik
pengepresan memengaruhi hasil rendemen minyak, semakin kuat pressing pada
bahan maka minyak yang dihasilkan semakin besar pula. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi rendemen lemak ayam dan lemak sapi adalah jenis daging
yang digunakan. Daging yang mengandung lemak tinggi terutama pada bagian
paha, akan menghasilkan lemak yang tinggi pula ketika dipanaskan.
Menurut Susanto dalam Andaka (2004), Minyak mempunyai arti yang
sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan
tidak larut di dalam air. Berdasarkan sumbernya minyak dibagi menjadi 2
macam, yaitu minyak bumi dan minyak dari makhluk hidup. Adapun minyak
dari makhluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati dan minyak hewani.
Minyak hewani lebih popular disebut dengan lemak karena umumnya
berbentuk padat pada suhu ruangan.
Menurut Che-Man et al Soeka (2008), beberapa cara untuk mengekstraksi
minyak dari daging buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan fermentasi. Proses
tradisional melalui cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan
kualitas
rendah
karena kandungan
airnya tinggi
dan
menyebabkan
penurunan kualitas beberapa unsure nutrisi penting, antara lain asam laurat
dan tokoferol serta menyebabkan tingginya bilangan peroksida. Proses
ekstraksi minyak secara fermentasi melibatkan enzim-enzim pemecah
emulsi santan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu dan lamanya reaksi enzimatik. Biakan mikrobia
yang digunakan diharapkan memiliki aktivitas proteolitik, amilolitik, dan
lipolitik yang berperan dalam menghidrolisis protein, karbohidrat, dan lemak.
Sedangkan menurut Ketaren dalam Andaka (2004) Ekstraksi adalah suatu cara
untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacammacam, yaitu
rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression
dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, S.M et al. 2010. Sensory and Physicochemical Qualities of Palm
Olein and Sesame Seed Oil Blends during Frying of Banana Chips.
Journal of Agricultural Science Vol 2 No 4. Page 18-19. Malaysia.
Andaka, ganjar. 2004. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah Dengan
Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia Vol 3 No 1.
Arlene, ariestya, Kristanto, steviana, Suharto, ign. 2010. Pengaruh Temperatur
dan F/S Terhadap Ekstraksi Minyak Dari Biji Kemiri Sisa Penekanan
Mekanik. Vol 2 No 1.
Bello, Muibat Olabisi et al. 2011. Physicochemical Properties and Fatty Acids
Profile of Seed Oil of Telfairia occidentalis Hook, F. Journal of Basic
and Applied Sciences Vol 11 No 6. Page 9-10. Ilorin.
Barku, V.Y Atsu et al. 2012. Studies on The Physicochemical Characteristics,
Microbial Load and Storage Stability of Oil from Indian Almond Nut
(Terminalia Catappa L.). Journal of Food Science and Quality
Management Vol 8. Page 9-10. Ghana.
Hambali, erliza, Mudjalipah, siti, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Ketaren, s. 1987. MInyak Atsiri Jilid 1. UI Press. Jakarta.
Liu, S. H. 2013. Themal Hazard Evaluation of Autocatalytic Reaction for Benzoyl
Peroxide by DSC and TAM III. Proceeding of the 6th International
Conference on Process System Engineering (PSE ASIA). Kuala
Lumpur
Nasoetion, andi, hakim, Nasoetion, amini. 1983. Matahari, Manusia, dan
Makanan. Balai Pustaka. Bandung.
Pahan, iyung. 2000. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
Hulu Hingga Hilir. Kanisius. Yogyakarta.
Soeka, yati, sudaryati, Sulistyo, joko, Naiola, elidar. 2008. Analisis Biokimia
Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara Fermentasi. Jurnal Biodiversitas
Vol 9 No 2 Hal 91-95.
Suryani, eni, Susanto, wahono, Wijayanti, novita. 2014. Karakteristik Fisik Kimia
Kacang Tanah (Arachis hypogeae) Hasil Pemucatan (Kajian
Kombinasi Adsorben Dan Waktu Proses). Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol 4 No 1 hal 120-126.
Zsigmond, Agnes, dkk. 2010. Catalytic Dehydration of Glycerol under Mild
condition: An Environmentally Benign Acrolein Production. Journal
Environment Protection. Halaman: 201-205
LAMPIRAN PERHITUNGAN
48
x 100
1960
= 2,449%
2. Menghitung Rendemen Minyak kelapa Basah
Rendemen =
volume
x 100
berat bahan(g)
230
x 100
2000
= 11,5%
3. Menghitung Rendemen Minyak kelapa Kering
Rendemen =
volume
x 100
berat bahan(g)
332
x 100
1200
= 27,7%
4. Menghitung rendemen Minyak Kemiri
Rendemen =
volume
x 100
berat bahan(g)
460
x 100
1200
= 23%
volume
x 100
berat bahan(g)
392
x 100
500
= 78,4%
6. Menghitung Rendemen lemak Sapi
Rendemen =
volume
x 100
berat bahan(g)
112
x 100
380
= 29,474%
LAMPIRAN FOTO
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI LEMAK DAN MINYAK
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. Intan Arum M.P
(H3113053)
2. Miftachul Ikhsan
(H3113061)
3. Normarista A.M
(H3113068)
4. Putri Apriliani P
(H3113075)
5. Rufik Dwi .K
(H3113083)
6. Susi Novitasari
(H3113090)
(H3113097)