Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN MONETER

KEBIJAKAN MONETER
Oleh : Arowadi Lubis
PENDAHULUAN
Sebelumnya perlu diingat bahwa kebijakan moneter adalah salah satu dari
kebijakan ekonomi makro yang diambil pemerintah (dalah hal ini bank
Indonesia). Secara umum kebijakan makro pemerintah itu ada dua.Kebijakan
yang pertama adalah kebijakan stabilisasi (kebijakan jangka pendek) dan
kebijakan petumbuhan dan pembangunan ekonomi (jangka panjang). Tujuan
kebijakannya sama, yakni menyetir perekonomian suatui Negara agar terhindar
dari empat penyakit ekonomi utama yaitu inflasi (di pasar barang),
ketidakstabilan suku bunga (di pasar uang), pengangguran (di pasar tenaga
kerja) dan ketimpangan neraca pembayaran (di pasar luar negeri). Kalau kita
peras lagi, keempat penyakit ekonomi tadi dapat diringkas hanya satu, yakni
inflasi di pasar barang. Mengapa bisa demikian? Karena tiga pasar makro yang
lain (pasar uang, pasar tenaga kerja, dan pasar luar negeri) ujung-ujungnya akan
berimbas ke pasar barang juga. Jadi, tujuan akhir dari sebuah kebijakan makro
pada akhirnya dapat diringkas hanya untuk mengendalikan tingkat inflasi saja
sebenarnya.Hanya saja, kebijakan stabilisasi betujuan untuk pengendalian
jangka pendek dan kebijakan pertumbuhan untuk pengendalian jangka panjang.

Sekarang yang perlu kita tau, dimanakah posisi kebijakan moneter dalam dua
kebijakan makro tadi?jawabannya, kebijakan moneter adalah salah satu dari
kebijakan stabilisasi (jangka pendek). Dimana yang dimaksud dengan kebijakan
jangka pendek disini adalah kebijakan yang hanya berlaku untuk jangka waktu
satu tahun ketika perekonomian nasional menampakkan gejal-gejala dari empat
penyakit ekonomi diatas. Hal ini didasarkan pada teori pasar uang dari
Keynes.Memangnya bagaimana teori pasar uang dari Keynes?

TEORI KEBIJAKANSANAAN MONETER KEYNES


Hubungan Pasar Uang dan Pasar Barang
Logika Keynes kita mulai dengan pengaruh suku bunga terhadap inflasi. (ingat
suku bunga adalah harga dari uang di pasar uang dan inflasi adalah harga
barang dan jasa di pasar barang). Yang menghubungkan pasar uang dan pasar
barang adalah salah satu variable sisi permintaan makro yakni investasi (ingat:
dalam ekonomi makro pendapatan=permintaan=pengeluaran yakni C + I + G +
(X M), jadi kalau salah satu dari empat variable tadi berubah, maka akan
mengubah permintaan agregat (Z) dalam proporsi tertentu, proporsinya tidak
perlu dijelaskan di sini karena akan melibatkan itung-itungan yang agak panjang,
kita cukupkan dengan pembahasan kualitatif saja). Jadi, menurut Keynes,

investasi (I) adalah vabiabel yang menghubungkan antara pasar uang dan pasar
barang.Nah, sekarang kita sudah tau jalurnya bagaimana pengaruh perubahan
suku bunga terhadap tingkat inflasi. Jadi sudah bisa kita menentukan
mekanismenya seperti apa.

Ketika suku bunga berubah, maka akan berbanding terbalik dengan tingkat
investasi, perubahan investasi akan berbanding lurus dengan permintaan.
Perubahan permintaan kemungkinannya hanya ada dua.Kenaikan permintaan
atau penurunan permintaan. Ketika permintaan bertambah, maka yang terjadi
adalah kelebihan permintaan sehingga harga agregat (inflasi) akan naik. Kalau
permintaan agregat (Z) turun, yang terjadi tentunya sebaliknya.Kelebihan
penawaran, sehingga yang terjadi adalah deflasi secara tiba-tiba.Dua keadaan ini
kalau terjadi secara tiba-tiba semuanya berakibat tidak baik bagi perekonomian
secara makro. Akan terjadi yang disebut dengan economic shock (perekonomian
kita kaget, atau malah bias jantungan gitu).

Untuk lebih jelasnya, kita coba permudah dengan contoh, misalkan suku bunga
naik, kenaikan suku bunga akan menyebabkan tingkat investasi menurun karena
orang akan lebih suka menabung uangnya dibank daripada mengajukan kredit
untuk investasi (kalau bingung, bank dapat penghasilan darimana? kalau yang
ada Cuma orang menabung, ga ada yang mengajukan kredit. Jawabannya
begini.Ternyata bank umum dapat menempatkan dananya di Bank Indonesia
bank sentral-.Tabungan bank umum di bank Indonesia biasanya disebut dengan
BI window. Nah, bank umum akan mendapatkan bunga dari dana yang
ditempatkan di bank Indonesia ingat dana ini diluar GWM- dalam bentuk bunga
yang disebut dengan discount rate. Kira-kira bank Indonesia dapat uang
darimana untuk membayar bunga tadi? Apakah bank Indonesia dapat mencetak
uang baru? Ternyata tidak boleh. Bank Indonesia membayar bunga dari APBN.
APBN sebagian besar dari pajak, dan pajak dipungut dari seluruh
rakyat.Kesimpulannya, yang terjadi adalah orang miskin memberikan uang
kepada orang kaya.Logikanya gimana?Berfikir sedikit dari penjelasan tadi insya
Allah faham).Kita kembali ke pembahsan tadi. Ketika investasi turun, maka
permintaan agregat akan ikut turun dengan proporsi tertentu dengan proses
yang disebut dengan multiplier. Ketika permintaan turun yang terjadi apa? Kalau
permintaan turun maka yang terjadi adalah kelebihan penawaran. Kalau terjadi
kelebihan penawaran, kira-kira akibatnya apa? Maka harga akan terjun bebas
(deflasi). Akibat selanjutnya perusahaan akan rugi dan harus mengurangi
produksinya. Itu artinya dia harus mengurangi tenaga kerja dan pengangguran
akan meningkat. Inilah logika pertama dari kebijakan makro melalui pasar uang
(ingat: kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi
ekonomi makro melalui pasar uang. Dan pasar uang adalah temapat bertemunya
permintaan dan penawaran akan uang. Pertemuan ini menghasilkan dua
kesepakatan yakni volume uang dan harga uang.Sama persis dengan jual beli
barang).

Hakikat Kebijaksanaan Moneter


Logika selanjutnya bagaimana?Sehingga kita tau betul bagaimana kebijakan
moneter bekerja dalam sebuah perekonomian makro, yang pada akhirnya kita
tau nanti hubungannya dengan tiga masalah yang ada dipembukaan tulisan
diatas.Logika yang kedua adalah hakikat dari kebijakan moneter itu sendiri.Tadi
sudah dijelaskan bahwa kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan
mempengaruhi kondisi ekonomi makro melalui pasar uang.Sedangkan pasar
uang terbentuk dari transaksi (jual-beli) uang dalam volume tertentu dengan
tingkat harga uang (suku bunga) tertentu. Dengan demikian, kebijakan moneter
sejatinya hanyalah kebijakan pengendalian tingkat suku bunga dengan cara
mengatur volume uang yang beredar (volume permintaan dan penawaran uang
equilibrium). Suku bunga yang diharapkan adalah suku bunga keseimbangan
(equilibrium) yakni ketika penawaran akan uang sama dengan permintaan akan
uang (L). Diantara permintaan dan penawaran akan uang, manakah yang bisa
dipengaruhi oleh pemerintah? Sisi permintaan akan uang tergantung dari
motivasi orang memiliki uang yakni motive transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.
Jadi, permintaan akan uang ditentukan oleh masyarakat. Jadi pemerintah tidak
bisa melaksanakan kebijakan moneter dari sisi permintaan uang. Sehingga
pemerintah hanya bisa melakukan kebijakan moneter dari sisi penawaran akan
uang. Karena pemerintah berkuasa penuh menentukan berapa uang yang akan
diedarkan di masyarakat. Apakah sejumlah permintaan masyarakat, apakah
lebih atau mungkin kurang.

Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa kebijakan moneter yang dilakukan


kemungkinannya hanya dua.Menambah jumlah uang beredar atau mengurangi
jumlah uang beredar di masyarakat (M).ketika jumlah uang beredar sedikit (lebih
kecil dari permintaan masyarakat), maka harga uang akan naik, atau dengan
kata lain suku bunga akan naik. Sebaliknya ketika jumlah uang beredar
meningkat (lebih besar dari permintaan masyarakat), maka harga uang akan
turun atau dengan kata lain suku bunga akan turun. Inilah mekanisme kebijakan
moneter yang dilakukan oleh pemerintah dalam sebuah system ekonomi
kapitalisme ala Keynes.

Instrumen Moneter
Apakah pembahasan kita sudah cukup untuk menjawab tiga permasalahan di
atas?Ternyata belum, karena pembahasan kita baru sampai pada pembahasan
kebijakan moneter yang dapat diambil oleh pemerintah yang menambah atau
mengurangi jumlah uang beredar.Kita belum membahas bagaimana caranya
pemerintah menambah atau mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.
Ketika kita masih di SMA tentu kita masih ingat, bahwa pemerintah menjalankan

kebijakannya dengan menggunakan instrumen moneter, yakni dengan politik


diskonto, cash ratio dan surat berharga. Apakah jawaban itu benar?Setidaknya
jawaban itu memang benar, tetapi tidak sesederhana itu.Karena jawaban diatas
sesungguhnya masih sangat umum (belum mendetail).
Dalam menjalankan kebijakan moneternya pemerintah memang akan
menggunakan instrumen moneter. Instrumen moneter ini nanti akan
berpengaruh terhadap volume uang beredar, kemudian mempengaruhi suku
bunga, selanjutnya mempengaruhi tingkat investasi sampai akhirnya
mempengaruhi pendapatan nasional di pasar barang (P,Q). Bagaimana
instrumen moneter dapat terlahir? Instrumen moneter apa saja yang dapat
dipergunakan oleh pemerintah? Bagaimana mekanisme kerja masing-masing
instrument moneter? Tiga pertanyaan yang akan selanjutnya kita coba jawab.
Semua uang yang beredar di masyarakat ternyata berasal dari uang induk yakni
uang inti (reserve money). Uang inti (dilambangkan dengan H) merupakan inti
dari proses penciptaan uang , baik penciptaan uang kartal maupun penciptaan
uang giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral.
Lalu apakah uang inti itu? Uang inti adalah saldo rekening koran (giro) milik
bank-bank umum maupun masyarakat pada bank indonesia plus uang tunai
yang dipegang oleh bank-bank umum maupun masyarakt. sehingga lebih
jelasnya uang inti sejatinya ada dua yakni uang kartal (K) dan cadangan
(reserve) bank-bank umum yang berupa uang tunai dan saldo rekening Koran
(giro) pada bank indonesia (R). jadi, uang inti adalah uang kartal yang ada
ditangan masyarakat, uang kartal yang disimpan di bank sebagai cadangan
likuiditas bank dan saldo rekening koran (giro) pada bank sentral. Perlu diingat
bahwa yang masuk kategori K adalah uang kartal yang ada di tangan
masyarakat. Dan yang masuk kategori R ada dua yakni uang kartal yang
disimpan di bank sebagai cadangan bank dan saldo rekening koran bank
tersebut di bank sentral. Untuk mempermudah kita kuantitatifkan sedikit dimana
H = K + R.
Bagaimana uang inti dapat berubah? Uang inti akan berubah karena beberapa
hal. Pertama, ketika terjadi surplus atau neraca pembayaran (X-M).Kedua, ketka
terjadi surplus atau defisit APBN (A). Ketiga, ada atau tidaknya bantuan langsung
bank indonesia (B1), dan yang terakhir adalah ada atau tidaknya bantuan
likuiditas bank indonesia (B2). Singkatnya, ketika terjadi surplus neraca
pembayaran, maka uang inti akan bertambah begitu juga sebaliknya. Ketika
terjadi defisit APBN, maka uang inti akan bertambah ata sebaliknya. Ketika ada
tambahan bantuan langsung (biasanya untuk membiayai pembangunan sering
disebut bantuan pembangunan), maka uang inti akan bertambah, dan ketika
terjadi tambahan bantuan likuiditas bank sentral, uang inti juga akan bertambah.
Setelah kita mamahami hakikat uang inti, sebagai sumber dari dari segala
sumber uang beredar, sekarang kita coba fahami unsur dari uang beredar itu
apa saja. Sederhananya uang beredar (Ms) sebenarnya hanya ada dua
bentuk.Bentuk yang pertama adalah uang kartal yang ada di tangan masyarakat
(K) dan uang giral yang ada ditangan masyarakat (D). Kedua bentuk uang inilah

yang menjadi unsur uang tunai yang langsung berpengaruh terhadap


permintaan akan uang di pasar uang untuk dibelanjakan di pasar barang.
Kedua uang ini, baik K maupun D berasal dari uang inti yang dibahas dimuka
tadi.Bagaimana jumlah uang beredar bisa lebih besar daripada uang inti.Hal ini
dikarenakan adanya penciptaan penciptaan uang oleh bank umum.Penciptaan
uang oleh bank umum, terjadi dengan sebuah mekanisme yang dikenal dengan
mekanisme money multiplier.Money multiplier sejatinya adalah untuk
mengetahui perubahan jumlah uang beredar ketika terjadi perubahan uang
inti.Mau tidak mau, kita butuh rumus kuantitatif juga sedikit.Money multiplier
dirumuskan dengan 1 / u + v (1-u). Dimana u adalah K/Ms (Proporsi uang kartal
yang diminta masyarakat dari keseluruhan uang tunai beredar). Sedangkan v
adalah R/D (proporsi cadangan rekening koran (giro) bank umum dari uang giral
yang dikeluarkan, biasanya dikenal dengan Giro wajib minimum, atau legal
lending limit). Kalau dua konsep uang ini dihubungkan, maka akan kita temukan
sebuah persamaan dimana Ms = {1 / u + 1 (1 u) } H. Dimana H adalah {(X-M)
+A+B1+B2}.
Dengan persamaan ini, dapatlah kita menentukan instrumen kebijakan moneter
yang dapat digunakan oleh pemerintah melalui beberapa variabel dalam
persamaan diatas untuk mempengaruhu jumlah uang beredar (Ms), tetapi
sebelumnya kita ambil dulu kesimpulan-kesimpulan pokok dalam pembahasan
instrumen moneter diatas.
Pertama, kita simpulkan bahwa jumlah uang beredar ditentukan oleh dua faktor,
yaitu:
1.

Besarnya jumlah uang inti (H = {(X-M)+A+B1+B2} yang tersedia, dan

2.

Besarnya koesifisien money multiplier {1/u + v (1 u)}

Kedua, kita simpulkan bahwa besarnya uang inti dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu:
1.

Keadaan neraca pembayaran(surplus atau defisit)

2.

Keadaan APBN (surplus atau defisit)

3.

Perubahan kredit langsung bank indonesia (B1)

4.

Perubahan kredit likuiditas bank indonesia (B2)

Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa pemerintah dapat mempengaruhi


Ms dengan cara mempengaruhi koefisien money multiplier atau uang inti (H).
Sehingga instrumen kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah adalah
mengubah variabel-variabel yang ada pada money multiplier dan H, dengan
rincian sebagai berikut:

Instrument Moneter Dengan Mempengaruhi Koefisien Money Multiplier

1.
Melalui u; tingkat bunga untuk giro dan deposito adalah adalah instrumen
moneter. Bagaimana sistem kerjanya, pemerintah mengubah tingkat suku bunga
giro dan deposito melalui bank-bank umum milik pemerintah. Sehingga u juga
akan berubah, sehingga koefisien multiplier juga berubah, kemudian Ms akan
berubah.
2.
Melalui v; pemerintah dapat menggunakan dua instrumen kebijakan
moneter, yaitu:
a.
Kita ingat bahwa v=R/D yakni proporsi cadangan bank dari keseluruhan
uang giral yang beredar. Dengan demikian cash ratio/ reserve requirment/ legal
lending limit/ giro wajib minimum (semua artinya sama, yang paling terkenal
adalah cash ratio dalam instrumen kebijakan moneter) adalah instrument
kebijakan moneter. Pemerintah akan menaikkan cash ratio apabila ingin
mengurangi Ms atau sebaliknya.
b.
Instrumen yang kedua melalui v adalah discount rate. Discount rate adalah
bunga pinjaman bank umum terhadap bank sentral. Kalau pemerintah hendak
menambah Ms, maka pemerintah tinggal menurunkan v, sehingga bank umum
tertarik untuk meminjam dana ke bank indonesia untuk memnuhi likuiditasnya.
Akibatnya Ms meningkat. Demikian sebaliknya.
Perlu diingat, bahwa instrument moneter dengan cara mempengaruhi money
multiplier ini sifatnya adalah pengaruh yang dilakukan oleh bank sentral secara
tidak langsung. Karena koefisien ini tadi ditentukan oleh masyarakat.Tiga
instrumen tadi hanya sebatas mencoba mempengaruhi perilaku masyarakat.
Instrumen Moneter Dengan Mempengaruhi Uang Inti.
Pendekatan yang kedua hampir semuanya memang dapat dipengaruhi oleh
pemerintah secara langsung. Untuk lebih jelasnya mari kita rinci satu persatu:
1.
Melalui neraca pembayaran (X-M), pemerintah bisa secara langsung
mempengaruhi neraca pembayaran. Pengaruh pemerintah yaitu dengan cara
membuat neraca pembayaran surplus atau defisit. Kalau pemerintah ingin
surplus, maka pemerintah menggalakkan ekspor dengan cara memberikan
rangsangan ekspor melalui penurunan pajak ekspor dan pemberian sertifikat
ekspor, atau pemerintah mengurangi impor dengan cara menaikkan bea masuk.
Surplus neraca pembayaran akan menambah uang inti, pertambahan uang inti
kemudian akan menambah Ms hal sebaliknya dapat dilakukan oleh pemerintah
apabila pemerintah mgninginkan penurunan Ms. Jadi, dalam hal ini, Instrumen
kebijaksanaan moneter adalah pajak ekspor, sertifikat ekspor dan bea masuk.
2.
Melalui APBN, pemerintah dapat membuat APBN-nya surplus atau defisit.
Surplus atau defisit APBN akan mempengaruhi uang inti dan akan
mempengaruhi Ms. Jadi, dalam hal ini APBN adalah Instrumen moneter. (tetapi
jangan lupa, APBN juga adalah instrumen utama kebijakan fiskal).
3.
Melalui B1 dan B2, pemerintah juga dapat melakukan kebijaksanaan
moneter. Dalam hal ini, dapat menentukan batas maksimum kredit (credit

ceiling) untuk perbankan dan menaikan atau menurunkan bunga kredit bank.
dengan demikian credit ceiling dan bunga kredit bank adalah instrumen moneter.
Semua, instrumen moneter yang disebutkan disini adalah instrumen moneter
yang paling pokok. Artinya, masih ada instrumen moneter yang lain, tapi tidak
akan dibahas disini. Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa instrumen
kebijaksanaan moneter adalah:
1.
Yang mempengaruhi money multiplier terdiri dari bunga giro dan deposito,
cash ratio dan discount rate.
2.
Yang mempengaruhi uang inti terdiri dari pajak ekspor, sertifikat ekspor,
bea masuk, pajak lain, pengeluaran dan penerimaan pemerintah (APBN), bunga
kredit bank dan atap kredit (credit ceiling).
Instrumen mana yang paling efektif untuk digunakan oleh pemerintah dalam
menjalankan kebijakan moneternya?Hal ini tidak kita bahas disini, disamping
yang nulis udah ga kuat, pembahasan diatas kiranya sudah cukup untuk
menjawab tiga persoalan diatas.Walau pada hakikatnya, masalah diatas
sejatinya adalah masalah pemilihan instrumen kebijakan moneter.Tetap nanti
sudah bisa kita jawab. (tetapi, tetap disarankan kepada pembaca yang ingin
mendalami ekonomi makro kapitalisme untuk mempelajari lebih mendalam lagi
melalui berbagai literatur)
Kita sudah dapat menjawab bahwa besaran-besaran kebijakan moneter hanya
ada dua, yakni kebijaksanaan menambah atau mengurangi volume uang beredar
dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter. Kebijakan ini
nantinya akan berimbas ke pasar barang melalui rantai yang agak panjang
seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan. Nah sekarang mari kita
selesaikan dengan menyajikan kembali masalahnya terlebih dahulu, yakni:
1.

Sistem perbankan yang buruk

2.

Cepatnya arus modal, dan

3.

Cepatnya pertumbuhan sektor keuangan

Menyebabkan pemerintah sulit untuk menetapkan besaran kebijakan moneter.


Itu artinya kesulitan pemerintah sejatinya hanyalah dua
kemungkinan.Kemungkinan pertama, pemerintah kesulitan untuk mengambil
kebijaksanaan menambah atau mengurangi jumlah uang beredar.Kemungkinan
kedua, ketika pemerintah sudah mentapkan besaran kebijakan moneter,
pemerintah kesulitan memilih instrumen moneter yang efektif karena tiga
penyebab masalah diatas. Nah, sekarang mari kita preteli masalahnya satu
persatu.
Masalah pertama yakni sistem perbankan yang buruk.Dalam pembahasan telah
dijelaskan bahwa banyak instrumen moneter yang dipakai malalui sektor
perbankan (bank umum). Instrumen ini hanya akandapat bekerja dengan efektif
kalau sistem perbankan juga baik. Sedangkan dalam hal ini, sistem perbankan

ternyata buruk. Itu artinya instrumen kebijakan moneter yang melibatkan sektor
perbankan secara langsung tidak akan efektif. Jadi wajar kalau pemerintah
kebingungan alias puyeng... hehehe.... gampang kan.
Kita sekarang ke masalah kedua, arus modal yang sangat cepat.Arus modal
sering disebut juga dengan istilah hot money (gampang datang, gampang pergi).
Ga sopan yach... hm,,,, arus modal ini sebenarnya bukan sesuatu yang dapat
dipengaruhi oleh pemerintah (sering disebut dengan faktor eksogen). Mengapa?
Seperti disebutkan dalam pembahasan diatas. Pemerintah hanya dapat
mempengaruhi sisi penawaran akan uang (Ms) di pasar uang, pemerintah tidak
dapat mempengaruhi sisi permintaan akan uang (Md/L). Sekali lagi, mengapa?
Sekali lagi mengapa tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah? Karena
permintaan akan uang (liquidity preference) menurut keynes adalah sesuatu
yang ditentukan di masyarkat, dimana permintaan akan uang dipengaruhi oleh
tiga hal, yakni motif untuk transaksi, motif untuk berjaga-jaga dan motif untuk
spekulasi. Sedangkan perputaran arus modal ditentukan oleh motif spekulasi
dalam masyarakat. Motife spekulasi itu sendiri akan ditentukan oleh ekspektasi
masyarakat tehadap suku bunga di pasar uang dan pasar modal. Jadi, gimana
pemerintah ga bingung coba? Orang dia ga bisa mempengaruhi... mudah juga
kan?!
Sekarang, tinggal satu masalah yang belum kita identifikasi.Maslah pertumbuhan
sektor keuangan yang begitu cepat dan tidak dapat diikuti oleh sektor
riil.Bagaimana menjelaskan masalah yang terakhir ini?Ternyata tidak begitu sulit
juga. Kita harus ingat bahwa tujuan dari semua kebijakan makro pemrintah akan
bermuara di pasar barang. Maksudnya apa? Semua akan berujung pada
pengendalian tingkat harga (inflasi) di pasar barang.
Kita misalkan dalam kondisi terjadi kekurangan produksi. Atau penawan agregat
lebih kecil dari permintaan agregat, yang menyebabkan tingkat harga umum
akan maik. Pemerintah berinisiatif untuk menambah jumlah uang beredar
dengan cara menurunkan cash ratio dan menurunkan suku bunga. Dampaknya
apa? Tentu akan terjadi kenaikan investasi di sektor riil untuk mengejar
kekurangan sisi penawaran. Logikanya, permintaan dan penawaran di pasar
barang akan kembali pada titik equilibrium. Dan inflasi dapat dihindari. Tetapi,
pada saat yang sama, sektor keuangan tumbuh dengan sangat pesat.
Petumbuhan ini akan memberikan pendapatan yang pesat pula bagi pemilik
modal. Ketika pendapatan bertambah yang terjadi apa? Permintaan di pasar
barang akan bertamabah juga kan. Celakanya pertambahan permintaan ini
ternyata jauh melebihi pertambahan sisi penawaran yang menjadi akibat
kebijakan moneter tadi. Dampak akhirnya, bukannya menuju equilibrium tetapi
sisi permintaan agregat malah semakin menjauh dari penawaran agregat .kalau
ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi yang namanya buble
economic (ekonomi balon) yang semakin membesar. Sehingga nantinya akan
pecah, itulah yang disebut dengan krisi (pecahnya balon sama dengan naiknya
harga (inflasi) yang sangat cepat). Sekali lagi mengapa?Karena jumlah
permintaan agregat sangat jomplang dengan penawaran agregat.Mengapa
permintaan agregat jauh lebih besar?Karena sumbangan pendapatan dari sektor

keuangan yang tumbuh dengan pesat tadi.Sedangkan pendapatan akan akan


langsung menmbah permintaan agregat. Kalau sudah begini, kira-kira efektifkah
kebijakan moneter tadi? Sia-sia kan!.

Anda mungkin juga menyukai