Kelompok IV
Khatija Taher Ali
(0808505014)
(0808505015)
(0808505016)
Ni Putu Parwatininghati
(0808505017)
(0808505018)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
I.
Tujuan
1.1 Membuat kurva hubungan konsentrasi parasetamol dan absorbansi pada panjang
gelombang maksimum (maks).
1.2 Menentukan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi.
1.3 Menentukan kadar parasetamol dalam tablet dengan spektrofotometri. UV-vis
memakai kurva kalibrasi dan persamaan garis regresi linier.
II.
Dasar Teori
1.1 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrumental
yang frekuensi penggunaannya paling banyak dalam laboratorium analisis.
Metode ini merupakan metode yang lahir pertama kali di lingkungan kimia
analisis. Pelaksanaan analisis dengan metode ini cepat, mudah, dan relatif murah,
termasuk juga harga instrumen yang relatif murah. Pengenalan dan pemahaman
operasional instrumentasi spektrofotometer UV-Vis dapat dilaksanakan dengan
mudah. Hampir semua molekul organik dan anorganik dapat ditentukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis, serta tersedia banyak cara untuk mengantisipasi
berbagai macam komponen atau matriks pengganggu. Analisis kuantitatif untuk
analit tunggal (Single Component Analysis/SCA) ataupun penentuan campuran
dua atau lebih analit (Multy Component Analysis/MCA) didapatkan hasil yang
dapat dipercaya dan sahih (Integrity and Validity) (Tim Penyusun, 2008).
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
sementara sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang antara 400-750
nm. Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya
(Gandjar dan Rohman, 2008). Radiasi di daerah UV/Vis diserap melalui eksitasi
elektron-elektron yang terlibat dalam ikatan-ikatan antara atom-atom pembentuk
molekul
sehingga
awan
elektron
menahan
atom-atom
bersama-sama
mendistribusikan kembali atom-atom itu sendiri dan orbital yang ditempati oleh
elektron-elektron pengikat tidak lagi bertumpang tindih (Watson, 2007).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar
Lompatan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih besar dan
menyerap sinar dengan panjang gelombang yang lebih pendek. Lompatan yang
ditunjukan dengan tanda panah abu-abu menyerap sinar UV dengan panjang
gelombang yang lebih rendah dari 200 nm (Clark, 2007).
Lompatan yang penting diantaranya adalah lompatan dari orbital pi ikatan ke
orbital pi anti-ikatan; dari orbital non-ikatan ke orbital pi anti-ikatan; dan dari
orbital non-ikatan ke orbital sigma anti-ikatan. Artinya untuk menyerap sinar pada
daerah antara 200 800 nm (pada daerah dimana spektra diukur), molekul harus
mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non-ikatan. Perlu diingat
bahwa orbital non-ikatan adalah pasangan elektron bebas, misalnya pada oksigen,
nitrogen, atau halogen (Clark, 2007).
Analisis kuantitatif zat tunggal atau SCA (Single Component Analysis)
dilakukan dengan pengukuran harga A pada panjang gelombang maksimum atau
= Konsentrasi (mg/mL)
(Gandjar dan Rohman, 2008).
Apabila suatu REM dikenakan kepada suatu larutan dengan intensitas radiasi
semula (I0), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It), dipantulkan (Ir)
dan diabsorbsi (Ia), sehingga :
I0 It Ir Ia
Harga Ir ( 4%) dapat diabaikan karena pengerjaan dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis menggunakan larutan pembanding sehingga :
I0 It Ia
Bouguer, Lambert, dan Beer secara matematis menghubungkan antara transmitan
dan absorban dengan intensitas radiasi sehingga didapatkan :
It
10 .b.c
I0
A log
1
.b . c
T
Keterangan :
T = persen transmitan
Io = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi
A = absorbansi
(Tim Penyusun, 2008)
Pada saat awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna ini
meningkat sampai waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang stabil.
Semakin lama waktu pengukuran, maka ada kemungkinan senyawa yang
berwarna tersebut menjadi rusak atau terurai sehingga intensitas warnanya
turun akibatnya absorbansinya juga turun. Karena alasan inilah, maka untuk
pengukuran senyawa berwarna (hasil suatu reaksi kimia) harus dilakukan pada
saat waktu operasional (Gandjar dan Rohman, 2008).
Analisis SCA (Single Component Analysis) dibagi atas dua bagian, yaitu :
: Sumber radiasi
: Monokromator
SK : Sampel Kompartemen
D
: Detektor
B. Instrumentasi
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi yang umum digunakan adalah lampu deuterium, lampu
tungstein dan lampu merkuri. Lampu deuterium digunakan pada daerah
panjang gelombang 190-380 nm (UV dekat) karena pada daerah tersebut
lampu deuterium memberikan spectrum energy radiasi yang lurus. Lampu
tungstein digunakan sebagai sumber radiasi pada daerah pengukuran sinar
tampak dengan panjang gelombang 389-900 nm. Sumber radiasi merkuri
merupakan suber radiasi yang mengadung uap merkuri bertekanan rendah
yang biasa digunakan untuk kalibrasi panjang gelombang spektrofotometer
UV-Vis pada daerah 365 nm dan sekaligus mengecek resolusi dari
monokromator (Tim Penyusun, 2008).
2. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk menghasilkan radiasi monokromatis
dari
sumber
radiasi
yang
memencarkan
radiasi
polikromatis.
4. Detektor
Detektor merupakan bagian spektrofotometer yang penting karena
berfungsi untuk merubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal
elektonik. Syarat detektor yang baik diantaranya:
Kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diteriama, dengan derau
yang minimal.
Mampu memberikan respon terhadap radiasi pada rentang panjang
gelombang yang lebar (UV-Vis).
Respon terhadap radiasi harus serempak.
Respon harus kuantitatif dan sinyal elektronik yang keluar berbanding
lurus dengan radiasi elektromagnetik yang diterima.
Sinyal elektronik yang dihasilkan harus dapat diamplifikasikan oleh
penguat (amplifier) ke rekorder (pencatat) (Tim Penyusun, 2008).
2.3 Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima
(Harmita, 2004).
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis
regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari
hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan
matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus
dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.
Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil
pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui
transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek,
digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 150% kadar
analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi
yang digunakan antara 0 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurangkurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan
linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX.
Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau 1 bergantung
pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan
baku residual (Sy). Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak
komputer, semua perhitungan matematik tersebut dapat diukur :
(Harmita, 2004)
2.4 Paracetamol
Struktur Kimia
Rumus Kimia
: C8H9NO2
Sinonim
: Acetaminofen (N-Acetylpaminophenol)
Berat molekul
Kandungan
Pemerian
Kelarutan
Suhu lebur
pH
pKa
Penyimpanan
Khasiat
Spektrum Serapan UV : Larutan asam 245 nm 245 (A11=668a); larutan alkali257 nm (A11=715a) (Moffat, et al., 2004)
Spektrofotometri UVVis
Corong gelas
Pipet volume 1 mL
Sendok tanduk
Pipet volume 2 mL
Batang pengaduk
Pipet volume 5 mL
Gelas beaker
Pipet volume 10 mL
Botol vial
Labu takar 10 mL
Labu takar 25 mL
Tissue
Lap
Pipet tetes
Kertas perkamen
Sudip
Kertas saring
Timbangan
3.2 Bahan
Parasetamol BPFI
NaOH padat
= V2 x N2
= 100 mL x 10 g/mL
= 1 mL
Jadi, dari larutan dengan kadar 1000 g/mL dipipet sebanyak 1 mL kemudian
ditambahkan NaOH sampai 100 mL untuk mendapatkan kadar larutan baku 10 g/mL
(0,01 mg/mL).
= 715 L.mol-1.cm-1 1 cm
0,434
715 L.mol-1.cm-1 1 cm
= 6,07 g/mL
= V2 x N2
V1 x 10 g/mL
= 10 mL x 6,07 g/mL
V1
= 6,07 mL
Jadi dari larutan dengan kadar 10 g/mL dipipet sebanyak 6,07 mL larutan,
kemudian ditambahkan NaOH sampai 10 mL untuk mendapatkan kadar larutan 6,07
g/mL. Larutan ini kemudian diukur pada panjang gelombang 220-300 nm.
0,2
= 715 L.mol-1.cm-1 1 cm
0,2
715 L.mol-1.cm-1 1 cm
= 2,7972 g/mL
Volume larutan stok 1 mg/mL yang diperlukan untuk membuat larutan konsentrasi
2,7972 g/mL yaitu :
0,01 mg/ ml . x
x
Namun untuk memudahkan dalam pemipetan, maka dibuat larutan standar dengan
konsentrasi bulat yaitu 3 g/mL, 4 g/mL, 6 g/mL, 7 g/mL, 8 g/mL dan 10 g/mL.
Dengan cara yang sama, maka diperoleh konsentrasi dan volume larutan stok 1 mg/mL
yang diperlukan untuk membuat larutan standar yang memberikan nilai absorbansi
dalam rentang 0,2 0,8. Berikut adalah tabel hasil perhitungan untuk membuat larutan
standar yang memberikan nilai absorbansi dalam rentang 0,2 0,8.
Konsentrasi standar
paracetamol (mg/mL)
0,2145
3 x 10-3
1,5
0,2860
4 x 10-3
(mg/mL)
6 x 10-3
Absorbansi
0,4290
0,5005
0,5720
0,7150
7 x 10
-3
3,5
8 x 10
-3
10 x 10
-3
selama 10 menit, diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas. Larutan disaring
kemudian dipipet 5 mL larutan ke dalam labu ukur 250 mL, diencerkan dengan NaOH
0,1 N sampai tanda batas (Anonim b, 1995).
Kadar parasetamol berdasarkan prosedur Farmakope Indonesia yaitu :
C
massa 100mg
0,5 mg / mL
volume 200mL
V1 x C1 V2 x C 2
5 mL x 0,5 mg / mL 250 mL x C 2
C 2 0,01 mg / mL 10 g / mL
V.
Skema Kerja
5.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditambahkan air bebas CO2 sampai tanda batas, dikocok hingga homogen
= V2 x N2
= 100 ml x 10 g/mL
= 1 mL
Larutan disaring
220
0,154
221
0,147
222
0,155
223
0,154
224
0,152
225
0,158
226
0,164
227
0,170
228
0,178
229
0,186
230
0,196
231
0,207
232
0,223
233
0,241
234
0,263
235
0,306
236
0,308
237
0,328
238
0,351
239
0,369
240
0,381
241
0,393
242
0,406
243
0,416
244
0,425
245
0,436
246
0,445
247
0,450
248
0,458
249
0,463
250
0,468
251
0,474
252
0,479
253
0,484
254
0,488
255
0,491
256
0,492
257
0,491
258
0,490
259
0,489
260
0,487
261
0,485
262
0,478
263
0,467
264
0,458
265
0,450
266
0,441
267
0,433
268
0,425
269
0,417
270
0,411
271
0,404
272
0,395
273
0,386
274
0,378
275
0,367
276
0,358
277
0,347
278
0,336
279
0,326
280
0,315
281
0,301
282
0,290
283
0,279
284
0,267
285
0,256
286
0,247
287
0,237
288
0,229
289
0,221
290
0,215
291
0,210
292
0,204
293
0,199
294
0,195
295
0,190
296
0,187
297
0,183
298
0,180
299
0,177
300
0,173
6.2
6.3
0,078
0,139
0,227
0,260
0,341
10
0,428
= 0,6723 gram
Berat tablet 2
= 0,6725 gram
Berat tablet 3
= 0,6723 gram
Total
= 2,0171 gram
: 1,5 gram
Py
12,5 mg
Berat total 3 tablet =
2,0171 gram
1,5 gram
Px
= 16,809 mg
B. Penimbangan II
Berat tablet 1
= 0,6760gram
Berat tablet 2
= 0,6762 gram
Berat tablet 3
= 0, 6761 gram
Total
= 2,0283 gram
: 1,5 gram
Py
12,5 mg
Berat total 3 tablet =
2,0283 gram
1,5 gram
Px
=16,9025 mg
C. Penimbangan III
Berat tablet 1
= 0,6822 gram
Berat tablet 2
= 0, 6824 gram
Berat tablet 3
= 0, 6822 gram
Total
= 2,0468 gram
: 1,5 gram
Py
12,5 mg
Berat total 3 tablet =
2,0468 gram
1,5 gram
Px
=17,0567 mg
6.4
0,482
0,503
0,520
0.4
0.35
kurva larutan
standar PCT
0.3
0.25
0.2
Linear (kurva
larutan standar
PCT)
0.15
y = 0.0495x - 0.0682
R = 0.9927
0.1
0.05
0
0
10
15
7.2
: y = 0,049x 0,068
: Persamaan Regresi
Absorbansi
= 0,482
Ditanya
: Konsentrasi Paracetamol
Perhitungan
:
y
0,049 x
0,068
0,482
0,049 x
0,068
0,55
0,049 x
0,55
0,049
11,2244
B. Sampel 2
Diketahui
: y = 0,049x 0,068
: Persamaan Regresi
Absorbansi
= 0,503
Ditanya
: Konsentrasi Paracetamol
Perhitungan
:
y
0,049 x
0,068
0,503
0,049 x
0,068
0,571
0,049 x
0,571
0,049
11,6530
C. Sampel 3
Diketahui
: y = 0,049x 0,068
: Persamaan Regresi
Absorbansi
= 0,520
Ditanya
: Konsentrasi Paracetamol
Perhitungan
:
y
0,049 x
0,068
0,520
0,049 x
0,068
0,588
0,049 x
0,588
0,049
12
x1 x 2 x3
3
11,2244g/mL 11,6530g/mL 12 g/mL
3
= 11,6258 g/mL
7.3
Perolehan Kembali
A. Sampel 1
Diketahui
: C sebenarnya
C pengukuran
Ditanya
: Perolehan kembali
Perhitungan
Perolehan kembali
= 10 g/mL
= 11,2244 g/mL
C pengukuran
100 %
C sebenarnya
11,2244 g/mL
100 %
10 g/mL
= 112,244 %
B. Sampel 2
Diketahui
: C sebenarnya
C pengukuran
Ditanya
: Perolehan kembali
Perhitungan
Perolehan kembali
= 10 g/mL
= 11,6530 g/mL
C pengukuran
100 %
C sebenarnya
11,6530 g/mL
100 %
10 g/mL
= 116,530 %
C. Sampel 3
Diketahui
: C sebenarnya
= 10 g/mL
C pengukuran
= 12 g/mL
Ditanya
: Perolehan kembali
Perhitungan
Perolehan kembali
C pengukuran
100 %
C sebenarnya
12 g/mL
100 %
10 g/mL
= 120 %
7.4
Perhitungan y
Diketahui
: y = 0,049x 0,068
: Persamaan Regresi
Konsentrasi
= 3 g/mL
Ditanya
: Konsentrasi Paracetamol
Perhitungan
:
y
0,049 x
0,068
0,049 3
0,068
0,147
0,068
0,079
Konsentrasi (g/mL)
0,079
0,068
0,226
0,275
0,324
10
0,422
y y
(y y)2
0,078
0,079
- 0,001
10-6
0,139
0,068
0,071
5,041 10-3
0,227
0,226
0,001
10-6
0,260
0,275
-0,015
0,225 10-3
0,341
0,324
0,017
0,289 10-3
0,428
0,422
0,006
0,036 10-3
5,593 10-3
Sy/x
(y - y')
5,593 103
6-2
n-2
= 0,0373 g/mL
LOD
LOD =
=
3 S y /x
b
3 0,0373
0,094
= 2,2836 g/mL
LOQ
LOQ =
=
10 S y /x
b
10 0,0373
0,094
= 7,6122 g/mL
7.5
x- x
(x - x )2
11,2244
11,6258
-0,4014
0,1611
11,6530
11,6258
0,0272
0,7398 10-3
12,000
11,6258
0,3742
0,1400
Standar Deviasi
SD
( x x)
n 1
0,3018
0,3018
3 1
= 0,3884 g/mL
SD
100%
x
0,3884 g/mL
100 %
11,6258 g/mL
= 3,3408 %
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan untuk menentukan kadar parasetamol dalam
tablet dengan spektrofotometri UV-Vis menggunakan kurva kalibrasi dan
persamaan garis regresi linier. Pada analisis komponen tunggal, jika absorbsi
suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang, suhu, kondisi
pelarut yang sama; dan absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap
konsentrasinya maka akan diperoleh suatu garis lurus yang memenuhi
persamaan A = .b.c. Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert-Beer dan
jika garis yang dihasilkan berupa garis lurus maka dapat dikatakan bahwa
hukum Lambert-Beer masih berlaku pada kisaran konsentrasi yang teramati
(Gandjar dan Rohman, 2008).
Pelaksanaan praktikum ini diawali dengan pembuatan larutan NaOH 0,1
N sebanyak 125 ml. NaOH digunakan karena parasetamol dapat larut saat
pembuatan variasi konsentrasi standar paracetamol dan dalam proses ekstraksi
tablet paracetamol. Pembuatan dilakukan dalam labu ukur 100 ml dan 25 ml,
sehinggan NaOH yang ditimbang adalah 0,4 gram dan 0,1 gram, namun saat
praktikum berat NaOH yang ditimbang adalah 0,4075 gram dan 0,1075 gram.
Masing-masing NaOH yang telah ditimbang dilarutkan dalam air bebas CO2
hingga tanda batas, kemudian digojog hingga homogen. Pelarutan dengan air
bebas CO2 bertujuan untuk mencegah terbentuknya garam natrium karbonat
(Na2CO3) yang dapat mengganggu stabilitas NaOH yang nantinya juga dapat
merusak stabilitas dari parasetamol (Depkes RI, 1979). Selain itu, penggunaan
air bebas CO2 juga dapat menghindari timbulnya absorbansi oleh CO2 pada
spektrum UV-Vis sehingga tidak akan menimbulkan kerancuan pada pembacaan
absorbansi parasetamol (Tim Penyusun, 2008). Larutan NaOH 0,1 N dalam
praktikum ini digunakan untuk menciptakan suasana basa sehingga dapat
memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang maksimum. Gugus
OH dari NaOH juga bertindak sebagai auksokrom yang membantu menciptakan
delokalisasi dalam struktur benzene paracetamol dan mengoptimalkan
penyerapan radiasi elektromagnetik oleh molekul paracetamol (Gandjar dan
Rohman, 2008).
Praktikum dilanjutkan dengan pembuatan larutan stok baku parasetamol
dengan konsentrasi 0,01 mg/ml dengan menimbang 1 mg parasetamol,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan larutan NaOH
0,1 N hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen. Namun, karena tidak
dapat dilakukan penimbangan parasetamol sebanyak 1 mg karena batas deteksi
timbangan analitik 10 mg, maka dilakukan pengenceran dari larutan dengan
kadar 1 mg/ml (10 mg paracetamol dalam 10 ml NaOH) sebagai berikut :
V1 x N1
x ml x 1000 g/ml
V1
= V2 x N2
= 100 ml x 10 g/ml
= 1 ml
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
220
230
240
250
260
270
280
290
300
0.5
A
0.4
b
0.3
s
o s 0.2
r i 0.1
y = 0.0495x - 0.0682
R = 0.9927
b
0
a
0
5
10
15
n
Konsentrasi Larutan Standar (g/mL)
kurva larutan
standar PCT
bertujuan
untuk
meningkatkan
kehomogenan
kandungan
parasetamol pada setiap tablet, karena tidak pasti antara satu tablet dengan tablet
yang lain mengandung jumlah parasetamol yang sama. Selain itu penggunaan
satu tablet parasetamol belum dapat mewakili kadar parasetamol pada sebagian
besar tablet. Berat total 3 tablet yang digunakan pada sampel 1, 2 dan 3 berturutturut adalah 2,0171 gram, 2,0283 gram, 2,0468 gram, masing-masing 3 tablet
tersebut digerus hingga homogen. Kemudian ditimbang 16,809 mg serbuk
paracetamol pada saat preparasi sampel pertama, 16,9025 mg serbuk
paracetamol pada saat preparasi sampel kedua, dan 17,0567 mg serbuk
paracetamol pada saat preparasi sampel ketiga. Jumlah serbuk yang ditimbang
setara dengan 12,5 mg paracetamol. Serbuk ini masing-masing dimasukkan ke
dalam labu takar 25 ml. Serbuk tersebut dilarutkan dengan 12,5 ml NaOH 0,1 N,
lalu dikocok selama 10 menit untuk mengoptimalkan proses pelarutan
paracetamol dalam NaOH 0,1 N. Setelah itu, ditambahkan NaOH 0,1 N hingga
tanda batas. Larutan paracetamol hasil ekstraksi disaring dan dipipet sebanyak
0,2 ml kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu takar 10 ml.
Larutan sampel parasetamol diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 256 nm dan diperoleh hasil absorbansi sampel pertama, kedua, dan
ketiga berturut-turut, yakni 0,482; 0,503; dan 0,520. Dari nilai absorbansi ini
dapat dihitung kadar paracetamol dengan menggunakan persamaan regresi
linear yang diperoleh pada kurva kalibrasi larutan standar paracetamol.
Diperoleh kadar parasetamol pada masing- sampel I, sampel II, dan sampel III
sebesar 11,2244 g/ml; 11,6530 g/ml; dan 12 g/ml dengan kadar rata-rata
sebesar 11,6258 g/ml. Kadar yang diperoleh melebihi rentang karena tidak
dibuat konsentrasi larutan 11,2 g/ml yang memberikan absorbansi 0,8. Pada
praktikum ini diperoleh persen recovery untuk sampel pertama, kedua dan
ketiga secara berurutan sebesar 112,244%; 116,530%; dan 120%. Persen
IX. KESIMPULAN
1. Panjang gelombang maksimum parasetamol dalam suasana basa yang
diperoleh saat praktikum adalah 256 nm.
2. Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil uji linieritas adalah y = 0,0495x
0,0682 dengan r2 = 0,9927.
3. Kadar parasetamol rata-rata sebesar 11,6258 g/ml dengan perolehan kembali
rata-rata sebesar 116,258 %.
4. Nilai LOD yang diperoleh sebesar 2,2836 g/ml dan nilai LOQ sebesar 7,6122
g/ml.
5. Standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,3884 dan standar deviasi relatifnya
sebesar 3,3408%.
6. Metode yang digunakan kurang valid karena koefisien variasi lebih dari 2 %.
DAFTAR PUSTAKA
Pharmaceutical
Press.
Publications
division
of
the
Royal