: 20 Februari 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecoa merupakan serangga yang dapat berperan sebagai detritivor serasah atau zat
sisa lainnya dalam proses ekosistem di hutan, walaupun peranannya tidak terlalu signifikan
seperti semut, rayap, dan cacing yang berperan sebagai ecosystem engineer (Coleman, 2004;
Astuti, 2013). Namun, seiring dengan invasi manusia untuk memperluas lahan pemukiman,
habitat kecoa telah berubah dari lingkungan ekosistem perhutanan berpindah ke lingkungan
perkotaan. Di perkotaan, kecoa dikenal sebagai hama yang mengganggu kelangsungan
kehidupan manusia, dan sering berada di tempat-tempat gelap, kotor dan lembab. Oleh
karena itu, kecoa dapat dijadikan sebagai bioindikator kebersihan suatu lingkungan (BB
Biogen, 2012).
Penelitian mengenai perilaku kecoa penting untuk dapat diaplikasikan dalam
kehidupan. Pengetahuan tentang perilaku-perilaku kecoa dapat dijadikan sarana untuk
mengendalikan populasi kecoa sebagai hama di perkotaan, atau mengalihkan peranannya
kembali sebagai detritivor di hutan. Di beberapa wilayah, kecoa dan serangga-serangga lain
dijadikan sebagai sumber pangan karena kandungan protein hewani yang tinggi. Dengan
adanya pengendalian populasi dan penggunaan kecoa berdasarkan pengetahuan etoekologi
dan etofisiologi, maka peranan kecoa dan serangga-serangga lainnya akan terasa membantu
kehidupan manusia dan keberlangsungan proses ekosistem .
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan morfologi Periplaneta americana.
2. Membandingkan keseimbangan tubuh Periplaneta americana pada permukaan
halus dan permukaan kasar.
3. Menentukan frekuensi jenis perilaku eksplorasi yang sering muncul pada
Periplaneta americana.
4. Membandingkan preferensi Periplaneta americana untuk memilih makanan basah,
makanan kering dan shelter.
5. Menentukan perilaku lokomosi Periplaneta americana dan polanya secara normal,
ataupun dengan perlakuan tiupan bagian posterior dan pemutusan kaki bagian tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
Ordo
: Blattodea
Famili
: Blattidae
Genus
Spesies
: Periplaneta
: Periplaneta Americana
Gambar 2.1 Kecoa Periplaneta americana (kiri: bagian dorsal jantan; kanan: bagian ventral
betina) (Jain, 2013)
Periplaneta americana dewasa berukuran panjang sekitar 34-53 mm, berwarna coklat
kemerahan kecuali bagian tubuh submarginal berwarna coklat pucat kekuningan di sekitar
perisai pronotalnya. Kedua jenis kelamin bersayap utuh, pada spesies jantan sayapnya
memanjang melampaui ujung abdomen. Larva instar nimfa berwarna coklat keabu-abuan
pada bagian dorsal, lenih pucat pada bagian ventral. Sersi/ serkus (sepasang dorsal
appendages pada ujung abdomen)
berwarna coklat kemerahan dengan margin lateral dan posterior dari toraks dan sisi segmen
abdominal menjadi lebih gelap, dengan bentuk sersi yang sama. Antena berwarna coklat
(Animal Diversity Web, 2001).
2.3 Siklus Hidup, Habitat, dan Persebaran Kecoa Periplaneta americana
Kecoa Periplaneta americana diintroduksi di Amerika Utara dari Afrika, dan lalu
tersebar ke seluruh dunia. P. americana ditemukan pada banyak habitat berbeda walau secara
umum hidup pada wilayah lembab, tetapi dapat bertahan hidup di wilayah kering bila
memiliki akses terdekat terhadap air dan bersuhu hangat. Di perkotaan, kecoa menjadi hama
dengan menginvasi restoran, pemukiman, dan rumah sakit. Kecoa juga dapat hidup dalam
tanah di hutan atau perkebunan dataran tinggi, banyak berperan sebagai detritivor (Animal
Diversity Web, 2001).
Betina memproduksi 9-10 oothecae yang berisi 14-16 telur. Waktu perkembangan dari
telur hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh temperatur, rata-rata 600 hari di bawah kondisi
temperatur ruangan. Dalam waktu ini kecoa berganti kulit 10-13 kali. Kecoa betina dewasa
hidup sekitar 440 hari pada kondisi suhu ruangan, dan kecoa jantan dewasa hidup sekitar 200
hari. Perkembagan kecoa dari larva, nimfa hingga dewasa hanya berbeda ukuran dan
perkembangan morfologi dan fisiologi sayap, tergolong ke dsalam metamorfosis tidak
sempurna (Animal Diversity Web, 2001).
2.4 Perilaku dan Respon Makan Kecoa
Kecoa merupakan hewan nokturnal dan menghabiskan waktunya hidup pada celah-celah
gelap untuk keamanan di sekitar makanan dan sumber air. Celah-celah yang menjadi sarang
kecoa biasanya kotor, bersuhu hangat dan lembab.
sepasang kaki prothoraks berukuran paling pendek dan sepasang kaki metathoraks
merupakan kaki paling panjang. Alat gerak pada kecoa memiliki perbedaan ukuran dan
fungsi namun secara umum memiliki tiga bagian utama yaitu trochanter (semacam ujung
tempat kaki terpaut dengan bagian thoraks), femur dan tibia (semacam paha dan tulang
yang mendukung gerak memanjat), serta tarsus/tarsa (sebagai pergelangan kaki dan
telapak kaki) (Delcomyn & Usherwood, 1973). Berikut adalah bagian-bagian morfologis
dari struktur kaki kecoa.
BAB III
METODOLOGI
Bahan
Cat untuk penanda hewan
(tinta cina)
Stop watch
Cawan petri
Shelter
Mikroskop bedah stereo
Styrofoam
Langkah-langkah
yang
dipercepat dengan tiupan dari sedotan, dan saat kaki tengahnya dihilangkan.
Pola gerakan kecoa untuk ketiga jenis perlakuan tersebut dicatat L1/L2/L3
bila menggunakan kaki kiri dan R1/R2/R3 bila menggunakan kaki kanan.
Pengamatan pola lokomosi dilanjutkan dengan pencatan kaki kiri dan kanan
kecoa dengan tinta, dan kecoa dibiarkan bergerak di atas kertas HVS sehingga
didapat gambaran pola lokomosi utuhnya.
3.2.4 Pengamatan Perilaku Hewan terhadap Atraktan dan Shelter
Seekor kecoa dimasukkan ke dalam aquarium dan digunakan styrofoam sebagai
alasnya. Di dalam akuarium sudah terisi sebuah shelter dengan makanan berupa
potogan apel dan pepaya yang diatur dengan peletakkan yang berbeda.
Kecoa
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tampak
Dorsal
Hasil Pengamatan
Literatur
Ventral
Berdasarkan hasil pengamatan tubuh kecoa terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen.
Pada kepala terdapat antena yang memiliki peranan sebagai penyeimbang gerak dan pengenal
lingkungan termasuk rasa, bau dan mengetahui sumber mata air. Mata kecoa memiliki jarak
pandang yang luas, disebabkan oleh mata kecoa terdiri dari banyak ommatidia (compound
eye). Compound eye memiliki lensa heksagonal yang menyebabkan jarak pandangnya luas
sehingga dapat mendeteksi gerakan di sekelilingnya dan dapat membedakan gelap dan terang.
Berdasarkan pengamatan pada toraks, terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap.
Sepasang kaki ditumbuhi dengan rambut-rambut yang memungkinkan kecoa untuk bergerak
berdasarkan sistem sensori pada rambut kakinya secara seimbang. Pada bagian abdomen
bagian belakang terdapat cerci yang terdiri dari rambut sensor untuk mendeteksi aliran udara
(Delcomyn & Usherwood, 1973).
Kecoa jantan dan betina memiliki perbedaan antara lain, yaitu bagian ujung abdomen
jantan yang lebih lebar. Abdomen betina lebih runcing, jumlah sterna di bagian abdominalnya
pada kecoa jantan terdapat 9 bagian dan betina hanya 7 bagian. Sayap pada kecoa jantan lebih
panjang dibandingkan badannya melebihi ujung abdomen, sayap betina memiliki panjang
yang sama dengan tubuhnya (Animal Diversity web, 2001).
Standar Deviasi
Latensi
100
Rata-rata Latensi
50
0
halus
kasar
250
200
150
Standar Deviasi
/latensi
100
Rata-rata Latensi
50
0
halus
kasar
14
12
10
8
STD Deviasi frekuensi
6
rata-rata frekuensi
4
2
0
Grooming
Freezing
Walking
Gambar 4.4 Grafik rata-rata dan standar deviasi perilaku eksplorasi kecoa
Pada perilaku grooming, kecoa melakukan suatu pembersihan pada organ-organ
sensoris. Sistem sensoris penting untuk tetap dijaga kepekaannya terhadap stimulus, agar
kecoa mampu mendeteksi keadaan sekitar lingkungannya. Grooming dilakukan pada organ
mekanoreseptor pada kaki dan organ kemoreseptor pada antena dan palpusnya, dengan cara
menjilat-jilat (oral cleaning)
diam sejenak, lalu mulai melakukan eksplorasi dengan perilaku walking dan lalu grooming.
Pada saat pengamatan dilakukan, kecoa umumnya lebih banyak melakukan walking di sudutsudut kaca dan melakukan grooming. Terkadang kecoa memanjat kaca dan lalu melakukan
grooming di dekat permukaan kaca (Robinson, 1996).
Berdasarkan analisis Pearson correlation pada lampiran, maka didapatkan bahwa
korelasi antara perilaku grooming dan walking dalam eksplorasi adalah positif.
Signifikansinya bernilai dibawah 0,05 (0,026) yang berarti kedua perilaku berhubungan
secara signifikan. Nilai hubungan untuk perilaku Grooming dan Walking adalah low positive
correlation, berkorelasi secara positif namun tidak terlalu kuat.
Pada pengamatan lokomosi kecoa, diberikan perlakuan berupa pergerakan kecoa
dengan kecepatan normal, dipercepat dengan tiupan, dan kaki tengah dihilangkan. Saat
gerakan kaki dengan kecepatan normal, sama dengan literatur, dengan pola gerakan kaki R1L2-R3 atau L1-R2-L3 (Delcomyn & Usherwood, 1973). Pada saat geraknya dipercepat
dengan tiupan pada bagian posterior, kecoa masih bergerak dengan pola yang sama, namun
gerakan kakinya dipercepat atau kecoa berbelok arah jalan. Kecoa memiliki sersi pada bagian
posterior yang dapat mendeteksi aliran udara, sehingga kecoa dapat merespon rterhadap
stimulus tiupan dengan cepat. Stimulus tiupan tersebut dapat diartikan kecoa sebagai pertanda
bahaya, kecoa akan menjauhi tiupan dan mempercepat langkah kakinya. Pada saat kaki
tengah dihilangkan, pergerakan kecoa menjadi lebih lambat dan tidak seimbang. Hal ini
disebabkan oleh kaki tengah yang berfungsi untuk menyeimbangkan pergerakan kecoa dan
mempercepat gerakan kecoa juga (Delcomyn & Usherwood, 1973). Tabel berikut merupakan
nilai rata-rata durasi dari ketiga perlakuan tersebut.
Tabel 4.1 Rata-rata durasi pergerakan kecoa berdasarkan tiga perlakuan
Perlakuan
Kecepatan normal
Gerak dipercepat
Kaki dihilangkan
Rata-rata Durasi
4,46
3,52
3.59
Durasi paling cepat pada hasil pengamatan, sesuai dengan literatur bahwa gerak
dipercepat dengan tiiupan dari sedotan memiliki rata-rata durasi paling cepat hingga
berhenti/berbelok arah. Pada literatur, saat ada ancaman (berupa stimulus tiupan pada saat
praktikum) maka kecoa akan menghindar dengan berjalan lebih cepat atau berbelok arah
menjauhi tiupan (Bell, Roth & Nalepa, 2007). Pada kecepatan normal, kecoa tidak diberi
stimulus apapun dan hanya dibiarkan berjalan sehingga memiliki rata-rata durasi paling
lambat sebelum akhirnya berhenti dan berbelok arah.
Berikut merupakan pola lokomosi saat kecoa berjalan pada kertas HVS.
Pada gambaran pola lokomosi tersebut, kecoa berjalan berbelok arah dan tidak lurus.
Umumnya kecoa bergerak lurus pada sisi-sisi jalan atau ruangan. Bila berada di tengah
ruangan atau tengah bidang permukaan, kecoa cenderung akan melakukan gerak dengan
berbelok arah, dan jarang melakukan gerakan lurus. Kecoa merupakan hewan nokturnal yang
menyukai celah-celah sempit dan jalan sempit yang lurus di dekat makanan dan air. Bila di
tengah ruang terdapat cahaya, kecoa biasanya akan segera menghampiri celah dan jalan
sempit yang lembab dan gelap. Dalam proses pergerakan mencari celah itu, kecoa bergerak
tidak lurus dan berbelok-belok arah. Hal ini mungkin menyebabkan pola lokomosi yang
berbelok arah seperti pada percobaan (tidak diberi sekat atau batas, bila ada sekat atau batas
kecoa dapat berjalan lurus) (Pest Control Solutions Australia, 2015). Pada pola kakinya,
kecoa bergerak secara zigzag seperti pola gerakan kaki pada kecepatan normalnya.
4.4 Decision Hewan terhadap Attractant (Makanan dan Shelter)
Berikut merupakan grafik dari frekuensi rata-rata preferensi kecoa, disertai dengan standar
deviasinya.
4.5
4
3.5
3
2.5
Standar Deviasi
frekuensi rata-rata
1.5
1
0.5
0
apel
pepaya
shelter
dan air, sedikit sumber cahaya, dan celah-celah sempit untuk kemudian membangun
sarangnya (Pest Control Solutions Australia, 2015).
Berdasarkan analisis MANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan antara seleksi
decisionshelter dan makanan. Signifikansi terjadi di ketiga perlakuan setelah diuji dengan
Post Hoc Tukey Test (shelter, apel, dan pepaya), ketiga atraktan tersebut berbeda secara
signifikan terhadap perilaku decision kecoa. Jika dikaitkan dengan durasi dan latensi, maka
kecoa paling lama berada di Shelter, dan pemilihan shelter memiliki latensi yang paling
sebentar dibandingkan dengan pemilihan dan perilaku eksplorasi terhadap makanan. Hal ini
disebabkan oleh lampu Laboratorium Instruk yang bercahaya, dan kecoa tidak menyukai
wilayah yang bercahaya, sehingga menyebabkan kecoa untuk memilih dan lebih lama berada
dalam shelter yang gelap.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Kecoa memiliki tubuh yang pipih. Kecoa Periplaneta americana jantan memiliki
bentuk posterior yang lebih runcing dibanding betina dan memiliki stylus pada ujung
abdomennya, juga memiliki sayap dan abdomen lebih panjang.
2. Keseimbangan tubuh kecoa Periplaneta americana lebih baik ketika berada di
permukaan kasar dibanding permukaan halus
3. Jenis perilaku yang paling sering muncul, ketika diurutkan grooming > walking >
freezing, frekuensi ketigantya berbeda tidak terlalu jauh.
4. Lokomosi pada Periplaneta americana berbelok arah, dengan pola pergerakan kaki
zigzag. Pola pergerakan kaki saat kecepatan normal, dan dipercepat adalah sama, pada
saat kakinya dihilangkan pola pergerakan kaki menggunakan L1, R3, dan R1, L3.
5. Preferensi pada Periplaneta americana cenderung kepada ketiganya berdasarkan
frekuensinya, namun jika dilihat dari durasi dan latensinya maka kecoa umumnya
berada pada shelter.
DAFTAR PUSTAKA
BB
Biogen.
2012.
Serangga,
Plasma
Nutfah
yang
Luar
Biasa.
http://animals.howstuffworks.com/insects/cockroach1.htm
http://www.pestcontrol.basf.com.au/pest-info/pest-info-cockroaches/understandingcockroach-behaviour/
ANTENNAL GROOMING AND MOVEMENT BEHAVIOUR IN THE GERMAN
COCKROACH, BLATTELLA GERMANICA (L.) W. H. ROBINSON Urban Pest Control
trol Research Center, Department of Entomology, Virginia Polytechnic Institute and State
University, Blacksburg, VA 240614319
Cockroaches. ECOLOGY, BEHAVIOR, AND NATURAL HISTORY
William J. Bell, Louis M. Roth, Christine A. Nalepa. 2007. The John Hopkin University
Press.
LAMPIRAN