Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM
: Lingga Irawan
: 04101004027
PENDAHULUAN
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang
mempunyai komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM), otot
kunyah, dan sistem syaraf.6 Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada
tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula
dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara
komponenkomponen ini sangat penting dipelihara kesehatan dan kapasitas
fungsionalnya.
Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang
bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi.Salah satu dari sistem
mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh adalah kebiasaan mengunyah dengan
satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat menimbulkan beberapa gangguan
pada kesehatan rongga mulut, terutama mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam
rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang yang mendukung dalam proses pengunyahan
pada rongga mulut manusia yaitu sendi temporomandibula atau temporomandibular
joint (TMJ) yang mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat awam.
Pada kasus yang terjadi pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu
sisi dapat terjadi gangguan sendi rahang pada rongga mulutnya, yang bila tidak cepat
dilakukan perawatan pada kasus ini akan berkembang menjadi penyakit yang lebih
parah.
Dan perawatan yang dapat dilakukan oleh para praktisi dental terhadap
kelainan STM yang disebabkan oleh kebiasaan mengunyah satu sisi ini bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi beban yang merusak, serta merestorasi
fungsi dan aktivitas normal sehari hari. Dan lebih diutamakan lagi bahwa perawatan
yang dilakukan dapat meminimalisirkan bahkan memberhentikan kebiasaan untuk
mengunyah pada satu sisi.
Pilihan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami masalah
dari sistem mastikasi yaitu dengan perawatan secara konservatif meliputi
mengistirahatkan rahang, obat- obatan, latihan ,perawatan faktor pendorong yang lain,
perawatan psikososial, dan lain lain.
ISI
Pada dasarnya dapat dilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka saat gigi meninggalkan
kontak dengan lawannya dan mandibula turun, kedua fase menutup, saat mandibula
bergerak kembali ke atas sampai terjadinya kontak pertama antara gigi geligi bawah
dan gigi geligi atas, dan fase ketiga fase oklusi ,yaitu saat mandibula kembali ke
posisi interkupasi maksimal dengan dipandu oleh bergesernya kontak gigi- geligi
bawah dan gigi geligi atas.6
Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada
kondilus dengan permukaan bawah discus disebut struktur kondilus diskomplek
(sendi bawah). Gerakan menggelincir terjadi pada sendi bagian atas antara kondilus
disckomplek dengan fosa glenoidalis.
Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi
rotasi dimana discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior
m.pterygoideuslateral inferior dan m.pterygoideuslateral superior berkontraksi. Dan
terjadi translasi dimana discus beserta kondilus bergerak ke anterior mengikuti
guiding line sampai eminentia artikular. Semua ototnya dalam keadaan kontraksi.
Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak ke anterior dan kondilus ke
posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus agar tetap berada pada zona
intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan m.pterygoideus
lateral inferior relaksasi.6
4. Perawatan Sebagai Dokter Gigi
Perawatan yang dilakukan sebagai dokter gigi dalam menangani kelainan pada
sendi temporomandibula dapat memilih perawatan secara konservatif dan operatif.
Pilihan perawatan secara konservatif meliputi mengistirahatkan rahang, obat-obatan,
latihan, terapi panas, splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan
patologi yang lain, protesa, terapi oklusal, perawatan faktor pendorong yang lain dan
perawatan secara operasi bila pasien gagal memberi respon terhadap terapi
konservatif.6
5. Pencegahan Kasus
Pencegahan dalam kasus sendi temporo mandibula yang salah satunya adalah
mengunyah satu sisi dapat dicegah dengan memperbaiki kontak oklusi, menghindari
faktor stress terutama stress emosional dan menghindari aktifitas parafungsional dari
sendi temporomandibula.6
PEMBAHASAN
disfungsi.Rasa nyeri adalah gejala yang bersifat subjektif dan sulit dievaluasi.Dan
setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang berbeda
terhadap rasa nyeri, dan mungkin juga terdapat faktor psikogenik.Beberapa istilah
yang digunakan untuk menunjukkan sifat rasa nyeri, berdenyut-denyut, terbakar, dan
samar-samar.Daerah penyebaran rasa nyeri yang paling sering dari sendi adalah
telinga, pipi, dan daerah temporal.Bunyi keletuk sendi terdengar sewaktu pasien
membuka dan menutup mulut.6Ketidakmampuan untuk mengoklusikan gigi gigi
dengan
normal.Kekakuan
sendi
merupakan
keluhan
yang
paling
sering
Bunyi click : bunyi yang keras dan singkat terdengar klik, seperti saat
mengunci pintu.
Bunyi pop : bunyi yang terdengar pop, seperti letupan singkat saat membuka
tutup botol.
Bunyi krepitasi : suara gesekan (kresek-kresek) yang terdengar saat membuka
mulut, dihasilkan oleh gerakan diskus artikularis melewati permukaan yang
tidak rata.
akibat adanya kelainan struktural dan gangguan akibat adanya penyimpangan dalam
aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan sistem
STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah
disfungsi seperti kebiasaan mengunyah pada satu sisi.3,4,5
o Kelainan Struktural
merupakan gangguan sendi yang dapat berasal dari struktur jaringan lunak
intrakapsular sendi atau struktur jaringan tulang itu sendiri. Rasa nyeri berasal dari
struktur tulang biasanya hanya muncul setelah hilangnya jaringan fibrosa permukaan
artikularis sendi. Bilamana hal ini terjadi kondisi yang diakibatkan disebut arthritis.6
Trauma pada TMJ dapat tejadi karena faktor internal (seperti otot kunyah)
ataupun karena faktor eksternal (seperti pukulan) menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan kondilus sehingga terjadi dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.6
Myofacial pain dysfunction syndrome merupakan kelainan TMJ yang dapat
mengakibatkan kegoyangan gigi yang hebat (hypermobility), keausan permukaan
oklusal dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Pemicu dari sindroma tersebut adalah
spasme otot kunyah sebagai dampak gangguan psikologis.6
Nyeri pada otot adalah suatu bentuk penyakit yang ada didalam tubuh dapat
terjadi karena stimulus seperti panas, tekanan, atau bahan kimia. Penyakit ini
mempunyai efek yang berhubungan dengan sensoris,motoris, atau autonom. Nyeri
yang berasal dari otot adalah penyebab nyeri yang sering terjadi pada kepala dan
leher.Rasa nyeri pada otot adalah suatu penyakit yang dirasakan menyebar seperti
adanya tekanan yang bervariasi, dapat dirasa sebagai berbagai perubahan intensitas
tekanan.Rasa nyeri tersebut tidak mudah dilokalisir, dan sulit diidentifikasi oleh
pasien. Dengan kata lain, sumber dan lokasi dari nyeri dapat berbeda. Nyeri pada otot
di daerah orofasial dipengaruhi oleh kerja fungsional otot selama pengunyahan.6
Dari faktor oklusi yang mana bila terjadi ketidakseimbangan oklusi dapat
terjadi disfungsi pada sendi temporomandibula.Pada hal ini gigi-geligi memegang
peranan penting untuk menjaga agar oklusi dapat berkontak dengan baik antara gigigigi antagonisnya. Gigi gigi tetangga yang hilang secara bertahap akan mengalami
perubahan posisi, dimana perubahan tersebut menyebabkan gerakan artikulasi tidak
lancar, dan pada gigi lawannya akan mengalami ekstrusi. Kebiasaan mengunyah satu
sisi atau unilateral juga mengakibatkan disfungsi oklusal.Sehingga tidak jarang
dijumpai pasien yang mengunyah satu sisi mengalami gangguan sendi dan penyakit
rongga mulut yang komplit. Dari gangguan sendi rahang yang mengakibatkan bunyi
ketika membuka dan menutup mulut, sampai kejadian penyakit periodontal yang
mengakibatkan mobilisasi gigi karena timbulnya kalkulus pada sisi rahang yang
digunakan untuk mengunyah sehingga timbul kalkulus yang dapat membuat jaringan
periodontal dibawahnya menjadi tidak kuat dan pada akhirnya akan goyah.7
Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Saheeb, diketahui bahwa
pengunyahan pada satu sisi dapat mengakibatkan myalgia pada otot pengunyahan
akibat hiperaktivitas dari otot-otot tersebut. Sehingga menimbulkan rasa nyeri pada
temporomandibular joint.5
mengunyah unilateral.Pada gigi yang hilang secara otomatis gigi yang berperan
sebagai gigi antagonisnya tidak begitu berfungsi secara normal.Pada pasien dengan
kehilangan gigi lebih dari satu, dapat menimbulkan resiko untuk terjadi nya karies
bahkan lebih parah lagi adalah kalkulus.Dikarenakan pada sisi yang tidak ada gigi
pada salah satu sisi biasanya tidak enak digunakan untuk mengunyah sehingga
memunculkan kebiasaan untuk mengunyah satu sisi yang masih lengkap.Secara
alamiah, gerakan pengunyahan mempunyai efek untuk timbulnya karang gigi atau
kalkulus. Karena itu, gigi-gigi yang tidak dipakai untuk mengunyah akan mudah
terjadi kalkulus yang merupakan faktor etiologi dari penyakit periodontal. Selain itu,
otot otot pipi yang kurang bergerak karena tidak mengunyah, lama kelamaan akan
menjadi lisut dan wajah terlihat kempot.
Faktor Trauma
Kebiasaan mengunyah satu sisi juga dapat disebabkan oleh trauma.Trauma
dibagi menjadi 2 yaitu :
Faktor Psikologis
Adanya faktor psikologis yang berupa tingkah laku,emosi, dan kepribadian
dapat menjadi faktor pendukung dalam gangguan sendi rahang dan menjadi penyebab
utama dari sindrom rasa sakit disfungsi.Psikolog Freud klasik menunjukkan bahwa
kelainan sendi mungkin merupakan reaksi perubahan mulut dan otot, karena sifatnya
yang ekspresif, bekerja sebagai focus tegangan emosi. Jadi, konflik ini dikeluarkan
dalam bentuk parafungsional seperti bruxizm dan aktivitas otot lain yang tidak
normal.6
Emosi sering terlihat dari wajah dimana ekspresi wajah tersebut berhubungan
erat dengan otot kunyah.Hal ini dapat berupa ketegangan otot yang besar atau
aktivitas parafungsional oromuskular.
d. Perawatan yang Dilakukan
Perawatan yang dilakukan pada gangguan sendi rahang ini diantaranya dapat
dilakukan perawatan secara konservatif dan operatif. Perawatan dari setiap keadaan
harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta waktu dan fasilitas juga perlu
dipertimbangkan.6
terkait,
yakni
sendi
tempromandibular
yang
biasa
disebut
dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Masoumeh Ebrahimi, Hossein Dashti. Temporomandibular Disorders and Related
Factors in a Groupof Iranian Adolescents: A Cross-sectional Survey. J Dent Res
Dent
Clin
Dent
Prospect
2011;
5(4):123-127.
Available
from:http://dentistry.tbzmed.ac.ir/joddd
2. Fumiaki Sato, Koji Kino. Teeth contacting habit as a contributing factor to chronic
pain in patients with temporomandibular disorders. J Med Dent Sci 2006; 53:
103109.
3. Juan Fernando Casanova-Rosado, Carlo Eduardo Medina-Sols. Prevalence and
associated factors for temporomandibular disorders in a group of Mexican
adolescentsand youth adults. Clin Oral Invest. October, 2005.
4. Sitta Jirakulsomchok, MD. Frequency of Temporomandibular joint pain opposite
to the chewing side in patients with unilateral chewing habit. Mahasarakham
Hospital Journal. October 2010; 7 (2).
5. Saheeb. Prevalence of oral and parafunctional habits in Nigerian patients suffering
temporomandibular joint pain and dysfunction. JMBR: A Peer-review Journal of
Biomedical Sciences. June 2005; Vol. 4 (1). 59-64.
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7904/1/09E01617.pdf diakses
tanggal 18 Februari 2013
7. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128113-R17-PRO-182Analisis.pdf diakses
tanggal 18 Februari 2013