SKRIPSI
Oleh:
SITI FITRIYAH
NIM: 3211093025
logo STAIN
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DI SDI BAYANUL AZHAR BENDILJATI KULON
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Oleh
SITI FITRIYAH
NIM. 3211093025
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) TULUNGAGUNG
JULI 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN
Ketua Sekretaris
Penguji Utama
STAIN Tulungagung
Ketua
MOTTO
................................................................................
......................................
................................................................................
......................................................
................................................................................
.............
189. kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa
atas segala sesuatu.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (serayaberkata): "YaTuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka (QS. Ali Imron ayat 189 - 191).1
1Departemen Agama Republik Indonesia.Al Qur.an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al Qur.an, 1985), hal.24
PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahi Rabbil Aalamiin. Puji syukur teruntai dari sanubariku yang
terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT. Dengan segenap rasa cinta dan sayang
kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
1. Bapak dan ibuku Tercinta, Alm. Bapak Dasim dan Ibu sufiyah
2. Saudara
saudaraku tercinta Muhammad Yudiono, Siti Khalidiyah, Mujiati, seluru
h
keluarga besarku yang senantiasa mengasihiku memberikan support baik materiil,
spiritual untukku yang belum bisa terbalas jasa
jasa mereka untukku dan
pendidikanku
3. Para guru dan dosenku di STAIN Tulungagung yang sepeninggalku berubah menjadi
IAIN Tulungagung, khususnya Ibu Luluk Atirotu Zahroh, M.Pd yang selalu
membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita dalam studiku
4. Bapak Drs. Atim selaku Kepala Sekolah SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon bese
rta
Para guru Staff khususnya Bapak Syafa at S.Ag juga siswa- siswi kelas 5 dan 6 yang
telah membantu menyelesaikan penelitianku
5. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang aku sayangi Siti Khalifah dan semua
teman
teman di PAI- A juga Sahabat-sahabatku PKM Jugo 2 Kediri yang aku sayangi
6. Sahabat seperjuanganku PC IPNU
IPPNU Kabupaten Tulungagung, PAC IPNU
IPPNU Kec. Ngunut dan PR IPNU IPPNU Purworejo
7. Seseorang yang masih belum ternama sebagai calon imamku yang masih Allah
rahasiakan dan yang akan selalu ku nanti kehadirannya di hidupku
8. Keluarga besar Perpustakaan STAIN Tulungagung yang mengajariku arti kebersama
an
dan kekeluargaan
9. Almamaterku STAIN Tulungagung.
KATA PENGANTAR
......
....
............
.
.........
Rasa syukur senantisa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT teriring
do.a Alhamdulillahirabbil.alamin atas taufiq, hidayah dan inayah-Nya yang
diberikan pada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul
Azhar Bendiljati Kulon
ini dengan lancar tiada hambatan yang berarti.
Sholawat salam semoga senantiasa terlimpahkan pada baginda Rasul, nabi
Muhammad saw yang telah memberi jalan terang pada umatnya dalam menjalani
kehidupan dan senantiasa kita nantikan syafa.atnya. Amiin
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis tidaklah sendiri, ada
banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan pada penulis untuk
mencapai keberhasilan, dengan segala kerendahan hati penulis hanya mampu
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Bapak Abdul Aziz M.Pd I, selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN
Tulungagung.
3. Ibu Luluk Atiroru Zahroh, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi ini, atas
segala nasihat dan petunjuk selama memberikan bimbingan sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.
Siti Fitriyah
NIM. 3211093025
DAFTAR TABEL
TABEL HAL
2.1 Tabel Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
konvensional .
..... 45
4.2 Tabel Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan pendekatan
Kontekstual dari masing
masing komponen
73
4.3 Tabel Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajarn PAI dengan
Pendekatan Kontekstual..........................................................
............74
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
HALAMANSAMPUL
HALAMAN JUDUL
.....ii
HALAMAN PERSETUJUAN
.iii
HALAMAN PENGESAHAN
... ...iv
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
.v
...vi
... ..vii
..............x
DAFTAR TABEL
.xi
DAFTAR LAMPIRAN
....xii
ABSTRAK
..xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
..
B. Fokus Penelitian .
....
C. Tujuan Penelitian............................................................
...........
D. Kegunaan Penelitian
.. .
E. Penegasan Istilah
..
...
F. Sistematika Pembahasan
.....
...
Pendekatan Penelitian .
. .
Jenis Penelitian ..
.
..
Lokasi Penelitian
.. .
...
Kehadiran Peneliti
..
. .
Sumber Data
.............................
Prosedur Pengumpulan Data .
...........
Analisis Data
... ..
...........................
Pengecekan Keabsahan Data
.. .
....
Tahap-Tahap Peneliti.........................................................
...
..
...
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .. .
B. Saran-saran
..
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
..
...
ABSTRAK
SITI FITRIYAH. Dosen Pembimbing Luluk Atirotu Zahroh, M. Pd
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul
Azhar Bendiljati Kulon, Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah, STAIN
Tulungagung, 2013.
Kata kunci: Pembelajaran PAI, Pendekatan Kontekstual
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di berbagai lembaga pendidikan baik di sekolah
ataupun di madrasah, dalam pelaksanaannya masih sebatas sebagai proses
penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam. Untuk menjawab persoalan
tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif
dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk
mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam belajar. Salah satu alternatif
yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual, yang
diharapkan supaya materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami serta dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Maka
dari itu, peneliti mengadakan penelitian tentang praktek pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar.
Fokus penelitian yang akan diuji dalam penelitian adalah:1) Pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati kulon 2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon.
Tujuannya adalah untuk mendiskripsikan praktek pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon serta
faktor penghambat dan pendukungnya.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam
pengumpulan datanya menggunakan metode observasi partisipan, wawancara
mendalam dan dokumentasi, menggunakan analisis reduksi data, penyajian data
dan verifikasi. Penelitian ini juga melakukan pengecekan keabsahan data dengan
menggunakan teknik Triangulasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI BAyanul Azhar Bendiljati kulon
berjalan secara konsisten, telah menerapkan tujuh asas pembelajaran kontekstual
2) faktor yang penghambat dan pendukung yang utama berasal dari siswa dan
guru: motivasi siswa kurang, keadaan siswa dengan segala perbedaan, sedangkan
pendukungnya input siswa. Guru: tuntutan soft skill dan pengawasan,kesalahan
pemilihan metode. Pendukungnya kesiapan mental guru dan ketekunan guru.
Faktor di luar murid dan guru yang mengahambat : perubahan kurikulum, tidak
tersedianya media gambar, pendukungnya : tersedianya sarana ibadah mushala, Al
Qur.an yang memadai, adanya program pendidikan karakter, peran aktif kepala
sekolah dan guru dalam pembinaan perilaku keagamaan siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
dalam http
negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
Keempat, mata pelajaran PAI tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar
menguasai ilmu keislaman tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian.9
9 https://plus.google.com/s/dasar%20pelaksanaan%20pembelajaran%20kontekstual,
diakses 24 Maret 2013
Berdasar uraian di atas penulis menyimpulkan Pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat diperlukan,
karena akan sangat membantu percepatan siswa dalam memahami, menghayati
dan mempraktikkan ajaran agama Islam. SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon
kecamatan Sumbergempol Kab.Tulungagung dalam program pendidikannya
memakai program pembelajaran terpadu. Dengan menjadikan pendidikan
Salafiyah ala Ahlun sunnah waljama.ah sebagai basic program pendidikan
agama, menjadikan Bayanul Azhar berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya.
Tidak hanya unggul dalam akademik melainkan karakter religius siswanya
menjadi salah satu misi Bayanul Azhar. Di SDI Bayanul Azhar siswa dibiasakan
dengan pendidikan karakter Islami yang biasa disebut akhlaqul karimah. Selain
itu disana terdapat variasi kegiatan keagamaan diantaranya : mengaji kitab
kitab
kuning, rebana dan pelatihan qiro.ah, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Dalam
melaksanakan rangkaian program pendidikan dan pengajaran yang kompleks di
SDI Terpadu Bayanul Azhar menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang
menyenangkan. Setelah dikonfirmasi pembelajaran kontekstual menjadi model
pembelajaran efektif di sana.
1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
bidang agama Islam, khususnya dalam pengembangan kualitas
pembelajaran. Penerapan pendekatan kontekstual dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siawa.10 Jadi pendekatan dapat dijadikan alternatif bagi guru
mengatasi masalah pembelajarannya.
10Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung : CV ALFABETA, 2005), hal. 87
2) Secara praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan
untuk menemukan pendekatan pengajaran yang tepat bagi siswa
disesuaikan dengan pengalaman belajar dan tipe belajar siswa (
audio, visual maupun kinestetik ) melalui pembelajaran kontekstual.
b. Bagi Perpustakaan STAIN Tulungagung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
literature dibidang pendidikan ( Tarbiyah )
c. Bagi Peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pijakan dalam
perumusan desain penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan
lebih komprehensif khususnya yang berkenaan dengan penelitian
terhadap pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran bidang
studi PAI di tingkat sekolah dasar Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk menjaga dan menghindari adanya kekeliruan atau kesalahan dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk lebih dahulu
menegaskan pengertian masing-masing istilah yang terdapat di dalamnya,
sehingga akan memudahkan bagi pembaca dalam memahami maksud dari judul
tersebut.
Judul skripsi ini selengkapnya adalah "Pelaksanaan Pembelajaran PAI
dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon". Dari
judul tersebut, penulis jelaskan pengertiannya sebagai berikut:
1. Penegasan konseptual
Pelaksanaan : pe
lak
sa
na an, yaitu : proses,
cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb) 11
11http://kamusbahasaindonesia online.org/pelaksanaan#ixzz2Yqion3DN, diakses 1 Ju
li
2013
12http://kamusbahasaindonesia online.org/pembelajaran, diakses 1 Juli 2013
13Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 13
Pembelajaran : pem be
la jar
an, yaitu : proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 12
Pendidikan Agama Islam : pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita
cita islam, karena nilai
nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya.13
Bab II, merupakan kajian pustaka yang terdiri dari: kajian tentang
pendekatan kontekstual meliputi pengertian, asas pembelajaran
kontekstual, serta skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
dan kajian tentang pembelajaran PAI diantaranya pengertian PAI, dasar
dan tujuannya, pembelajaran PAI beserta ruang lingkupnya.
Bab III, berisi metode penelitian yang terdiri dari: Pendekatan dan
jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber
data, metode pengumpulan data, teknis analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV, merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari :
paparan data, temuan peneliti dan pembahasan
Bab V, berisi penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran baik
untuk peneliti sendiri ataupun pada komponen-komponen yang terkait.
Bab terakhir dari skripsi ini merupakan bagian yang bersifat memberikan
nilai kelengkapan bagi skripsi ini terdiri dari : a) daftar rujukan, b) lampiran
lampiran, c) surat pernyataan keaslian skripsi, d) daftar riwayat hidup.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Pembelajaran PAI
1. Konsep Pembelajaran PAI
Konsep pembelajaran PAI salah satunya terdapat dalam QS. Al Alaq.
Dalam surat yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad ini,
manusialah yang mendapat mandat sebagai peserta didik yang diberi pelajaran
langsung oleh Allah dan pendidik untuk menyampaikan apa yang telah mereka
terima, pernyataan di atas telah dinyatakan dalam penyebutan manusia dalam
surat al-Alaq ayat ke-dua dan penyebutan manusia yang ke-dua kali dalam ayat
yang ke-lima. Manusia yang merupakan sasaran dari pembelajaran juga
dipaparkan oleh Ahmad Nurwadjah, yaitu:
Muhammad berperan sebagai seorang peserta didik, sebab beliau adalah
orang yang mencari sesuatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dan
semangat yang cukup tinggi, peserta didik harus mempunyai semangat
mencari ilmu yang cukup tinggi danmengawalinya dengan upaya
menyucikan jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu. yang
akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran. 15
15Ahmad Nurwadjah, Tafsit Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: MARJA, 2007), hal. 201
Keutamaan manusia dibandingkan mahluk lainnya terletak pada
kemampuan akal kecerdasannya.Kemampuan manusia untuk belajar merupakan
karakteristik yang penting yang membedakan manusia dengan mahluk hidup
lainnya.Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun
masyarakat.Islam sebagai agama rahmah li al- alamin sangat mewajibkan
umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan Al-Qur.an sebagai
pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad
saw., untuk membaca (iqra.). Iqra. merupakan salah satu perwujudan dari aktifita
s
belajar.Dalam artian yang luas, dengan iqra. pula manusia dapat mengembangkan
pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya.16 Setelah dapat membaca dan
menulis, manusia baru melangkah ke tingkat proses mengetahui hal-hal yang
belum di ketahui, sebagimana Tuhan mengajarkannnya hal-hal itu kepadanya. 17
Al Qur.an terdiri dari 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz.Pandangan AlQur.an tentang belajar dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Surat Al-Alaq Ayat 1-5.Di
samping sebagai ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai
Rasulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan
risalah-Nya.
... .. .. . .. .... ... ... .. ... ... .. ... .. ..... 0... .. .. ... .. .... ..
.. ..... ... .. .. 0... .. .. ..... ... ... .. .. ... .. ..... 0 .. ....
... .. .. ... .. ... ... .. .0... .. .. .... ... .... .. .... .. .. ..... ... ..
. .. ( . :1-5)
16Baharudin, Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran hal 29.
17Arifin, Ilmu Pendidikan islam hal 3.
18Ahmad Hatta, Tafsir Qur.an Per Kata di Lengkap Asbabun Nuzul &Terjemah (Jakart
a:
Maghfiroh Pustaka, 1998), hal 597.
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya .18
Dari ayat dan hadist di atas jelaslah bahwa Agama Islam sangat
menganjurkan kepada manusia untuk selalu balajar.Bahkan, Islam mewajibkan
kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.
sehingga mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Islam memiliki tiga
ajaran yang merupakan inti dasar dalam mengaturkehidupan, secara umum dasar
ajaran Islam yang diajarkan di SDI / MI maupun MTS dan MA yaitu dengan
istilah Iman (aqidah), Islam (Syariah) dan Ihsan (akhlaq) berikut di bawah ini
penjabarannya :
a. Masalah aqidah ( Iman )
Pendidikan yang utama dan pertama yang harus dilakukan
adalahpembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan melandasi
sikap,tingkah laku dan kepribadian anak didik. Sebagaimana dijelaskan
dalamfirman Allah Surat Al-Luqman: 13 yang berbunyi:
................................................................................
.......................
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar .33
b. Masalah syariah ( Islam )
Syariah adalah semua aturan Tuhan dan hukum-hukum Tuhanyang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusiadengan alam
sekitar. Namun ada pengertian syariah yang lebih dekatkepada fiqih, yaitu
tatanan, peraturan-peraturan, perundang-undangan danhukum yang mengatur
segala aspek kehidupan. Dalam Al-Qur.an SuratAl-Baqarah: 21 disebutkan:
................................................................................
......................
33Depag RI. Al-Qur.an dan Terjemahnya.(Bandung: Gema Risalah Press, 1989), hal.
654.
terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberi beban
tanggungjawab.Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan kepada orang
tua, yaitu mengazankan telinga bayi yang baru lahir,mengakikah, memberi nama
yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur.an, membiasakan shalat serta
bimbingan lainnya yang sejalandengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai
faktor yang palingdominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa
keagamaan.38
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa lingkungan
keluarga adalah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh sekali terhadap
proses pendidikan akhlak yang selamaini diterima siswa, dalam arti apabila
lingkungan keluarga baikmaka baik pula kepribadian anak, yang mana hal
tersebut merupakan alat penunjang dalam pembinaan akhlak siswa. Begitu juga
sebaliknya ketika lingkungan keluarga buruk, maka burukpula kepribadian anak
dan hal tersebut merupakan penghambat dalam pembinaan akhlak.
2). Lingkungan Institusional (sekolah)
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak.Menurut Singgah D. Gunarsa
pengaruh itu dapat dibagi menjaditiga kelompok yaitu: 1) Kurikulum dan anak; 2)
Hubungan guru dan murid; 3) Hubungan antar anak.
38Ibid,.hal. 221
Dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya
ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh. Sebab pada prinsipnya perkembangan
jiwa keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian
yang luhur. Dalam ketiga kelompok itu secara umum tersirat unsur-unsur yang
menopang pembentukan seperti ketekunan, disiplin, kejujuran,simpati,
sosiobilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Perlakukan dan
pembiasaan bagi pembentukan sifat-sifat seperti itu pada umumnya menjadi
bagian dari program pendidikan disekolah.
Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan keteladanan
guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman disekolah dinilai berperan
dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik merupakan
bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa
keagamaan seseorang.39
3). Lingkungan Masyarakat (Pergaulan)
Meskipun tampaknya longgar, namun kehidupan bermasyarakat dibatasi
oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung warganya. Karena itu setiap
warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan
nilai-nilai yang ada. Dengan demikian kehidupan bermasyarakat memiliki sesuatu
tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama.
39Ibid, hal. 221
Sepintas lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh
belaka, tapi norma dan tata nilaiyang ada terkadang lebih mengikat sifatnya.
Bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dan perkembangan jiwa keagamaan
baik dalam bentuk positif maupun negatif. Misalnya lingkungan masyarakat yang
dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarananya kurang maka hal tersebut
menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan.
4). Pengaruh tayangan televisi
Tayangan televisi yang kurang mendidik merupakan pengaruh yang tidak
baik bagi anak-anak, karena secara tidaklangsung memberikan contoh yang
kurang baik sehingga dikhawatirkan anak-anak meniru.
B. Kajian tentang Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian dan Konsep Pendekatan Kontekstual
Dewasa ini, kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
Pembelajaran dengan menngunakan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.41
41Rusman, Model
Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta
: PT Rajagrafindo Persada, 2011 ), hal. 189
Esensi pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mengaitkan
antaramateri yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan/situasi dunia nyata
merekasehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan
anggotabangsa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
ketika menemui kesulitan dan itu tandanya siswa respon. Semakin kritis siswa
pembelajaran akan terasa makin hidup.
3. Menemukan ( Inquiry )
Inkuiri merupakan inti dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan
bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan
kemampuan lain yang
diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta
fakta,
tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.47
Penerapan inkuiri memang sangat penting, berbagai topik dalam setiap
pelajaran bisa menggunakan inkuiri.Dilihat dari sisi kepuasan emosional, secara
logika sederhana sesuatu hasil temuan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil pemberian.Ketika seorang guru menghadirkan masalah
di kelas dengan batasan batasannya jelas tugas selanjutnya adalah mendorong
siswa untuk pemecahannya. Siswa akan mengajukan hipotesis sebagai jawaban
sementara menguji dan merumuskan kesimpulan. Intinya melalui proses berfikir
yang sistematis seperti di atas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasiona
l,
kritis, logis yang kesemuanya diperlukan sebagai dasar pengembangan kreativitas.
47Rusman, Model
dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara
teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu.48
Jadi masyarakat belajar merupakan sebuah tehnik dalam belajar dengan
cara bertukar fikiran dan komunikasi dua arah. Penerapannya dalam kelas
kontekstual dapat dilakukan melalui kelompok belajar baik kelompok besar
maupun kecil.Dalam hal tertentu guru kelas bisa menghadirkan ahli untuk
membelajarkan siswa, semisal dalam masalah kesehatan guru mendatangkan
dokter.Demikianlah masyarakat belajar semuanya bisa saling terlibat, saling
membelajarkan, bertukar informasi dan pengalaman.
48Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .., hal. 89
49Rusman, Model-Model Pebelajaran, ..,hal. 197
5. Pemodelan ( modeling )
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan
dan tuntutan siswa yang berkembang telah berdampak pada kemampuan guru
yang memiliki kemampuan lengkap, hal ini sulit dipenuhi.Modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu menjadi contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh cara membaca, cara
mengoperasikan alat, guru seni member contoh bagaimana memainkan alat
musik, guru biologi mencontohkan penggunaan termometer dan lain sebagainya.49
Jadi pembuatan model dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran agar guru bisa memenuhi harapan siswa.Namun perlu digaris
bawahi bahwa tidak hanya guru yang bisa dijadikan model, teman sekelas
misalnya.
6. Refleksi ( reflection )
Perbedaan
No
Pembelajaran Kontekstual
No
Pembelajaran Konvensional
1
Menempatkan siswa sebagai subjek belajar
1
Siswa ditempatkan sebagai objek
belajar
2
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
2
Siswa lebih banyak belajar secara
individual
3
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
secara riil
3
Pembelajaran bersifat teoritis dan
abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
4
Kemampuan diperoleh melalui
latihan-latihan
5
Tujuan akhir adalah kepuasan diri
5
Tujuan akhir adalah nilai atau
angka.
6
Tindakan dibangun atas kesadaran diri sendiri
6
Tindakan individu didasarkan oleh
faktor dari luar dirinya
7
Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya
7
Kebenaran yang dimiliki bersifat
absolut dan final
8
Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masingmasing
8
Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran
9
pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam
konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan
9
Pembelajaran konvensional
pembelajaran hanya terjadi di dalam
kelas
10
Penilaian memakai evaluasi proses dan hasil
10
Penilaiannya dari tes saja
Dalam sub bab ini peneliti akan memaparkan tentang penelitian terdahulu yang
penulis ketahui yang pernah dilakukan orang lain, yang memiliki kemiripan
namun memiliki substansi yang berbeda tentang pembelajaran kontekstual.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Agustina Nur Laila E.E ( Mahasiswi
Jurusan PGMI STAIN TA 2011) yang berjudul
Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Masalah dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPA MI Assyafi.iyah
Pikatan wonodadi Blitar menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kontekstual berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas
V MI Assyafi.iyah Pikatan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis
dengan metode kualitatif terfokus pada proses pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual beserta faktor penghambat dan pendukungnya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Hajar Husniatul Zahro ( Mahasiswi
PGMI 2012) yang berjudul Penerapan Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas II MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung menyimpulkan
bahwa : 1) Jumlah siswa yang tuntas (nilai = 70) dari siklus 1
2
meningkat dari 20 siswa menjadi 26 siswa, Jumlah siswa yang tidak tuntas
( nilai <70) dari siklus 1 2 menurun dari 10 siswa menjadi 4 siswa,
ketuntasan belajar kian meningkat pada siklus 1 66,7% pada siklus 2
menjadi 85,5% . 2) pendekatan kontekstual selalu menitik beratkan pada
hal hal yang mudah dipahami siswa, siswa mempraktekkan langsung
bagaimana cara melakukan sesuatu. 3) pembelajaran kontekstual
mempunyai pengaruh positif yaitu mampu meningkatkan prestasi belajar
dan semangat belajar siswa terhadap Matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN
subyek dalam penggalian info atau data yang diperlukan. Maka Penelitian ini
penulis arahkan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati Kulon tersebut.
Sesuai dengan tema yang peneliti bahas jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian lapangan ( field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapang
an
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
ilmiah.66 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian ini adalah peneliti
bermaksud untuk melakukan analisis secara mendalam dibantu dengan data
empiris yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang pada
akhirnya bisa melakukan simpulan.
Penelitian ini dilakukan langsung di lapangan yaitu di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati kulon untuk mendapatkan data yang diperlukan. Peneliti melakukan
pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan ilmiah untuk menghasilkan
data diskriptif secara mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual
oleh guru sekolah dasar Islam pada mata pelajaran PAI di SDI Bayanul Azhar
Bendiljati Kulon.
66Ibid..,hal. 26
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon.
Meskipun letak sekolah kurang strategis, jauh dari jalan raya dan sulit dijangka
u
dengan kendaraan umum. Sekolah ini sangat maju dari sisi akademis dan
religiusitasnya. SDI Bayanul Azhar ini satu
satunya SDI terpadu di kecamatan
Sumbergempol. Sekolah ini banyak diminati para siswa dari lulusan TK maupun
RA begitupun para orang tua tidak cemas mempercayakan anak
anak mereka
menempuh pendidikan dasar di SDI Bayanul Azhar selain mendapat ilmu umum
ilmu agamanya juga di dapat di sini. 67 Keunikan yang dimiliki SD I Bayanul
Azhar yaitu dalam program pendidikan khususnya agama Islam menggunakan
sistem salafi pondok pesantren. Pembelajaran agamanya diintegrasikan dengan
kurikulum pondok pesantren baik teori maupun prakteknya dengan buku atau
kitab kitab seperti nurul yaqin (tarikh), tajwid, wasoya, maba.di fiqh dan lain
sesuai dengan visi misinya menghasilkan lulusan yang berakhlaqul karimah.
Peneliti bisa datang langsung ke lokasi ini dengan mudah karena dengan jarak
tempuh kurang lebih 3km, dengan berkendara sepeda motor dari rumah sampai di
lokasi sekitar 15 menit.
67Hasil wawancara dengan salah satu orang tua murid ketika pra lapangan di SDI B
ayanul
Azhar, pada tanggal 26 Juni 2013
68Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, .., hal.12
C. Kehadiran Peneliti
Salah satu keunikan dari penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri
sebagai instrumen utama atau disebut juga instrumen kunci. Jadi kehadiran
peneliti mutlak diperlukan sedangkan intrumen data hanya sebagai pelengkap.
Menurut Lexy J. Meleong menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pengumpul data, analisis penafsi
ran
data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.68 Berdasarkan
pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data sebanyak
banyaknya penulis
informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dalam setiap pertanyaan
dapat diubah disesuaikan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.73 Metode ini
digunakan peneliti untuk mewawancarai kepala sekolah dan utamanya guru
pendidikan agama islam untuk mengetahui hal
hal yang terjadi terkait dengan
pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul
Azhar.
Adapun langkah langkah wawancara dalam penelitian ini : 1)
menentukan siapa saja yang akan diwawancara ( responden ) 2) mengadakan
kontak dengan responden terkait hal wawancara, waktu dan tempat wawancara 3)
melakukan persiapan matang dalam artian mempersiapkan pokok
pokok
pertanyaan, alat alat perekam yang akan digunakan dan mempelajari masalah
pokok pada wawancara dan alternatif pertanyaan 4) memulai wawancara dan
memperkenalkan diri terlebih dahulu, menjelaskan maksud tujuan dengan singkat
dan hati hati 5) melakukan wawancara sesuai alur dan strategi 6) pencatatan
data wawancara 7) mengecheck kualitas data 8) mengakhiri wawancara dengan
meninggalkan kesan yang baik.
73Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT REmaja Rosdaka
rya ),
hal. 181
b. Observasi Partisipan
Metode observasi dalam penerapannya dibutuhkan keahlian di dalamnya,
karena peneliti dituntut untuk peka terhadap lingkungan yang diteliti. Menurut
Ahmad Tanzeh Observasi partisipan adalah sebuah penelitian yang pengumpulan
datanya dengan metode observasi berpartisipasi dan bukan menguji hipotesis,
sumber dokumentasi tidak resmi ( dokumen pribadi )yang mungkin berupa surat
nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian.
Hamid Darmidi, mengatakan bahwa seorang peneliti seharusnya menggunakan
kedua sumber dokumentasi tersebut secara intensif agar mereka dapat
memperoleh informasi secara maksimal sehingga dapat menggambar subjek atau
objek yang diteliti dengan benar.
Dalam penelitian ini dokumentasi resmi digunakan penelitian untuk
memperoleh informasi tentang profil sekolah, struktur organisasi, data guru dan
siswa yang ada di kantor tepatnya di TU. Sedangkan dokumentasi pribadi
digunakan untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial di sekitar
subjek penelitian contohnya buku harian guru tentang perkembangan prestasi
peserta didiknya.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan tehnik
analisis diskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data
data
yang terkumpul mengenai pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual di SDI Bayanul Azhar . Menurut Bogdan dan Biklen yang di kutip
oleh Moleong :
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi
satuan yang dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.79
79Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakary
a),
hal 248
Proses pengumpulan data dan analisis data pada prakteknya tidak mutlak
dipisahkan. Kegiatan itu kadang
kadang berjalan bersamaan, artinya hasil
pengumpulan data kemudian ditindak lanjuti dengan pengumpulan data ulang
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan dan setelah proses pengumpulan data.
Adapun proses analisis data yang dilakukan mengadopsi dan
mengembangkan pola interaktif yang dikembangkan oleh Milles dan Hierman
yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilah hal hal yang pokok,
memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya. 80 dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan mengarah pada tujuan
yang hendak dicapai. Pada penelitian kualitatif tujuannya adalah temuan.
80Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan RAD, ( Bandung : PT Remaja Rosdakary
a,
2006 ), hal. 82
Oleh karena itu, jika peneliti dalam penelitian menemukan segala sesuatu
yang dipandang asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola justru inilah yang
seharusnya dijadikan perhatian peneliti dalam mereduksi data. Reduksi data
merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan
serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang
dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,
diteliti menjadi jelas.82 jadi setiap makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni validitasnya.
Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema
untuk menemukan makna dari kata yang dikumpulkan. Jadi ketiga analisis
tersebut saling berkaitan, sehingga menemukan hasil akhir dari penelitian berupa
data temuan yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema
tema yang
dirumuskan tentunya berdasarkan dari hasil analisa data, baik yang berasal dari
catatan lapangan observasi, interview maupun dokumentasi.
82Ibid, ..,hal.99
83Ibid,.. hal.112
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Agar data yang sudah didapat dari lokasi penelitian lapangan bisa
memperoleh keabsahan perlu tehnik pemeriksaan keabsahan data. Keabsahan data
merupakan tehnik yang digunakan agar penelitian kualitatif dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Adapun tehnik yang dilakukan peneliti yaitu dengan
Triangulasi.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.83 Dengan kata lain bahwa dengan
triangulasi, peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkan
hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual dengan hasil wawancara dengan beberapa informan atau responden.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi berdasar sumber,
artinya membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jala
n
1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi, 3) membandingkan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan, seperti orang yang berpendidikan menengah
atau perguruan tinggi, orang berada dan kurang berada, dan sebagainya, 4)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 84
84Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian, ..,hal. 330
H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan
Pendekatan Kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati Kulon terbagi dalam
tiga tahapan yaitu
a. Tahap Pendahuluan/Persiapan
Pada tahap ini peneliti mengajukan judul skripsi kepada ketua prodi studi
PAI, setelah disetujui peneliti melakukan penyusunan proposal untuk
diseminarkan bersama rekan mahasiswa lain dan dosen pembeimbing. Setelah
itu peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada STAIN untuk
diberikan kepadakepala sekolah SD I Bayanul Azhar.
Menunggu proses administrasi selesai, peneliti membuat rancangan agar
peneletian terarah. Selain itu mulai menyiapkan pedoman wawancara yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu peneliti mulai
menyusun landasan teori tentang judul terkait dari referensi yang relevan dan
Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang telah terkumpul secara
sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah difahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain secara jelas. Kemudian keseluruhan hasil
yang telah dianalisa tersebut selanjutnya penulis simpulkan dan membuat laporan
dalam bentuk skripsi, yaitu berupa laporan penelitian dengan mengacu pada buku
pedoman penyusunan skripsi yang berlaku di STAIN Tulungaung.
BAB IV
PAPARAN DATA PENELITIAN, TEMUAN
DAN PEMBAHASAN
A. Paparan data
1. Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual
a. Konsep pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
SDI Terpadu Bayanul Azhar mengupayakan pembelajaran aktif bagi
siswa salah satunya dengan penerapan pembelajaran terpadu. Berikut data awal
yang peneliti peroleh dari penuturan bapak kepala sekolah saat peneliti datang k
e
lokasi untuk kali pertamanya bertemu dengan bapak kepala sekolah secara
langsung. Beliau berkata bahwa :
Sebisa mungkin pembelajaran disini dilakukan secara terpadu, guru
guru
disini saya beri keluwesan dalam penggunaan model maupun pendekatan
pembelajaran aktif bagi siswa. Kontekstual saya rasa efektif karena setahu
saya pembelajaran kontekstual siswa mengalami sendiri. 85
Hal yang sama diungkapkan oleh guru PAI disana :
85Hasil interview dengan bapak kepala sekolah pada Senin, 15 Juli 2013 pukul 10
.30 di
kantor MTS Darul Falah
86Hasil interview bapak Syafa.at, guru PAI kelas VI pada tgl 15 pukul 10.00 di k
antor
Pembelajaran kontekstual model yang efektif bahkan sangat efektif
digunakan dalam pembelajaran PAI. Penerapannya mudah bagi guru dan
bagi siswa mempermudah pemahamannya. Dalam pembelajaran
kontekstual siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri, guru
membimbing siswa mengkonstruk pengetahuannya. 86
Informasi dari salah satu guru PAI, kontekstual merupakan suatu model
bukan pendekatan. Hal ini dituturkan oleh bapak Syafa.at S. Pd I dalam
pertemuan kami yang ketiga, beliau mengatakan :
Kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran bukan pendekatan
bukan pula strategi. Tiga hal tadi berbeda mbak,..kontekstual itu sebuah
kalian hidup, kalian manusia siapa yang menghidupkan manusia? Dua tiga orang
dari dari arah belakang serentak menjawab : Allah . Berarti Allah itu ada atau
tidak? Semua menjawab ada . Disela
sela tanya jawab itu ada yang pertanyaan
menarik dari murid yang bertanya dengan penuh rasa ingin tahu
bu,,,ibu Allah
apa bernafas ? guru pun memberi jawaban sampai siswa itupun jelas sesuai
perkembangan intelejensinya. 91
91Hasil observasi siswa MOS tanggal 17 Juli 2013 pukul 09.30 di halaman sekolah
92Hasil wawancara informal dengan bapak syafa.at pada tanggal 17 Juli 2013 di ke
las
93Hasil wawancara dengan siswa kelas vi 20 Juli 2013 pukul 10.00 di depan perpus
Dalam kesempatan bertanya dengan Pak Syafa.at beliau, peneliti mengutip
dari informasi yang diberikan : bertanya itu strategi, sebisa mungkin guru
memberikan stimulan agar murid tidak malu bertanya. Dengan memberikan
kesempatan teman lain yang sudah tahu mungkin atau guru menjawab
langsung. 92
Ketiga, kaitannya dalam komponen inkuiri ( menemukan )
Terkait inkuiri, kali ini data yang peneliti peroleh merupakan hasil ngobrol
singkat dengan salah satu siswa kelas VI : ibu bertanya yha,, tadi saat di kelas
mengerjakan apa dengan teman sebangku dan teman di bangku
belakang..?mengerjakannya dibantu guru atau mengerjakan sendiri. Siswa itu
menjawab : mengerjakan sendiri dengan kelompoknya, guru berdiri di depan
kalau kita gak tahu boleh tanya. 93
Keempat, learning community atau kelompok belajar lebih sederhananya
kelompok diskusi, di SD I BAyanul Azhar sudah jelas telah terbiasa memakai
tehnik ini dalam pembelajaran baik di kelas ataupun di luar kelas. Para siswanya
dibiasakan belajar dalam kelompok
aktif pembelajaran yang tahu memberi tahu yang lain. Guru mengawasi dan
mengambil penilaian dari setiap aktifitas siswa. Mengutip apa yang dikatakan
bapak Syafa.at bahwa dengan diskusi kita mudah menilai siswa karena yang
namanya diskusi itu 1) Sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar, 2)
mereka bekerjasama, 3) mereka saling tukar pengalaman, dan 4) berbagi ide.
Dengan diskusi siswa lebih kritis dan bukan saya satu - satunya sumber belajar d
i
kelas. Biasanya malahsaya terapkan metode yang saya namai dengan every one is
teacher. murid yang memang mampu saya tunjuk saya jadikan contoh, ini loh si A
sudah bagus benar pengerjaannya. Beri tepuk tangan .!!! nahh seperti itu mbak
reward ala kadarnya dengan sekedar pujian ungkapan sederhana, yha kalau ada
kesempatan di tiap semester bagi siswa yang unggul saya siapkan hadiah.94
Dari ulasan tadi terselip informasi bahwasanya di sana diterapkan pula
asas kelima, modeling, dimana guru menunjuk siswanya untuk menjadi model di
hadapan teman temannya. Selanjutnya sesuai data hasil wawancara yang kedua
di ruang kelas vi saat itu disela waktu istirahat siswa pertanyaan dari peneliti
salah
satunya tentang komponen ke-enam,refleksi dan penilaian dalam sebuah
pembelajaran. Beliau menuturkan :
94Hasil wawancara bapak Syafa.at, pada tgl 20 Juli 2013 pukul 09.30 di ruang kel
as VI
95Ibid
Refleksi itu wajib mbakk.. jadi entah nanti bentuknya seperti apa, siswa
menjawab pertanyaan yang saya beri atau siswa mengungkapkan refleksi
apa tuh namanya pendapat mendalam siswa tentang pelajaran yang baru
dipelajari bersama ditarik di kehidupan sehari hari. Guru membangun
endapan ilmu di benak siswa sehingga pengetahuan yang di dapat hari ini
tetap ingat, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari
hari . 95
Yang terakhir komponen ke-tujuh, tentang penilaian yang digunakan
sebagai evaluasi siswa dalam mengetahui perkembangan siswa baik kognitif,
afektif dan psikomotorik. Penilaian yang diterapkan yaitu yang disebut dengan
penilaian proses dan penilaian hasil. Peneliti meminta kejelasan terkait dua
macam penilaian tersebut jawaban beliau sebagai berikut:
Penilaian hasil belajar siswa itu diambil dari yang namanya penilaian
proses dan penilaian hasil. Jadi setiap kegiatan pembelajaran guru
memantau siswa dan memberikan penilaian. Seperti dalam diskusi, siapa
yang aktif bertanya, yang memberikan kontribusi di kelas, semuanya
dinilai. Penilaian proses itu penilaian keseharian siswa, seperti yang saya
katakana tadi, untuk penilaian hasil ya wujud tugas akhir, PR, tugas
tugas dan sebagainya.96
96Ibid
97Ibid
98Hasil interview bapak syafaat, pada hari Rabu, 17 Juli 2013 pukul 09.30
99Ibid
c. Prinsip pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Bertanya tentang prinsip pembelajaran kontekstual sesuai pengalaman
bapaknya, beliau berkata :
Dalam pembelajaran kontekstual guru harus memahami karakter siswa
baik dari segi cara belajar maupun aspek kognitif dan keterampilannya,
yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali seluruh potensi yang ada. Ini saya ambil dari sebuah ayat Al
Qur.an yang artinya tidak ada segala sesuatu di dunia ini yang tercipta
itu sia sia itu prinsip pembelajaran kontekstual. 97
d. Motto dari pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
Adapun motto dalam pembelajaran kontekstual ala bapak Syafa.at
singkatnya yaitu : Siswa dengan pembelajaran kontekstual mengalami sendiri 98
Beliau menambahkan strategi yang digunakan dalam pembelajaran berbasis
kontekstual yaitu penekanan pembelajaran pada praktek. Tidak sekedar materi di
dalam kelas tapi diimbangi dengan praktek pula. Beliau berkata : kontekstual
penekanannya adalah praktek, praktek melakukan, sehingga harapannya
membiasakan dalam kehidupan nyata. 99
e. Terkait strategi dalam pembelajaran kontekstual
Refleksi itu wajib mbakk.. jadi entah nanti bentuknya seperti apa,
siswa menjawab pertanyaan yang saya beri atau siswa mengungkapkan
refleksi apa tuh namanya pendapat mendalam siswa tentang pelajaran
yang baru dipelajari bersama ditarik di kehidupan sehari
hari. Guru
membangun endapan ilmu di benak siswa sehingga pengetahuan yang
di dapat hari ini tetap ingat, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari
hari . 107
107Hasil interview guru PAI kelas vi pada tgl 20 Juli 2013 pukul 10.00 di ruang
kelas
108Ibid
Penilaian hasil belajar siswa itu diambil dari yang namanya penilaian
proses dan penilaian hasil. Jadi setiap kegiatan pembelajaran guru
memantau siswa dan memberikan penilaian. Seperti dalam diskusi,
siapa yang aktif bertanya, yang memberikan kontribusi di kelas,
semuanya dinilai. Penilaian proses itu penilaian keseharian siswa,
seperti yang saya katakana tadi, untuk penilaian hasil ya wujud tugas
akhir, PR, tugas tugas dan sebagainya.108
Di atas tadi merupakan data
data tentang pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual selanjutnya peneliti paparkan data data serta
informasi terkait factor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual masih dari hasil wawancara
maupun informasi ditambah pula dengan data dokumentasi.
a. Faktor penghambat
Data pertama kami peroleh dari guru pengajar PAI, ditanya tentang faktor
apa saja yang menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual jawaban beliau adalah sebagai berikut :
Sebenarnya terlepas dari faktor penghambat yang ada kontekstual
tetaplah jadi model pembelajaran yang paling efektif menurut saya. Ya
mungkin fasilitas yang ada seperti gambar
gambar tentang
pembelajaran PAI, kalau mata pelajaran lain saya kira tidak. Disini belum
diterapkan pembelajaran berbasis multimedia khususnya untuk PAI, saya
sendiri masih cangguh soal komputer, kalah sama anak anak jadi ya di
kelas terus mengupayakan pembelajaran yang aktif, tidak bikin bosan
anak anak saja dan Alhamdulillah sementara ini kontekstual menjadi
pilihan saya dan akan tetap menjadi pilihan saya toh gak menutup
idola maka diperlukan ketekunan dan pengawasan secara rutin. 112 Selanjutnya
adalah kesalahan dalam memilih metode.
Faktor yang menghambat lainnya adalah ruang baca ( perpustakaan )
yang belum permanen. Perpustakaan disana dobel pemanfaatannya sebagai
perpustakaan juga digunakan sebagai kelas. Dituturkan oleh bapak Ansori guru
Bahasa Inggris dalam perbincangan sederahana peneliti dengan beliau:
112Ibid
113Hasil interview nonformal dengan bapak Ansori pada tanggal 15 Juli 2013 di ha
laman
sekolah
114Hasil interview bapak syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Perpustakaan sebenarnya buku
buku telah ada banyak, tapi ruang
perpustakaan yang di pojok sana terpaksa masih digunakan untuk kelas
belajar siswa karena masih kekurangan kelas. Tapi buku buku sudah di
tata rapi di sana dan masih terkondisikan dengan baik.113
Peneliti sempat mengkonfirmasi tentang faktor keterbatasan waktu
mempengaruhi atau menghambat pelaksanaan kontekstual ternyata jawaban
beliau tidak, alasannya dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual itu mudah
tidak ribet waktu tergantung guru yang menggunakannya. Beliau menambahkan
dalam pembelajaran PAI bagi siswa di SDI bayanul Azhar telah di setting
sedemikian rupa untuk 24 jam setiap minggu terpenuhi. 114 Karena di SD I
Bayanul Azhar pembelajaran PAI tidak hanya di kelas saja, setiap kegiatan
diintegrasikan langsung dengan Pendidikan Agama Islam siswa. Seperti
pemberian pembelajaran tajwid, fiqh dan tarikh dengan kurikulum salafi pondok
pesantren yang memang diprogramkan di sana.
b. Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran kontekstual
Indonesia atau bahasa jawa kromo dalam komunikasi dengan guru dan tenaga
pendidik di sana, menyayangi sesama teman. 116
116Hasil interview ibu guru kelas 5 pada tanggal 30 Juli 2013 di serambi Mushala
117Hasil interview bapak syafa.at tgl 18 Juli 2013 di depan kelas vi pukul 11.00
118Hasil interview murid kelas v, Anisa dkk. tgl 23 Agustus 2013 di ruang kelas
v
119Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Yang kedua, disebut dengan program pembiasaan yang dilakukan 30
menit sebelum pelajaran pertama dimulai. Sesuai apa yang dipaparkan bapak
Syafa.at :
Pembiasaan dilakukan 30 menit sebelum pelajaran di kelas dimulai
dengan membaca do.a
do.a, hafalan surat pendek, tadarus Al Qur.an dan
sebagainya. 117
yang ketiga, upaya pendidikan karakter juga diwujudkan dengan istilah di
sana sarapan pagi
berikut ulasan dari siswa
siswi kelas v : Setiap hari setor
hafalan catatan pelajaran ke pak Qomar, boleh pelajaran Matematika, IPA, atau
Bahasa Indonesia. Menghadap pak Qamar menghafal satu kalimat pelajaran
kemarin. 118 Sarapan pagi yang dimaksud adalah stor kosa kata dalam bentuk
kalimat istilah tentang pelajaran telah mereka ketahui. Dengan pembiasaan
sarapan pagi itu siswa dibiasakan untuk memiliki karakter disiplin, belajar di
rumah, tanggung jawab menjaga menghargai keilmuan yang telah mereka miliki.
Keempat, Bentuk pembinaan karakter lainnya yaitu dengan pelaksanaan
shalat dluha dan dhuhur berjama.ah. Dengan sholat berjama.ah siswa dapat saling
mengenal satu dengan yang lain adik kelas kakak kelasnya. Mengutip keterangan
dari pak Syafa.at
Alhamdulillah anak anak telah terbiasa shalat dhuha sendiri
tanpa bentakan bapak guru. 119Memperkuat data tersebut berikut keterangan yang
diberikan siswa bahwa shalat dhuha biasanya dilakukan sendiri kadang diimami
kelas vi kalau Shalat Dhuhur berjama.ah sebelum pulang sekolah diimami pak
guru. 120
120Hasil
121Hasil
09.30
122Hasil
07.30
123Hasil
interview Nisa dkk , tgl 12 Agustus 2013 di dalam kelas vB pukul 09.30
interview dengan bapak Syafa.at tgl 20 Juli2013 di ruang kelas vi pukul
interview dengan bapak Syafa.at tgl 2 September 2013 di kelas viA pukul
interview informal dengan bapak Tajudin pada tgl 15 Juli 2013 di kantor
124Ibid
3. Kegiatan keagamaan yang bervariasi
Pertama, PHBI yaitu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperingati dan merayakan hari-hari besar islam sebagaimana biasanya
diselenggarakan oleh masyarakat islam seluruh dunia berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa besar bersejarah.121
Kedua, dalam kesempatan berbincang dengan bapak kepala sekolah
bapak Atim peneliti menanyakan program pendidikan dengan kurikulum salafi
yang disebut dalam visi misi SD I Bayanul Azhar beliau menuturkan
diantaranya : istighosah, kajian kitab kuning, dan pengajian umum. 122 Data ini
berangkat dari keterangan bapak Tajudin : istighasah sebelum pelaksanaan
ujian ujian .123
4. Adanya keterlibatan atau peran aktif semua guru dalam upaya pembinaan
perilaku keagamaan, kedisiplinan siswa Bayanul Azhar. Bapak Atim
memaparkan harapan kepada guru guru di SD I Bayanul Azhar
Guru
tidak sekedar memberi contoh akan tetapi benar benar bisa di contoh.
124
B. Temuan Penelitian
Komponen
Pelaksnaan
Construstivisme
Siswa menghubungkan antara pelajaran baru dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki selanjutnya, dibantu dengan pengantar yang
diberikan guru. Biasanya asas ini digunakan guru untuk mengawali
pembelajaran dimana guru hanya menyampaikan pengantar
misalnya bab shalat, guru menggambarkan tata cara shalat sehari
hari yang benar sebelum siswa mempelajari pengertian, rukun syarat
dsb.
Questioning
Guru menggunakan questioning untuk appersepsi, siswa
menanyakan hal hal yang belum diketahui, tugas guru merangsang
siswa untuk bertanya. Biasanya diterapkan guru untuk membangun
focus siswa kepada materi yang akan dibahas. Contohnya guru
bertanya dengan siswa sedikit materi tentang shalat kemarin dan
materi puasa yang akan dipelajari hari ini secara sederhana untuk
membangkitkan motivasi dan daya fikir ilmiah dan kritis bagi siswa.
Inquiry
Siswa dibiasakan mencari pemecahan soal sendiri guru
memfasilitasi dan membangun kreativitas siswa. Guru dalam
pelaksanaannya memberikan permasalahan dalam bentuk mencatat
hal hal penting yang telah disampaikan, mencari hubungan
pelajaran hari ini dengan pelajaran kemarin, ternyata shalat dan
puasa ada hubungannya semua itu merupakan bagian dari rukun
islam. Shalatnya orang ketika puasa berlipat pahalanya dari pada
shalat biasanya.
Learning
community
Modeling
Misalnya guru memberikan contoh cara melafalkan huruf, guru
menunjuk siswa yang fasih bacaannya memberikan contoh kepada
siswa lain.
Reflection
Siswa memiliki konsep sendiri hasil simpulan dan mengambil
hikmah pelajaran ditarik dalam kehidupan nyata, contohnya
pelajaran akhlaq bahwa jujur merupakan akhlaq terpuji sehingga
perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari
hari.
Authentic
assessement
Guru melakukan penilaian proses dan penilaian hasil.
Pelaksanaannya penilaian proses diambil guru dari proses kegiatan,
seperti diskusi, keaktifan serta kontribusi siswa dinilai selama proses
kegiatan sehari - hari, penilaian hasil maksudnya penilaian untuk
tugas, PR, dan ulangan harian maupun semester.
Guru
1. Menuntut guru mampu
merancang skenario
pembelajaran yang aktif bagi
siswa, karena mengajar
menggunakan pendekatan
kontekstual tidak sekedar
menyampaikan informasi, setiap
materi pembelajaran terintegrasi
dalam kehidupan nyata siswa.
2. Guru dituntut memiliki soft skill,
kompetensi kepribadian
sehingga menjadi idola.
3. Dibutuhkan ketekunan
pengawasan rutin
Lingkungan
dan
Tehnik
1. ruang perpustakaan yang
belum permanen.
2. Kesalahan dalam memilih
metode dan sumber belajar
bagi siswa
1. Partisipasi atau keterlibatan
guru, kepala sekolah dan aparat
sekolah dalam pembinaan
perilaku keagamaan siswa,
2. Adanya program pendidikan
karakter yang disebut akhlaqul
karimah di SDI Bayanul Azhar
3. Adanya sarana atau fasilitas
spiritual yang cukup memadai
dalam pembelajaran PAI :
mushola, Al-Qur.an .
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan pembelajaran PAI menggunakan pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan merupakan pendekatan baru,
akan tetapi implementasinya di dunia pembelajaran masih kurang maksimal.
Kurangnya maksimal dalam penerapannya dikarenakan masih adanya anggapan
guru bahwa pendekatan kontekstual itu sulit, ribet butuh banyak ruang, biaya dan
waktu. Padahal jika dilihat sebenarnya konsep pelaksanaan pembelajaran
kontekstual mengutip apa yang dikatakan bapak Syafa.at, guru agama di SDI
Bayanul Azhar
pembelajaran kontekstual itu sangat efektif, memudahkan guru
dan mempermudah siswa dalam pemahaman. 125Jadi anggapan bahwa
pembelajaran kontekstual itu sulit mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman
atas teorinya.
125Hasil interview bpk Syafa.at pada tgl 15 Juli 2013 di depan ruang kelas V
Di sisi lain banyak guru sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
yang kelihatan sibuk bekerja dan bergerak, apalagi bila bangku dan meja diatur
berkelompok dan siswa duduk saling berhadapan, keadaan ini bukanlah ciri
sebenarnya dari siswa belajar aktif. Arti sesungguhnya dari siswa belajar aktif
adalah selain aktif fisik juga diikuti dengan aktif mental yakni sering bertanya
,
mempertanyakan gagasan orang lain dan mengungkapkan gagasan. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah timbulnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelehkan atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu
,
guru hendaknya menghilangkan rasa takut tersebut baik yang datang dari guru itu
sendiri maupun dari temannya, karena perkembangan rasa takut sangat
bertentangan dengan hakekat pembelajaran aktif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual di SDI Bayanul Azhar
berpegang pada konsep berikut :
Pembelajaran kontekstual merupakan model yang sangat efektif bahkan
sangat efektif digunakan dalam pembelajaran PAI. Penerapannya mudah
bagi guru dan bagi siswa mempermudah pemahamannya. Dalam
pembelajaran kontekstual siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri,
guru membimbing siswa mengkonstruk pengetahuannya. 126
Jadi siswa mengalami sendiri dalam mencari dan menemukan suatu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Umi Kulsum dalam bukunya
Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pakem, mendefinisikan bahawa :
126Hasil interview dengan bapak Syafa.at, guru PAI kelas VI pada hari Senin, 15
Juli 2013
pukul 10.00 di kantor
127Ngainun Naim , Menjadi Guru Inspiratif, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011
), hal. 193
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang
menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan
guru. 127
Penulis tidak sependapat dengan penyebutan kontekstual sebagai sebuah
model melainkan sepakat sebuah pendekatan (approuch). Hal itu penulis dasarkan
pada pengertian bahwa pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang asalnya dibagi menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran exspository. Sedangkan, pendekatan yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery- inquiry dan
pembelajaran induktif. 128 Kontekstual sendiri merupakan bagian dari pendekatan
yang berpusat pada siswa. Sedangkan model merupakan kerangka konseptual
yang sudah jelas prosedurnya.129 Jadi Model pembelajaran, memberikan arah
untuk persiapan dan implementasi kegiatan pembelajaran. Karena model
pembelajaran lebih bermuara praktis implementatif dari pada bermuara teori.
Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SDI
Bayanul Azhar telah menerapkan tujuh asas
asas dalam pembelajaran
kontekstual yaitu : konstruktifis, questioning, inquiry, modelling, learning
community, reflection dan authentic assessement akan tetapi bobot kualitas
implementasinya masih kurang.
128Drs. A. Tabrani Rusyan dkk dalam buku Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengaja
r,
Remadja karya, Bandung, 1989, hal; 170.
129Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jak
arta:
Prestasi Pustaka,2007), hal. 93
130 Hasil interview guru kelas vi pada tgl 20 Juli 2013 di ruang kelas vi
a. Asas konstruktivis
Dalam mengawali pembelajaran kontekstual, tidak saya langsung
menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan sedikit
gambaran dan bertanya kepada siswa tentang apa yang diketahui
dihubungkan dengan materi yang akan dipelajari hari ini.130
spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir,
berdiskusi dan berspekulasi.diterapkan guru pada saat melakukan appersepsi,
yaitu melalui pertanyaan
pertanyaan singkat.
Bertanya dalam pembelajaran PAI dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
c. Asas inquiry
Siswa dibiasakan mencari pemecahan soal sendiri guru memfasilitasi dan
membangun kreativitas siswa. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya. Siklus
inkuiri terdiri dari: 1) observasi, 2) bertanya, 3) mengajukan dugaan, 4)
pengumpulan data, 5) penyimpanan. Pelaksanaannya terlebih dulu murid
mengamati apa yang disampaikan guru, mencatat hal
hal penting, menanyakan
hal hal yang belum dimengerti memberi kesimpulan sementara memperkuat
simpulannya dengan sumber
atau referensi yang relevan sampai yaqin dengan
derajat kebenaran pengetahuan yang ditemukan.
d. Kelompok belajar (learning comunity)
Dengan kelompok belajar akan membangun kerjasama antar siswa dalam
menemukan penyelesaian maslahnya. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara
teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang belum tahu. 132
Bekerjasama disini yang ditekankan dalam tehnik belajar learning community.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Hasil
belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang suda
h
tahu ke yang belum tahu. Dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Di dalam masyarakat belajar ini setiap
orang harus bersedia untuk berbicara dan berbagi pendapat, mendengarkan
pendapat orang lain dan
Pelaksanaannya guru membagi siswa dalam kelompok, bisa kecil maupun
besar. Kelompok kecil misalnya 1 bangku siswa saling menyimak bacaan atau
hafalan dari temannya, kelompok besar seperti diskusi kelompok untuk presentasi
dan penyelesaian studi kasus. Ini biasa dilaksanakan di kelas yang saya teliti,
siswa dibiasakan belajar dalam kelompok dengan tujuan sharing dan salng
membantu dan bekerja sama.
132Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .., hal. 89
e. Pemodelan (modelling)
Dalam pembelajaran PAI di kelas guru menunjuk salah satu siswa yang
fasih bacaannya untuk memberikan contoh melafalkan bacaan atau ayat. Jadi
pemodelan membantu guru pula dalam mengatasi keterbatasannya. Pemodelan
meliputi : 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja d
an
belajar, 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
Dengan tehnik ini siswa mampu melakukan pemusatan perhatian, sehingga
termotivasi belajarnya dan bisa melakukan penyampaian kompetensi tujuan
peneliti amati siswa bahwa terkadang mereka malas belajar, jam siang lemas dan
sebagainya.136
Selanjutnya, dari faktor guru yang menghambat pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan pendekatan kontekstual adalah 1) kesalahan dalam menentukan
materi, memilih metode maupun sumber belajar yang tepat 2) kontekstual
menuntut guru memiliki soft skill, kompetensi kepribadian, ketekunan dan
pengawasan secara rutin. Berikut di bawah ini penjelasannya :
136Hasil interview guru PAI tgl 17 Juli pukul 10.30 di depan kelas V
1. kesalahan dalam menentukan materi, memilih metode dan sumber
belajar yang tepat bagi siswa, maksudnya adalah setiap materi yang diberikan
kepada peserta didik haruslah disesuaikan dengan kondisi kejiwaan dan jenjang
pendidikan mereka, misalkan untuk materi pendidikan agama Islam yang
diberikan pada peserta didik di SD janganlah terlalu tinggi, tetapi cukup dengan
yang praktis, sehingga mereka dapat langsung menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Metode mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan
juga dengan tingkat kejiwaan peserta didik, sehingga dalam proses belajar
mengajar hendaknya digunakan berbagai macam metode agar murid tidak cepat
bosan dalam belajar apalagi dalam kelas kontekstual menjadi sebuah kewajiban
bagi guru untuk melakukan variasi metode lengkap dengan skenario
pembelajarannya. Alat-alat dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran
haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran, dan seorang guru haruslah pintarpintar memilih alat-alat dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan
pandai dalam ketiga hal
diajarkan. Jadi kontekstual menuntut guru untuk pandai
di atas, sesuai dengan data yang peneliti peroleh bahwa sebenarnya tidak sulit
dalam menentukan metode maupun sumber belajar bagi siswa, terkadang dengan
halangan yang ada kesalahan dalam memilih metode menjadi penghalang dalam
keberhasilan pembelajaran kontekstual.137
2. kontekstual menuntut guru memiliki soft skill, kompetensi kepribadian,
ketekunan dan pengawasan secara rutin. Dalam hal ini untuk menjadi seseorang
guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Ini penting karena
banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang
kurang mantap dan kurang stabil. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan ditiru (di contoh sikap dan
perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru, seharusnya:
137Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 pukul 07.30 di k
elas vi
138Anwar Qomari, Reorientasi Pendidikan Dan Profesi Keguruan, Jakarta : Uhamka P
ress,
2004), hal. 63
1.
2.
3.
4.
Guru PAI harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam
keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, hikmat dan tidak
tergoyahkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan bapak Syafa.at bahwa
seorang guru itu harus bisa menjadi idola murid
muridnya. Tidak sekedar
memberi contoh tapi harus benar benar bisa di contoh dan ini yang sangat saya
sadari kelemahan saya di soft skill. Ketika seorang guru memerintah anak anak
cepat pergi ke mushala laksanakan shalat dhuha, guru seharusnya telah siap di
mushala agar anak
anak sungkan dan berharap suatu saat memiliki kesadaran
tanpa diperintah guru dengan sendirinya melakukan shalat dhuha setiap tiba
waktunya dan Alhamdulillah mulai sekarang anak
anak mulai terbiasa
melakukan shalat dhuha tanpa diperintah oleh guru sebelumnya. 139Jadi untuk
menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan ol
eh
seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehingga guru
sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh
yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
Faktor lain di luar guru dan murid yaitu :
139Hasil interview bapak Syafa.at pada tgl 2 September 2013 di kelas vi pukul 07
.30
1. Perubahan Kurikulum
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia yang sering kita dengar
adalah dengan adanya perubahan kurikulum dan kurikulum dianggap sebagai
penentu dalam meningkat atau menurunnya mutu pendidikan sehingga setiap
pergantian Menteri Pendidikan maka diadakan perubahan kurikulum. Tambalsulam kurikulum dalam istilahnya sering kita dengar, sehingga kurikulum
pendidikan dipandang hanya untuk memenuhi hasrat pemegang kebijakan bidang
pendidikan semata. Dengan kata lain, guru dan siswa dijadikan sebagai kelinci
percobaan yang menunjukkan perubahan dari waktu kewaktu. Sebenarnya,
kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran hanyalah asset mati yang
diciptakan manusia untuk memperlancar dan mengarahkan jalannya proses
pendidikan semata.
Kemudian cara guru memotivasi siswa dalam membangun pola interaksi
edukasi yang dilaksanakan oleh guru dan siswa merupakan asset hidup yang
memang harus diperhatikan karena sangat erat kaitannya dengan mutu
pendidikan yang sebenarnya. Seperti apa yang telah diungkapkan guru PAI bahwa
perubahan kurikulum membuat kebingungan dan kurang konsisten dalam program
pengajaran yang dilakukan guru meskipun ini bukan menjadi penghambat yang
terasa karena guru yang tanggap akan perubahan akan menganggap hal itu biasa
tidak menjadi halangan dalam proses pembelajaran.140 Contohnya kurikulum
KBK menekankan pada tujuan yang ingin dicapai sedangkan pembelajaran
kontekstual menekankan pada skenario pembelajaran yang dikembangkan sendiri
oleh guru Jadi kesimpulannya secara tidak langsung perubahan kurikulum
menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan
kontekstual di kelas.
2. Media Gambar (Visual)
140Ibid
Dalam menyelesaikan suatu masalah siswa berusaha untuk mencari datadata atau media gambar yang mendukung untuk menemukan materi yang telah
dipelajarinya. Data atau media gambar yang mendukung tentu sesuatu yang
sangat berharga bagi siswa dalam menyesaikan masalah. Sarana dan prasarana
dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru memerlukan berbagai sarana
pendukung dalam kelancaran pembelajaran kontekstual sebaliknya juga demikian
dengan siswa. Menurut salah satu guru di SDI ini mengemukakan bahwa
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajarn
yang baik, namun hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana menentukan
jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru disinilah timbul
bagaimana mengelola proses belajar mengajar yang bisa berhasil dengan baik.
Semua ini akan berlaku baik jika guru yang mengajar dengan menggunakan
sarana dan prasarana dan dapat mengerti manfaat dan kegunaan sarana dan
prasarana tersebut.141 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan guru PAI di sana
masih kurangnya fasilitas seperti gambar visual, belum ada pembelajaran dengan
multimedia khususnya untuk PAI karena terkadang guru kurang faham soal
teknologi computer.
141Hasil Interview informal bersama bapak Ansori tgl 17 Juli 2013 di halaman sek
olah
b. Faktor pendukung
1. Input siswa
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pengajar di sana bahwa
input siswa yang akan belajar di SDI Bayanul Azhar ini dilakukan dengan melalui
penyeleksian yang begitu ketat, yakni dengan adanya tes membaca do.a
do.a,
tes baca tulis dan juga interview sehingga sikap dan perilaku siswa akan kelihat
an.
Dengan adanya ini maka nantinya akan memudahkan guru dalam mendidik dan
membina siswa di sekolah. Terkait ini Bapak kepala sekolah Bapak Atim
menerangkan :
sebenarnya bukan tes, karena tidak dibenarkan dalam penerimaan anak
didik tingkat SD diberlakukan tes, berbeda ketika masuk di SMP maupun
SMA. Tes di sini tujuannya yaitu untuk memetakan anak didik nanti di
kelas mana dan memang SDI Bayanul Azhar ini penerimaan siswanya
terbatas. 142
Pada intinya di SDI Bayanul Azhar merupakan sekolah dasar favorit dan
dan terbatas dalam penerimaan siswanya. Penyeleksian dalam bentuk tes yang
diberikan memang untuk pemetaan saja, akan tetapi dibalik itu semua tersimpan
harapan bahwa siswa yang terseleksi benar
benar siswa pilihan utamanya dalam
hal perilaku keagamannya.
2. Kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan kontekstual sebagai
hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. Maksudnya para guru hendaknya
menyadari tentang perlunya pembaharuan strategi belajar mengajar. Untuk itu
para konsertatif diharapkan mengikuti tentang pembaharuan tersebut. Sehingga
mempunyai kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan baru yang tidak
monoton sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan. Dalam kelas
kontekstual guru harus mampu mengatur siswa dengan baik, mengembangkan
metode mengajar yang diterapkan, mengadakan evaluasi dan membimbing
siswanya dengan baik.
142 Hasil Interview Bapak Drs. Atim tanggal 27 Agustu 2013 di Kantor
3. Peran aktif kepala sekolah, guru serta semua karyawan ikut serta
membina suasana keislaman dengan beberapa kebiasaan diantaranya
husna, membaca Al
Qur.an degan tartil, hafalan perkalian dan sebagainya.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar siswa terbiasa dan tidak asing
bahkan terbiasa membaca Al Qur.an sebagai pedoman hidup umat Islam dan
mengenal surat surat pendek Al-Qur.an dan dapat menghafalnya dengan
baik. 144
Data tersebut dicrosscheck peneliti dengan mengadakan observasi
secara langsung di kelas. Berdasarkan dari hasil pengamatan :
144Hasil interview dengan bapak syafa.at tgl 17 Juli 2013 di depan kelas vi puku
l 11.00
145Hasil observasi di kelas 6B saat pelajaran dimulai
146 Hasil interview non formal dengan Bu Shof, tgl 19 Juli 2013 pukul 10.30 di m
ushala
147Hasil interview bapak Syafa.at pada tanggal 2 September 2013 di kelas vi puku
l 07.30
Siswa Membaca do.a bersama dilaksanakan sebelum kegiatan belajar
mengajar berlangsung, kira-kira 5-10 menit dan teknik membacanya
adalah bersama-sama, kemudian dilanjutkan membaca Al
Qur.an
dengan dicontohkan salah satu murid yang lancer membaca dan diikuti
murid lainnya sekitar 15 menit atau beberapa ruku.. Dilanjutkan hafalan
perkalian sampai waktu kurang lebih 30 menit. 145
b,. Shalat jama.ah dhuha dan shalat dhuhur
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu guru di SD I bayanul
Azhar menjelaskan bahwa:
Dengan sholat berjama.ah siswa dapat saling mengenal satu dengan yang
lain. Sehingga menumbuhkan atau mempererat tali silaturahim baik siswa
dengan guru, maupun antar siswa. Yang intinya sholat sholat jama.ah
dengan diimami temannya sendiri menjadi pembelajaran untuk murid juga
dalam upaya pembinaan Akhlakul karimah siswa. 146
Bentuk pembinaan karakter dengan pelaksanaan shalat dluha dan dhuhur
berjama.ah harapannya siswa dapat saling mengenal satu dengan yang lain adik
kelas kakak kelasnya. Mengutip keterangan dari pak Syafa.at
Alhamdulillah
anak anak telah terbiasa shalat dhuha sendiri tanpa bentakan bapak guru. 147
Memperkuat data tersebut berikut keterangan yang diberikan siswa bahwa
shalat dhuha biasanya dilakukan sendiri kadang diimami kelas vi kalau Shalat
Dhuhur berjama.ah sebelum pulang sekolah diimami pak guru. 148 Jelas di sini
terlihat bahwa dengan pelaksanaan shalat dhuha dan dhuhur bagi siswa, mereka
telah mengamalkan pelajaran fiqh yang diberikan, bisa mempraktekkan posisi
pada waktu shalat baik sebagai imam maupun sebagai makmum beserta tata cara
yang benar.
6., Kegiatan keagamaan yang bervariasi
148Hasil interview Nisa dkk , tgl 12 Agustus 2013 di dalam kelas vB pukul 09.30
149Hasil interview bapak Syafa.at tgl 20 Juli2013 di ruang kelas vi pukul 09.30
Pertama, PHBI yaitu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperingati dan merayakan hari-hari besar islam sebagaimana biasanya
diselenggarakan oleh masyarakat islam seluruh dunia berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa besar bersejarah. Kegiatan hari-hari besar Islam
dilaksanakan sesudah atau sebelum tanggal hari besar islam tersebut. Misalnya
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, menyambut bulan suci ramadhan
dan sebagainya. Peringatan ini dilaksanakan pada hari efektif sekolah,
kegiatan ini maksudnya supaya siswa dapat menelaah makna dari peringatan
hari-hari besar Islam, dan para siswa melakukan serangkaian kegiatan positif
yang berkaitan dengan implementasi atas potensi yang bersifat akademik,
wawasan, maupun ketrampilan atau keahlian khusus dibidang seni atau
kebudayaan islam biasanya dengan menampilkan rebana, MTQ dari ekstra
sekolah SDI bayanul Azhar.149
Kedua, Melaksanakan istighosah, kajian kitab kuning, dan pengajian
umum. Istighasah rutin ada tiap hari Minggu pagi meskipun pelaksaannya
I Bayanul Azhar
Guru tidak sekedar memberi contoh akan tetapi benar
benar bisa di contoh.
Pemaparan diatas di dukung oleh pemikiran H.M. Arifin dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam sebagaimana telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, menurutnya Model yang ideal bagi proses pendidikan Islam
sejalan dengan nilai-nilai religius islami dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Pandangan religious. Bahwa tiap manusia adalah makhluk berketuhanan
yang mampu mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertaqwa
dan taat kepada Allah.
2. Proses kependidikan, diarahkan kepada terbentuknya manusia muslim yang
mengabdi dan berserah diri kepada Allah sepenuhnya.
3. Kurikuler. Proses kependidikan Islam harus diisi dengan materi pelajaran
yang mengandung nilai spiritual, yang komunikatif kepada maha pencipta alam,
serta mendorong minat manusia didik untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Strategi operasionalisasinya adalah meletakkan anak didik berada dalam
proses pendidikan sepanjang hayat sejak lahir sampai meninggal dunia.153
Pendapat diatas juga didukung oleh Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Agama Islam, menurutnya ada beberapa usaha yang
dilakukan oleh guru antara lain ialah:
a. Memberikan contoh atau teladan.
b. Membiasakan (tentunya yang baik).
153H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. .., hal. 119
c.
d.
e.
f.
g.
Menegakkan disiplin.
Memberi motivasi atau dorongan.
Memberikan hadiah terutama psikologis.
Menghukum (mungkin dalam rangka pendisiplinan).
Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif.
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis mengambil
beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis, yang disesuaikan
dengan tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga memberikan
saran - saran yang dirasa masih relevan dan perlu, dengan harapan dapat dijadika
n
sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan Islam umumnya.
A. Kesimpulan
Berpijak dari hasil penelitian, yang penulis lakukan mengenai pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di
SDI bayanul azhar telah dilakukan dengan konsisten sejak dulu. Pendekatan
kontekstual menjadi model yang sangat efektif dan sangat tepat untuk diterapkan
pada proses pembelajaran PAI karena dari unsur materinya selalu dikaitkan
dengan keadaan yang dialami siswa dan karakteristik model CTL guru tidak
selalu mendominasi dalam pembelajaran akan tetapi mengajak siswa untuk selalu
aktif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menantang.
Adapun dalam pelaksanaannya di SDI Bayanul Azhar pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di kelas telah menerapkan tujuh asas
pembelajaran kontekstual. Tujuh asas tersebut yaitu 1) constructivism (siswa
membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep - aturan, analisissintesis), 2) questioning (eksplorasi, membimbing,menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), 3) inquiry (identifikasi,
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan kontekstual di SDI Bayanul Azhar Bendiljati kulon, maka
dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain:
a. Lembaga pendidikan yang berwenang
Diharapkan benar
benar mendukung dan mengawal pelaksanaan
pembelajaran kontekstual pada pembelajaran PAI khususnya karena dari hasil
penelitian penerapan pendekatan kontekstual dalam mata pelajaran PAI sangat
memberikan kontribusi bagi prestasi serta dapat meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Dapat menerapkan pembelajaran kontekstual seperti yang disebutkan di
atas perlu diterapkan secara berkesinambungan, agar guru senantiasa melakukan
upaya-upaya perbaikan dalam tindakan pengajarannya utamanya dalam
pengoptimalan implementasi dari asas
asas tujuh dalam pembelajaran
kontekstual sehingga akan benar
benar terintegrasi satu sama lain dan pada
akhirnya terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman.
c. Bagi Siswa
1) Agar siswa selalu antusias dalam KBM, lebih berani mengungkapkan
gagasannya, berkomunikasi dan berkerjasama dengan teman kelompoknya,
membiasakan aktif dalam segala permasalahan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan seharihari.
2) Agar siswa lebih meningkatkan motivasi belajar, sebab terbukti bahwa siswa
yang memiliki hasil belajar yang baik adalah siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Al Barry, Dahlan & Partanto, Pius. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola.
Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Bunguin, Burhan. (2001) Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Departemen Agama RI (2002) Al
Qur.an dan Terjemah, Jakarta : Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al Qur.an.
Egan. Kieran. (2009) Pengajaran Imajinatif, t.tp:: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Habibullah, Ahmad dkk. (2010) Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
t.tp.:: Puslitbang Pend. Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kemenag RI
Hamalik, Oemar. (2010) Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendeatan
Sistem, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. (2011) Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi,
Bandung : Refika Aditama.
Kulsum, Umi. (2011) Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM,
Surabaya : Gena Pratama Pustaka.
Mulyana, Deddy. (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2008) Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. (2011) Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lampiran 2
PEDOMAN INTERVIEW
Informan: Guru Pendidikan Agama Islam
Interview pertama
1. Strategi apakah yang bapak gunakan dalam proses pembelajaran PAI secara
umum?
2. Menurut pengalaman bapak hal apa saja yang perlu disiapkan dalam sebuah
pembelajaran kontekstual, baik untuk siswa maupun kelasnya ?
3. Secara garis besar bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan kotekstual ?
4. Metode apa saja yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual pada
pembelajaran PAI di kelas ?
5. Apakah ada perbedaan format program pembelajaran kontekstual dengan
format pembelajaran lainnya ( konvensional ) ? jikalau ada apa perbedaan
yang mendasar dari keduanya?
6. Menurut pengalaman bapak, apa saja yang menjadi kata kunci dari program
pembelajaran ala kontekstual ?
7. Bagaimana system evaluasi atau penilaian yang bapak lakukan di kelas ?
8. Bagaimana dengan minat serta hasil prestasi belajar kognitif siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran PAI sebelum dan setalah menggunakan
pendekatan kontekstual ?
Interview kedua
1. Menurut bapak bagaimana konsep pembelajaran ala kontekstual itu ?
2. Bagaimana prinsip serta strategi dalam pembelajaran PAI dengan
pendekatan kontekstual di kelas ?
3. Dalam penerapan asas konstruktifis (siswa membangun sendiri
pengetahuannya) apa yang dialakukan guru agar siswa mengkonstruk
sendiri pemahamannya ?
Lampiran 4
Pedoman Dokumentasi
Lampiran 3
PEDOMAN OBSERVASI
STAIN BARU
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
TULUNGAGUNG
Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Telp. (0355) 321513 fax. (0355) 321656
Tulungagung KP. 66221
KARTU BIMBINGAN
NAMA
:
SITI FITRIYAH
NIM
:
3211093025
JURUSAN
:
TARBIYAH
PROGRAM STUDI
:
PAI
DOSEN PEMBIMBING
:
LULUK
JUDUL SKRIPSI
:
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan
Kontekstual di SD I Bayanul Azhar Bendiljati Kulon
No
Tanggal
Materi/Masalah
Tanda Tangan
1.
17 Mei 2013
Proposal
2.
23 Mei 2013
Revisi proposal
3.
10 Juni 2013
Pengajuan proposal baru
4.
17 Juni 2013
Pengajuan Bab I, II, III
5.
24 Juni 2013
Revisi Bab I, II ,III
6.
3 Juli 2013
Revisi Bab I, II, III
7.
17 Juli 2013
ACC Bab I,II,III
8.
22 Juli 2013
Pengajuan Bab IV dan IV
9.
24 Juli 2013
ACC keseluruhan
Catatan : Kartu agar dibawa waktu bimbingan untuk diisi oleh pembimbing
Ketua Jurusan
Dosen Pembimbing
SITI FITRIYAH
(NIM. 3211093025 )
P6180133.JPG
P6180134.JPG
DOKUMENTASI KEGIATAN
P6180140.JPG
P6180141.JPG
Gambar 3. Ruang kelas bagian timur
G:\DCIM\100OLYMP\P6260163.JPG
G:\DCIM\100OLYMP\P6260165.JPG
kkkkk
G:\DCIM\100OLYMP\P6130114.JPG
P6180152.JPG
G:\DCIM\100OLYMP\P7160473.JPG
G:\DCIM\100OLYMP\P7160466.JPG