OLEH:
NURUL SEKAR ANGGAR SARI, S.KH
061423143024
061423143022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam suatu peternakan ayam, dapat terjadi banyak sekali variasi penyakit
yang sudah sangat dipahami atau familiar bagi peternak terutama peternak skala
menengah dan besar. Berbicara keberhasilan mengenai peternakan (tanpa tergantung
skala bisnisnya) oleh seorang peternak ditentukan dari pengetahuan dan pemahaman
dengan pengenalan sumber hambatan dan ancaman dari penyakit yang mungkin dapat
menjadikan ledakan penyakit menular dan berakibat sangat merugikan. Oleh sebab
itu, pengamanan dan menjauhkan ternak ayam dari sumber wabah dan hambatan
potensial tersebut menjadi prioritas dan perhatian khusus.
Jenis penyakit ayam yang tidak diketahui sebagai virus alami atau parasit yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Infeksi yang terdapat pada ayam dapat menularkan
ke ayam lainnya. Sulitnya peternak mendapatkan informasi tentang jenis jenis
penyakit pada ayam merupakan ancaman besar bagi para peternak. Sulitnya pasien
dalam mendiagnosa penyakit ayam secara dini, akan menyebabkan keterlambatan atas
penangulangan penyakit dan kematian ayam. Hal ini, merugikan bagi peternak dengan
berkurangnya populasi jumlah ternaknya. Begitu juga dengan ayam lainnya bisa
tertular penyakit yang disebabkan oleh ayam yang sudah terinfeksi sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan isolasi dan identifikasi
bakteri penyebab penyakit pada ayam.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
didapatkan rumusan masalah, yaitu apakah bakteri penyebab penyakit pada sistem
digestivus ayam?
1
1.3
Tujuan
Tujuan dari isolasi dan identifikasi ini adalah untuk mengetahui spesies bakteri
Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah mendapatkan isolat bakteri penyebab penyakit
pada sistem digestivus ayam dengan cara isolasi dan identifikasi bakteri sehingga
dapat diketahui secara langsung bentuk koloni, morfologi, serta sifat sifat biokimia
dari bakteri penyebab penyakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ayam Buras
Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan
merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi,
maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan
ayam ras (Sarwono, 1991). Penyebaran ayam kampung hampir merata diseluruh
pelosok tanah air. Ayam kampung berukuran kecil dan bentuknya agak ramping, berat
badannya mencapai 1,4 kg pada umur 4 bulan, produksi telur mencapai 135
butir/tahun. Jenis ini memiliki bulu warna putih, hitam, coklat, kuning kemerahan,
kuning atau kombinasi dari warna - warna tersebut (Cahyono 2002).
2.2
Fowl Cholera
Bakteri penyebab penyakit Fowl Cholera pada ayam adalah Pasteurella
multocida tipe A. Kuman secara normal hidup dalam saluran pernafasan bagian atas,
namun dapat menjadi patogen bila kondisi tubuh menurun. Enzim Hyaloronidase
akan merusak jaringan sekitarnya dan memudahkan penyebaran kuman. Dalam usus
kuman berpenetrasi melewati dinding usus mengikuti aliran darah dan menimbulkan
septicaemia. Kuman sampai ke tempat predileksi hingga menimbulkan haemorrhage.
Pada infeksi ini akan ditemukan diare ringan sampai berat dan disertai darah
(Tyaningsih dkk., 2010).
Kuman ini berbentuk coccobacillus bersifat Gram negatif dan bipoler. Pada
usia muda kuman berkapsul dan akan menghilang kapsul nya pada usia lanjut. Kuman
ini tidak bergerak dan tidak membentuk spora (Tyaningsih dkk., 2010).
2.3
Colibacillosis
3
Bakteri penyebab penyakit Colibacillosis adalah Eschericia coli. Bakteri ini dapat
hidup dilantai kandang, rumput atau air yang terkontaminasi oleh kotoran ternak.
Kuman berbentuk batang pendek, berukuran 0,5 X 1,0-3,0 um dan tidak mempunyai
spora. Bentuk bakteri tidak selamanya batang, melainkan dapat dijumpai variasi
bentuk yaitu kokoid, bipolar hingga fiament panjang. Eschericia coli berwarna merah
atau bersifat gram negatif bila dilakukan pewarnaan gram. Eschericia coli mudah
tumbuh pada berbagai media perbenihan di laboratorium. Media padat yang sering
digunakan adalah EMBA, merupakan media selektif untuk pertumbuhan koloni
bakteri Eschericia coli pada media ini bakteri Eschericia coli akan membentuk koloni
hijau metalik dengan pusat koloni berwarna kehitaman.
2.4
Salmonellosis
Bakteri penyebab penyakit Salmonellosis pada unggas adalah S. gallinarum
dan S. pullorum. Penyakit berak putih ini menyerang hewan muda. Unggas dapat mati
tanpa menunjukkan gejala klinis. Bila ada tanda klinis biasanya nafsu makan
menurun, terlihat haus, lesu, sayap terkulai, gangguan saraf, feses berwarna putih atau
coklat kehijauan serta terdapat gumpalang pasta disekitar kloaka. Bakteri ini
berbentuk langsing, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, bersifat Gram negatif.
Pertumbuhan pada media MCA membentuk koloni bulat, permukaan datar dan
berwarna pucat. Pada media TSIA memberi reaksi basa pada bidang miring dan asam
pada bidang tegak, membentuk gas. Bakteri ini tidak memecah urea, tidak membentuk
indol dan tidak membentuk acetyl metyl carbinol daridekstrosa (Tyaningsih dkk.,
2010).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan adalah petri disk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cotton
swab, erlenmeyer, autoclave, ose tumpul dan lancip, bunsen, inkubator, objek glass
dan mikroskop.
bakteri penyebab penyakit dan mengarah pada gejala klinis yang ditunjukkan oleh
ayam tersebut. Sampel kemudian dibawa ke Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Uji selanjutnya dilakukan pada media biokimia yaitu TSIA, SIM, MR-VP, SCA dan
Urea Agar.
Penumbuhan bakteri pada TSIA bertujuan untuk membedakan bakteri
berdasarkan kemampuan memfermentasi glucose dan lactose, dan kemampuan
memproduksi H2S. Perubahan warna dari merah menjadi kuning pada lereng dan
dasar media menunjukkan bahwa bakteri memfermentasi glucose dan lactose. Warna
hitam diantara lereng dan dasar media menunjukkan terbentuknya H2S (Gani, 2003).
Uji indol pada media SIM digunakan untuk melihat kemampuan bakteri mendegradasi
asam amino triptofan secara enzimatik. Hasil uji indol yang diperoleh positif karena
terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya
bakteri ini membentuk indol dari triptofan sebagai sumber karbon (Volk and Wheeler,
1993). Bakteri motil biasanya setelah diinokulasikan ke dalam media SIM
pertumbuhannya akan menyebar, sedangkan yang bakteri nonmotil pertumbuhannya
hanya ada di daerah tusukan (Cappuccino and Sherman, 2005). Uji MR menggunakan
methyl red sebagai indikator pH untuk mengetahui keasaman bakteri memfermentasi
glukosa. Organisme akan terus memproduksi asam dalam inkubasi lebih lanjut (2-5
hari). Produksi asam yang tinggi mengalahkan phosphate buffer sehingga
menyebabkan pH rendah dan menunjukkan warna merah pada media (MacFaddin,
1985). Media SCA digunakan untuk melihat kemampuan organisme berdasarkan
kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon. Media ini mengandung
indikator biru bromtimol yang akan berubah menjadi biru pada reaksi positif dan tetap
hijau jika reaksi negatif (Volk and Wheeler, 1993). Uji urease digunakan untuk
mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease
akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif
jika tidak terjadi perubahan warna (Gani, 2003).
BAB IV
HASIL PEMERIKSAAN
menjadi merah menjadi kuning juga tebentuk gas. Uji biokimia Indol menunjukkan
hasil positif dengan terbentuknya cincin pink setelah ditetesi reagen Kovac. Uji
biokimia Methyl Red menunjukkan hasil negatif dengan tidak terjadinya perubahan
warna setelah ditetesi reagen Methyl Red. Uji VP menunjukkan hasil negatif dengan
tidak terjadinya perubahan warna setelah ditetesi alfa naftol dan KOH. Uji biokimia
SCA menunjukkan hasil negatif dengan tidak terjadinya perubahan warna hijau
menjadi biru. Uji biokimia Urea menunjukkan hasil negatif dengan tidak terjadinya
perubahan warna menjadi merah pada media. Uji biokimia dapat dilihat pada Gambar
4.5.
10
BAB V
PEMBAHASAN
11
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi bakteri dapat disimpulkan bahwa
sampel ayam terinfeksi bakteri Escherichia coli sebagai bakteri penyebab penyakit
Colibacillosis sesuai dengan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13