Anda di halaman 1dari 147

PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


logo STAIN
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DI SDI BAYANUL AZHAR BENDILJATI KULON

SKRIPSI

Oleh:
SITI FITRIYAH
NIM: 3211093025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
2013

logo STAIN
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DI SDI BAYANUL AZHAR BENDILJATI KULON

SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Oleh
SITI FITRIYAH
NIM. 3211093025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) TULUNGAGUNG
JULI 2013

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan


Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon
yang ditulis oleh Siti
Fitriyah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Tulungagung, 24 Juli 2013


Pembimbing,

Luluk Atirotu Zahroh, M.Pd


NIP. 1971 1026 199903 2 002

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan


Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon
yang ditulis oleh Siti
Fitriyah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi STAIN
Tulungagung pada hari Jum.at, tanggal 02 Agustus 2013 dan dapat diterima
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Dewan Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag Ahmad Nurcholis, M.Pd


NIP. 19600524 199103 1 001 NIP. 1978081 200901 1 006

Penguji Utama

Dr. Iffatin Nur, M.Ag


NIP. 19730111 199903 2 001

Tulungagung, September 2013


Mengesahkan

STAIN Tulungagung
Ketua

Dr. Maftukhin, M.Ag


NIP. 19670717 200003 1 002

MOTTO
................................................................................
......................................
................................................................................
......................................................
................................................................................
.............
189. kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa
atas segala sesuatu.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (serayaberkata): "YaTuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka (QS. Ali Imron ayat 189 - 191).1
1Departemen Agama Republik Indonesia.Al Qur.an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al Qur.an, 1985), hal.24

PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahi Rabbil Aalamiin. Puji syukur teruntai dari sanubariku yang
terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT. Dengan segenap rasa cinta dan sayang
kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
1. Bapak dan ibuku Tercinta, Alm. Bapak Dasim dan Ibu sufiyah
2. Saudara
saudaraku tercinta Muhammad Yudiono, Siti Khalidiyah, Mujiati, seluru
h
keluarga besarku yang senantiasa mengasihiku memberikan support baik materiil,
spiritual untukku yang belum bisa terbalas jasa
jasa mereka untukku dan
pendidikanku
3. Para guru dan dosenku di STAIN Tulungagung yang sepeninggalku berubah menjadi
IAIN Tulungagung, khususnya Ibu Luluk Atirotu Zahroh, M.Pd yang selalu
membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita dalam studiku
4. Bapak Drs. Atim selaku Kepala Sekolah SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon bese
rta
Para guru Staff khususnya Bapak Syafa at S.Ag juga siswa- siswi kelas 5 dan 6 yang
telah membantu menyelesaikan penelitianku
5. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang aku sayangi Siti Khalifah dan semua
teman
teman di PAI- A juga Sahabat-sahabatku PKM Jugo 2 Kediri yang aku sayangi
6. Sahabat seperjuanganku PC IPNU
IPPNU Kabupaten Tulungagung, PAC IPNU
IPPNU Kec. Ngunut dan PR IPNU IPPNU Purworejo
7. Seseorang yang masih belum ternama sebagai calon imamku yang masih Allah
rahasiakan dan yang akan selalu ku nanti kehadirannya di hidupku
8. Keluarga besar Perpustakaan STAIN Tulungagung yang mengajariku arti kebersama
an
dan kekeluargaan
9. Almamaterku STAIN Tulungagung.

KATA PENGANTAR
......
....
............
.
.........
Rasa syukur senantisa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT teriring
do.a Alhamdulillahirabbil.alamin atas taufiq, hidayah dan inayah-Nya yang
diberikan pada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul
Azhar Bendiljati Kulon
ini dengan lancar tiada hambatan yang berarti.
Sholawat salam semoga senantiasa terlimpahkan pada baginda Rasul, nabi
Muhammad saw yang telah memberi jalan terang pada umatnya dalam menjalani
kehidupan dan senantiasa kita nantikan syafa.atnya. Amiin
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis tidaklah sendiri, ada
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan pada penulis untuk
mencapai keberhasilan, dengan segala kerendahan hati penulis hanya mampu
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Bapak Abdul Aziz M.Pd I, selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN
Tulungagung.
3. Ibu Luluk Atiroru Zahroh, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi ini, atas
segala nasihat dan petunjuk selama memberikan bimbingan sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Segenap Bapak/Ibu Dosen STAIN Tulungagung yang telah membimbing dan


memberikan wawasannya sehingga studi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap pihak yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
serta membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang selama ini diberikan
mendapat balasan dari Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangannya, disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, namun kesemuanya ini telah
penulis lakukan dengan semaksimal yang penulis mampu.
Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca, dengan
harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan
perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan
Islam pada umumnya dan pada pembelajaran PAI khususnya. Semoga karya ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan dunia pendidikan umumnya serta
mendapat ridla Allah swt. Amin.

Tulungagung, 23 Juli 2013


Penulis

Siti Fitriyah
NIM. 3211093025

DAFTAR TABEL

TABEL HAL
2.1 Tabel Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
konvensional .
..... 45
4.2 Tabel Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan pendekatan
Kontekstual dari masing
masing komponen
73
4.3 Tabel Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajarn PAI dengan
Pendekatan Kontekstual..........................................................
............74

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil SD I Bayanul Azhar Bendiljati Kulon


Lampiran 2 Lembar Pedoman Interview
Lampiran 3 Lembar Pedoman Observasi
Lampiran 4 Lembar Pedoman Dokumentasi
Lampiran 5 Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 6 Biodata Penulis
Lampiran 7 Kartu Bimbingan
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10 Gambar Pendukung ( Dokumentasi )

DAFTAR ISI

HALAMANSAMPUL

HALAMAN JUDUL

.....ii

HALAMAN PERSETUJUAN

.iii

HALAMAN PENGESAHAN

... ...iv

MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

.v
...vi
... ..vii
..............x

DAFTAR TABEL

.xi

DAFTAR LAMPIRAN

....xii

ABSTRAK

..xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
..
B. Fokus Penelitian .
....
C. Tujuan Penelitian............................................................
...........
D. Kegunaan Penelitian
.. .
E. Penegasan Istilah
..
...
F. Sistematika Pembahasan
.....
...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran PAI ...................................


B. Kajian Tentang Pendekatan Kontekstual
.
C. Penelitian Terdahulu
....................................

BAB III METODE PENELITIAN


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
..

Pendekatan Penelitian .
. .
Jenis Penelitian ..
.
..
Lokasi Penelitian
.. .
...
Kehadiran Peneliti
..
. .
Sumber Data
.............................
Prosedur Pengumpulan Data .
...........
Analisis Data
... ..
...........................
Pengecekan Keabsahan Data
.. .
....
Tahap-Tahap Peneliti.........................................................

BAB IV : PAPARAN DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Paparan data
..
B. Temuan Penelitian ..
C. Pembahasan ...

...
..

...

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .. .
B. Saran-saran
..
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

..
...

ABSTRAK
SITI FITRIYAH. Dosen Pembimbing Luluk Atirotu Zahroh, M. Pd
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul
Azhar Bendiljati Kulon, Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah, STAIN
Tulungagung, 2013.
Kata kunci: Pembelajaran PAI, Pendekatan Kontekstual
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di berbagai lembaga pendidikan baik di sekolah
ataupun di madrasah, dalam pelaksanaannya masih sebatas sebagai proses
penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam. Untuk menjawab persoalan
tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif
dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk
mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam belajar. Salah satu alternatif
yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual, yang
diharapkan supaya materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami serta dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Maka
dari itu, peneliti mengadakan penelitian tentang praktek pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar.
Fokus penelitian yang akan diuji dalam penelitian adalah:1) Pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati kulon 2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon.
Tujuannya adalah untuk mendiskripsikan praktek pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon serta
faktor penghambat dan pendukungnya.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam
pengumpulan datanya menggunakan metode observasi partisipan, wawancara
mendalam dan dokumentasi, menggunakan analisis reduksi data, penyajian data
dan verifikasi. Penelitian ini juga melakukan pengecekan keabsahan data dengan
menggunakan teknik Triangulasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI BAyanul Azhar Bendiljati kulon
berjalan secara konsisten, telah menerapkan tujuh asas pembelajaran kontekstual
2) faktor yang penghambat dan pendukung yang utama berasal dari siswa dan
guru: motivasi siswa kurang, keadaan siswa dengan segala perbedaan, sedangkan
pendukungnya input siswa. Guru: tuntutan soft skill dan pengawasan,kesalahan
pemilihan metode. Pendukungnya kesiapan mental guru dan ketekunan guru.
Faktor di luar murid dan guru yang mengahambat : perubahan kurikulum, tidak
tersedianya media gambar, pendukungnya : tersedianya sarana ibadah mushala, Al
Qur.an yang memadai, adanya program pendidikan karakter, peran aktif kepala
sekolah dan guru dalam pembinaan perilaku keagamaan siswa.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,


menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk
senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan pentingnya
upaya peningkatan kualitas pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
yang harus dilakukan terus-menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan
sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.2
Dari sini dapat dilihat bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi anakanak, bahwa anak-anak itu harus mendapatkan pendidikan yang layak agar bisa
menjadi bekal hidupnya di masyarakat nanti. Karena merekalah yang akan
menjadi generasi penerus bangsa. Bahwa kita ketahui apabila suatu bangsa
generasi penerusnya bagus maka masa depan bangsapun akan bagus pula, begitu
juga sebaliknya apabila generasi atau penerus bangsa rusak maka suramlah masa
depan bangsa tersebut.
Adapun pengertian dari pendidikan menurut undang-undang RI No. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa yang dinamakan pendidikan adalah :
2E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 17
3Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 3
Usaha sadar dan terencana untuk menjadikan manusia belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Jadi Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan


tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara
menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.
Sedangkan pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang
bersumber pada Al
Qur.an dan Al
Hadits. Ahmad tafsir, mendefinisikan
pendidikan agama islam sebagai berikut :
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar
memahami ajaran islam ( knowing ), terampil mempraktekkannya ( doing),
dan mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari
hari ( being ). 4
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan islam
adalah untuk meningkatkan tentang pemahaman ajaran Islam, keterampilan
mempraktekkannya dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam dalam konteks
kehidupan sehari hari. Untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang
dalam definisi tersebut tidaklah terwujud secara tiba
tiba, melainkan diperlukan
upaya melalui proses kehidupan dan pendidikan agama.
Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan agama Islam dalam
pelaksanaannya di sekolah masih jauh dari keberhasilan. Menurut beberapa
pendapat sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid dan Diyan Andayani
mengemukakan bahwa :
4Abdul Azis, Pendidikan Agama Islam untuk hidup yang lebih bermakna
:// www.kabar-pendidikan.blogspot.com, diakses 24 Juni 2013
Rendahnya kualitas pendidikan agama Islam disebabkan oleh beberapa
faktor : 1) kualitas dan kuantitas kompetensi guru agama yang masih
rendah 2) proses belajar mengajar agama sampai saat ini masih sekedar
mengejar target pencapaian kurikulum 3) pembelajaran PAI yang bukan
diarahkan pada penguasaan dan pencapaian kompetensi, melainkan hanya
terfokus pada aspek kognitif saja 4) alokasi waktu yang tersedia sangat

dalam http

sedikit sedangkan muatan materi sangat padat 5) terbatasnya sarana dan


prasarana 6) penilaian hanya terfokus pada aspek-kognitif. 5
5http : //perdita
alazhar2.blogspot.com/p/konsep-dasar-pendidikan-dan makna .htm
l,
diakses 24 Maret 2013
6http : //perdita alazhar2.blogspot.com/p/konsep-dasar-pendidikan-dan makna .htm
l,
diakses 24 Maret 2013
7 Kokom komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, ( Bandung : Re
fika
Aditama, 2011), hal. 3
Dari situ dapat dikatakan bahwa persoalan yang terjadi dalam dunia
pendidikan agama Islam sekarang adalah : 1) bagaimana menemukan cara yang
terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa
menggunakan dan mengingat lama konsep
konsep tersebut 2) bagaimana setiap
pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan untuk membentuk
suatu pemahaman yang utuh. 3) bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi
secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya alasan dari sesuatu, arti da
ri
sesuatu hubungan dari apa yang mereka pelajari dan 4) bagaimana guru dapat
membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa sehingga mereka
dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan
nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya.6
Hal ini benar adanya, dan menjadi tantangan bagi guru maupun kita sebagai calon
guru. Karena guru PAI menjadi ujung tombak pelaksanaan PAI di sekolah dalam
membentuk siswa menjadi manusia yang berimtaq dan berakhlaqul karimah.
Sebagai alternatif persoalan persoalan tersebut adalah dengan
penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran
kontekstual. Pendekatan kontekstual sebagai pilihan untuk menghidupkan kelas
agar siswa belajar dengan sesungguhnya belajar. 7 Sekarang ini pembelajaran dan

pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pedidikan dan


pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang hidup
diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar kelas atau luar
sekolah yang demikian cepat.
Adapun yang dimaksud dengan Pembelajaran kontekstual, menurut Nur
Hadi Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah:
Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengatahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari
hari,
sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan
konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi
sendiri sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.8
Jadi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, siswa mengalami
sendiri, siswa menemukan pengetahuan itu sendiri dan siswa terdorong untuk
mengaitkan pengetahuan mereka dengan kehidupan nyata sehari - hari.
8 Nur Hadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK, ( Malang :Pen
erbit
Unifersitas Negri Malang,2003), hal. 13
Pentingnya pendekatan kontekstual bagi mata pelajaran PAI didasarkan
atas beberapa hal. Pertama, PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan
dari ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Kedua, dari segi
muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu
komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain. Ketiga, tujuan
diberikannya mata pelajaran PAI dapat dijadikan bekal untuk mempelajari
berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh

negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
Keempat, mata pelajaran PAI tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar
menguasai ilmu keislaman tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian.9
9 https://plus.google.com/s/dasar%20pelaksanaan%20pembelajaran%20kontekstual,
diakses 24 Maret 2013
Berdasar uraian di atas penulis menyimpulkan Pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat diperlukan,
karena akan sangat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati
dan mempraktikkan ajaran agama Islam. SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon
kecamatan Sumbergempol Kab.Tulungagung dalam program pendidikannya
memakai program pembelajaran terpadu. Dengan menjadikan pendidikan
Salafiyah ala Ahlun sunnah waljama.ah sebagai basic program pendidikan
agama, menjadikan Bayanul Azhar berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya.
Tidak hanya unggul dalam akademik melainkan karakter religius siswanya
menjadi salah satu misi Bayanul Azhar. Di SDI Bayanul Azhar siswa dibiasakan
dengan pendidikan karakter Islami yang biasa disebut akhlaqul karimah. Selain
itu disana terdapat variasi kegiatan keagamaan diantaranya : mengaji kitab
kitab
kuning, rebana dan pelatihan qiro.ah, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Dalam
melaksanakan rangkaian program pendidikan dan pengajaran yang kompleks di
SDI Terpadu Bayanul Azhar menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang
menyenangkan. Setelah dikonfirmasi pembelajaran kontekstual menjadi model
pembelajaran efektif di sana.

Berdasar latar belakang ini peneliti ingin mengadakan penelitian tentang


praktek pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI
Bayanul Azhar Bendiljati kulon ini semoga bermanfaat.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan
pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon ?
2. Apa faktor
faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati kulon ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI dengan
pendekatan di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon.
2. Untuk mendiskripsikan faktor
faktor penghambat dan pendukung
dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai
pihak, yaitu:

1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
bidang agama Islam, khususnya dalam pengembangan kualitas
pembelajaran. Penerapan pendekatan kontekstual dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siawa.10 Jadi pendekatan dapat dijadikan alternatif bagi guru
mengatasi masalah pembelajarannya.
10Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung : CV ALFABETA, 2005), hal. 87
2) Secara praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan
untuk menemukan pendekatan pengajaran yang tepat bagi siswa
disesuaikan dengan pengalaman belajar dan tipe belajar siswa (
audio, visual maupun kinestetik ) melalui pembelajaran kontekstual.
b. Bagi Perpustakaan STAIN Tulungagung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
literature dibidang pendidikan ( Tarbiyah )
c. Bagi Peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pijakan dalam
perumusan desain penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan
lebih komprehensif khususnya yang berkenaan dengan penelitian
terhadap pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran bidang
studi PAI di tingkat sekolah dasar Islam.

E. Penegasan Istilah
Untuk menjaga dan menghindari adanya kekeliruan atau kesalahan dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk lebih dahulu
menegaskan pengertian masing-masing istilah yang terdapat di dalamnya,
sehingga akan memudahkan bagi pembaca dalam memahami maksud dari judul
tersebut.
Judul skripsi ini selengkapnya adalah "Pelaksanaan Pembelajaran PAI
dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon". Dari
judul tersebut, penulis jelaskan pengertiannya sebagai berikut:
1. Penegasan konseptual
Pelaksanaan : pe
lak
sa
na an, yaitu : proses,
cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb) 11
11http://kamusbahasaindonesia online.org/pelaksanaan#ixzz2Yqion3DN, diakses 1 Ju
li
2013
12http://kamusbahasaindonesia online.org/pembelajaran, diakses 1 Juli 2013
13Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 13
Pembelajaran : pem be
la jar
an, yaitu : proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 12
Pendidikan Agama Islam : pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita
cita islam, karena nilai
nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya.13

Pendekatan kontekstual : suatu konsepsi belajar yang membantu


guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan siswa.14
14Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi,.,hal.12
2. Penegasan operasional
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah diskripsi dari pelaksanaan
pembelajaran PAI di kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual
yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Gambaran keseluruhan pembahasan skripsi ini, secara umum dapat
peneliti sajikan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAGIAN AWAL, yaitu terdiri dari perangkat legalitas skripsi terdiri dari
halaman judul, halaman pengajuan, halaman persetujuan ,halaman pengesahan,
motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak.
BAGIAN ISI, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang terdiri dari
lima bab dan masing-masing bab terbagi sub-sub bab.
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: konteks penelitian, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
sistematika pembahasan.

Bab II, merupakan kajian pustaka yang terdiri dari: kajian tentang
pendekatan kontekstual meliputi pengertian, asas pembelajaran
kontekstual, serta skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
dan kajian tentang pembelajaran PAI diantaranya pengertian PAI, dasar
dan tujuannya, pembelajaran PAI beserta ruang lingkupnya.
Bab III, berisi metode penelitian yang terdiri dari: Pendekatan dan
jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber
data, metode pengumpulan data, teknis analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV, merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari :
paparan data, temuan peneliti dan pembahasan
Bab V, berisi penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran baik
untuk peneliti sendiri ataupun pada komponen-komponen yang terkait.
Bab terakhir dari skripsi ini merupakan bagian yang bersifat memberikan
nilai kelengkapan bagi skripsi ini terdiri dari : a) daftar rujukan, b) lampiran
lampiran, c) surat pernyataan keaslian skripsi, d) daftar riwayat hidup.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Pembelajaran PAI
1. Konsep Pembelajaran PAI
Konsep pembelajaran PAI salah satunya terdapat dalam QS. Al Alaq.
Dalam surat yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad ini,
manusialah yang mendapat mandat sebagai peserta didik yang diberi pelajaran
langsung oleh Allah dan pendidik untuk menyampaikan apa yang telah mereka
terima, pernyataan di atas telah dinyatakan dalam penyebutan manusia dalam
surat al-Alaq ayat ke-dua dan penyebutan manusia yang ke-dua kali dalam ayat
yang ke-lima. Manusia yang merupakan sasaran dari pembelajaran juga
dipaparkan oleh Ahmad Nurwadjah, yaitu:
Muhammad berperan sebagai seorang peserta didik, sebab beliau adalah
orang yang mencari sesuatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dan
semangat yang cukup tinggi, peserta didik harus mempunyai semangat
mencari ilmu yang cukup tinggi danmengawalinya dengan upaya
menyucikan jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu. yang
akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. 15
15Ahmad Nurwadjah, Tafsit Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: MARJA, 2007), hal. 201
Keutamaan manusia dibandingkan mahluk lainnya terletak pada
kemampuan akal kecerdasannya.Kemampuan manusia untuk belajar merupakan
karakteristik yang penting yang membedakan manusia dengan mahluk hidup
lainnya.Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun
masyarakat.Islam sebagai agama rahmah li al- alamin sangat mewajibkan
umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan Al-Qur.an sebagai
pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad

saw., untuk membaca (iqra.). Iqra. merupakan salah satu perwujudan dari aktifita
s
belajar.Dalam artian yang luas, dengan iqra. pula manusia dapat mengembangkan
pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya.16 Setelah dapat membaca dan
menulis, manusia baru melangkah ke tingkat proses mengetahui hal-hal yang
belum di ketahui, sebagimana Tuhan mengajarkannnya hal-hal itu kepadanya. 17
Al Qur.an terdiri dari 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz.Pandangan AlQur.an tentang belajar dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Surat Al-Alaq Ayat 1-5.Di
samping sebagai ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai
Rasulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan
risalah-Nya.
... .. .. . .. .... ... ... .. ... ... .. ... .. ..... 0... .. .. ... .. .... ..
.. ..... ... .. .. 0... .. .. ..... ... ... .. .. ... .. ..... 0 .. ....
... .. .. ... .. ... ... .. .0... .. .. .... ... .... .. .... .. .. ..... ... ..
. .. ( . :1-5)
16Baharudin, Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran hal 29.
17Arifin, Ilmu Pendidikan islam hal 3.
18Ahmad Hatta, Tafsir Qur.an Per Kata di Lengkap Asbabun Nuzul &Terjemah (Jakart
a:
Maghfiroh Pustaka, 1998), hal 597.
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya .18
Dari ayat dan hadist di atas jelaslah bahwa Agama Islam sangat
menganjurkan kepada manusia untuk selalu balajar.Bahkan, Islam mewajibkan
kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.

Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang pembelajaran Pendidikan Agama


Islam (PAI) sebanarnya perlu penulis jelaskan tentang tiga hal yang mendasar
yaitu pendidikan, pengajaran dan pembelajaran dalam agama Islam agar lebih
focus dalam bab pembahasan nantinya. Pertama, mengenai pendidikan agama
Islam para ahli berpendapat bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran.
Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan lebih luas dari pada pengarajaran.
Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak bisa terlepas dari pengertian pendidikan
secara umum, hanya saja landasan yang digunakannya adalah Islam. Zakiah
Darajat, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mendefinisikan pendidikan agama
Islam sebagai berikut :
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat,
karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta
lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang
lain.19
Banyak sarjana muslim memberikan pengertian tentang pendidikan Islam
berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan adanhya pemahaman suatu maksud
tertentu, yang disesuaikan dengan ruang lingkup yang menjadi pokok ajaran,
walaupun demikian pada dasarnya ada kesamaan pengertian yang
mendasar.Adapun pengertian pendidikan agama Islam secara etimologi, berasal
dari bahasa arab at
tarbiyah al
islamiyah
19Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal.2
8
Sementara itu, al abrasy dan Yunus sebagaimana dikutip oleh Sisdiyanto
menyatakan bahwa :At tarbiyah berbeda dengan At ta.lim dari segi makna

maupun aplikasinya mengingat perbedaan mendasar segimakna at tarbiyah


berarti mendidik, sedangkan at ta.lim artinya mengajar. Mendidik berarti
mempersiapkan peserta didik dengan segala macam cara agar dapat
mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan baik, sehingga mencapaikehidupan
yang sempurna di masyarakat. Karena itu at tarbiyah mencakup pendidikan
jasmani, akal, akhlaq, perasaan, keindahan dan kemasyarakatan.20
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwasanya pendidikan agama
Islam merupakan suatu usaha sistematis dan pragmatis untuk membimbing dan
mengembangkan fitrah agama yang ada pada dirinya dengan tujua agar siswa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari hari berupa hubungan dengan Allah dan
hubungan dengan sesame manusia bahkan lebih luas lagi yaitu hubungan dengan
alam sekitar. Menyampaikan maupun menerima Pendidikan Agama Islam adalah
dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru
untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami,
dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga
dituntut untukmenghormati agama lain.
Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis H.M. Arifin dikatakan
Pendidikan Agama Islamadalah :
20Sidik Sisdiyanto, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Jakarta : Dirj
en Pend.
Islam Depag RI, 2006), hal. 9
Sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai
Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan istilah
lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu

hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita


Islam.21
21H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 13
22Ibid, ..,hal.15
23http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011/07/pengertian-pendidikan-agama-islam-pai.
html,
diakses tanggal 10 agustus 2013
Jadi pengertian PAI dengan sendirinya adalah suatu sistem
pendidikanyang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah.Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai tersebut
juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilainilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiar yang secara
pedagogis kematangan yang menguntungkan.22 Kesimpulannya PAI adalah usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam yang telah diyakininya secara sukarela serta menjadikan agama Islam
sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak.
Yang kedua pengajaran, K.H Dewantoro berpendapat bahwa pengajaran
itu adalah sebagian dari pendidikan. Ia menyatakan sebagai berikut pengajaran
(onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidik
an.
Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu
atau pengetahuan serta kecakapan .23Pengajaran adalah proses di mana kegiatankegiatan disusun untuk pelajar tujuannya untuk membawa perubahan tingkah laku
pada diri mereka dalam proses pembelajaran.

Sedangkan makna pembelajaran, menurut Corey sebagaimana yang


dikutip oleh Syaiful Sagala Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan.24 Definisi lain menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan
aktualisasi kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.25
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa,
pembelajaran adalah proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan
terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu.Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu.Jadi
pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta
didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran ini akan lebih membantu dalam
memaksimalkan kecerdasan peserta didik yang dimiliki, menikmati kehidupan,
serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap lingkungan.
24Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2003), hal.
61.
25Dr.E.Mulyasa, M.Pd, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hal.90.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam
dan tatanan nilai kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui
perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan

pengembangan kehidupan peserta didik. Ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu:
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai
b. Peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti dibimbing,
diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan terhadap ajaran agama Islam
c. Pendidik melakukan kegiatan bimbingan dan latihan secara sadar
terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
d. Kegiatan (pembelajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam peserta didik.26
2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Pembelajaran PAI
a. Dasar Pembelajaran PAI
Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikanagama merupakan
perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.Dalam Al Qur.an ayat
yang menunjukkan adanya perintahtersebut antara lain sebagai berikut:
26http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/199/jiptiain--firdausnur-9946-5-b
abii.pdf,
diakses pada tgl 08 Agustus 2013
a) Dalam Surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi:
................................................................................
.......................................
..................................................................

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu denganhikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengancara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebihmengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya danDialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk. 27
27Departemen Agama Republik Indonesia.Al Qur.an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasa
n
Penyelenggara Penerjemah Al Qur.an, 1985), hlm. 421
28Ibid , hlm. 93
29Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(Malang: Fakultas Tarbiyah UIN dan UM Malang Press 2004), hal. 9-12
b) Dalam Surat Al Imron ayat 104 yang berbunyi:
................................................................................
..........................................
...................
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. 28
b. Tujuan Pembelajaran PAI
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usahaatau
kegiatan selesai.Pendidikan merupakan suatu usaha dankegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, sehingga tujuannya bertahap dan
bertingkat.
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuanuntuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
danpemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalamanpeserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslimyang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa,serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebihtinggi.29
Tujuan pendidikan bukanlahsuatu benda yang berbentuk tetap dan statis,
tetapi ia merupakan suatukeseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan
dengan seluruh aspek kehidupannya. Dan dari sini dapat diketahui betapa

pentingnya kedudukanpendidikan agama dalam membangun manusia Indonesia


seutuhnya,dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur-unsur agama dalam
sendi-sendikehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap
orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar
keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
2. Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secaraoptimal sesuai dengan
perkembangannya.
3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,kekurangankekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalamkehidupan sehari-hari.
4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannyabaik


lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman untuk mencapaikebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.30
30http://sholahuddin.edublogs.org/2013/04/04/memahami-prinsip-belajar-dan-pembel
ajaran
PAI/, diakses tanggal 12 Agustus 2013
31Zakiah darajat.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara
,
2008). Hal. 23
1. Konsep Umum Perencanaan dan Desain Pembelajaran PAI
Perencanaan merupakan kegiatan menentukan tujuan dan merumuskan
serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya: informasi, finansial, metode
dan waktu yang diikuti dengan pengambilankepustusan serta penjelasannya
tentang pencapaian tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan
metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan jadwal pelaksanaan
program.Menurut Comb dan Harjanto mendifinisikan Perencanaan pengajaran
dalam arti luas adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis
proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan murid dan masyarakat .31
Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta
didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapi tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan ateri pelajaran, penggunaan
media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran, dan penilaian
dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu.

Sedangkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media


teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Fungsi Perencanaan
Dan Desain Pembelajaran PAI adalah:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan dan pola dasar
dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan.
2. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
3. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
4. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
5. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
6. Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara,
dosen, dan lain-lain)
7. Menghasilkan sumber belajar serta mengembangkan sistem belajar
mengajar.32
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
32http://sholahuddin.edublogs.org/2013/04/04/memahami-prinsip-belajar-danpembelajaran/, diakses tanggal 12 Agustus 2013
Ruang lingkup pendidikan agama Islam secara garis besar
mempunyairuang lingkup mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
antarahubungan manusia dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, agar
pendidikan ini dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan dan yang dicitacitakan,maka materi yang disampaikan haruslah disusun dengan sedemikian rupa

sehingga mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Islam memiliki tiga
ajaran yang merupakan inti dasar dalam mengaturkehidupan, secara umum dasar
ajaran Islam yang diajarkan di SDI / MI maupun MTS dan MA yaitu dengan
istilah Iman (aqidah), Islam (Syariah) dan Ihsan (akhlaq) berikut di bawah ini
penjabarannya :
a. Masalah aqidah ( Iman )
Pendidikan yang utama dan pertama yang harus dilakukan
adalahpembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan melandasi
sikap,tingkah laku dan kepribadian anak didik. Sebagaimana dijelaskan
dalamfirman Allah Surat Al-Luqman: 13 yang berbunyi:
................................................................................
.......................
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar .33
b. Masalah syariah ( Islam )
Syariah adalah semua aturan Tuhan dan hukum-hukum Tuhanyang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusiadengan alam
sekitar. Namun ada pengertian syariah yang lebih dekatkepada fiqih, yaitu
tatanan, peraturan-peraturan, perundang-undangan danhukum yang mengatur
segala aspek kehidupan. Dalam Al-Qur.an SuratAl-Baqarah: 21 disebutkan:
................................................................................
......................
33Depag RI. Al-Qur.an dan Terjemahnya.(Bandung: Gema Risalah Press, 1989), hal.
654.

Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa . 34
Pendidikan agama Islam diharapkan dapat menjadi hal yang fungsional dalam
hidup manusia, dengan harapanmanusia yang telah menerima pendidikan agama
Islam paham akan bentuk juga aturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam sekitarnya
dengan landasan nilai-nilai Islam sehingga out put dari pendidikan agama Islam
mampu mengaplikasikan ajaran Islam secara murni dan baik, yang dilandasi
pengetahuan yang sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam.
c. Masalah akhlak ( Ihsan )
Tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya pribadi muslim, dalam arti
manusia yang berakhlak mulia sehingga segala aspek hidupnya sesuai dengan
norma-norma agama dan masyarakat. Dimana akan tercapainya keharmonisan
hubungan antar manusia, untuk menuju kebahagiaan hidup, baik dunia maupun
akhirat. Sedangkan tujuan pendidikan akhlak adalah mendorong manusia agar
berbuat kebajikan dalam rangka membentuk manusia yang berakhlak mulia.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Luqman ayat 18 bahwa akhlak
menduduki peranan yang penting bagi manusia, dengan akhlak manusia dapat
mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan
pada proporsi yang sebenarnya.
4. Kurikulum PAI di SD
34Ibid., hal. 11.
a. Struktur Kurikulum di SD/MI

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaranyang harus


ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalamam muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran dituangkandalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan bebanbelajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum.35
35Muhaimin, dkk.Pengembangan Model KTSP pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2008), hlm.228
36Ibid, ..,231
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PAI

Standar adalah acuan bagi peserta didik tentang kecakapan danketerampilan


yang menjadi fokus dalam pembelajaran dan penilaian.Sedangkan kompetensi
merupakan kecakapan hidup yang mencakuppengetahuan, sikap dan
keterampilan. Jadi Standar Kompetensi yaitu pernyataan tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harusdikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang
diharapkan dicapai dalammempelajari suatu mata ajar tertentu.36
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran diambil
dari Permen no: 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Bagi SD/MI yang lebih rendah danyang sejajar mampu mencapai
standar kompetensi mata pelajaran supayamengadopsi SK dan KD dari Permen
no: 22 tahun 2006. Namun bagi SD/MIyang lebih tinggi kemampuannya dalam
mencapai SK atau KD dapat meningkatkan SK/KD tersebut.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Agama Islam Anak
berdasar lingkungan belajarnya

Membina dan mendidik akhlak terhadap siswa disekolah mempengaruhi


proses pembinaan akhlaksiswa disekolah. Dalam pembinaan Akhlakul karimah
siswa ada factor pendukung dan penghambat yang sangat berpengaruh dalam
pembinaanakhlak siswa di lingkungan belajarnya baik keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut adalah sebagaiberikut:
a. Faktor Pendukung Pendidikan Agama Islam bagi siswa
1). Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan
manusia.Anggota-anggota terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Bagi anak-anak
keluarga merupakan lingkungansosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian
kehidupankeluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa
keagamaan anak.
Jalaluddin mengutip pendapat dari Sigmund Freud dengan konsep Father
Image (citra kebapakan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak
dipengaruhi oleh citra anakterhadap bapaknya. Jika seorang bapak menunjukkan
sikap dantingkah laku yang baik, maka anak akan cenderungmengidentifikasikan
sikap dan tingkah laku sang bapak padadirinya. Demikian pula sebaliknya jika
bapak menampilkan sikap buruk juga akan berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadiananak.37
37jalaluddin. Said Usman, Filsafat Pendidkan Islam Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya (jakarta: raja Grafindo Persada, 1994), hal. 219
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwakeagamaan anak
dalam pandangan Islam sudah lama disadari.Oleh karena itu sebagai intervensi

terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban
tanggungjawab.Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang
tua, yaitu mengazankan telinga bayi yang baru lahir,mengakikah, memberi nama
yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur.an, membiasakan shalat serta
bimbingan lainnya yang sejalandengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai
faktor yang palingdominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa
keagamaan.38
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa lingkungan
keluarga adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali terhadap
proses pendidikan akhlak yang selamaini diterima siswa, dalam arti apabila
lingkungan keluarga baikmaka baik pula kepribadian anak, yang mana hal
tersebut merupakan alat penunjang dalam pembinaan akhlak siswa. Begitu juga
sebaliknya ketika lingkungan keluarga buruk, maka burukpula kepribadian anak
dan hal tersebut merupakan penghambat dalam pembinaan akhlak.
2). Lingkungan Institusional (sekolah)
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak.Menurut Singgah D. Gunarsa
pengaruh itu dapat dibagi menjaditiga kelompok yaitu: 1) Kurikulum dan anak; 2)
Hubungan guru dan murid; 3) Hubungan antar anak.
38Ibid,.hal. 221
Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya
ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh. Sebab pada prinsipnya perkembangan
jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian

yang luhur. Dalam ketiga kelompok itu secara umum tersirat unsur-unsur yang
menopang pembentukan seperti ketekunan, disiplin, kejujuran,simpati,
sosiobilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Perlakukan dan
pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat seperti itu pada umumnya menjadi
bagian dari program pendidikan disekolah.
Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan
guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman disekolah dinilai berperan
dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik merupakan
bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa
keagamaan seseorang.39
3). Lingkungan Masyarakat (Pergaulan)
Meskipun tampaknya longgar, namun kehidupan bermasyarakat dibatasi
oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung warganya. Karena itu setiap
warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan
nilai-nilai yang ada. Dengan demikian kehidupan bermasyarakat memiliki sesuatu
tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama.
39Ibid, hal. 221
Sepintas lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh
belaka, tapi norma dan tata nilaiyang ada terkadang lebih mengikat sifatnya.
Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan
baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang

memiliki tradisi kegamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi


perkembangan jiwa keagamaan anak, akan tetapi lingkungan masyarakat yang
tradisi keagamaannya kurang maka akan membawa pengaruh yang negativ
terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak.
b. Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam bagi Siswa
1). Terbatasnya pengawasan pihak sekolah
Pihak sekolah khususnya guru agama islam tidak bisa selalu memantau
atau mengawasi perilaku siswa diluar sekolah. Selain itu guru agama islam diluar
tidak mengetahui baik buruk lingkungan tempat tinggal siswa terutama sekali
orang tua atau keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam
pembinaan Akhlakul karimah siswa.40
2). Kesadaran para siswa
Siswa kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang dilakukan
oleh sekolah, apalagi kegiatan tersebut berkaitan sekali dengan pembinaan akhlak
siswa.
3). Kurangnya sarana dan prasarana
40Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikanagama isla
m
disekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002), hal. 201
Guna menunjang strategi guru agama Islam dalam pembinaan akhlakul
karimah siswa maka juga harus ada kegiatan-kegiatanyang bisa mendukungnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya

dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal tersebut
menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan.
4). Pengaruh tayangan televisi
Tayangan televisi yang kurang mendidik merupakan pengaruh yang tidak
baik bagi anak-anak, karena secara tidaklangsung memberikan contoh yang
kurang baik sehingga dikhawatirkan anak-anak meniru.
B. Kajian tentang Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian dan Konsep Pendekatan Kontekstual
Dewasa ini, kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
Pembelajaran dengan menngunakan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.41
41Rusman, Model
Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta
: PT Rajagrafindo Persada, 2011 ), hal. 189
Esensi pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mengaitkan
antaramateri yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan/situasi dunia nyata
merekasehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan
anggotabangsa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sedangkan Johnson merumuskan pengertian Contextual Teaching and Learning


sebagai berikut :
Sistem Contextual Teaching and Learning merupakan suatu prosedur
pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam
bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan mereka sehari
hari yaitu dengan konteks
lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya. 42
Dalam aplikasi pembelajaran kontekstual siswa secara aktif mencari
hubungan setiap materi yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka sehari
hari. Sehingga pengetahuan lebih mengena dan nyata apa yang dipelajarinya.
Ngainun Naim dalam bukunya guru inspiratif mendefinisikan pembelajaran
kontekstual sebagai berikut :
42Umi Kulsum, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem, ( Surabaya : Gen
a
Pratama Pustaka, 2011), hal. 113
43Ngainun Naim ,Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011 ),
hal. 193
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang
menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan
guru.43
Dengan menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual maka
akan mempermudah guru dalam mengaitkan materi yang diajarkannya, dan
mempermudah siswa dalam menerima dan memahaminya.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang
holistik yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga


siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ( konteks ) ke konteks lainnya.
Pembelajaran kontekstual dikembangkan untuk meningkatkan kinerja
kelas. Kelas yang hidup diharapkan menghasilkan output yang bermutu tinggi.
Siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan
dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika
siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.44Sehingga dalam kelas
kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi.
Teacher centered tidak berlaku dalam pembelajaran kontekstual karena mnurut
kontekstual guru hanyalah penbimbing siswa yang membangun pengetahuannya
sendiri.
44Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Guru dalam
Implementasi Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan, ( Jakarta : Kencana, 2010 ),
hal. 160
2. Komponen Pendekatan Kontekstual
Komponen merupakan sesuatu yang terkandung di dalamnya. Sebuah
pembelajaran dikatakan menerapkan pendekatan kontekstual apabila menerapkan
tujuh komponen atau asas tersebut. Adapun asas pembelajaran efektif ala
pendekatan kontekstual menurut Nurhadi yakni ada tujuh:
1. Konstruktivisme ( Constructivism )
Konstruktivisme merupakan salah satu asas pendekatan kontekstual yang
orientasinya makna pembelajaran bukanlah menerima pengetahuan akan tetapi

proses mengkonstruksi pengetahuan tersebut. Suwarna mendefinisikan


konstruktivisme sebagai berikut :
Landasan berpikir pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, namun manusia
harus mengkontruksi pengetahuan dan member makna melalui
pengalaman nyata.45
Dengan dasar itu, sebuah pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruk bukan menerima. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
terlibat aktif dalam pembelajaran dan guru bukan pusat kegiatan pembelajaran.
Hal ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas dengan cara dibiasakan untuk
memecahkan suatu permasalahan, menemukan sesuatu ide
ide mereka. Sebelum
guru menjelaskan materi siswa diajak mengkonstruk pengetahuan itu dengan
bekal pengetahuan yang mereka punya.
45Suwarna, Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik
Profesional , ( Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005 ), hal 120
46Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Kencana, 2009), hal. 17
2
2. Bertanya ( Questioning )
Pengetahuan sebenarnya dimulai dan dimiliki seseorang dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. 46
Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran guna menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Aktifitas bertanya yang dimaksud dapat diterapkan antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa antara siswa dengan guru. Biasanya siswa akan bertanya

ketika menemui kesulitan dan itu tandanya siswa respon. Semakin kritis siswa
pembelajaran akan terasa makin hidup.
3. Menemukan ( Inquiry )
Inkuiri merupakan inti dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan
bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan
kemampuan lain yang
diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta
fakta,
tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.47
Penerapan inkuiri memang sangat penting, berbagai topik dalam setiap
pelajaran bisa menggunakan inkuiri.Dilihat dari sisi kepuasan emosional, secara
logika sederhana sesuatu hasil temuan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil pemberian.Ketika seorang guru menghadirkan masalah
di kelas dengan batasan batasannya jelas tugas selanjutnya adalah mendorong
siswa untuk pemecahannya. Siswa akan mengajukan hipotesis sebagai jawaban
sementara menguji dan merumuskan kesimpulan. Intinya melalui proses berfikir
yang sistematis seperti di atas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasiona
l,
kritis, logis yang kesemuanya diperlukan sebagai dasar pengembangan kreativitas.
47Rusman, Model

Model Pembelajaran, ..,hal. 194

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )


Berbicara tentang masyarakat belajar pemikiran peneliti tertuju pada
diskusi. Konsep learning community menyarankan hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara
teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu.48
Jadi masyarakat belajar merupakan sebuah tehnik dalam belajar dengan
cara bertukar fikiran dan komunikasi dua arah. Penerapannya dalam kelas
kontekstual dapat dilakukan melalui kelompok belajar baik kelompok besar
maupun kecil.Dalam hal tertentu guru kelas bisa menghadirkan ahli untuk
membelajarkan siswa, semisal dalam masalah kesehatan guru mendatangkan
dokter.Demikianlah masyarakat belajar semuanya bisa saling terlibat, saling
membelajarkan, bertukar informasi dan pengalaman.
48Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .., hal. 89
49Rusman, Model-Model Pebelajaran, ..,hal. 197
5. Pemodelan ( modeling )
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan
dan tuntutan siswa yang berkembang telah berdampak pada kemampuan guru
yang memiliki kemampuan lengkap, hal ini sulit dipenuhi.Modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu menjadi contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh cara membaca, cara
mengoperasikan alat, guru seni member contoh bagaimana memainkan alat
musik, guru biologi mencontohkan penggunaan termometer dan lain sebagainya.49
Jadi pembuatan model dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran agar guru bisa memenuhi harapan siswa.Namun perlu digaris
bawahi bahwa tidak hanya guru yang bisa dijadikan model, teman sekelas
misalnya.
6. Refleksi ( reflection )

Refleksi merupakan sebuah tindakan yang merupakan hasil dari proses


berfikir. Yatim Riyanto mendefinisikan refleksi adalah cara berfikir tentang apa
yang harus dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang dilakukan di
masa lalu. 50Jadi refleksi ini merupakan respon terhadap aktivitas atau
pengetahuan yang baru dipelajari dalam bentuk pengayaan, revisi dan sebagainya.
Penerapan refleksi dalam pembelajaran dilakukan dengan mengendapkan
pengetahuan pada benak siswa. Biasanya sebelum mengakhiri pelajaran guru
memberikan refleksi berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya
hari itu. Sehingga siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna dari apa yang
telah dipelajarinya.
50Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, ..,hal 174
51Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ..,hal. 91
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessement)
Proses pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru pada saat ini
selalu ditekankan pada aspek intelektual, sehingga alat evaluasi terbatas pada
penggunaan tes. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan
mengidentifikasi siswa mengalami kemacetan dalam belajar maka guru segera
bisa mengambil tindakan. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu
diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessement tidak dilakukan
di akhir semester saja. 51

Dengan penilaian nyata guru dapat mengetahui kamajuan belajar siswa


secara intelektual maupun mental sehingga tidak hanya penambahan pengetahuan
akan tetapi keterampilan. Karena orientasi penilaian nyata adalah penilaian
bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran tidak hanya hasil akan
tetapi proses pun dinilai.
3. Prinsip Penerapan Pendekatan Kontekstual
Dalam bukunya Nurhadi yang berkaitan dengan faktor kebutuhan individu
siswa, untuk menerapkanpendekatan kontekstualdalam pembelajaran guru perlu
memegang prinsip pembelajaran berikut ini:
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental (depelopmentally appropriate) siswa. Hubungan antara isi kurikulum
dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada
kondisi sosial, emosional dan perkembangan intelektual siswa.
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent
learning groups). Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompokkelompokkecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
Kemampuanitu merupakan bentuk kerja sama yang diperlukan oleh orang
dewasa ditempat kerja dan konteks lain.
c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
(selfregulated learning).Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
memiliki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berfikir penggunaan
strategi dan motivasi yang berkelanjutan. Berdasar penelitian, siswa usia 5-16
tahun secara bertahap mengalami perkembangan kesadaran terhadap keadaan
pengetahuan yang dimilikinya, karakteristik tugas-tugas yang mempengaruhi
pembelajarannya secara individual, dan strategi belajarnya.
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of students). Di kelas
guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar
belakang suku bangsa, status sosialekonomi, bahasa utama yang dipakai di
rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) siswa. Dalam
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, maka cara siswa
berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan dan delapan
orientasi pembelajarannya (spasi-verbal, linguistic-verbal,inter-presonal,
musical-ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal dan
logismatematis.
f. Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan
pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan

berfikir tingkat tinggi.Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk


menghasilkantingkat berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan
siswa.mempengaruhi pembelajarannya secara individual, dan
strategibelajarnya.
g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).Penilaian autentik
mengevaluasi penerapan pengetahuan danberfikir kompleks seorang siswa,
dari pada hanya sekedar hafalaninformasi aktual.Kondisi alamiah
pembelajaran kontekstual memerlukanpenilaian interdisiplin yang dapat
mengukur pengetahuan danketerampilan.52
52Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi , hal. 20-23
53Ibid hal. 7
4. Motto Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual
Adapun pada pelaksanaannya pendekatan kontekstual sesuai dengan
depdiknas 2002,2 mempunyai motto STUDENT LEARN BEST BY ACTIVELY
CONTRUCTING THEIR OWN UNDERSTANDING yang artinya cara belajar
terbaik adalah siswa mengkontruksikan sendiri secara aktif pemahamannya.53
Pada intinya contextual teaching and learning menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental, karena belajar menurut contextual
teaching and learning bukannya menghafal akan tetapi proses berpengalaman
dalam kehidupan nyata. Setiap materi pelajaran ditemukannya sendiri bukan hasil
pemberian orang lain ( guru ).
5. Strategi Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual
Strategi adalahcara, pola, sedangkan strategi dalam pembelajaran adalah
sketsa umum aktivitas guru dan murid di dalam merealisasikan kegiatan belajar
mengajar. Strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa seperti yang dikutip
oleh Rustaman merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang
diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar
siswa yang diinginkan juga untuk mencapai komponen yang ada dalam

pembelajaran. 54Dalam strategi tampak pola


pola yang disusun untuk mencapai
tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Center of Occcupational Research and Development ( CORD )
menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran
kontekstual, yang disingkat REACT yaitu :
1. Relacting, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata
2. Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian ( eksplorasi ),
penemuan (discovery), dan penciptaan ( invention )
3. Applying, belajar bilamana pengetahuan dipersentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya
4. Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pamakaian bersama, dan sabagainya
54Trianto, model model pembelajaran inovatif berorientasi kontrustivistik, ( Jak
arta :
Prestasi Pustaka, 2007 ),hal. 129
55Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi , hal. 23
5. Transferring, belajar malalaui pemanfaatan pengetahuan di dalam
situasi atau konteks baru.55
Strategi dalam REACT, mula mula mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah
diketahui siswa dengan informasi baru. Pembelajaran kontekstual hendaknya
senantiasa memperhatikan adanya keterkaitan atau kesesuaian antara
pengetahuan, keterampilan bakat, dan minat yang telah dimiliki siswa dengan
unsur-unsur pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru (media, materi, alat
bantu dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata
murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Adapun tugas guru dalam pembelajaran dengan


pendekatan kontekstual adalah membantu siswa dalam meraih
tujuannya.Artinya guru lebih fokus pada urusan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Proses
pembelajaran lebih diwarnai student centered bukan racher centered.
6. Karakteristik Pembelajaran yang Menggunakan Pendekatan
Kontekstual
Dalam bagian berikut akan disampaikan beberapa karakteristik
pembelajaran ala kontekstual yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut
Johnson dalam Nurhadi, ada delapan komponen utama dalam system
pembelajaran kontekstual, seperti dalam rincian berikut:
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri
sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya
secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam
kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learningby doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Dalam pembelajaran ini siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah
dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis
dan sebagai anggota masyarakat.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

Dalam pembelajaran ini siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada


tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan
penentuan pilihan dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Bekerja sama (collaborating)
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
secara kritis dapat menganalisis, membuat sintetis, memecahkan masalah,
membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
e. Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative). Dalam pembelajaran ini
siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan
kreatif dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa
tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa, siswa menghormati
temannya dan juga orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Dalam
pembelajaran ini siswa mengenal standar yang tinggi,mengidentifikasi tujuan
dan motivasi siswa untuk mencapainya. Gurumemperlihatkan kepada siswa
cara mencapai apa yang disebut excellence .

h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Dalam


pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.56
The Northwest Regional Education Laboratory USA mengidentifikasi
adanya enam kunci dasar dari pembelajaran ala kontekstual yaitu:
a. Pembelajaran bermakna (meaningful learning): pemahaman, relevansi dan
penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari
isi materi pelajaran. Pembelajaran ini terkait dengan kehidupan nyata atau
siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan
berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang.
56http://arisid.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-aktif-kreatif.html, diak
ses pada
tgl 16 Juli 2013
57Umi Kulsum, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM, ( Surabaya : Gen
a
Pratama Pustaka, 2011), hal. 122
b. Penerapan pengetahuan: adalah kemampuan siswa untuk memahami apa
yang dipelajari di sekolah dapat diterapkan dalam tatanan kehidupan di masa
sekarang dan di masa depan. Bahkan dengan pengetahuan dan keterampilan
tersebut, kehidupannya pada masa kini dan masa yang akan datang dapat
menjadi lebih baik.57
7. Skenario Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual
Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, program
pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang
berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Melalui
pengembangan setiap komponen contextual teaching and learning dapat
dilakukan sebagai berikut :

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar


lebih bermakna apakah dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang
harus dimilikinya serta mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui
pertanyaan
pertanyaan
2. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya
3. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.58
8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
Konvensional
58Rusman, Model

model Pembelajaran, .., hal. 199

Pembelajaran konteks mengasumsikan bahwa makna konteks sesuai


dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencaria
n
hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.Berikut ini adalah perbedaan pembelajaran Kontekstual dengan
pembelajaran Konvensional penulis sajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 2.1
Pendekatan Pendekatan Kotekstual dan Konvensional

Perbedaan
No
Pembelajaran Kontekstual
No
Pembelajaran Konvensional
1
Menempatkan siswa sebagai subjek belajar
1
Siswa ditempatkan sebagai objek
belajar
2
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
2
Siswa lebih banyak belajar secara
individual
3
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
secara riil
3
Pembelajaran bersifat teoritis dan
abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
4
Kemampuan diperoleh melalui
latihan-latihan
5
Tujuan akhir adalah kepuasan diri
5
Tujuan akhir adalah nilai atau
angka.
6
Tindakan dibangun atas kesadaran diri sendiri

6
Tindakan individu didasarkan oleh
faktor dari luar dirinya
7
Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya
7
Kebenaran yang dimiliki bersifat
absolut dan final
8
Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masingmasing
8
Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran
9
pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam
konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan
9
Pembelajaran konvensional
pembelajaran hanya terjadi di dalam
kelas
10
Penilaian memakai evaluasi proses dan hasil
10
Penilaiannya dari tes saja

Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa kontekstual memang


memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.59
59Kokom, komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, ( PT Redfika
Aditama, 2011), hal. 18
C. Penelitian Terdahulu

Dalam sub bab ini peneliti akan memaparkan tentang penelitian terdahulu yang
penulis ketahui yang pernah dilakukan orang lain, yang memiliki kemiripan
namun memiliki substansi yang berbeda tentang pembelajaran kontekstual.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Agustina Nur Laila E.E ( Mahasiswi
Jurusan PGMI STAIN TA 2011) yang berjudul
Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Masalah dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPA MI Assyafi.iyah
Pikatan wonodadi Blitar menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kontekstual berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas
V MI Assyafi.iyah Pikatan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis
dengan metode kualitatif terfokus pada proses pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual beserta faktor penghambat dan pendukungnya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Hajar Husniatul Zahro ( Mahasiswi
PGMI 2012) yang berjudul Penerapan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas II MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung menyimpulkan
bahwa : 1) Jumlah siswa yang tuntas (nilai = 70) dari siklus 1
2
meningkat dari 20 siswa menjadi 26 siswa, Jumlah siswa yang tidak tuntas
( nilai <70) dari siklus 1 2 menurun dari 10 siswa menjadi 4 siswa,
ketuntasan belajar kian meningkat pada siklus 1 66,7% pada siklus 2
menjadi 85,5% . 2) pendekatan kontekstual selalu menitik beratkan pada
hal hal yang mudah dipahami siswa, siswa mempraktekkan langsung
bagaimana cara melakukan sesuatu. 3) pembelajaran kontekstual
mempunyai pengaruh positif yaitu mampu meningkatkan prestasi belajar
dan semangat belajar siswa terhadap Matematika.

Berangkat dari penelitian ini maka peneliti berusaha mengungkap


lebih jauh terkait pelaksanaan (proses) pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual pada mata pelajaran PAI yang diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di kelas serta mengetahui faktor
penghambat maupun pendukung pelaksanaan pembelajaran PAI
menggunakan pendekatan kontekstual,
3. Rianawati (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004) dengan
judul skripsi Implementasi Contextual Teaching and Learning
(CTL)dalam Pendidikan Agama Islam di SD Alam Ar-Ridho Bukit
Kencana JayaSemarang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebuah kelas
dikatakan telah menggunakan pendekatan CTL jika telah menerapkan
ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah
konstruktivisme, selalu ada unsure bertanya, pengetahuan dan pengalaman
diperolah dari kegiatan menemukan, terbentuk masyarakat belajar, ada
model yang ditiru (pemodelan), dan dilakukan penilaian sebenarnya.
Ketujuh komponen CTL ini telah diterapkan oleh SD Alam Ar-Ridho. Hal
ini dapat dilihat dalam KBM-nya selalu menggunakan berbagai metode,
media, dan sumber belajar. Dalam penilaian PAI tidak hanya melalui tes
tertulis tetapi juga pengamatan terhadap perkembangan kemampuan dan
tingkah laku siswa sehari-hari. Kemudian secara fisik, dinding kelas penuh

dengan tempelan hasil karya siswa, pembelajarannya terintegrasi,


menyenangkan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.60
60http://file.upi.edu/Direktori/KDSERANG/198009102005011003Firman_Robiansyah/SKR
IPSI/PENERAPAN%20CONTEXTUAL%20TEACHING%20AND%20LEARNING%20%20DALAM%20PEMBELAJARA
N%20PAI%20DI%20SD.pdf, diakses pada tanggal 09 Agustus 2013
Dari beberapa kajian pustaka yang dipaparkan di atas yang senada dengan
judul dan isi penulis ternyata belum ada yang meneliti, demikian juga lokasinya.
Oleh karena itu penelitian ini memenuhi unsur kebaharuan. Adapun posisi penulis
lebih mendalam akan membahas tentang sisi praktek pelaksanaan pembelajaran
kontekstual di kelas pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Islam sebagai alternatif dalam pembelajaran.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian ilmiah, metode sangat penting dalam tercapainya


suatu tujuan penelitian. Oleh karena itu, perlu diberikan definisi tentang metod
e
penelitian. Arief Furchan mengemukakan yang dimaksud dengan metode
penelitian ialah Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data
yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. 61 Jadi metode
penelitian dapat diartikan sebagai suatu bahasan yang membahas tentang caracara yang digunakan dalam sebuah penelitian. Berpijak dari pendapat di atas,
berikut akan penulis uraikan hal hal dalam metode penelitian yang digunakan
peneliti sebagai berikut.
61Donald Ary, et.al, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, penerjemah Arief Fur
ehan
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 50
62Masnur Muslich, Bagaimana Menulis Skripsi?, ( Jakarta : Bumi Aksara 2009 ), ha
l.9
A. Pola / Jenis Penelitian
Dipandang dari prosedur aktivitas penelitian yang penulis lakukan untuk
menyusun skripsi ini, menunjukkan bahwa penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan mengungkap
gejala atau fenomena secara holistik
kontekstual melalui pengumpulan data dari
latar alami sebagai sumber langsung lewat keterlibatan peneliti sebagai instrume
n
kunci.62 Menurut Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
dalam bukunya yang berjudul pengantar metode penelitian adalah :

Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental


bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya.63
63Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian..,hal. 100
64Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasiona
l,
1992), hal. 21
65Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja ROsda
karya,
2006 ), hal. 9
Sedangkan Furchan mempunyai definisi lain, menurutnya penelitian kualitatif
adalah Prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif : ucapan atau tulis dan
perilaku yang diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. 64 Jadi penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan secara
holistik. Sehingga data data yang diperoleh berupa kata
kata tertulis, ucapan
lisan, bentuk perilaku yang diamati melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa
pertimbangan yang pertama, karena dari judul skripsi ini hanya mengandung satu
variabel. Kedua, dari rumusan masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini
menuntut penulis untuk terjun langsung mengadakan penelitian. Ketiga, metode
kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola pola nilai yang dihadapi. `65
Dengan demikian, peneliti dapat memilah
milah sesuai dengan fokus
penelitian yang telah tersusun dan dapat mengenal lebih dekat menjalin hubungan
dengan subyek penelitian ( Responden ) serta berusaha memahami keadaan

subyek dalam penggalian info atau data yang diperlukan. Maka Penelitian ini
penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati Kulon tersebut.
Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian lapangan ( field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapang
an
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
ilmiah.66 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian ini adalah peneliti
bermaksud untuk melakukan analisis secara mendalam dibantu dengan data
empiris yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang pada
akhirnya bisa melakukan simpulan.
Penelitian ini dilakukan langsung di lapangan yaitu di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati kulon untuk mendapatkan data yang diperlukan. Peneliti melakukan
pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan ilmiah untuk menghasilkan
data diskriptif secara mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual
oleh guru sekolah dasar Islam pada mata pelajaran PAI di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati Kulon.
66Ibid..,hal. 26
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon.
Meskipun letak sekolah kurang strategis, jauh dari jalan raya dan sulit dijangka
u
dengan kendaraan umum. Sekolah ini sangat maju dari sisi akademis dan
religiusitasnya. SDI Bayanul Azhar ini satu
satunya SDI terpadu di kecamatan

Sumbergempol. Sekolah ini banyak diminati para siswa dari lulusan TK maupun
RA begitupun para orang tua tidak cemas mempercayakan anak
anak mereka
menempuh pendidikan dasar di SDI Bayanul Azhar selain mendapat ilmu umum
ilmu agamanya juga di dapat di sini. 67 Keunikan yang dimiliki SD I Bayanul
Azhar yaitu dalam program pendidikan khususnya agama Islam menggunakan
sistem salafi pondok pesantren. Pembelajaran agamanya diintegrasikan dengan
kurikulum pondok pesantren baik teori maupun prakteknya dengan buku atau
kitab kitab seperti nurul yaqin (tarikh), tajwid, wasoya, maba.di fiqh dan lain
sesuai dengan visi misinya menghasilkan lulusan yang berakhlaqul karimah.
Peneliti bisa datang langsung ke lokasi ini dengan mudah karena dengan jarak
tempuh kurang lebih 3km, dengan berkendara sepeda motor dari rumah sampai di
lokasi sekitar 15 menit.
67Hasil wawancara dengan salah satu orang tua murid ketika pra lapangan di SDI B
ayanul
Azhar, pada tanggal 26 Juni 2013
68Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, .., hal.12
C. Kehadiran Peneliti
Salah satu keunikan dari penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri
sebagai instrumen utama atau disebut juga instrumen kunci. Jadi kehadiran
peneliti mutlak diperlukan sedangkan intrumen data hanya sebagai pelengkap.
Menurut Lexy J. Meleong menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pengumpul data, analisis penafsi
ran
data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.68 Berdasarkan
pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data sebanyak
banyaknya penulis

terjun langsung dan membaur dalam komunitas subyek penelitian untuk


memahami langsung kenyataan di lapangan.
Peran sebagai instrumen sekaligus pengumpul data itu peneliti realisasikan
dengan berada langsung dengan objek. Pada penelitian ini sebagai pengamat
penuh dalam artian sebisa mungkin peneliti berusaha mengungkap makna
fenomena di lapangan secara natural dan kontekstual mengenai obyek penelitian
yang dikaji. Di awal penelitian peneliti melakukan pra lapangan dengan mencari
beberapa informasi tentang lokasi penelitian baik dari data profil maupun
bertanya langsung kepada beberapa informan sekiranya lokasi telah sesuai
dengan judul penelitian yang diangkat. Selanjutnya peneliti mengurus surat izin
penelitian untuk disampaikan kepada pihak sekolah dan mulai melakukan proses
penelitian termasuk pengamatan pada berbagai macam situasi dan wawancara
kepada siapa saja yang dapat dijadikan informan kemudian menuliskannya pada
catatan lapangan.
D. Data dan Sumber Data
Data merupakan hal yang sangat penting untuk menguak suatu
permasalahan. Data berasal dari bahasa Inggris data yang merupakan jamak
datum menurut kamus Inggris-Indonesia oleh John M. Echols dan Hasan
Shadili adalah fakta atau keterangan-keterangan. Data adalah catatan fakta-fakta
atau keterangan-keterangan yang akan diolah dalam kegiatan penelitian.69 Data
dalam penelitian ini adalah hasil interview mendalam dengan guru, observasi,
dokumentasi dan hasil wawancara dengan siswa sekolah dasar di sana.
69Ahmad Tanzeh,Pengantar metodologi Penelitian, ..,hal. 54

Sedangkan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data


dapat diperoleh. Menurut Lofland dan Lofland, seperti dikutip oleh Moleong
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain .70 Beberapa sumber
data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
70Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., hal 157
1. Sumber data utama ( primer ), yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui
wawancara dan observasi. Sumber data tersebut meliputi
a) Kepala sekolah SDI Bayanul Azhar, karena kepala sekolah ialah orang yang
paling berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di lembaga tersebut.
b) Guru Pendidikan Agama Islam, karena dengan mewawancarainya peneliti
dapat mengetahui praktek pelaksanaan pembelajaran PAI dengan
pendekatan kontekstual sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis
susun.
2. Sumber data tambahan (skunder), yaitu sumber data di luar kata
kata dan
tindakan, yakni sumber data tertulis antara lain :
a) Sejarah berdirinya SDI Bayanul Azhar
b) Visi misi dan tujuan SDI Bayanul Azhar
c) Struktur organisasi SDI Bayanul Azhar
d) Data guru, staff dan siswa SDI Bayanul Azhar
e) Sarana dan prasarana SDI Bayanul Azhar
Sumber data utama yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, yang nantinya akan memberikan pengarahan kepada peneliti

dalam pengambilan data, dan memberikan informasi serta rekomendasi kepada


informan lainnya seperti waka kurikulum dan guru pendidikan agama islam.
Sehingga semua data- data yang diperlukan peneliti terkumpul sesuai dengan
kebutuhan peneliti.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu melalui proses pengumpulan data. Dalam
proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang digunakan dan
diseuaikan dengan jenis penelitiannya. Menurut Ahmad Tanzeh dalam bukunya,
pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. 71
Sesuai dengan sumber data yang ada, pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
71Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta:Teras), hal 83
72Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : R
ineka
Cipta, 2002), hal. 230
a. Wawancara mendalam (deep Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Metode
wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pihak pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari pihak terwawancara (interviee). 72
jadi wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan data melalui percakapan
langsung untuk memperoleh informasi.
Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak
terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga
disebut wawancara mendalam. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk bentuk

informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dalam setiap pertanyaan
dapat diubah disesuaikan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.73 Metode ini
digunakan peneliti untuk mewawancarai kepala sekolah dan utamanya guru
pendidikan agama islam untuk mengetahui hal
hal yang terjadi terkait dengan
pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul
Azhar.
Adapun langkah langkah wawancara dalam penelitian ini : 1)
menentukan siapa saja yang akan diwawancara ( responden ) 2) mengadakan
kontak dengan responden terkait hal wawancara, waktu dan tempat wawancara 3)
melakukan persiapan matang dalam artian mempersiapkan pokok
pokok
pertanyaan, alat alat perekam yang akan digunakan dan mempelajari masalah
pokok pada wawancara dan alternatif pertanyaan 4) memulai wawancara dan
memperkenalkan diri terlebih dahulu, menjelaskan maksud tujuan dengan singkat
dan hati hati 5) melakukan wawancara sesuai alur dan strategi 6) pencatatan
data wawancara 7) mengecheck kualitas data 8) mengakhiri wawancara dengan
meninggalkan kesan yang baik.
73Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT REmaja Rosdaka
rya ),
hal. 181
b. Observasi Partisipan
Metode observasi dalam penerapannya dibutuhkan keahlian di dalamnya,
karena peneliti dituntut untuk peka terhadap lingkungan yang diteliti. Menurut
Ahmad Tanzeh Observasi partisipan adalah sebuah penelitian yang pengumpulan
datanya dengan metode observasi berpartisipasi dan bukan menguji hipotesis,

melainkan mengembangkan hipotesis. 74 Deddy Mulyana dalam bukunya


Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan observasi partisipan dengan nama
lain yaitu pengamatan berperan serta atau pengamatan terlibat. Menurutnya,
mengutip dari apa yang dikatakan Denzin pengamatan berperan serta adalah
strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara
dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi langsung dan
introspeksi. 75
Metode ini bagi peneliti sangat penting untuk menjelajahi proses sosial.
Peneliti menggunakan metode ini agar fokus dalam situasi yang dianalisis, dengan
menuntutnya mengamati dan berpartisipasi pada saat yang sama. Secara indrawi
peneliti melaksanakan pengamatan partisipan terhadap situasi sosial di SDI
Bayanul Azhar seperti pengelolaan sekolah, kegiatan pembelajaran, keunikan
yang ada, serta sarana prasarana yang ada di SDI Bayanul Azhar, tentunya diserta
i
dengan pencatatan dan menggunakan alat pembantu seperti kamera.
Dengan observasi partisipan ini, peneliti dapat berpartisipasi dalam
rutinitas subyek penelitian baik mengamati yang dilakukan mendengarkan yang
dikatakan dan menanyai orang orang lain disekitar subyek penelitian selama
jangka waktu tertentu dengan persetujuan subyek penelitian sehingga mampu
memperoleh data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak.
74Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian,...hal 61
75Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakar
ya,
2006), hal. 163
c. Dokumentasi

Menurut Arikunto, Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal


atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasast
i,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya.76 Dokumen adalah catatan kejadian yang
sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk. 77
Jadi dokumen sebagai pengumpulan data adalah setiap pernyataan tertulis disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting.
76Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Studi Pendekatan ,... hal 206
77Djaman Satori, Aan komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Al
fabeta,
2009), hal. 148
78Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hal 217
Peneliti menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian karena : 1)
merupakan sumber data yang stabil, kaya dan mendorong 2) berguna sebagai
bukti untuk suatu pengujian 3) sesuai dengan penelitian kualitatif yang sifatnya
alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada pada konteks 4) relative murah
dan mudah diperoleh tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan 5) tidak reaktif
sehingga sukar ditemukan dengan tehnik kajian isi 6) hasil pengkajian isi akan
membuka kesempatan untuk memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki.78 Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan peneliti untu
k
memperoleh informasi tentang keadaan profil sekolah, sarpras, aturan
aturan
kedisiplinan dan menelaah konteks sosial yang dapat menggambarkan subyek
atau objek yang diteliti sehingga memperoleh informasi yang maksimal.
Sumber dokumen yang ada umumnya dibedakan menjadi dua macam
yaitu dokumentasi resmi termasuk keputusan, surat intruksi, dan surat bukti
kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang bersangkutan dan

sumber dokumentasi tidak resmi ( dokumen pribadi )yang mungkin berupa surat
nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian.
Hamid Darmidi, mengatakan bahwa seorang peneliti seharusnya menggunakan
kedua sumber dokumentasi tersebut secara intensif agar mereka dapat
memperoleh informasi secara maksimal sehingga dapat menggambar subjek atau
objek yang diteliti dengan benar.
Dalam penelitian ini dokumentasi resmi digunakan penelitian untuk
memperoleh informasi tentang profil sekolah, struktur organisasi, data guru dan
siswa yang ada di kantor tepatnya di TU. Sedangkan dokumentasi pribadi
digunakan untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial di sekitar
subjek penelitian contohnya buku harian guru tentang perkembangan prestasi
peserta didiknya.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan tehnik
analisis diskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data
data
yang terkumpul mengenai pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual di SDI Bayanul Azhar . Menurut Bogdan dan Biklen yang di kutip
oleh Moleong :
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi
satuan yang dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.79
79Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakary
a),
hal 248

Proses pengumpulan data dan analisis data pada prakteknya tidak mutlak
dipisahkan. Kegiatan itu kadang
kadang berjalan bersamaan, artinya hasil
pengumpulan data kemudian ditindak lanjuti dengan pengumpulan data ulang
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan dan setelah proses pengumpulan data.
Adapun proses analisis data yang dilakukan mengadopsi dan
mengembangkan pola interaktif yang dikembangkan oleh Milles dan Hierman
yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilah hal hal yang pokok,
memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya. 80 dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan mengarah pada tujuan
yang hendak dicapai. Pada penelitian kualitatif tujuannya adalah temuan.
80Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan RAD, ( Bandung : PT Remaja Rosdakary
a,
2006 ), hal. 82
Oleh karena itu, jika peneliti dalam penelitian menemukan segala sesuatu
yang dipandang asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola justru inilah yang
seharusnya dijadikan perhatian peneliti dalam mereduksi data. Reduksi data
merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan
serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang
dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,

sehingga dapat mereduksi data


data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangkan teori yang signifikan. Maka dalam penelitian ini data yang
diperoleh dari informan kunci, yaitu kepala sekolah, guru pendidikan agama islam
di SDI Bayanul Azhar , disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran
sesuai dengan tujuan penelitian. Begitu pula data yang diperoleh dari informan
pelengkap disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis
dalam rangka memperoleh kesimpulan sehingga temuan penelitian di dalam
penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan
dengan fokus penelitian. Dalam hal ini Miles dan Huberman mengatakan yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.81 Data yang sudah direduksi dan
diklarifikasikan berdasar kelompok masalah yang diteliti, sehingga
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau verifikasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul
Azhar Bendiljati Kulon.
81Ibid, ..,hal. 95
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa diskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas.82 jadi setiap makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni validitasnya.
Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema
untuk menemukan makna dari kata yang dikumpulkan. Jadi ketiga analisis
tersebut saling berkaitan, sehingga menemukan hasil akhir dari penelitian berupa
data temuan yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema
tema yang
dirumuskan tentunya berdasarkan dari hasil analisa data, baik yang berasal dari
catatan lapangan observasi, interview maupun dokumentasi.
82Ibid, ..,hal.99
83Ibid,.. hal.112
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Agar data yang sudah didapat dari lokasi penelitian lapangan bisa
memperoleh keabsahan perlu tehnik pemeriksaan keabsahan data. Keabsahan data
merupakan tehnik yang digunakan agar penelitian kualitatif dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Adapun tehnik yang dilakukan peneliti yaitu dengan
Triangulasi.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.83 Dengan kata lain bahwa dengan
triangulasi, peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkan
hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual dengan hasil wawancara dengan beberapa informan atau responden.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi berdasar sumber,
artinya membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jala
n
1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi, 3) membandingkan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan, seperti orang yang berpendidikan menengah
atau perguruan tinggi, orang berada dan kurang berada, dan sebagainya, 4)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 84
84Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian, ..,hal. 330
H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan
Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon terbagi dalam
tiga tahapan yaitu
a. Tahap Pendahuluan/Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengajukan judul skripsi kepada ketua prodi studi
PAI, setelah disetujui peneliti melakukan penyusunan proposal untuk
diseminarkan bersama rekan mahasiswa lain dan dosen pembeimbing. Setelah
itu peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada STAIN untuk
diberikan kepadakepala sekolah SD I Bayanul Azhar.
Menunggu proses administrasi selesai, peneliti membuat rancangan agar
peneletian terarah. Selain itu mulai menyiapkan pedoman wawancara yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu peneliti mulai
menyusun landasan teori tentang judul terkait dari referensi yang relevan dan

menyempatkan waktu mengadakan pra lapangan, dengan survey ke lokasi dan


mencari informasi seadanya.
b. Tahap Pelaksanaan

Peneliti berkunjung ke SDI Bayanul Azhar dan memberikan surat izin


penelitian, setelah mendapat izin, peneliti mulai mengumpulkan data
data yang
berkaitan fokus penelitian di lokasi penelitian dengan metode observasi
partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Metode wawancara
mendalam peneliti gunakan untuk memperoleh data awal tentang kegiatan
pembelajaran PAI yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual di SDI BAyanul Azhar. Observasi partisipan peneliti lakukan dengan
terlibat langsung dengan orang orang yang diteliti dengan memadukan analisis
dokumen, wawancara dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi
langsung dan introspeksi. Responden yang dimaksud adalah guru PAI dan siswa,
informan merupakan siapa saja yang bisa dimintai informasi. Peneliti melakukan
dokumentasi untuk merperkuat data, ini peneliti lakukan kapan saja selama proses
penelitian berlangsung sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga memenuhi
target data yang diperoleh valid.
c. Tahap laporan

Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang telah terkumpul secara
sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah difahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain secara jelas. Kemudian keseluruhan hasil
yang telah dianalisa tersebut selanjutnya penulis simpulkan dan membuat laporan

dalam bentuk skripsi, yaitu berupa laporan penelitian dengan mengacu pada buku
pedoman penyusunan skripsi yang berlaku di STAIN Tulungaung.

BAB IV
PAPARAN DATA PENELITIAN, TEMUAN
DAN PEMBAHASAN
A. Paparan data
1. Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual
a. Konsep pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
SDI Terpadu Bayanul Azhar mengupayakan pembelajaran aktif bagi
siswa salah satunya dengan penerapan pembelajaran terpadu. Berikut data awal
yang peneliti peroleh dari penuturan bapak kepala sekolah saat peneliti datang k
e
lokasi untuk kali pertamanya bertemu dengan bapak kepala sekolah secara
langsung. Beliau berkata bahwa :
Sebisa mungkin pembelajaran disini dilakukan secara terpadu, guru
guru
disini saya beri keluwesan dalam penggunaan model maupun pendekatan
pembelajaran aktif bagi siswa. Kontekstual saya rasa efektif karena setahu
saya pembelajaran kontekstual siswa mengalami sendiri. 85
Hal yang sama diungkapkan oleh guru PAI disana :
85Hasil interview dengan bapak kepala sekolah pada Senin, 15 Juli 2013 pukul 10
.30 di
kantor MTS Darul Falah
86Hasil interview bapak Syafa.at, guru PAI kelas VI pada tgl 15 pukul 10.00 di k
antor
Pembelajaran kontekstual model yang efektif bahkan sangat efektif
digunakan dalam pembelajaran PAI. Penerapannya mudah bagi guru dan
bagi siswa mempermudah pemahamannya. Dalam pembelajaran
kontekstual siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri, guru
membimbing siswa mengkonstruk pengetahuannya. 86
Informasi dari salah satu guru PAI, kontekstual merupakan suatu model
bukan pendekatan. Hal ini dituturkan oleh bapak Syafa.at S. Pd I dalam
pertemuan kami yang ketiga, beliau mengatakan :
Kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran bukan pendekatan
bukan pula strategi. Tiga hal tadi berbeda mbak,..kontekstual itu sebuah

model yang mana konsep belajarnya guru menghadirkan dunia nyata ke


dalam kelas mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari.87
Masukan dari salah satu guru yang kebetulan ketemu di kantor, meski
dengan kalimat sederhana, beliau mengungkapkan :
Kontekstual itu pembelajaran yang sesuai konteks kehidupan iku tha
mbak paradigmanya sekarang kan kontekstual kalau dulu
konvensional
87Ibid
88Ibid
b. Komponen dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Komponen atau asas dalam pembelajaran kontekstual merupakan sesuatu
yang harus ada dalam pembelajaran kontekstual. Dinamakan pembelajaran
kontekstual jika menerapkan asas
asas kontekstual. Berikut paparan dari guru
PAI kelas VI :
Dalam kesempatan berbincang
bincang dengan beliau peneliti mencoba
memaparkan tentang komponen yang ada dalam pembelajaran kontekstual seraya
bertanya : pak..,dalam pembelajaran kontekstual di kelas apakah semua
komponen telah bapak terapkan praktisnya seperti apa pakk?
beliau menjawab :
ya itu teorinya mbakk, dalam prakteknya nya berbeda. Kontekstual itu mudah
gak ribet kok mbak. Selain itu beliau menambahkan : Dulu saya waktu PLPG
tentang kontekstual yha terus terang was was takutnya belum tahu tentang
kontekstual. ternyata mudah saja dan Alhamdulillah pembelajaran kontekstual
efektif saya terapkan disini. 88
Pertama, Komponen kontekstual yang pertama yaitu konstruktivisme
artinya pengetahuan dibangun oleh siswa. Hasil wawancara yang kedua dengan

guru PAI kelas VI memberikan sedikit jawaban. Beliau mengomentari pertanyaan


saya sebagai berikut: Pakk,,dalam memulai pelajaran kontekstual tehnik yang
jenengan terapkan seperti apa pakk?
Beliau menjawab :
Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, tidak saya langsung
menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan sedikit
gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui
dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini.89
Beliau menambahkan :
Kalau siswa mencari atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri siswa
akan aktif dan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual maka
arah sebenarnya adalah siswa aktif , kreatif dan demontratif dan itu prinsip
pembelajaran kontekstual
89Hasil interview dengan bapak Syafa.at pada hari Sabtu, 20 Juli 2013 di ruang
kelas vi
90Hasil observasi di kelas 5 pada tanggal 17 Juli 2013 pukul 10.00
Data ini peneliti pertegas dengan melakukan pengamatan saat guru
melakukan pembelajaran di kelas. Saat itu guru kelas lima memulai pelajaran dan
sesuai pengamatan pada kegiatan pembelajaran secara seksama dalam mengawali
pembelajaran guru terlebih dulu menyiapkan siswa dengan materi yang akan
disampaikan. Secara umum guru menggambarkan, kemudian murid
mengkhususkan menspesifikasi pengetahuan baru itu. 90
Yang ke dua, komponen Questioning dari data yang peneliti peroleh di
lapangan yaitu hasil pengamatan terhadap siswa baru yang sedang diajak belajar
sambil bermain di halaman sekolah, jadi saat itu murid diberi arahan oleh guruny
a
tentang Iman kepada Allah entah itu topik sebenarnya atau tidak. Guru mengajak
siswa merentangkan kedua tangan guru menyuruh siswa untuk bernafas panjang
terjadilah suatu percakapan yang sempat di dengar oleh pemeliti. Guru bertanya
kalian bernafas ? siswa menjawab :
iya buuu.. guru bertanya lagi kalian
bernafas berarti hidup atau ati? hiduuupp jawaban serentak siswa MOS itu,

kalian hidup, kalian manusia siapa yang menghidupkan manusia? Dua tiga orang
dari dari arah belakang serentak menjawab : Allah . Berarti Allah itu ada atau
tidak? Semua menjawab ada . Disela
sela tanya jawab itu ada yang pertanyaan
menarik dari murid yang bertanya dengan penuh rasa ingin tahu
bu,,,ibu Allah
apa bernafas ? guru pun memberi jawaban sampai siswa itupun jelas sesuai
perkembangan intelejensinya. 91
91Hasil observasi siswa MOS tanggal 17 Juli 2013 pukul 09.30 di halaman sekolah
92Hasil wawancara informal dengan bapak syafa.at pada tanggal 17 Juli 2013 di ke
las
93Hasil wawancara dengan siswa kelas vi 20 Juli 2013 pukul 10.00 di depan perpus
Dalam kesempatan bertanya dengan Pak Syafa.at beliau, peneliti mengutip
dari informasi yang diberikan : bertanya itu strategi, sebisa mungkin guru
memberikan stimulan agar murid tidak malu bertanya. Dengan memberikan
kesempatan teman lain yang sudah tahu mungkin atau guru menjawab
langsung. 92
Ketiga, kaitannya dalam komponen inkuiri ( menemukan )
Terkait inkuiri, kali ini data yang peneliti peroleh merupakan hasil ngobrol
singkat dengan salah satu siswa kelas VI : ibu bertanya yha,, tadi saat di kelas
mengerjakan apa dengan teman sebangku dan teman di bangku
belakang..?mengerjakannya dibantu guru atau mengerjakan sendiri. Siswa itu
menjawab : mengerjakan sendiri dengan kelompoknya, guru berdiri di depan
kalau kita gak tahu boleh tanya. 93
Keempat, learning community atau kelompok belajar lebih sederhananya
kelompok diskusi, di SD I BAyanul Azhar sudah jelas telah terbiasa memakai
tehnik ini dalam pembelajaran baik di kelas ataupun di luar kelas. Para siswanya
dibiasakan belajar dalam kelompok

kelompok yang heterogen. Terlihat suasana

aktif pembelajaran yang tahu memberi tahu yang lain. Guru mengawasi dan
mengambil penilaian dari setiap aktifitas siswa. Mengutip apa yang dikatakan
bapak Syafa.at bahwa dengan diskusi kita mudah menilai siswa karena yang
namanya diskusi itu 1) Sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar, 2)
mereka bekerjasama, 3) mereka saling tukar pengalaman, dan 4) berbagi ide.
Dengan diskusi siswa lebih kritis dan bukan saya satu - satunya sumber belajar d
i
kelas. Biasanya malahsaya terapkan metode yang saya namai dengan every one is
teacher. murid yang memang mampu saya tunjuk saya jadikan contoh, ini loh si A
sudah bagus benar pengerjaannya. Beri tepuk tangan .!!! nahh seperti itu mbak
reward ala kadarnya dengan sekedar pujian ungkapan sederhana, yha kalau ada
kesempatan di tiap semester bagi siswa yang unggul saya siapkan hadiah.94
Dari ulasan tadi terselip informasi bahwasanya di sana diterapkan pula
asas kelima, modeling, dimana guru menunjuk siswanya untuk menjadi model di
hadapan teman temannya. Selanjutnya sesuai data hasil wawancara yang kedua
di ruang kelas vi saat itu disela waktu istirahat siswa pertanyaan dari peneliti
salah
satunya tentang komponen ke-enam,refleksi dan penilaian dalam sebuah
pembelajaran. Beliau menuturkan :
94Hasil wawancara bapak Syafa.at, pada tgl 20 Juli 2013 pukul 09.30 di ruang kel
as VI
95Ibid
Refleksi itu wajib mbakk.. jadi entah nanti bentuknya seperti apa, siswa
menjawab pertanyaan yang saya beri atau siswa mengungkapkan refleksi
apa tuh namanya pendapat mendalam siswa tentang pelajaran yang baru
dipelajari bersama ditarik di kehidupan sehari hari. Guru membangun
endapan ilmu di benak siswa sehingga pengetahuan yang di dapat hari ini
tetap ingat, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari
hari . 95
Yang terakhir komponen ke-tujuh, tentang penilaian yang digunakan
sebagai evaluasi siswa dalam mengetahui perkembangan siswa baik kognitif,

afektif dan psikomotorik. Penilaian yang diterapkan yaitu yang disebut dengan
penilaian proses dan penilaian hasil. Peneliti meminta kejelasan terkait dua
macam penilaian tersebut jawaban beliau sebagai berikut:
Penilaian hasil belajar siswa itu diambil dari yang namanya penilaian
proses dan penilaian hasil. Jadi setiap kegiatan pembelajaran guru
memantau siswa dan memberikan penilaian. Seperti dalam diskusi, siapa
yang aktif bertanya, yang memberikan kontribusi di kelas, semuanya
dinilai. Penilaian proses itu penilaian keseharian siswa, seperti yang saya
katakana tadi, untuk penilaian hasil ya wujud tugas akhir, PR, tugas
tugas dan sebagainya.96
96Ibid
97Ibid
98Hasil interview bapak syafaat, pada hari Rabu, 17 Juli 2013 pukul 09.30
99Ibid
c. Prinsip pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Bertanya tentang prinsip pembelajaran kontekstual sesuai pengalaman
bapaknya, beliau berkata :
Dalam pembelajaran kontekstual guru harus memahami karakter siswa
baik dari segi cara belajar maupun aspek kognitif dan keterampilannya,
yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali seluruh potensi yang ada. Ini saya ambil dari sebuah ayat Al
Qur.an yang artinya tidak ada segala sesuatu di dunia ini yang tercipta
itu sia sia itu prinsip pembelajaran kontekstual. 97
d. Motto dari pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Adapun motto dalam pembelajaran kontekstual ala bapak Syafa.at
singkatnya yaitu : Siswa dengan pembelajaran kontekstual mengalami sendiri 98
Beliau menambahkan strategi yang digunakan dalam pembelajaran berbasis
kontekstual yaitu penekanan pembelajaran pada praktek. Tidak sekedar materi di
dalam kelas tapi diimbangi dengan praktek pula. Beliau berkata : kontekstual
penekanannya adalah praktek, praktek melakukan, sehingga harapannya
membiasakan dalam kehidupan nyata. 99
e. Terkait strategi dalam pembelajaran kontekstual

Beliau menuturkan bahwa :


Pembelajaran berbasis kontekstual lebih cocok dilakukan secara outdoor
karena siswa bisa mengalami langsung dengan lingkungan nyata.
Sedangkan pembelajaran indoor kebanyakan lebih mengarah pada aspek
kognitifnya. Selain itu penggunaan metode dalam pembelajaran
kontekstual macam
macam metode bisa digunakan di kelas berasosiasi
dengan model kontekstual seperti ceramah, drill, power of two, every one
is a teacher.100
100Hasil interview dengan bapak Syafa.at, Sabtu 20 Juli 2013 di kelas vi
101Ibid
102Ibid
103Ibid
f. Karakteristik pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Ditanya soal Karakteristik dari pembelajaran kontekstual beliau
memaparkan argumennya :
pembelajaran kontekstual out put nya berupa siswa aktif, kreatif dan
demontratif. Implementasinya guru menerapkan metode reading guide ,
guru membimbing siswa untuk aktif mencari pengetahuannya sendiri.
Biasanya sebagai selingan pembelajaran di kelas guru mengajak siswa ke
perpustakaan membaca mencari pengetahuan tentang sesuatu kemudian
hasilnya nanti disampaikan di kelas. 101
g. Skenario dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Skenario dalam pembelajaran kontekstual sama halnya dengan
pembelajaran biasa lainnya. Hanya saja Skenario pemebelajaran PAI dengan
kontekstual itu lebih ditekankan baik dalam pendahuluan, kegiatan inti maupun
evaluasinya. Guru merancang sedemikian rupa agar aktivitas belajar siswa benar
benar berkualitas.
1. Terkait pendahuluan
Dalam kegiatan di awal guru menggunakan asas konstruktifis dan
bertanya:
Pertama yang dilakukan guru itu menyiapkan siswanya, mengelola kelas
apakah nanti pembelajaran dilakukan di dalam ruang atau luar ruangan,
dari situ kita kan tau model metode yang digunakan nanti. Jadi desain
pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual itu ditekankan. 102
Kalau siswa mencari atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri siswa
akan aktif dan Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual maka
arah sebenarnya adalah siswa aktif , kreatif dan demontratif dan itu prinsip
pembelajaran kontekstual 103
2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam sebuah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual


merupakan penerapan dari komponen bertanya, kelompok belajar dan
pemodelan. Berikut data tentang kegiatan inti dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual di kelas.
Jika anak
anak telah termotivasi di fikiran mereka pasti mereka akan
bertanya, tentang dugaan mereka. Terkadang skema pengetahuan mereka
yang masih grambyang tapi pengetahuan telah terbentuk. Guru memberi
kesempatan bertanya kepada siswa. Kemudian member permasalahan
melalui penugasan secara individu maupun kelompok agar mereka
mencari pemecahan mereka sendiri. 104
104Ibid
105Ibid
106Hasil wawancara bapak Syafa.at, pada tgl 17 Juli 2013 pukul 09.30 di ruang ke
las VI
Biasakan anak
anak dalam kelas dibentuk kelompok belajar baik
Kelompok besar maupun kecil. Kelompok kecil dua orang atau teman
sebangkunya untuk saling tukar informasi atau dengan dua bangku
kebelakang untuk kelompok besar agar terbiasa bekerjasama dan
sharing.105
Dengan diskusi siswa lebih kritis dan bukan saya satu - satunya sumber
belajar di kelas. Biasanya malahsaya terapkan metode yang saya namai
dengan every one is teacher. murid yang memang mampu saya tunjuk saya
jadikan contoh ini loh si A sudah bagus benar pengerjaannya. Beri tepuk
tangan .!!! nahh seperti itu mbak reward ala kadarnya dengan sekedar
pujian ungkapan sederhana, yha kalau ada kesempatan di tiap semester
bagi siswa yang unggul saya siapkan hadiah.106
3. Evaluasi atau penutup
Dalam menutup pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
yang perlu diperhatikan adalah pemberian refleksi oleh siswa terhadap
materi pembelajaran yang di dapat. Selain refleksi dalam melakukan
penilaian terhadap hasil belajar siswa juga perlu diperhatikan betul oleh
guru, dengan menggunakan tehnik penilaian sesungguhnya, berikut
paparannya :

Refleksi itu wajib mbakk.. jadi entah nanti bentuknya seperti apa,
siswa menjawab pertanyaan yang saya beri atau siswa mengungkapkan
refleksi apa tuh namanya pendapat mendalam siswa tentang pelajaran
yang baru dipelajari bersama ditarik di kehidupan sehari
hari. Guru
membangun endapan ilmu di benak siswa sehingga pengetahuan yang
di dapat hari ini tetap ingat, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari
hari . 107
107Hasil interview guru PAI kelas vi pada tgl 20 Juli 2013 pukul 10.00 di ruang
kelas
108Ibid
Penilaian hasil belajar siswa itu diambil dari yang namanya penilaian
proses dan penilaian hasil. Jadi setiap kegiatan pembelajaran guru
memantau siswa dan memberikan penilaian. Seperti dalam diskusi,
siapa yang aktif bertanya, yang memberikan kontribusi di kelas,
semuanya dinilai. Penilaian proses itu penilaian keseharian siswa,
seperti yang saya katakana tadi, untuk penilaian hasil ya wujud tugas
akhir, PR, tugas tugas dan sebagainya.108
Di atas tadi merupakan data
data tentang pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual selanjutnya peneliti paparkan data data serta
informasi terkait factor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual masih dari hasil wawancara
maupun informasi ditambah pula dengan data dokumentasi.
a. Faktor penghambat
Data pertama kami peroleh dari guru pengajar PAI, ditanya tentang faktor
apa saja yang menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual jawaban beliau adalah sebagai berikut :
Sebenarnya terlepas dari faktor penghambat yang ada kontekstual
tetaplah jadi model pembelajaran yang paling efektif menurut saya. Ya
mungkin fasilitas yang ada seperti gambar
gambar tentang
pembelajaran PAI, kalau mata pelajaran lain saya kira tidak. Disini belum
diterapkan pembelajaran berbasis multimedia khususnya untuk PAI, saya
sendiri masih cangguh soal komputer, kalah sama anak anak jadi ya di
kelas terus mengupayakan pembelajaran yang aktif, tidak bikin bosan
anak anak saja dan Alhamdulillah sementara ini kontekstual menjadi
pilihan saya dan akan tetap menjadi pilihan saya toh gak menutup

kemungkinan jikalau pendekatan kontekstual dipadukan dengan


tehnologi implementasinya kan tidak kaku.109
109Hasil interview guru PAI pada tgl 17 Juli 2013 di depan ruang kelas V
110Ibid
111Hasil interview dengan bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas
vi pukul
07.30
Selain itu beliau juga menambahkan bahwa perubahan kurikulum menjadi
salah satu faktor. Kurikulum yang saya rasa kurang konsisten, cepat berubah
secara tidak langsung mempengaruhi program pembelajaran yang ada. perubahan
paradigma kurikulum lama ke kurikulum baru. Dulu saya memulai model
pembelajaran ini semenjak kurikulum KBK, setelah itu CBSA ,KTSP, dst. Tapi
itu bukan penghambat yang utama. 110
Sedangkan menurut beliau hambatan utama adalah faktor guru dan murid.
Faktor murid diantaranya : 1) Kesulitan dalam menghadapi perpedaan individu
peserta didik. Perbedaan individu murid meliputi: intelegensi, watak, dan latar
belakang kehidupannya. Mengutip apa yang disampaikan bapak Syafa.at bahwa
murid itu macam
macam, jika motivasi siswa bagus siswa akan senang
belajarnya dan tujuan pembelajaran lebih mudah, namun sebaliknya pula motivasi
belajar siswa yang kurang menghambat proses mencapai tujuan pembelajaran.
Kalau guru tergantung pada pandai
pandainya mengelola kelas, tidak mudah
mengelola kelas. 2) Lingkungan belajar siswa di rumah, lingkungan bermain
maupun bermasyarakat. 3) Keadaan siswa. 111
Sedangkan faktor guru mengutip apa yang dikatakan pak Syafa.at
Guru
dituntut memiliki soft skill, kompetensi kepribadian guru, guru harus bisa menja
di

idola maka diperlukan ketekunan dan pengawasan secara rutin. 112 Selanjutnya
adalah kesalahan dalam memilih metode.
Faktor yang menghambat lainnya adalah ruang baca ( perpustakaan )
yang belum permanen. Perpustakaan disana dobel pemanfaatannya sebagai
perpustakaan juga digunakan sebagai kelas. Dituturkan oleh bapak Ansori guru
Bahasa Inggris dalam perbincangan sederahana peneliti dengan beliau:
112Ibid
113Hasil interview nonformal dengan bapak Ansori pada tanggal 15 Juli 2013 di ha
laman
sekolah
114Hasil interview bapak syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Perpustakaan sebenarnya buku
buku telah ada banyak, tapi ruang
perpustakaan yang di pojok sana terpaksa masih digunakan untuk kelas
belajar siswa karena masih kekurangan kelas. Tapi buku buku sudah di
tata rapi di sana dan masih terkondisikan dengan baik.113
Peneliti sempat mengkonfirmasi tentang faktor keterbatasan waktu
mempengaruhi atau menghambat pelaksanaan kontekstual ternyata jawaban
beliau tidak, alasannya dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual itu mudah
tidak ribet waktu tergantung guru yang menggunakannya. Beliau menambahkan
dalam pembelajaran PAI bagi siswa di SDI bayanul Azhar telah di setting
sedemikian rupa untuk 24 jam setiap minggu terpenuhi. 114 Karena di SD I
Bayanul Azhar pembelajaran PAI tidak hanya di kelas saja, setiap kegiatan
diintegrasikan langsung dengan Pendidikan Agama Islam siswa. Seperti
pemberian pembelajaran tajwid, fiqh dan tarikh dengan kurikulum salafi pondok
pesantren yang memang diprogramkan di sana.
b. Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran kontekstual

Adanya faktor penghambat pastilah ada faktor pendukungnya, dari data


yang diperoleh peneliti di lapangan menyebutkan beberapa faktor pendukung
diantaranya :
1. Input siswa
Hal ini dituturkan bapak kepala sekolah saat peneliti tanya
tanya
tentang system penerimaan siswa lulusan TK dan RA apakah ada syarat
khusus. Beliau memaparkan :
Yha bedanya dengan sekolah sekolah lain mungkin saja karena disini
program terpadu, maksudya ilmu umum dipadukan dengan agama dengan
basic salafiyah, sesuai dengan visi misi di sini bahwa lulusan Bayanul
Azhar menjadi anak yang baik mampu mengamalkan apa yang telah di
dapat di sekolah. Jadi dalam penerimaan siswa di sini memang terbatas,
maka perlu pemetaan dalam bentuk tes. Sebenarnya bukan tes, karena
tidak dibenarkan dalam penerimaan anak didik tingkat SD diberlakukan
tes, berbeda ketika masuk di SMP maupun SMA. Tes di sini tujuannya
yaitu untuk memetakan anak didik nanti di kelas mana dan memang SDI
Bayanul Azhar ini penerimaan siswanya terbatas. 115
115Hasil Interview Bapak Drs. Atim tanggal 27 Agustu 2013 di Kantor
2. Program pendidikan karakter
Program pendidikan karakter bagi siswa di SD I Bayanul Azhar disebut
dengan akhlaqul karimah dilakukan dalam beberapa wujud yang pertama,
pembiasaan sikap hormat kepada guru dan orang yang lebih tua, wajib mengucap
salam saat masuk ke kelas dan kantor. Berkata sopan menggunakan bahasa

Indonesia atau bahasa jawa kromo dalam komunikasi dengan guru dan tenaga
pendidik di sana, menyayangi sesama teman. 116
116Hasil interview ibu guru kelas 5 pada tanggal 30 Juli 2013 di serambi Mushala
117Hasil interview bapak syafa.at tgl 18 Juli 2013 di depan kelas vi pukul 11.00
118Hasil interview murid kelas v, Anisa dkk. tgl 23 Agustus 2013 di ruang kelas
v
119Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Yang kedua, disebut dengan program pembiasaan yang dilakukan 30
menit sebelum pelajaran pertama dimulai. Sesuai apa yang dipaparkan bapak
Syafa.at :
Pembiasaan dilakukan 30 menit sebelum pelajaran di kelas dimulai
dengan membaca do.a
do.a, hafalan surat pendek, tadarus Al Qur.an dan
sebagainya. 117
yang ketiga, upaya pendidikan karakter juga diwujudkan dengan istilah di
sana sarapan pagi
berikut ulasan dari siswa
siswi kelas v : Setiap hari setor
hafalan catatan pelajaran ke pak Qomar, boleh pelajaran Matematika, IPA, atau
Bahasa Indonesia. Menghadap pak Qamar menghafal satu kalimat pelajaran
kemarin. 118 Sarapan pagi yang dimaksud adalah stor kosa kata dalam bentuk
kalimat istilah tentang pelajaran telah mereka ketahui. Dengan pembiasaan
sarapan pagi itu siswa dibiasakan untuk memiliki karakter disiplin, belajar di
rumah, tanggung jawab menjaga menghargai keilmuan yang telah mereka miliki.
Keempat, Bentuk pembinaan karakter lainnya yaitu dengan pelaksanaan
shalat dluha dan dhuhur berjama.ah. Dengan sholat berjama.ah siswa dapat saling
mengenal satu dengan yang lain adik kelas kakak kelasnya. Mengutip keterangan
dari pak Syafa.at
Alhamdulillah anak anak telah terbiasa shalat dhuha sendiri
tanpa bentakan bapak guru. 119Memperkuat data tersebut berikut keterangan yang
diberikan siswa bahwa shalat dhuha biasanya dilakukan sendiri kadang diimami

kelas vi kalau Shalat Dhuhur berjama.ah sebelum pulang sekolah diimami pak
guru. 120
120Hasil
121Hasil
09.30
122Hasil
07.30
123Hasil

interview Nisa dkk , tgl 12 Agustus 2013 di dalam kelas vB pukul 09.30
interview dengan bapak Syafa.at tgl 20 Juli2013 di ruang kelas vi pukul
interview dengan bapak Syafa.at tgl 2 September 2013 di kelas viA pukul
interview informal dengan bapak Tajudin pada tgl 15 Juli 2013 di kantor

124Ibid
3. Kegiatan keagamaan yang bervariasi
Pertama, PHBI yaitu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperingati dan merayakan hari-hari besar islam sebagaimana biasanya
diselenggarakan oleh masyarakat islam seluruh dunia berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa besar bersejarah.121
Kedua, dalam kesempatan berbincang dengan bapak kepala sekolah
bapak Atim peneliti menanyakan program pendidikan dengan kurikulum salafi
yang disebut dalam visi misi SD I Bayanul Azhar beliau menuturkan
diantaranya : istighosah, kajian kitab kuning, dan pengajian umum. 122 Data ini
berangkat dari keterangan bapak Tajudin : istighasah sebelum pelaksanaan
ujian ujian .123
4. Adanya keterlibatan atau peran aktif semua guru dalam upaya pembinaan
perilaku keagamaan, kedisiplinan siswa Bayanul Azhar. Bapak Atim
memaparkan harapan kepada guru guru di SD I Bayanul Azhar
Guru
tidak sekedar memberi contoh akan tetapi benar benar bisa di contoh.
124
B. Temuan Penelitian

Temuan penelitian ini mengungkapkan data yang diperoleh dari hasil


penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon :
1. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
Dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual di SDI Bayanul Azhar guru telah
menerapkan asas pembelajaran kontekstual diantaranya konstruktifisme,
questioning, inquiry, learning community, modeling, refleksi dan authentic
assessement ( penilaian sebenarnya ). Implementasi dari masing
masing asas
di atas dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
adalah sebagai berikut sesuai tabel :
Tabel 4.1
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Menggunakan Pendekatan
kontekstual di masing
masing komponen kontekstual

Komponen
Pelaksnaan
Construstivisme
Siswa menghubungkan antara pelajaran baru dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki selanjutnya, dibantu dengan pengantar yang
diberikan guru. Biasanya asas ini digunakan guru untuk mengawali
pembelajaran dimana guru hanya menyampaikan pengantar
misalnya bab shalat, guru menggambarkan tata cara shalat sehari
hari yang benar sebelum siswa mempelajari pengertian, rukun syarat
dsb.
Questioning
Guru menggunakan questioning untuk appersepsi, siswa
menanyakan hal hal yang belum diketahui, tugas guru merangsang
siswa untuk bertanya. Biasanya diterapkan guru untuk membangun
focus siswa kepada materi yang akan dibahas. Contohnya guru
bertanya dengan siswa sedikit materi tentang shalat kemarin dan
materi puasa yang akan dipelajari hari ini secara sederhana untuk
membangkitkan motivasi dan daya fikir ilmiah dan kritis bagi siswa.
Inquiry
Siswa dibiasakan mencari pemecahan soal sendiri guru
memfasilitasi dan membangun kreativitas siswa. Guru dalam
pelaksanaannya memberikan permasalahan dalam bentuk mencatat
hal hal penting yang telah disampaikan, mencari hubungan
pelajaran hari ini dengan pelajaran kemarin, ternyata shalat dan
puasa ada hubungannya semua itu merupakan bagian dari rukun
islam. Shalatnya orang ketika puasa berlipat pahalanya dari pada
shalat biasanya.
Learning
community

Siswa saling terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi dan


pengalaman lewat diskusi. Pelaksanaannya guru membagi siswa
dalam kelompok, bisa kecil maupun besar. Kelompok kecil misalnya

1 bangku siswa saling menyimak bacaan atau hafalan dari temannya,


kelompok besar seperti diskusi kelompok untuk presentasi.

Modeling
Misalnya guru memberikan contoh cara melafalkan huruf, guru
menunjuk siswa yang fasih bacaannya memberikan contoh kepada
siswa lain.
Reflection
Siswa memiliki konsep sendiri hasil simpulan dan mengambil
hikmah pelajaran ditarik dalam kehidupan nyata, contohnya
pelajaran akhlaq bahwa jujur merupakan akhlaq terpuji sehingga
perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari
hari.
Authentic
assessement
Guru melakukan penilaian proses dan penilaian hasil.
Pelaksanaannya penilaian proses diambil guru dari proses kegiatan,
seperti diskusi, keaktifan serta kontribusi siswa dinilai selama proses
kegiatan sehari - hari, penilaian hasil maksudnya penilaian untuk
tugas, PR, dan ulangan harian maupun semester.

2. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran


kontekstual adalah sebagai berikut dala tabel :
Tabel 4.2
Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan
pendekatan kontekstual
Faktor
Penghambat
Pendukung
Murid
1. Keadaan siswa dengan berbagai
perbedaan individu peserta didik
meliputi: intelegensi, watak, dan
latar belakang kehidupannya.
2. Lingkungan belajar siswa,
lingkungan bermain, maupun
masyarakat.
3. Motivasi belajar siswa kurang
Input siswa, siswa Bayanul Azhar telah

memiliki keterampilan dalam agama karena


dalam penerimaannya dilakukan seleksi
utamanya dalam aspek keagamaan.

Guru
1. Menuntut guru mampu
merancang skenario
pembelajaran yang aktif bagi
siswa, karena mengajar
menggunakan pendekatan
kontekstual tidak sekedar
menyampaikan informasi, setiap
materi pembelajaran terintegrasi
dalam kehidupan nyata siswa.
2. Guru dituntut memiliki soft skill,
kompetensi kepribadian
sehingga menjadi idola.
3. Dibutuhkan ketekunan
pengawasan rutin

1. Guru dimudahkan dalam


penyampaian materi, karena
pendekatan kontekstual membantu
guru mengaitkan setiap materi
dengan kehidupan nyata. Sehingga
membantu siswa juga dalam
mempercepat pemahamannya.
2. Kesiapan mental untuk
melaksanakan pendekatan
kontekstual sebagai hasil dari adanya
pembaharuan pendidikan.
3. Kemampuan guru mengatur siswa
dengan baik, mengembangkan
metode mengajar yang diterapkan,
mengadakan evaluasi dan
membimbing siswanya dengan baik.

Lingkungan
dan
Tehnik
1. ruang perpustakaan yang
belum permanen.
2. Kesalahan dalam memilih
metode dan sumber belajar
bagi siswa
1. Partisipasi atau keterlibatan
guru, kepala sekolah dan aparat
sekolah dalam pembinaan
perilaku keagamaan siswa,
2. Adanya program pendidikan
karakter yang disebut akhlaqul
karimah di SDI Bayanul Azhar
3. Adanya sarana atau fasilitas
spiritual yang cukup memadai
dalam pembelajaran PAI :
mushola, Al-Qur.an .

C. Pembahasan
1. Pelaksanaan pembelajaran PAI menggunakan pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan merupakan pendekatan baru,
akan tetapi implementasinya di dunia pembelajaran masih kurang maksimal.
Kurangnya maksimal dalam penerapannya dikarenakan masih adanya anggapan
guru bahwa pendekatan kontekstual itu sulit, ribet butuh banyak ruang, biaya dan
waktu. Padahal jika dilihat sebenarnya konsep pelaksanaan pembelajaran
kontekstual mengutip apa yang dikatakan bapak Syafa.at, guru agama di SDI
Bayanul Azhar
pembelajaran kontekstual itu sangat efektif, memudahkan guru
dan mempermudah siswa dalam pemahaman. 125Jadi anggapan bahwa
pembelajaran kontekstual itu sulit mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman
atas teorinya.
125Hasil interview bpk Syafa.at pada tgl 15 Juli 2013 di depan ruang kelas V
Di sisi lain banyak guru sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
yang kelihatan sibuk bekerja dan bergerak, apalagi bila bangku dan meja diatur
berkelompok dan siswa duduk saling berhadapan, keadaan ini bukanlah ciri
sebenarnya dari siswa belajar aktif. Arti sesungguhnya dari siswa belajar aktif

adalah selain aktif fisik juga diikuti dengan aktif mental yakni sering bertanya
,
mempertanyakan gagasan orang lain dan mengungkapkan gagasan. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah timbulnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelehkan atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu
,
guru hendaknya menghilangkan rasa takut tersebut baik yang datang dari guru itu
sendiri maupun dari temannya, karena perkembangan rasa takut sangat
bertentangan dengan hakekat pembelajaran aktif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual di SDI Bayanul Azhar
berpegang pada konsep berikut :
Pembelajaran kontekstual merupakan model yang sangat efektif bahkan
sangat efektif digunakan dalam pembelajaran PAI. Penerapannya mudah
bagi guru dan bagi siswa mempermudah pemahamannya. Dalam
pembelajaran kontekstual siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri,
guru membimbing siswa mengkonstruk pengetahuannya. 126
Jadi siswa mengalami sendiri dalam mencari dan menemukan suatu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Umi Kulsum dalam bukunya
Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pakem, mendefinisikan bahawa :
126Hasil interview dengan bapak Syafa.at, guru PAI kelas VI pada hari Senin, 15
Juli 2013
pukul 10.00 di kantor
127Ngainun Naim , Menjadi Guru Inspiratif, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011
), hal. 193
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang
menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan
guru. 127
Penulis tidak sependapat dengan penyebutan kontekstual sebagai sebuah
model melainkan sepakat sebuah pendekatan (approuch). Hal itu penulis dasarkan
pada pengertian bahwa pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang asalnya dibagi menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran exspository. Sedangkan, pendekatan yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery- inquiry dan
pembelajaran induktif. 128 Kontekstual sendiri merupakan bagian dari pendekatan
yang berpusat pada siswa. Sedangkan model merupakan kerangka konseptual
yang sudah jelas prosedurnya.129 Jadi Model pembelajaran, memberikan arah
untuk persiapan dan implementasi kegiatan pembelajaran. Karena model
pembelajaran lebih bermuara praktis implementatif dari pada bermuara teori.
Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI
Bayanul Azhar telah menerapkan tujuh asas
asas dalam pembelajaran
kontekstual yaitu : konstruktifis, questioning, inquiry, modelling, learning
community, reflection dan authentic assessement akan tetapi bobot kualitas
implementasinya masih kurang.
128Drs. A. Tabrani Rusyan dkk dalam buku Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengaja
r,
Remadja karya, Bandung, 1989, hal; 170.
129Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jak
arta:
Prestasi Pustaka,2007), hal. 93
130 Hasil interview guru kelas vi pada tgl 20 Juli 2013 di ruang kelas vi
a. Asas konstruktivis
Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, tidak saya langsung
menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan sedikit
gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui
dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini.130

Dalam penerapannya dilaksanakan dalam upaya mengkonstruk


pengetahuan baru oleh siswa sendiri. Sebelumnya guru menghadirkan masalah
siswa dengan berbekal pengetahuan sebelumnya membentuk pemahaman tentang
pengetahuan baru tersebut. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata, yang intinya bahwa pengetahuan
seseorang itu hanya dapat dibangun oleh dirinya sendiri dan bukannya diberikan
oleh orang lain yang siap diambil dan diingat. 131
Hal ini biasa diterapkan sebelum guru menyampaikan pelajaran dalam
bentuk pengantar tentang materi yang akan dipelajari . Contoh guru akan
menjelaskan pengertian tentang shalat pengertian, syarat dan rukunnya, terlebih
dahulu guru memberi pengantar tentang shalat yang biasa dilakukan sehari
hari
gerakan
gerakannya bacaannya dan seterusnya.
Menurut paham kontruktivisme, setiap individu mampu memperoleh
pengetahuannya dari abstraksi pengalamannya baik alami maupun manusiawi.
Konstruksi yang dilakukan adalah proses aktif secara pribadi maupun sosial. Kita
sebagai guru PAI yang berfungsi sebagai fasilitator dan mediator membantu agar
siswa kita mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai situasi konkrit dunia
nyata, dengan strategi mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi siswa
131http://pelangi.dit-plp.go.id/artikelmbs.htm, diakses pada tgl 20 Juli 2013
b. Asas questioning
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari
pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran.
Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan

spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir,
berdiskusi dan berspekulasi.diterapkan guru pada saat melakukan appersepsi,
yaitu melalui pertanyaan
pertanyaan singkat.
Bertanya dalam pembelajaran PAI dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
c. Asas inquiry
Siswa dibiasakan mencari pemecahan soal sendiri guru memfasilitasi dan
membangun kreativitas siswa. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Siklus
inkuiri terdiri dari: 1) observasi, 2) bertanya, 3) mengajukan dugaan, 4)
pengumpulan data, 5) penyimpanan. Pelaksanaannya terlebih dulu murid
mengamati apa yang disampaikan guru, mencatat hal
hal penting, menanyakan
hal hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat
simpulannya dengan sumber
atau referensi yang relevan sampai yaqin dengan
derajat kebenaran pengetahuan yang ditemukan.
d. Kelompok belajar (learning comunity)
Dengan kelompok belajar akan membangun kerjasama antar siswa dalam
menemukan penyelesaian maslahnya. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara

teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu. 132
Bekerjasama disini yang ditekankan dalam tehnik belajar learning community.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Hasil
belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang suda
h
tahu ke yang belum tahu. Dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Di dalam masyarakat belajar ini setiap
orang harus bersedia untuk berbicara dan berbagi pendapat, mendengarkan
pendapat orang lain dan
Pelaksanaannya guru membagi siswa dalam kelompok, bisa kecil maupun
besar. Kelompok kecil misalnya 1 bangku siswa saling menyimak bacaan atau
hafalan dari temannya, kelompok besar seperti diskusi kelompok untuk presentasi
dan penyelesaian studi kasus. Ini biasa dilaksanakan di kelas yang saya teliti,
siswa dibiasakan belajar dalam kelompok dengan tujuan sharing dan salng
membantu dan bekerja sama.
132Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .., hal. 89
e. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran PAI di kelas guru menunjuk salah satu siswa yang
fasih bacaannya untuk memberikan contoh melafalkan bacaan atau ayat. Jadi
pemodelan membantu guru pula dalam mengatasi keterbatasannya. Pemodelan
meliputi : 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja d
an
belajar, 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
Dengan tehnik ini siswa mampu melakukan pemusatan perhatian, sehingga
termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi tujuan

sesuai pengarahan petunjuk dan rambu-rambu dan pada akhirnya bisa


mempraktekkannya sendiri dalam kehidupan nyata.
f. Asas reflection
Siswa mengonsep sendiri hasil simpulan dan mengambil hikmah
pelajaran ditarik dalam kehidupan nyata, contohnya pelajaran akhlaq bahwa jujur
merupakan akhlaq terpuji sehingga perlu dibiasakan dalam kehidupan. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima dapat berupa : 1) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya
hari itu, 2) Catatan atau jurnal di buku siswa, 3) Kesan dan saran siswa mengena
i
pembelajaran hari itu, 4) Diskusi dan, 5) Hasil karya. Refleksi yang dilakukan d
i
kelas kontekstual tepatnya kelas vi SD I Bayanul Azhar dengan refleksi sederhana
yaitu dilakukan siswa dengan reviu, terwujud dalam hasil rangkuman dan ada
tindak lanjut dalam dunia nyata anak.
g. Authentic assessement
Authentic assessement biasa disebut juga dengan penilaian otentik atau
penilaian sebenarnya. Dalam Penilaian otentik penilaian terhadap perkembangan
belajar siswa dilakukan dengan kontinyu sehingga penilaian tidak bisa dilakukan
hanya dengan satu cara akan tetapi menggunakan ragam cara, misalnya kombinasi
dari ulangan harian, pekerjaan rumah, karya siswa, laporan hasil tes tertulis, h
asil
diskusi, karya tulis, demonstrasi, dan sebagainya.133Guru PAI mengambil
penilaian dengan dua jenis penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara.
133http://pelangi.dit-plp.go.id/artikelmbs.htm, diakses pada tgl 22 Juli 2013

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI


dengan pendekatan kontekstual di SD I Bayanul Azhar adalah :
a. Faktor penghambat
Dalam pembelajaran PAI menggunakan pendekatan kontekstual faktor
penghambat utama yaitu dari murid meliputi :1) keadaan siswa 2)
lingkungan belajar, bermain dan bermasyarakat 3) motivasi belajar
siswa.
1. Kondisi Siswa
Maksudnya adalah keadaan siswa dengan masing
masing perbedaan
individu yang dimiliki meliputi : intelegensi, watak dan latar belakang nya.
Dalam satu kelas, terdapat anak yang pandai, sedang, dan anak yang kurang
pandai. Ada pula anak yang nakal, pendiam, pemarah, dan lain sebagainya. Dalam
mengatasi hal ini guru sebaiknya tidak terlalu terikat kepada perbedaan individu
peserta didik, tetapi guru harus melihat peserta didik dalam kesamaannya secara
klasikal, walaupun kedua individu anak pun harus mendapat perhatian. Seperti
apa yang pernah dipaparkan bahwa yang terpenting guru harus pandai pandai
mengelola kelas, meskipun hal ini sulit dilakukan.134
134Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
2. Lingkungan Belajar, Bermain dan Bermasyarakat siswa
Di kelas siswa diajarkan berbagai pengetahuan maupun pembiasaan,
namun apabila tidak didukung oleh lingkungan belajar di rumah, lingkungan
mereka bermain, dan bermasyarakat maka ibarat pasir akan terseret oleh
gelombang. Dibutuhkan pengawasan orang tua, teladan atau sekedar upaya

mengingatkan anaknya. Misalnya jam sekian anak biasanya di sekolah dibiasakan


mengaji karena sekolah libur orang tua di rumah mengingatkan untuk mengulang
pelajaran mengajinya, orang tua membantu siswa menjadikan ilmu yang diterima
di sekolah menjadi sebuah pembiasaan. Hal tersebut yang sangat sering terabaikan
oleh para orang tua dalam membantu keberhasilan pengajaran PAI di sekolah dan
mengembangkan pendidikan agama anaknya.
3. Motivasi siswa
Motivasi artinya dorongan. Mengutip apa yang disampaikan bapak
Syafa.at bahwa murid itu macam
macam, jika motivasi siswa bagus siswa akan
senang belajarnya dan tujuan pembelajaran lebih mudah, namun sebaliknya pula
motivasi belajar siswa yang kurang menghambat proses mencapai tujuan
pembelajaran. Kalau guru tergantung pada pandai
pandainya mengelola kelas,
tidak mudah mengelola kelas.135
135Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Motivasi siswa yang rendah dalam belajar menjadi faktor penghambat
dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Motivasi siswa yang rendah juga
diindikasikan karena kurangnya motivasi dan pengawasan dari orang tua siswa
terhadap proses belajarnya anak. Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan. Motivasi inilah yang bisa
menentukan berhasil tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasi maka semakin besar kesuksesan seseorang. Seperti apa yang telah

peneliti amati siswa bahwa terkadang mereka malas belajar, jam siang lemas dan
sebagainya.136
Selanjutnya, dari faktor guru yang menghambat pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual adalah 1) kesalahan dalam menentukan
materi, memilih metode maupun sumber belajar yang tepat 2) kontekstual
menuntut guru memiliki soft skill, kompetensi kepribadian, ketekunan dan
pengawasan secara rutin. Berikut di bawah ini penjelasannya :
136Hasil interview guru PAI tgl 17 Juli pukul 10.30 di depan kelas V
1. kesalahan dalam menentukan materi, memilih metode dan sumber
belajar yang tepat bagi siswa, maksudnya adalah setiap materi yang diberikan
kepada peserta didik haruslah disesuaikan dengan kondisi kejiwaan dan jenjang
pendidikan mereka, misalkan untuk materi pendidikan agama Islam yang
diberikan pada peserta didik di SD janganlah terlalu tinggi, tetapi cukup dengan
yang praktis, sehingga mereka dapat langsung menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Metode mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan
juga dengan tingkat kejiwaan peserta didik, sehingga dalam proses belajar
mengajar hendaknya digunakan berbagai macam metode agar murid tidak cepat
bosan dalam belajar apalagi dalam kelas kontekstual menjadi sebuah kewajiban
bagi guru untuk melakukan variasi metode lengkap dengan skenario
pembelajarannya. Alat-alat dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran
haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran, dan seorang guru haruslah pintarpintar memilih alat-alat dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan
pandai dalam ketiga hal
diajarkan. Jadi kontekstual menuntut guru untuk pandai

di atas, sesuai dengan data yang peneliti peroleh bahwa sebenarnya tidak sulit
dalam menentukan metode maupun sumber belajar bagi siswa, terkadang dengan
halangan yang ada kesalahan dalam memilih metode menjadi penghalang dalam
keberhasilan pembelajaran kontekstual.137
2. kontekstual menuntut guru memiliki soft skill, kompetensi kepribadian,
ketekunan dan pengawasan secara rutin. Dalam hal ini untuk menjadi seseorang
guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Ini penting karena
banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang
kurang mantap dan kurang stabil. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan ditiru (di contoh sikap dan
perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru, seharusnya:
137Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 pukul 07.30 di k
elas vi
138Anwar Qomari, Reorientasi Pendidikan Dan Profesi Keguruan, Jakarta : Uhamka P
ress,
2004), hal. 63
1.
2.
3.
4.

Bertindak sesuai dengan norma hukum


Bertindak sesuai dengan norma social
Bangga sebagai guru
Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 138

Guru PAI harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam
keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, hikmat dan tidak

tergoyahkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan bapak Syafa.at bahwa
seorang guru itu harus bisa menjadi idola murid
muridnya. Tidak sekedar
memberi contoh tapi harus benar benar bisa di contoh dan ini yang sangat saya
sadari kelemahan saya di soft skill. Ketika seorang guru memerintah anak anak
cepat pergi ke mushala laksanakan shalat dhuha, guru seharusnya telah siap di
mushala agar anak
anak sungkan dan berharap suatu saat memiliki kesadaran
tanpa diperintah guru dengan sendirinya melakukan shalat dhuha setiap tiba
waktunya dan Alhamdulillah mulai sekarang anak
anak mulai terbiasa
melakukan shalat dhuha tanpa diperintah oleh guru sebelumnya. 139Jadi untuk
menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan ol
eh
seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehingga guru
sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh
yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
Faktor lain di luar guru dan murid yaitu :
139Hasil interview bapak Syafa.at pada tgl 2 September 2013 di kelas vi pukul 07
.30
1. Perubahan Kurikulum
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia yang sering kita dengar
adalah dengan adanya perubahan kurikulum dan kurikulum dianggap sebagai
penentu dalam meningkat atau menurunnya mutu pendidikan sehingga setiap
pergantian Menteri Pendidikan maka diadakan perubahan kurikulum. Tambalsulam kurikulum dalam istilahnya sering kita dengar, sehingga kurikulum
pendidikan dipandang hanya untuk memenuhi hasrat pemegang kebijakan bidang

pendidikan semata. Dengan kata lain, guru dan siswa dijadikan sebagai kelinci
percobaan yang menunjukkan perubahan dari waktu kewaktu. Sebenarnya,
kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran hanyalah asset mati yang
diciptakan manusia untuk memperlancar dan mengarahkan jalannya proses
pendidikan semata.
Kemudian cara guru memotivasi siswa dalam membangun pola interaksi
edukasi yang dilaksanakan oleh guru dan siswa merupakan asset hidup yang
memang harus diperhatikan karena sangat erat kaitannya dengan mutu
pendidikan yang sebenarnya. Seperti apa yang telah diungkapkan guru PAI bahwa
perubahan kurikulum membuat kebingungan dan kurang konsisten dalam program
pengajaran yang dilakukan guru meskipun ini bukan menjadi penghambat yang
terasa karena guru yang tanggap akan perubahan akan menganggap hal itu biasa
tidak menjadi halangan dalam proses pembelajaran.140 Contohnya kurikulum
KBK menekankan pada tujuan yang ingin dicapai sedangkan pembelajaran
kontekstual menekankan pada skenario pembelajaran yang dikembangkan sendiri
oleh guru Jadi kesimpulannya secara tidak langsung perubahan kurikulum
menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual di kelas.
2. Media Gambar (Visual)
140Ibid
Dalam menyelesaikan suatu masalah siswa berusaha untuk mencari datadata atau media gambar yang mendukung untuk menemukan materi yang telah
dipelajarinya. Data atau media gambar yang mendukung tentu sesuatu yang

sangat berharga bagi siswa dalam menyesaikan masalah. Sarana dan prasarana
dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru memerlukan berbagai sarana
pendukung dalam kelancaran pembelajaran kontekstual sebaliknya juga demikian
dengan siswa. Menurut salah satu guru di SDI ini mengemukakan bahwa
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajarn
yang baik, namun hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana menentukan
jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru disinilah timbul
bagaimana mengelola proses belajar mengajar yang bisa berhasil dengan baik.
Semua ini akan berlaku baik jika guru yang mengajar dengan menggunakan
sarana dan prasarana dan dapat mengerti manfaat dan kegunaan sarana dan
prasarana tersebut.141 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan guru PAI di sana
masih kurangnya fasilitas seperti gambar visual, belum ada pembelajaran dengan
multimedia khususnya untuk PAI karena terkadang guru kurang faham soal
teknologi computer.
141Hasil Interview informal bersama bapak Ansori tgl 17 Juli 2013 di halaman sek
olah
b. Faktor pendukung
1. Input siswa
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pengajar di sana bahwa
input siswa yang akan belajar di SDI Bayanul Azhar ini dilakukan dengan melalui
penyeleksian yang begitu ketat, yakni dengan adanya tes membaca do.a
do.a,
tes baca tulis dan juga interview sehingga sikap dan perilaku siswa akan kelihat
an.

Dengan adanya ini maka nantinya akan memudahkan guru dalam mendidik dan
membina siswa di sekolah. Terkait ini Bapak kepala sekolah Bapak Atim
menerangkan :
sebenarnya bukan tes, karena tidak dibenarkan dalam penerimaan anak
didik tingkat SD diberlakukan tes, berbeda ketika masuk di SMP maupun
SMA. Tes di sini tujuannya yaitu untuk memetakan anak didik nanti di
kelas mana dan memang SDI Bayanul Azhar ini penerimaan siswanya
terbatas. 142
Pada intinya di SDI Bayanul Azhar merupakan sekolah dasar favorit dan
dan terbatas dalam penerimaan siswanya. Penyeleksian dalam bentuk tes yang
diberikan memang untuk pemetaan saja, akan tetapi dibalik itu semua tersimpan
harapan bahwa siswa yang terseleksi benar
benar siswa pilihan utamanya dalam
hal perilaku keagamannya.
2. Kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan kontekstual sebagai
hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. Maksudnya para guru hendaknya
menyadari tentang perlunya pembaharuan strategi belajar mengajar. Untuk itu
para konsertatif diharapkan mengikuti tentang pembaharuan tersebut. Sehingga
mempunyai kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan baru yang tidak
monoton sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. Dalam kelas
kontekstual guru harus mampu mengatur siswa dengan baik, mengembangkan
metode mengajar yang diterapkan, mengadakan evaluasi dan membimbing
siswanya dengan baik.
142 Hasil Interview Bapak Drs. Atim tanggal 27 Agustu 2013 di Kantor
3. Peran aktif kepala sekolah, guru serta semua karyawan ikut serta
membina suasana keislaman dengan beberapa kebiasaan diantaranya

mengucapkan salam dan mushafahah siswa kepada gurunya saat bertemu,


membiasakan berdo.a sebelum dan sesudah pelajaran dimulai dan bertutur kata
yang sopan islami. Selain itu keterlibatan semua guru dalam upaya pembinaan
perilaku keagamaan, kedisiplinan siswa Bayanul Azhar. Tidak hanya guru agama
saja, tetapi semua guru pun ikut berperan dalam pendidikan agama Islam bagi
siswa khususnya dalam pembinaan perilaku keagamaan siswa.
4. Adanya fasilitas serta sarana dan prasarana spiritual yang memadai,
seperti mushala sebagai wahana untuk mengamalkan ibadah dan
mempraktekkan materi yang diajarkan di sekolah serta sebagai tempat
kegiatan keagamaan. Mushola Bayanul Azhar digunakan pula sebagai
kegiatan belajar mengajar. 143
Kaitannya dengan pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, masjid dimanfaatkan secara maksimal untuk mempraktekkan aspek
fiqh.
5. Adanya program upaya pembinaan karakter islami Akhlakul karimah
siswa, sekolah memprogramkan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
para siswa adapun kegiatannya antara lain:
143 Hasil observasi tanggal 22 Juli 2013
a. Membaca Do.a (Do.a bersama) dan baca Al-Qur.an, menghafal
surat
surat pendek sebelum pelajaran pertama dimulai. Ini biasa disebut
dengan program pembiasaan yang dilakukan 30 menit sebelum pelajaran
pertama dimulai. Membaca do.a bersama, surat surat pendek, asma.ul

husna, membaca Al
Qur.an degan tartil, hafalan perkalian dan sebagainya.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar siswa terbiasa dan tidak asing
bahkan terbiasa membaca Al Qur.an sebagai pedoman hidup umat Islam dan
mengenal surat surat pendek Al-Qur.an dan dapat menghafalnya dengan
baik. 144
Data tersebut dicrosscheck peneliti dengan mengadakan observasi
secara langsung di kelas. Berdasarkan dari hasil pengamatan :
144Hasil interview dengan bapak syafa.at tgl 17 Juli 2013 di depan kelas vi puku
l 11.00
145Hasil observasi di kelas 6B saat pelajaran dimulai
146 Hasil interview non formal dengan Bu Shof, tgl 19 Juli 2013 pukul 10.30 di m
ushala
147Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Siswa Membaca do.a bersama dilaksanakan sebelum kegiatan belajar
mengajar berlangsung, kira-kira 5-10 menit dan teknik membacanya
adalah bersama-sama, kemudian dilanjutkan membaca Al
Qur.an
dengan dicontohkan salah satu murid yang lancer membaca dan diikuti
murid lainnya sekitar 15 menit atau beberapa ruku.. Dilanjutkan hafalan
perkalian sampai waktu kurang lebih 30 menit. 145
b,. Shalat jama.ah dhuha dan shalat dhuhur
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu guru di SD I bayanul
Azhar menjelaskan bahwa:
Dengan sholat berjama.ah siswa dapat saling mengenal satu dengan yang
lain. Sehingga menumbuhkan atau mempererat tali silaturahim baik siswa
dengan guru, maupun antar siswa. Yang intinya sholat sholat jama.ah
dengan diimami temannya sendiri menjadi pembelajaran untuk murid juga
dalam upaya pembinaan Akhlakul karimah siswa. 146
Bentuk pembinaan karakter dengan pelaksanaan shalat dluha dan dhuhur
berjama.ah harapannya siswa dapat saling mengenal satu dengan yang lain adik
kelas kakak kelasnya. Mengutip keterangan dari pak Syafa.at
Alhamdulillah
anak anak telah terbiasa shalat dhuha sendiri tanpa bentakan bapak guru. 147
Memperkuat data tersebut berikut keterangan yang diberikan siswa bahwa

shalat dhuha biasanya dilakukan sendiri kadang diimami kelas vi kalau Shalat
Dhuhur berjama.ah sebelum pulang sekolah diimami pak guru. 148 Jelas di sini
terlihat bahwa dengan pelaksanaan shalat dhuha dan dhuhur bagi siswa, mereka
telah mengamalkan pelajaran fiqh yang diberikan, bisa mempraktekkan posisi
pada waktu shalat baik sebagai imam maupun sebagai makmum beserta tata cara
yang benar.
6., Kegiatan keagamaan yang bervariasi
148Hasil interview Nisa dkk , tgl 12 Agustus 2013 di dalam kelas vB pukul 09.30
149Hasil interview bapak Syafa.at tgl 20 Juli2013 di ruang kelas vi pukul 09.30
Pertama, PHBI yaitu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperingati dan merayakan hari-hari besar islam sebagaimana biasanya
diselenggarakan oleh masyarakat islam seluruh dunia berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa besar bersejarah. Kegiatan hari-hari besar Islam
dilaksanakan sesudah atau sebelum tanggal hari besar islam tersebut. Misalnya
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, menyambut bulan suci ramadhan
dan sebagainya. Peringatan ini dilaksanakan pada hari efektif sekolah,
kegiatan ini maksudnya supaya siswa dapat menelaah makna dari peringatan
hari-hari besar Islam, dan para siswa melakukan serangkaian kegiatan positif
yang berkaitan dengan implementasi atas potensi yang bersifat akademik,
wawasan, maupun ketrampilan atau keahlian khusus dibidang seni atau
kebudayaan islam biasanya dengan menampilkan rebana, MTQ dari ekstra
sekolah SDI bayanul Azhar.149
Kedua, Melaksanakan istighosah, kajian kitab kuning, dan pengajian
umum. Istighasah rutin ada tiap hari Minggu pagi meskipun pelaksaannya

kurang maksimal utamanya dari siswanya. Istighasah juga dilakukan pada


waktu menjelang ujian semester terlebih menjelang UNAS. Kegiatan ini
dimaksudkan supaya para siswa senantiasa berdoa dan berikhtiar memohon
kelancaran dalam menghadapi ujian semata
mata pertolongan hanyalah ari
Allah swt.150 Data ini berangkat dari keterangan bapak Tajudin : istighasah
sebelum pelaksanaan ujian
ujian .151
150Hasil interview bapak Syafa.at tgl 2 September 2013 di kelas viA pukul 07.30
151Hasil interview informal bapak Tajudin pada tgl 15 Juli 2013 di kantor
152Hasil interview bapak Atim pada tanggal 19 Agustus 2013 di Kantor
Selain itu untuk tetap menjaga basic salafiyah sesuai visi misi SD I
Bayanul Azhar mengadakan pengajian kitab kuning setiap Sabtu Pon. Siswa
dikenalkan dengan kitab kitab salaf seperti nadloman alfiyah, kitab maba.di,
wasoya, nurul yaqin dan sebagainya. Pengajian dengan mendatangkan
penceramah yang diperkenankan untuk masyarakat umum sekitar, dan warga
Bayanul Azhar khususnya. 152
7, Adanya keterlibatan atau peran aktif semua guru dalam upaya
pembinaan perilaku keagamaan, kedisiplinan siswa Bayanul Azhar. Tidak
hanya guru agama saja, tetapi semua guru pun ikut berperan dalam pendidikan
agama Islam bagi siswa khususnya dalam pembinaan perilaku keagamaan
siswa. Kebijakan rekrutmen guru di sana memang diwajibkan guru pengajar di
sana memiliki basic agama. Bahkan komitmen sekolah untuk melakukan
perbaikan perbaikan bagi guru, dalam hal ini bapak Atim menjelaskan
bahwa setiap seminggu sekali tepatnya pada hari Sabtu seusai jam mengajar
guru guru dikumpulkan istilahnya di training langsung oleh kepala sekolah.
Karena pada prinsip yang diajarkan oleh bapak atim kepada guru
guru di SD

I Bayanul Azhar
Guru tidak sekedar memberi contoh akan tetapi benar
benar bisa di contoh.
Pemaparan diatas di dukung oleh pemikiran H.M. Arifin dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam sebagaimana telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, menurutnya Model yang ideal bagi proses pendidikan Islam
sejalan dengan nilai-nilai religius islami dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pandangan religious. Bahwa tiap manusia adalah makhluk berketuhanan
yang mampu mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertaqwa
dan taat kepada Allah.
2. Proses kependidikan, diarahkan kepada terbentuknya manusia muslim yang
mengabdi dan berserah diri kepada Allah sepenuhnya.
3. Kurikuler. Proses kependidikan Islam harus diisi dengan materi pelajaran
yang mengandung nilai spiritual, yang komunikatif kepada maha pencipta alam,
serta mendorong minat manusia didik untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Strategi operasionalisasinya adalah meletakkan anak didik berada dalam
proses pendidikan sepanjang hayat sejak lahir sampai meninggal dunia.153
Pendapat diatas juga didukung oleh Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Agama Islam, menurutnya ada beberapa usaha yang
dilakukan oleh guru antara lain ialah:
a. Memberikan contoh atau teladan.
b. Membiasakan (tentunya yang baik).
153H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. .., hal. 119

c.
d.
e.
f.
g.

Menegakkan disiplin.
Memberi motivasi atau dorongan.
Memberikan hadiah terutama psikologis.
Menghukum (mungkin dalam rangka pendisiplinan).
Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif.

Untuk menanamkan iman, usaha-usaha inilah yang besar pengaruhnya


sehingga dapat dijadikan model dalam pembinaan perilaku beragama. Maka kita
ketahui bahwa usaha-usaha itu memang banyak juga yang dapat dilakukan oleh
guru di sekolah, kepala sekolah, guru agama, dan oleh guru- guru lain serta apar
at
sekolah.154
154Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ..,hal.135

BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis mengambil
beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis, yang disesuaikan
dengan tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga memberikan
saran - saran yang dirasa masih relevan dan perlu, dengan harapan dapat dijadika
n
sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan Islam umumnya.
A. Kesimpulan
Berpijak dari hasil penelitian, yang penulis lakukan mengenai pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di
SDI bayanul azhar telah dilakukan dengan konsisten sejak dulu. Pendekatan
kontekstual menjadi model yang sangat efektif dan sangat tepat untuk diterapkan
pada proses pembelajaran PAI karena dari unsur materinya selalu dikaitkan
dengan keadaan yang dialami siswa dan karakteristik model CTL guru tidak
selalu mendominasi dalam pembelajaran akan tetapi mengajak siswa untuk selalu
aktif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menantang.
Adapun dalam pelaksanaannya di SDI Bayanul Azhar pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di kelas telah menerapkan tujuh asas
pembelajaran kontekstual. Tujuh asas tersebut yaitu 1) constructivism (siswa
membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep - aturan, analisissintesis), 2) questioning (eksplorasi, membimbing,menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), 3) inquiry (identifikasi,

investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan), 4) modelling (pemusatan


perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi -tujuan,pengarahan petunjuk,
rambu-rambu, contoh), 5) learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
6) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), 7) authentic assessment (penila
ian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha
siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspe
k
dengan berbagai cara). Meskipun dalam penerapannya kurang terintegrasi satu
sama lain karena terkadang ke tujuh komponen tidak bisa diterapkan secara
bersamaan tergantung dengan materi dan pemilihan metode yang digunakan.
Terlepas dari hal tersebut pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual
seperti yang telah diterapkan di SD I Bayanul Azhar ini benar
benar menjadi
pilihan bagi guru PAI karena terbukti keefektifannya.
Hal ini menjadi dasar pertimbangan guru PAI untuk memilih model
pembelajaran CTL dalam Pembelajaran PAI yang tepat dengan kebutuhan siswa
dan harapannya setelah siswa menerima materi Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual ada perbedaan perilaku positif
dalam kehidupan sehari-hari karena pembelajran PAI sebelumnya hanya
mencetak anak-anak yang tahu hukum atau dalil tapi tidak berimbas pada perilaku
sehari-hari. Jadi dengan pembelajaran CTL guru PAI semakin mudah menilai
kemampuan anak dengan melihat berbagai aspek, baik dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.

2. Terdapat faktor penghambat dan pendukukung pelaksanaan pembelajaran


PAI dengan pendekatan kontekstual yaitu faktor siswa dan guru yang merupakan
faktor utamanya. 1) Dari siswa faktor penghambatnya: keadaan siswa dengan
perbedaan individu yang dimiliki, motivasi siswa dan lingkungan belajar siswa di
rumah, lingkungan bermain dan bermasyarakat. Pendukungnya yaitu input siswa,
siswa Bayanul Azhar merupakan siswa pilihan karena telah melewati seleksi ketat
di awal masuk, sehingga lebih mudah dididik dan dibina. 2) Dari guru faktor
penghambatnya : tuntutan bagi guru untuk memiliki soft skill atau kompetensi
kepribadian, kesalahan dalam menentukan materi sesuai perkembangan peserta
didik, memilih metode maupun sumber belajar. Sedangkan pendukungnya adalah
kesiapan mental guru dalam menerima perubahan, kemampuan dan ketekunan
guru. Di luar faktor guru dan murid penghambatnya antara lain : tidak tersediany
a
media gambar dan perubahan kurikulum. Sedangkan pendukungnya : tersedianya
sarana mushola, al- qur.an, peran aktif kepala sekolah dan semu guru dalam
membina perilaku keagamaan siswa, program pendidikan karakter bagi siswa dan
variasi kegiatan keagamaan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon, maka
dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain:
a. Lembaga pendidikan yang berwenang

Diharapkan benar
benar mendukung dan mengawal pelaksanaan
pembelajaran kontekstual pada pembelajaran PAI khususnya karena dari hasil
penelitian penerapan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat
memberikan kontribusi bagi prestasi serta dapat meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Dapat menerapkan pembelajaran kontekstual seperti yang disebutkan di
atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa melakukan
upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya utamanya dalam
pengoptimalan implementasi dari asas
asas tujuh dalam pembelajaran
kontekstual sehingga akan benar
benar terintegrasi satu sama lain dan pada
akhirnya terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman.
c. Bagi Siswa
1) Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan
gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya,
membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan seharihari.
2) Agar siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa siswa
yang memiliki hasil belajar yang baik adalah siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi.

d. Bagi Penulis sendiri dan peneliti masa datang


Agar dapat memberikan wawasan dan pengalaman sebagai bekal untuk
menjadi guru yang profesional di masa mendatang. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan desain penelitian yang lebih teliti sehingga dapat
menghasilkan penelitian yang lebih akurat, valid mengenai pendekatan
kontekstual.

DAFTAR RUJUKAN
Al Barry, Dahlan & Partanto, Pius. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola.
Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Bunguin, Burhan. (2001) Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Departemen Agama RI (2002) Al
Qur.an dan Terjemah, Jakarta : Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al Qur.an.
Egan. Kieran. (2009) Pengajaran Imajinatif, t.tp:: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Habibullah, Ahmad dkk. (2010) Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
t.tp.:: Puslitbang Pend. Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kemenag RI
Hamalik, Oemar. (2010) Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendeatan
Sistem, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. (2011) Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi,
Bandung : Refika Aditama.
Kulsum, Umi. (2011) Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM,
Surabaya : Gena Pratama Pustaka.
Mulyana, Deddy. (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2008) Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. (2011) Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurhadi, dkk. (2004) Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK,


Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.
Rahim, Farida. (2008) Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Riyanto, Yatim. (2010) Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Guru
dalam Implementasi Pembelajaran Efektif dan Berkualitas, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
__________(2001) Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Anggota IKAPI
Robert, K. Yin. (1996) Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Rusman. (2010) Model
Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2005) Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : CV
ALFABETA.
Sanjaya, Wina. (2005) Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Bandung : Prenada Media.
Satori, Aan. ( 2009 ) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R & D, Bandung :
Alfabeta.
Suwarna, dkk. (2005) Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan
Pendidik Profesional, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Tanzeh, Ahmad. (2009) Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta : Teras.

Trianto. (2007) Model


Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontrustivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka.

Lampiran 2
PEDOMAN INTERVIEW
Informan: Guru Pendidikan Agama Islam
Interview pertama
1. Strategi apakah yang bapak gunakan dalam proses pembelajaran PAI secara
umum?
2. Menurut pengalaman bapak hal apa saja yang perlu disiapkan dalam sebuah
pembelajaran kontekstual, baik untuk siswa maupun kelasnya ?
3. Secara garis besar bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kotekstual ?
4. Metode apa saja yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual pada
pembelajaran PAI di kelas ?
5. Apakah ada perbedaan format program pembelajaran kontekstual dengan
format pembelajaran lainnya ( konvensional ) ? jikalau ada apa perbedaan
yang mendasar dari keduanya?
6. Menurut pengalaman bapak, apa saja yang menjadi kata kunci dari program
pembelajaran ala kontekstual ?
7. Bagaimana system evaluasi atau penilaian yang bapak lakukan di kelas ?
8. Bagaimana dengan minat serta hasil prestasi belajar kognitif siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran PAI sebelum dan setalah menggunakan
pendekatan kontekstual ?
Interview kedua
1. Menurut bapak bagaimana konsep pembelajaran ala kontekstual itu ?
2. Bagaimana prinsip serta strategi dalam pembelajaran PAI dengan
pendekatan kontekstual di kelas ?
3. Dalam penerapan asas konstruktifis (siswa membangun sendiri
pengetahuannya) apa yang dialakukan guru agar siswa mengkonstruk
sendiri pemahamannya ?

4. bagaimana penerapan asas Questioning (bertanya) dan inquiry


(menemukan) di kelas dalam pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual ? contohnya seperti apa ?
5. Bagaimana penerapan tehnik pemodelan dalam pembelajaran PAI di
kelas ?
6. Bagaimana bentuk refleksi yang dilakukan oleh siswa di kelas dalam
pembelajaran PAI, dan apa tugas guru dalam refleksi tersebut ?
7. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di kelas ?
8. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran PAI dengan
pendekatan kontekstual di luar kelas?
9. Bagaimana sarana prasarana dalam pembelajaran PAI di Bayanul
Azhar ?

Informan: Kepala Sekolah


1. SDI Terpadu Bayanul Azhar , apa maksud kata terpadu dalam karakter
lembaga SD I bayanul Azhar ?
bentuk pendidikan karakter Islami yang diprogramkan
2. Apa saja bentuk
di Bayanul Azhar?
3. Bagaimana peran kepala sekolah dan guru serta aparat dalam
mendukukng pendidikan karakter islami di SDI BAyanul Azhar ?
4. Bagaimana keadaan sarana prasarana yang ada di SDI BAyanul Azhar
secara umum ?
5. Apa saja kegiatan keagamaan yang ada di SDI Bayanul Azhar dalam
rangka menunjang PAI ?

Lampiran 4

Pedoman Dokumentasi

1. Sejarah berdiri dan perkembangan SD I Bayanul Azhar Bendiljati kulon


2. Data tentang guru dan karyawan SD I Bayanul Azhar Bendiljati Kulon
3. Data tentang siswa SD I Bayanul Azhar Bendiljati kulon
4. Data tentang struktur organisasi SD I Bayanul Azhar Bendiljati Kulon
5. Data tentang keadaan sarana prasarana SD I BAyanul Azhar Bendiljati
Kulon.

Lampiran 3

PEDOMAN OBSERVASI

1. Kondisi Geografis SD I Bayanul Azhar Bendiljati kulon


2. Mengamati Fasilitas Belajar Mengajar siswa SDI Bayanul Azhar Bendiljati
kulon
3. Mengamati Proses pembelajaran kontekstual kelas V dan VI SD I Bayanul
Azhar Bendiljati kulon
4. Mengamati Aktivitas siswa SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon

STAIN BARU
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
TULUNGAGUNG
Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Telp. (0355) 321513 fax. (0355) 321656
Tulungagung KP. 66221

KARTU BIMBINGAN
NAMA
:
SITI FITRIYAH
NIM
:
3211093025
JURUSAN
:
TARBIYAH
PROGRAM STUDI
:
PAI
DOSEN PEMBIMBING
:
LULUK

ATIROTU ZAHROH, M.Pd

JUDUL SKRIPSI
:
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan
Kontekstual di SD I Bayanul Azhar Bendiljati Kulon

No

Tanggal
Materi/Masalah
Tanda Tangan
1.
17 Mei 2013
Proposal

2.
23 Mei 2013
Revisi proposal

3.
10 Juni 2013
Pengajuan proposal baru

4.
17 Juni 2013
Pengajuan Bab I, II, III

5.
24 Juni 2013
Revisi Bab I, II ,III

6.
3 Juli 2013
Revisi Bab I, II, III

7.
17 Juli 2013
ACC Bab I,II,III

8.
22 Juli 2013
Pengajuan Bab IV dan IV

9.
24 Juli 2013
ACC keseluruhan

Catatan : Kartu agar dibawa waktu bimbingan untuk diisi oleh pembimbing
Ketua Jurusan

Dosen Pembimbing

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Siti Fitriyah
NIM : 3211093025
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Luluk

Atirotu Zahroh, S. Ag, M. Pd

Judul Skripsi: : Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan


Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati Kulon
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Tulungagung, 23 Juli 2013


Penulis,

SITI FITRIYAH
(NIM. 3211093025 )

P6180133.JPG
P6180134.JPG
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1. Bayanul Azhar dari nambor depan

Gambar 2. Perpustakaan Bayanul Azhar dari luar

P6180140.JPG
P6180141.JPG
Gambar 3. Ruang kelas bagian timur

Gambar 4 Kantor SD I Bayanul Azhar

G:\DCIM\100OLYMP\P6260163.JPG
G:\DCIM\100OLYMP\P6260165.JPG

kkkkk

Gambar 5 Pembelajaran Qiro.ah siswa kelas 4 -6 di Mushola dengan di pandu


oleh Bapak Syafa.at.

Gambar 6 Pelaksanaan zakat Fitrah dilakukan siswa sendiri,

G:\DCIM\100OLYMP\P6130114.JPG
P6180152.JPG

Gambar 7 Mushala Bayanul Azhar tampak dari samping

Gambar 8 Interview dengan Bapak Syafa.at

G:\DCIM\100OLYMP\P7160473.JPG
G:\DCIM\100OLYMP\P7160466.JPG

Foto bersama Siswa

Siswi kelas VI SD I BAyanul Azhar

E:\FITRI FOTO\pra konferwil\P5130035.JPG


BIODATA PENULIS
Siti Fitriyah, dilahirkan di Desa
Purworejo RT/ 04/01 tepatnya pada
hari Minggu tanggal 03 Maret 1991.
Mengawali pendidikannya di RA Al
Khadijah Purworejo (1996-1997),
kemudian melanjutkan pendidikannya
tingkat SDN 1 Purworejo 01 Tahun
(1997-2003), kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama di SMPN
1 Ngunut Tahun (2003-2006). Kemudian melanjutkan lagi studinya di tingkat
Menengah atas di Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Negri 1 Ngunut Tulungagung
(2006-2009). Dan akhirnya pendidikan perkuliahan jenjang Sarjana Strata Satu di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung Tahun (2009-2013).
Siti Fitriyah mengakhiri studinya di STAIN Tulungagung , dengan gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dengan menyelesaikan skripsinya yang sesuai dengan
bidangnya dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan
Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon .

Anda mungkin juga menyukai