Anda di halaman 1dari 105

ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN STATIC ROUTING DAN ENHANCED INTERIOR GATEWAY

ROUTING PROTOCOL PADA LOCAL AREA NETWORK DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Ju
rusan Teknik Informatika
oleh :
RIO FERNANDO 10951005610
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU P
EKANBARU 2013

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN


ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN STATIC ROUTING DAN ENHANCED INTERIOR GATEWAY
ROUTING PROTOCOL PADA LOCAL AREA NETWORK DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau
Oleh :
RIO FERNANDO 10951005610
Telah diperiksa dan disetujui sebagai laporan Kerja Praktek di Pekanbaru, pada t
anggal 05 Febuari 2013
Pekanbaru, Pembimbing Perusahaan PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
FAISAL RACHMADIANTO NETWORK & TELEPHONY TEAM

LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN


ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN STATIC ROUTING DAN ENHANCED INTERIOR GATEWAY
ROUTING PROTOCOL PADA LOCAL AREA NETWORK DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK Oleh :
RIO FERNANDO 10951005610
Telah disetujui dan disahkan sebagai laporan Kerja Praktek di Pekanbaru, pada ta
nggal 03 Juni 2013
Koordinator Kerja Praktek
Pembimbing Kerja Praktek
Pizaini, ST NIP. 130 512 061 Mengetahui,
Surya Agustian, ST, M.Kom NIP. 19771128 200710 1 003
Ketua Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
DR. Okfalisa, ST, M.Sc NIP. 19771028 200312 2 004

ABSTRAK
Dalam Local Area Network (LAN) maupun Wide Area Network diperlukan metode vital
yang disebut routing. Routing merupakan sebuah proses pencarian path atau alur g
una memindahkan informasi dari host sumber (source address) ke host tujuan (dest
inations address) melalui koneksi internetwork. Metode routing cukup beragam, ma
sing masing metode routing disebut dengan protokol routing. Secara garis besar p
rotokol routing terbagi dua jenis, yakni dynamic routing dan static routing. Pen
elitian ini menganalisa tentang performa dari dua protokol routing, yakni Static
Routing dan dynamic routing EIGRP. Penelitian ini juga mempresentasikan simulas
i penerapan kedua protokol routing tersebut
menggunakan Cisco Packet Tracer. Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan menge
nai perbandingan analisa preforma Static Routing dan dynamic routing EIGRP beser
ta kesimpulan dan saran penerapannya pada LAN.
Kata Kunci : LAN, routing, protokol routing, static routing, EIGRP.

KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang tela
h memberikan ridha dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek di
PT. Chevron Pacific Indonesia beserta laporan kerja praktek ini. Kerja Praktek
ini merupakan mata kuliah wajib untuk menyelesaikan pendidikan S1 pada jurusan T
eknik Informatika Uin Suska Riau. Laporan kerja praktek ini disusun berdasarkan
pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan di PT. Chevron Pacific Indonesia
distrik Duri pada tanggal 04 Desember 2012 sampai dengan 04 Januari 2013. Dalam
kerja praktek ini penulis mengambil judul ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN STAT
IC ROUTING DAN ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA LOCAL AREA NETWOR
K DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA yang dilaksanakan di Department IT Telnet, dis
trik Duri-Riau. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis menghadapi berbagai
masalah, tetapi berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak kerja praktek i
ni dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penul
is tujukan kepada: 1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. 2. Untuk seluruh keluarga
penulis yang telah memberikan dukungan. 3. Ibu. Oktfalisa selaku Ketua Jurusan
Teknik Informatika TA 2012/2013 4. Bpk. Novriyanto selaku Ketua Jurusan Teknik I
nformatika TA 2011/2012. 5. Bpk. Pizaini selaku Koordinator Kerja Praktek TA 201
2/2013 6. Bpk. Nazruddin Syafaat selaku Koordinator Kerja Praktek TA 2011/2012.
7. Bpk. Surya Agustian selaku dosen pembimbing Kerja Praktek. 8. Untuk dosen-dos
en Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Suska Riau.
i

9. Bpk. Elwin F. Nasution selaku pimpinan HR Rumbai. 10. Bpk. Nurzal yang telah
memberikan kami pengarahan di hari pertama kami kerja praktek. 11. Bpk. Faisal R
achmadianto selaku IT Engineer dan Pembimbing Kerja Praktek dari PT Chevron Paci
fic Indonesia yang telah memberikan memberikan wawasan, pengetahuan serta arahan
hingga
terselesaikannya laporan ini. 12. Bang Ade Susanto yang telah memberikan pengara
han mengenai IP Routing. 13. Seluruh tim IT Telnet dan IT PCN yang telah membant
u kami secara langsung maupun tidak. Terima kasih telah menerima kami. 14. Kak D
ewi, Kak Dede, dan Bang Alif yang selalu bersedia membantu kami dan memberikan i
nformasi selama pelaksanaan Kerja Praktek. 15. Untuk teman-teman yang juga KP di
PT Chevron Pacific Indonesia Duri ; Isma, Lia, Kak Farisha, Tri, Nindo, Rangga,
Bang Didi, Ita, Habib, Jhon, dan Tumbur. Terima kasih telah bersama kami dan be
rsedia berbagi cerita selama 1 bulan ini. 16. Untuk teman-teman seperjuangan di
jurusan Teknik Informatika UIN SUSKA RIAU. Terima kasih atas segala dukungannya
kepada kami. 17. Semua karyawan yang ada di meshall Merapi dan Talang. Terima ka
sih atas semua pelayanannya. 18. Pak Budi dan semua sopir IOT dan ICT yang selal
u bersedia mengantar kami. Terima kasih atas semua cerita dan pengalamannya. 19.
Satpam IT Tower yang selalu menyambut kami setiap pagi. 20. Bapak petugas laund
ry dan seluruh staff indocater yang telah memberikan kami layanan penginapan dan
laundry selama menjalani Kerja Praktek. Terima kasih atas semua kenyamanan yang
telah diberikan. 21. Warga tetangga di lingkungan Talang 134 dan 205.
ii

22. Dan untuk semua pihak yang telah mendukung kami yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan k
erja praktek ini terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja. Selain itu,
penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya lapor
an yang lebih baik di masa yang akan datang melalui email penulis porlodialga@gm
ail.com atau hatake.bee@gmail.com. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, baik dari pihak PT. Chevron Pacific Indonesia, UIN SUSKA RIA
U maupun dari kalangan akademis serta masyarakat umum.
Duri, ... Januari 2013
Penulis
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................
........................... I DAFTAR ISI .......................................
................................................................. IV DAFTAR GAMB
AR .............................................................................
.............VII DAFTAR TABEL ..................................................
................................................X BAB I PENDAHULUAN ............
........................................................................I-1 1.1
1.2 1.3 1.4 1.4 1.6 Latar Belakang Kerja Praktek ...............................
................................I-1 Rumusan Masalah ............................
.....................................................I-2 Tujuan Kerja Praktek ..
..........................................................................I-2 Ba
tasan Masalah...................................................................
.................I-3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ................
....................I-3 Sistematika Penulisan ..................................
.........................................I-4
BAB II PROFIL PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA ............................... II-1
2.1 2.2 2.3 Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia .............................
................. II-1 Wilayah dan Lokasi Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia .
............ II-5 Kegiatan Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia ................
............... II-7
2.3.1 Kegiatan Eksplorasi ......................................................
.................. II-8 2.3.2 Kegiatan Produksi ................................
........................................... II-9 2.4 Departement IT Telnet Duri.
............................................................. II-11
2.4.1 Struktur Organisasi ......................................................
................. II-12 2.4.2 Tugas IT Telnet ..................................
........................................... II-13 BAB III TUGAS KERJA PRAKTEK ..
............................................................ III-1 3.1 3.2 3.3 U
raian Tugas Kerja Praktek ......................................................
......... III-1 Analisa Permasalahan ...........................................
............................. III-2 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek ............
.......................................... III-3
iv

3.4
Metode Pengerjaan Kerja Praktek ................................................
..... III-3
BAB IV LANDASAN TEORI...........................................................
................IV-1 4.1 Jaringan Komputer .....................................
........................................IV-1
4.1.1 Pengertian Jaringan Komputer..............................................
.........IV-1 4.1.2 Jenis-Jenis Jaringan Komputer...............................
........................IV-1 4.1.3 Model OSI Layer..............................
..............................................IV-3 4.1.4 Model TCP/IP ..........
......................................................................IV-9 4.1.5
Perangkat Jaringan ............................................................
...........IV-12 4.2 Virtual LAN ...............................................
......................................IV-13
4.2.1 Pengertian VLAN...........................................................
..............IV-14 4.2.2 Trunking .............................................
..........................................IV-14 4.2.3 VLAN Trunking Protocol ...
..........................................................IV-15 4.3 IP Addressin
g Dan Subnetting .........................................................IV-15
4.3.1 IP Address ...............................................................
.....................IV-15 4.3.2 Subnetting.....................................
................................................IV-21 4.4 Routing Protocol .....
.........................................................................IV-24
4.4.1 Pengertian IP Routing ....................................................
..............IV-24 4.4.2 Static Routing .......................................
........................................IV-25 4.4.3 Dynamic Routing Protocol....
.......................................................IV-25 BAB V IMPLEMENTASI
DAN ANALISA...................................................... V-1 5.1 Desain
Jaringan ......................................................................
............. V-1
5.1.1 Requirements .............................................................
...................... V-1 5.1.2 IP Addressing Dan Subnetting ..................
...................................... V-2 5.1.3 Desain Topologi Jaringan ......
......................................................... V-3 5.2 Simulasi Jarin
gan ............................................................................
.... V-6
5.2.1 Konfigurasi VLAN..........................................................
................ V-7 5.2.2 Konfigurasi Server ..................................
...................................... V-15 5.2.3 Konfigurasi Routing Pada Jarin
gan............................................... V-25
v

5.3
Analisa Routing ................................................................
................. V-34
5.3.1 Analisa Static Routing ...................................................
................ V-37 5.3.2 Analisa EIGRP ......................................
........................................ V-39 BAB VI PENUTUP ...................
........................................................................VI-1 5.1
Kesimpulan ....................................................................
....................VI-1 5.2 Saran..............................................
.....................................................VI-1 DAFTAR PUSTAKA
vi

DAFTAR GAMBAR
BAB II 2.1 2.2 2.3 BAB IV 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.1
3 4.14 4.15 4.16 4.17 BAB V 5.1 5.2 5.3 Topologi Jaringan Pekanbaru.............
................................................. V-3 Topologi Jaringan Minas...
.................................................................. V-4 Topologi
Jaringan Duri ..................................................................
..... V-5 OSI Layer ............................................................
...............................IV-3 Lapisan Fisik OSI Layer ....................
................................................IV-4 Lapisan Data Link OSI Layer
............................................................IV-5 Network Layer
OSI Layer ..................................................................IV-6
Lapisan Transpor OSI Layer ....................................................
..........IV-7 Lapisan Session OSI Layer .......................................
.........................IV-8 Lapisan Presentasi OSI Layer .....................
.......................................IV-9 Lapisan Aplikasi OSI Layer .........
......................................................IV-9 TCP/IP...............
...............................................................................I
V-10 Virtual LAN ...............................................................
......................IV-14 IP Address .........................................
...............................................IV-15 IP Address Kelas A ........
..................................................................IV-17 IP Addre
ss Kelas B .....................................................................
.....IV-17 IP Address Kelas C ..................................................
........................IV-18 Struktur Kelas Multicast Address..................
...................................IV-20 Subnetting.............................
............................................................IV-22 Contoh Subnett
ing ............................................................................
IV-24 Wilayah Operasi PT Chevron Pacific Indonesia di Riau ....................
II-7 Struktur Organisasi IBU Information Technology ...........................
II-12 Struktur organisasi IT TELNET ............................................
........... II-13
vii

5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13 5.14 5.15 5.16 5.17 5.18 5.19 5.20 5
.21 5.22 5.23 5.24 5.25 5.26 5.27 5.28 5.29 5.30 5.31 5.32 5.33
Topologi Jaringan Dumai.........................................................
........... V-6 Topologi Jaringan Keseluruhan ..................................
........................ V-7 Konfigurasi VLAN Distrik Pekanbaru ................
............................... V-8 Konfigurasi Trunking Distrik Pekanbaru .....
...................................... V-9 Konfigurasi Router Distrik Pekanbaru
............................................... V-9 Tes Konektivitas VLAN Pekanb
aru.................................................... V-9 Konfigurasi VLAN Dis
trik Duri ...................................................... V-10 Konfiguras
i Trunking Distrik Duri ................................................... V-10
Konfigurasi Router Distrik Duri ...............................................
....... V-11 Tes Konektivitas VLAN Duri ........................................
................... V-11 Konfigurasi VLAN Distrik Minas ........................
........................... V-12 Konfigurasi Trunking Distrik Minas ............
.................................... V-12 Konfigurasi Router Distrik Minas .....
............................................... V-12 Tes Konektivitas VLAN Minas
........................................................ V-13 Konfigurasi VLAN
Distrik Dumai ................................................... V-13 Konfigura
si Trunking Distrik Dumai ............................................... V-14 K
onfigurasi Router Distrik Dumai ................................................
... V-14 Tes Konektivitas VLAN Dumai............................................
............ V-14 Topologi Server ..............................................
................................... V-15 Konfigurasi IP FTP ....................
....................................................... V-16 Konfigurasi DNS pad
a FTP .............................................................. V-16 Konfig
urasi FTP pada DNS & FTP .................................................. V-17
Testing FTP ...................................................................
.................... V-17 Konfigurasi IP Email Server ..........................
................................... V-18 Konfigurasi SMTP & POP3 pada Email Serv
er ............................... V-18 Testing Email-Mengirim Email Di Divisi I
T.................................... V-19 Testing Email-Proses Login ..........
.................................................... V-19 Testing Email-Menu Lay
anan ........................................................... V-20 Testing Em
ail-Mengirim Email ........................................................ V-20
Testing Email-Menerima Email ..................................................
...... V-21
viii

5.34 5.35 5.36 5.37 5.38 5.39 5.40 5.41 5.42 5.43 5.44 5.45 5.46 5.47 5.48 5.49
5.50 5.51 5.52 5.53 5.54
Testing Email-Proses Login Penerimaan Email................................ V-21
Testing Email-Penerimaan Email Berhasil .......................................
V-22 Konfigurasi IP HTTP ......................................................
.................. V-22 Konfigurasi Service HTTP................................
................................ V-23 Testing Service HTTP .....................
.................................................. V-23 Topologi Router ........
........................................................................ V-24 To
pologi 1 Simulasi Static Routing ...............................................
V-30 Topologi 2 Simulasi Static Routing .......................................
........ V-31 Topologi 1 Simulasi EIGRP ........................................
.................. V-31 Topologi 2 Simulasi EIGRP ..............................
............................ V-32 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada Static Routin
g .............................. V-32 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simula
si 1 Static Routing ..... V-33 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada Static Routing .
............................. V-33 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi
2 Static Routing ..... V-34 Routing Table Router Dis. Duri Simulasi 2 Static Rou
ting .............. V-34 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada EIGRP ................
......................... V-35 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 EI
GRP ................ V-36 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada EIGRP ...............
.......................... V-36 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 E
IGRP ................ V-36 Perintah Tracert Simulasi 3 Pada EIGRP ..............
........................... V-37 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 3
EIGRP ................ V-37
ix

DAFTAR TABEL
BAB III 3.1 BAB IV 5.1 IP Addressing ...........................................
........................................... V-2 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek.
...................................................... III-3
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Saat ini jaringan computer merupakan sesuatu ya
ng wajib dan penting, terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang telah dicapai
pada era teknologi ini. Jaringan komputer semakin banyak dimanfaatkan oleh berb
agai perusahaan atau organisasi sebagai sarana untuk berkomunikasi dan saling be
rtukar informasi baik dalam jangkauan yang kecil (Local Area Network) ataupun ja
ngkauan yang besar (Wide Area Network). Akan tetapi semakin banyak pemanfaatan d
an semakin tinggginya tingkat kebutuhan terhadap jaringan komputer dalam berkomu
nikasi dan bertukar informasi, semakin banyak pula masalah yang muncul terkait p
emanfaatan serta kebutuhan tersebut. Pengguna jaringan komputer menginginkan sua
tu desain jaringan yang baik dan efisien sehingga dapat memberikan hasil yang ma
ksimal pada saat proses komunikasi dan pertukaran informasi berlangsung bahkan p
ada saat jaringan mengalami perubahan. Untuk membangun sebuah jaringan yang baik
dan efisien tersebut, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya pemilih
an protokol routing yang tepat. Seringkali muncul masalah pada jaringan yang tel
ah dibangun karena pemilihan protokol routing yang kurang tepat oleh administrat
or jaringan. Sebagai contoh ketika sebuah link pada sebuah jaringan terputus, ma
ka diperlukan suatu penanganan cepat dan tepat agar jaringan dapat kembali berfu
ngsi dengan baik. Maka untuk
I-1

I-2
menghindari masalah ini seorang administrator jaringan harus mengetahui protokol
routing apa yang tepat digunakan dalam membangun sebuah jaringan. Ada dua jenis
protokol routing yang dikenal saat ini, yakni statik dan dinamis. Protokol rout
ing dinamik sendiri ada bermacam-macam, namun pada penellitian dalam rangka kerj
a praktek ini penulis memilih protokol routing EIGRP. Dalam penelitian ini penul
is akan menganalisa performa antara IGRP dan EIGRP sebagai bahan perbandingan, s
ehingga dapat diketahui protocol routing mana yang benarbenar tepat untuk diguna
kan dalam jaringan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan permasalahan yang akan dipelajar
i selama Kerja praktek ini yaitu : Bagaimana mendesain dan menganalisa sebuah Loc
al Area Network dengan menggunakan Static Routing dan Enhanced Interior Gateway
Routing Protocol (EIGRP) di PT. Chevron Pasific Indonesia. 1.3 Tujuan Kerja Prakt
ek Tujuan dari kerja praktek dapat dibagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khus
us sebagai berikut : a. Tujuan Umum 1. Menerapkan dan mempraktekkan ilmu yang di
peroleh di bangku kuliah pada dunia kerja. 2. Melaksanakan tugas mata kuliah ker
ja praktek. 3. Pengenalan dunia kerja yang sebenarnya dan prospek teknologi info
rmasi ke depan pada dunia kerja.

I-3
4. Menjadi sebuah lapangan pembelajaran bagi peserta kerja praktek dalam meningk
atkan potensi skill yang dimiliki.
b. Tujuan Khusus Mendesaian dan menganalisa sebuah Local Area Network dengan men
ggunakan Static Routing dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) D
i PT. Chevron Pasific Indonesia. 1.4 Batasan Masalah Agar pembahasan yang dilaku
kan tidak terlalu luas, maka diperlukan batasan masalah, yaitu : 1. Penulis hany
a membahas dan menganalisa Statc Routing dan EIGRP sebagai bahan perbandingan pa
da Local Area Network. 2. Penulis hanya akan menganalisa EIGRP pada kondisi nonbandwidth dan withbanwidth. 3. Penulis hanya akan menganalisa penerapan Static R
outing dan EIGRP pada jaringan yang telah penulis desain dengan mengggunakan sof
tware simulasi jaringan packet tracer, bukan penerapan routing pada jaringan di
PT. CPI. 1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek Kerja praktek dilaksanakan di PT. CP
I bertempat di Gedung IT Telnet (Telecommunication and Network), distrik Duri, R
iau, dengan jangka waktu pelaksanaan selama satu bulan, mulai tanggal 04 Desembe
r 2012 s/d 04 Januari 2013.

I-4
1.6 Sistematika Pembahasan Berikut merupakan susunan sistematika penulisan lapor
an kerja praktek yang akan dibuat. Penulisan rencana susunan ini secara ideal, i
alah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini berisi uraian latar belakang, r
umusan masalah, tujuan, batasan masalah, waktu dan tempat dan sistematika penuli
san. BAB II Profil Perusahaan Bab ini berisi uraian pembahasan mengenai profil,
visi, misi, daerah operasi, aspek-aspek yang menyangkut PT. CPI secara umum. BAB
III Tugas Kerja Praktek Bab ini berisi uraian mengenai tugas-tugas yang dilakuk
an oleh penulis selama melakukan kerja praktek. BAB IV Landasan Teori Bab ini be
risi uraian secara teoritis tentang hal-hal spesifik yang akan dialami selama be
rlangsungnya kerja praktek. BAB V Pembahasan Bab ini berisi mengenai pembahasan
dalam mendesain dan menganalisa Local Area Network dengan menerapkan Static Rout
ing dan EIGRP. BAB VI Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil yan
g diperoleh selama pelaksanaan kerja praktek hingga penulisan laporan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah
anak perusahaan dari Chevron yang bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Ria
u. Sebelum diambil alih oleh Chevron, perusahaan ini bernama Caltex Pacific Indo
nesia. Para karyawan CPI ditempatkan di 4 kota di Riau yaitu Dumai, Duri, Minas
dan Rumbai. CPI juga merupakan perusahaan minyak kontraktor terbesar di Indonesi
a, dengan produksi sudah mencapai 2 miliar barrel. PT. Chevron Pacific Indonesia
(PT. CPI) merupakan produsen minyak terbesar di Indonesia yang didirikan sejak
tahun 1924 oleh Standart Oil Company Of California (SOCAL). Survey explorasi dia
wali di pulau Sumatra, Jawa Timur dan Kalimantan Timur yang dimulai pada tahun 1
924 dipimpin oleh Emerson M.Butterworth mengadakan pengeboran minyak di daerah t
ersubut. Tim Butterworth juga melakukan survey explorasi di bagian utara pulau P
apua dan terhenti karena Indonesia masih dibawah penjajahan Hindia Belanda. Pada
tahun 1930, tim tersebut mengajukan izin pengeboran minyak kepada Pemerintah Hi
ndia Belanda untuk mengajukan pengeboran minyak di pulau tersebut, karena berdas
arkan survey mereka menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kandungan minyak
yang cukup potensial. Pada tahun yang sama, pemerintah Hindia Belanda memberikan
izin kepada SOCAL untuk melanjutkan eksplorasinya di daerah Sumatra Tengah dan
dibentuk N,V. Nederlanche Pacifik Petroleum Maatchappij
II-1

II-2
(NPPM) yang merupakan cikal bakal dari PT.Chevron Pacifik Indonesia pada bulan J
uni 1930. Pada tahun 1935, SOCAL ditawari pemerintah daerah Hindia Belanda suatu
daerah seluas 600.000 ha di daerah Sumatra Tengah. Kemudian James P. Bailey dar
i kantor SOCAL Jakarta merekomendasikan Rekan Block dan pada bulan Juli 1936 SOC
AL atau TEXAS Company (TEXACO) yang merupakan dua perusahaan besar Amerika itu b
ergabung menjadi California Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Cadangan minya
k yang pertama kali ditemukan Caltex terdapat dilapangan Sebanga pada bulan Agus
tus 1940. Kemudian berturut-turut pada bulan berukutnya ditemukan kembali cadang
an-cadangan minyak yang baru antara lain lapangan Rantau Bais dan lapangan Duri
yang masing-masing pada bulan November 1941. Pengeboran minyak di kawasan Riau d
imulai pada tahun 1934. Pada tahun 1940 untuk pertama kalinya minyak mulai ditem
ukan dari lokasi sumur di Sebanga, dan pada tahun 1941 PT.Chevron Pacific Indone
sia (PT. CPI) menemukan ladang minyak di Duri. Pada saat perang dunia II kegiata
n eksplorasi dan pengeboran minyak oleh Caltex di Riau dihentikan. Semua ladang
minyak Caltex di daerah itu diduduki dan dikuasai oleh tentara Jepang. Selama pe
ndudukan Jepang, lading minyak Caltex tetap diusahakan oleh tentara Jepang untuk
memenuhi kebutuhan minyak Jepang. Demikian pula selama perang kemerdekaan, Calt
ex menghentikan seluruh kegiatannya di Indonesia. Caltex mulai aktif lagi berpro
duksi setelah perang kemerdekaan usai. Sekitar tahun 1949-1950, Presiden Soekarn
o mengeluarkan perintah untuk menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di
Indosesia yang dimiliki oleh Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu
mengancam kedudukan Caltex
II-2

II-3
sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950
-an Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US$ 50 juta di Indonesia.
Selain itu ditemukan ladang minyak di Minas pada tahun 1944 oleh Jepang yang ter
bukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tah
un 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barrel per hari. Upaya me
nasionalisasikan perusahaan asing di Indonesia datur dalam undangundang No. 44 t
ahun 1960. Berdasarkan UU tersebut ditetapkan bahwa semua kegiatan penambangan m
inyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh perusahaan minyak negara (P
ertamina). Pada tahun 1963, Caltex menjadi bahan hukum di Indonesia dengan pemil
ikan saham masing-masing 50% SOCAL dan 50% TEXACO. Ladang minyak Duri memberikan
sumbangan sebesar 8% total produksi minyak Indonesia dan 42% dari seluruh produ
ksi minyak PT. CPI mengalami penurunan produksi sejak tahun 1964. Penurunan prod
uksi dari ladang minyak duri sangat memprihatinkan, karena hal itu sangat berpen
garuh pada economic life expectancy dari perusahaan ini. Untuk mengatasi masalah
tersebut PT. CPI menciptakan proyek injeksi uap di ladang minyak Duri. Proyek i
ni diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 3 Maret 1990. Injeksi uap ini m
erupakan teknologi baru PT. CPI yang mutakhir yang dapat mempermudah penyedotan
minyak dari perut bumi. Dengan menerapkan teknologi baru tersebut, PT. CPI mengh
arapkan produksi minyak yang besar dari ladang minyak Duri dapat dilipat gandaka
n.
Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efekfif pada ladang minyak dengan po
la yang bervariasi, diantaranya pola titik tujuh, yaitu satu sumur injeksi untuk
enam sumur produksi, pola lima atau Sembilan titik. Pada tanggal 9 Agustus 1971
, PT. CPI menandatangani kontrak bagi hasil untuk derah operasi baru seluas
II-3

II-4
21.979 km2 di wilayah Coastal Plains dan Pekanbaru. Wilayah kerja sebelumnya yan
g dikenal dengan sebutan Kangguru Block seluas 9.030 km2 diperpanjang masa opera
sinya sampai dengan tanggal 8 Agustus 2001. Rasio pembagian untuk kontrak bagi h
asil yang disepakati sampai saat ini antara pemerintah (Pertamina) dan PT. CPI,
adalah 88% dan 12%, ditambah dengan ketentuan khusus berupa fleksibilitas atau i
nisiatif bagi PT. CPI untuk hal-hal tertentu. Produksi minyak mentah Caltex menc
apai 65,8% pada tahun 1974 dan menurun menjadi 46,5% pada tahun 1990. Meskipun t
erjadi penurunan produksi, Caltex tetap menguasai pangsa produksi sebesar 75% se
cara nasiaonal, sedangkan Pertamina dan Unocal mengalami penurunan produksi. Per
janjian karya berakhir pada tanggal 28 Agustus 1983 dan diperpanjang manjadi Kont
rak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) sampai tangal 8 Agustus 2001 dengan
wilayah seluas 31.700 km2. Dalam kontrak tersebut ditetapkan bahwa pertamina ada
lah manajemen pengendali operasional dan yang menyetujui program kerja anggaran
tahunan. PT. CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan kegiatan operasion
al dan penyediaan keahlian teknis dan investasi serta biaya operasional dan peny
ediaan keahlian teknis dan investasi serta biaya operasi. Rasio pembagian untuk
kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini adalah sebesar 88% untuk pert
amina dan 12% untuk PT. CPI untuk hal-hal tertentu. Pada 9 Oktober 2001 dua peru
sahaan besar induk PT. CPI yaitu Chevron dan Texaco tergabung (merger) menjadi C
hevron Texaco. Dan perusahaan Chevron Texaco salah satu perusahaan energi terbes
ar di dunia. Pada bulan Mei 2005 Chevron Texaco merubah namanya menjadi Chevron
Corporation. Dan pada tanggal 10 Agustus 2005 Chevron bergabung dengan Unocal, d
engan menggunakan satu nama perusahaan yaitu Chevron. Nama tersebut digunakan sa
mpai saat ini.
II-4

II-5
2.2 Wilayah dan Lokasi Operasi PT Chevron Pacific Indonesia Wilayah operasi PT C
hevron Pacific Indonesia secara keseluruhan mencapai 42.000 km2, mencakup 7 wila
yah kontrak yang tersebar di 4 propinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatra Utara, dan Ac
eh. Daerah kerja PT CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan nam
a Kangaroo Block dan terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain mengerjakan daerahn
ya sendiri PT CPI juga bertindak sebagai operator bagi Calastiatic/Chevron dan T
opco/Texaco (C&T). Pada bulan September 1963, ditandatangani perjanjian C&T yang
pertama (berdasarkan Perjanjian Karya) untuk jangka waktu 30 tahun, meliputi 4
daerah seluas 12.328 km2, dikenal dengan Blok A, B, C dan D. Setelah mendapat ta
mbahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian B
lok D dan seluruh blok C diserahkan pada Pemerintah Republik Indonesia. Pengemba
lian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978 seingga tersisa
8.314 km2. Pada bulan Agustus 1971, C&T menandatangani Perjanjian Coastal Plain
s Pekanbaru Block seluas 21.975 km2, kemudian bulan Januari 1975, menandatangani
Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km2. Setelah dilakukan pen
gembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plains
Pekanbaru tinggal 9.996 km2. Antara tahun 1979-1991, C&T menandatangani lima per
janjian lagi, yaitu:
II-5

II-6
1. Perjanjian Patungan (joint venture) dengan Pertamina (Jambi Selatan Blok B) p
ada tahun 1979 seluas 5.826 km2, sudah dikembalikan seluruhnya tahun 1988. 2. KP
S Singkarak Block pada tahun 1981 seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat, telah dike
mbalikan seluruhnya pada Juni 1984. 3. KPS Langsa Block seluas 7.080 km2 pada ta
hun 1981 di Selat Malaka di lepas Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh
, juga telah dikembalikan seluruhnya pada Mei 1986. 4. KPS Nias Block seluas 16.
116 km2 pada tahun 1991. 5. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk
Siak Block seluas 8.314 km2,berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993. Berdasarka
n luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam
operasi, maka PT Chevron Pacific Indonesia membagi daerahnya menjadi 5 (lima) d
istrik yaitu: 1. Distrik Jakarta, merupakan kantor pusat untuk memudahkan hubung
an dengan pemerintah pusat. 2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi untu
k wilayah Sumatra. 3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak je
nis Sumatera Light Crude (SLC). 4. Distrik Duri, merupakan operasi produksi miny
ak jenis Heavy Crude / Duri Crude (DC) dengan system steam flooding. 5. Distruk
Dumai merupakan lokasi penampungan, pelabuhan, dan pengapalan crude oil.
II-6

II-7
Gambar 2.1 Wilayah Operasi PT Chevron Pacific Indonesia di Riau Minyak Sumatera
Light Crude (SLC) digemari oleh negara-negara industri karena mempunyai kadar be
lerang yang rendah dimana produksi kumulatif dari lapangan minyak Minas dari tah
un 1969 hingga akhir tahun 1990 mencapai 3 milyar barrel. 2.3 Kegiatan Operasi P
T Chevron Pacific Indonesia PT CPI memiliki kegiatan operasi yang terdiri atas k
egiatan eksplorasi dan kegiatan produksi. Berikut uraian mengenai kegiatan opera
si dan produk yang dimiliki oleh PT CPI.
II-7

II-8
2.3.1 Kegiatan Eksplorasi Setelah hak eksplorasi diperoleh NPPM pada tahun 1953,
kegiatan seismik secara intensif di Riau dilaksanakan, dimulai dengan daerah-da
erah sepanjang aliran sungai Rokan. Berdasarkan penyelidikan geologis pada tahun
1936 dan 1937, semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial terdapat d
i wilayah yang lebih ke selatan. Atas dasar itu, atas permintaan Chevron, daerah
kerjanya diubah sehingga berbentuk seperti sekarang yaitu bentuk seekor kanggur
u menghadap ke barat. Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geol
ogis beserta pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Penelitian seismik dilaku
kan tahun 19371941 dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-penc
ar dangan kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m). Pada tahun 1938 dimulai pe
ngeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat indikasi adanya minyak. Tahun
1938-1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga
tempat, yakni gas di Sebanga, serta minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Seba
nga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian T
engah Pulau Sumatera, sehingga meningkatkan kegiatan eksplorasi di wilayah yang
baru ini. Setelah Perang Dunia II, di samping mengembangkan temuannya di Minas,
PT CPI melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan berhasil disel
esaikan pada waktu itu. Penelitian geologis dan pemetaan-pemetaan dimulai di sel
uruh daerah kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran eksplorasi dan pene
litian geofisika pada tahun 1955.
II-8

II-9
Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan pengebor
an seismik dan eksplorasi yang berhasil mengurangi secara drastis hambatan yang
dihadapi dalam penyediaan supply angkutan tenaga kerja untuk penelitian geofisis
. Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan baru. Sampa
i tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan (minyak atau ga
s). Temuan utama yang terjadi sejak tahun 1989 adalah Lapangan Rintis dan Jingga
di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerahdaerah produksi baru se
kaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya. Hingga kini, PT C
PI telah memiliki lebih dari 70.000 km 2 data seismik, 56.000 km2 diantaranya da
ri daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak baru sudah tida
k lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah meningkatkan produ
ksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada (enhanced oil recovery). 2.3
.2 Kegiatan Produksi Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 Lapan
gan Minas mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel yang pertama, da
n menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di du
nia. Hingga akhir tahun 1990, produksi akumulatif lapangan Minas telah melebihi
tiga miliar barel. Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri karena k
adar belerangnya sangat rendah. Selama tahun 1951-1965, meskipun pengeboran eksp
lorasi menghasilkan 7 temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Du
ri karena iklim politik RI
II-9

II-10
pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang dilakukan
untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantarnya yang
dilkakukan adalah: 1. Injeksi air yang dilakukan di distrik Bekasap 2. Injeksi
air panas yang dilakukan di distrik Minas 3. Injeksi uap air yang dilakukan di d
istrik Duri Teknologi injeksi uap (steam flooding) mulai diterapkan pada tahun 1
981 di Lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang mempuny
ai viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri Steam Flood
(DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia.
Kini di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi injeksi dengan pola t
ujuh titik (seven spot pattern) di mana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam
sumur produksi yang mana jika telah selesai akan meliputi areal seluas 6.600 Ha
. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas
masing-masing 100 sampai 600 Ha. Sampai tahun 1990, PT CPI telah mengebor 3.660
sumur, 3.094 sumur diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT CPI saat itu masih men
ggunakan mercu bor yang dapat diangkut dengan helikopter. Pada perkembangannya,
dengan dukungan infrastruktur angkutan darat yang sudah banyak dibangun, menara
bor model angkut darat dipakai untuk pengeboran-pengeboran eksplorasi dan pengem
bangan. Setiap tahun dapat diselesaikan kira-kira 215 hingga 525 sumur eksploras
i dan pengembangan. Hingga akhir tahun 1990, jumlah produksi PT CPI sejak tahun
1952 telah mencapai lebih dari tujuh miliar barel, berasal dari 3.237 sumur yang
tersebar di 96 lapangan.
II-10

II-11
Program penyuntikan air (water flooding) di Lapangan Minas dimulai tahun 1970. A
ir yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam tanah seban
yak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di Lapangan
Kotabatak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel sehari. Sem
entara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain untuk memun
gkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan metode primer
, memperbaiki faktor perolehan, serta untuk menahan merosotnya laju produksi lap
angan-lapangan yang mulai menua. Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapa
ngan Duri, pada tahun 1981 dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh la
pangan Duri. Penyuntikan uap di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April
1985, di area 2 seluas 247 hektar sejak 1986, di area 3 seluas 1.457 hektar pad
a tahun 1987 dan pembangunan sarana produksi di area 4 dengan luas 1.140 hektar.
Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan proyek Injeksi Uap (Steam Injection) Duri
yang merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. 2.4 Departemen IT-TELNET Du
ri Sistem Komunikasi yang ada di PT. Chevron Pacific Indonesia dikelola oleh sua
tu departemen, yang juga mengelola keseluruhan Indo Asia Business Unit Chevron,
yaitu IT TELNET (Information Technology Telecommunication and Network) yang diba
gi menjadi enam subteam sesuai dengan fungsinya, yaitu: 1. Team Engineering, Qua
lity and Asset Management (EQA) 2. Service Area Transmission Operation North (SA
TON) 3. Service Area Transmission Operation South (SATOS)
II-11

II-12
4. Service Area Transmission Operation Kalimantan (SATOK) 5. Service Area Transm
ission Operation Java (SATOJ) 6. Network Telephony (NT) 2.4.1 Struktur Organisas
i
Gambar 2.2 Struktur Organisasi IBU Information Technology
II-12

II-13
Gambar 2.3 Struktur Organisasi IT TELNET 2.4.2 Tugas IT Telnet Tugas yang dimili
ki oleh departemen Information Technology
Telecommunication and Network adalah sebagai berikut: a. Mengatur komunikasi sel
uruh layanan b. Menangani operation and service dari seluruh layanan c. Mengatur
Quality Assurance, Services, License, Assets dan biaya dari suatu proyek teleco
mmunication & network d. Optimalisasi nilai dari suatu proses telecommunication
engineering Daerah operasi mencakup wilayah Duri, Duri Field, Bekasab, Libo, Dum
ai, Bangko, Balam, Rumbai, Minas, Petapahan dan Jakarta.
II-13

BAB III TUGAS KERJA PRAKTEK


3.1. Uraian Tugas Kerja Praktek Kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia (
CPI) yang dimulai pada tanggal 04 Desember 2012 sampai dengan 04 Januari 2013. P
erusahaan ini adalah salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang Migas.
Kerja praktek itu sendiri dilaksanakan pada bagian IT yang Telnet (Information s
eluruh Technology kegiatan
Telecommunication
Networking)
menangani
telekomunikasi dan jaringan di area operasi perusahaan PT. CPI distrik duri, seh
ingga banyak pelajaran ataupun pengalaman berharga yang diperoleh mengenai dunia
kerja secara umum dan bagaimana pemanfaatan teknologi informasi secara nyata. A
dapun deskripsi pekerjaan yang dilakukan selama kerja praktek di PT. CPI adalah
sebagai berikut : a. Mendalami dan mempelajari materi CCENT/CCNA ICND 1 dan 2. b
. Mempelajari materi IT Service Management (ITSM). c. Mempelajari materi mengena
i routing, baik dinamis maupun statik. d. Melakukan konfigurasi Switch, Virtual
LAN, dan Trunking. e. Mempelajari materi mengenai Spanning Tree Protocol. f. Mel
akukan simulasi penerapan routing statik dan RIP pada Local Area Network dengan
menggunakan software packet tracer. Berikut ini penjabaran kegiatan kerja prakte
k penulis selama 1 bulan di PT. CPI : a. Pada minggu pertama penulis diberi mate
ri sejarah PT. CPI oleh pembimbing perusahaan, dikenalkan ke seluruh staf IT Tow
er serta ditunjukkan ruangan PABX yang merupakan pusat router dan server. Pada m
inggu pertama ini penulis juga ditugaskan oleh pembimbing perusahaan untuk mempe
lajari materi CCENT/CCNA ICND 1 dan 2.
III-1

III-2
b. Pada minggu kedua penulis diberi project oleh pembimbing berupa mendesain dan
menganalisa sebuah Local Area Network dengan menerapkan routing statik dan EIGR
P. Pada tahap ini penulis memulai simulasi dengan meggunakan software Cisco Pack
et Tracer yakni mendesain jaringan dan melakukan konfigurasi Virtual LAN dan Tru
nking. c. Pada minggu ketiga penulis melanjutkan dengan melakukan simulasi konfi
gurasi router pada jaringan yang telah di desain. Router-router yang dikonfigura
si dibagi menjadi 2 bagian, yakni routing statik dan EIGRP. d. Pada minggu keemp
at penulis melanjutkan menganalisa dengan cara melakukan perbandingan penerapan
routing statik dan EIGRP pada jaringan. Pada minggu terakhir ini penulis juga mu
lai membuat dan menyelesaikan laporan kerja praktek untuk perusahaan. 3.2. Anali
sa Permasalahan Salah satu fungsi jaringan komputer adalah sebagai sarana komuni
kasi, sehingga memungkinkan setiap orang yang terhubung ke dalam jaringan dapat
mengakses, mendapatkan dan saling bertukar informasi atau data. Data atau inform
asi tersebut dapat berupa suara (voice), video, maupun jenis data lainnya. Agar
masing-masing aliran data dalam jaringan dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan konfigurasi pada jaringan secara tepat dan benar. Salah satu perangkat
jaringan yang memegang peranan penting adalah router. Dengan adanya router info
rmasi atau data diteruskan ke alamat-alamat yang ada pada WAN atau LAN dengan me
nggunakan protocol routing. Protocol routing sendiri ada 2, yakni statik dan din
amik. Kedua protocol routing ini memiliki keunikan tersendiri dalam performanya
pada jaringan. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini penulis akan melakukan s
imulasi konfigurasi routing statik dan dinamik menggunakan software Cisco Packet
Tracert, dengan routing dinamik yang akan dibahas pada penelitian ini adalah En
hanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP). Selanjutnya akan

III-3
dilakukan analisa mengenai penerapan kedua protocol routing tersebut untuk menyi
mpulkan protocol routing mana yang benar-benar dapat memberikan hasil terbaik pa
da jaringan. 3.3. Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek Jadwal pengerjaan dan laporan
kerja praktek dijelaskan pada tabel 3.1 di bawah ini : Waktu Pelaksanaan No Kegi
atan 1 1 2 3 4 Kerja praktek Pengumpulan data Analisa Laporan Des 2012 Minggu 2
3 4 1 Jan 2013 Minggu 2 3 4 1 Feb 2013 Minggu 2 3 4
Tabel 3.1 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek 3.4. Metode Pengerjaan Kerja Praktek M
etode yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut
: 1. Pengumpulan data a. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan membaca da
n mempelajari buku-buku dan literature lainnya yang berkaitan dengan materi kerj
a praktek. b. Pengamatan (Observation) Pengamatan yang penulis lakukan disinkron
kan dengan kebijakan dan aturan-aturan pihak perusahaan.

III-4
2.
Analisa Melakukan analisa Routing pada lalu lintas jaringan dengan
mensimulasikannya pada software Cisco Packet Tracer dengan acuan data hasil dari
studi pustaka dan pengamatan konfigurasi Routing yang telah di desain pada jari
ngan. 3. Kesimpulan Menyimpulkan secara keseluruhan dalam bentuk hasil laporan b
erdasarkan analisa yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan perumusan masalah
yang ada.

BAB IV LANDASAN TEORI


4.1. Jaringan Komputer 4.1.1. Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer mer
upakan sejumlah komputer yang saling terhubung yang didesain agar dapat saling b
erbagi sumber daya dan bertukar informasi. Dua buah komputer misalnya dikatakan
terkoneksi bila keduanya dapat saling bertukar informasi. Saat ini jaringan komp
uter sudah merupakan hal yang sangat penting bagi manusia maupun organisasi kare
na berbagai tujuan dan keuntungan yang dapat dicapai olehnya. Adapun tujuan jari
ngan komputer tersebut adalah : a. Dapat saling berbagi sumber daya. b. Dapat me
nyediakan sumber-sumber alternative kapanpun diperlukan. c. Ekonomis. d. Sebagai
salah satu sarana komunikasi tanpa terhalang oleh ruang dan waktu.
4.1.2. Jenis-Jenis Jaringan Komputer Secara umum jaringan komputer dibagi atas l
ima jenis, yaitu (Umi Proboyekti, 2009) : a. Local Area Network (LAN) Local Area
Network (LAN), merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kam
pus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk men
ghubungkan komputer-komputer pribadi dan

IV-2
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersa
ma sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi. b. Metr
opolitan Area Network (MAN) Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merup
akan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yan
g sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya ber
dekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (sw
asta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan de
ngan jaringan televisi kabel. c. Wide Area Network (WAN) Wide Area Network (WAN)
, jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah n
egara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesinmesin yang bertujuan untuk me
njalankan program-program (aplikasi) pemakai. d. Internet Sebenarnya terdapat ba
nyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan perangkat keras dan perangkat
lunak yang berbeda-beda . Orang yang terhubung ke jaringan sering berharap untuk
bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan lainnya. Keingi
nan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang seringkali tidak kampati
bel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang d
isebut gateway guna melakukan hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperluk
an, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terin
terkoneksi inilah yang disebut dengan internet. e. Jaringan Tanpa Kabel(Nirkabel
) Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap komukasi yang tidak bisa
dilakukan dengan jaringan yang menggunakan kabel. Misalnya orang yang ingin mend
apat informasi atau melakukan komunikasi walaupun sedang berada diatas

IV-3
mobil atau pesawat terbang, maka mutlak jaringan tanpa kabel diperlukan karena k
oneksi kabel tidaklah mungkin dibuat di dalam mobil atau pesawat. Saat ini jarin
gan tanpa kabel sudah marak digunakan dengan memanfaatkan jasa satelit dan mampu
memberikan kecepatan akses yang lebih cepat dibandingkan dengan jaringan yang m
enggunakan kabel.
4.1.3. Model OSI Layer OSI adalah open system yang merupakan himpunan protokol y
ang memungkinkan terhubungnya 2 sistem yang berbeda yang berasal dari underlying
architecture yang berbeda pula. Jadi tujuan OSI ini adalah untuk memfasilitasi
bagaimana suatu komunikasi dapat terjalin dari sistem yang bebeda tanpa memerluk
an perubahan yang signifikan pada hardware dan software di tingkat underlying. P
ada Gambar 4.1 diperlihatkan lapisan model OSI.
Gambar 4.1 OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)

IV-4
Model OSI terdiri dari 7 lapisan fisik sebagai beikut (Andi Baso Alfi, 2008) : a
. Phisycal Layer/ Lapisan Fisik Lapisan fisik melakukan fungsi pengiriman dan pe
nerimaan bit stream dalam medium fisik. Dalam lapisan ini kita akan mengetahui s
pesifikasi mekanikal dan elektrikal daripada media transmisi serta antarmukanya.
Hal-hal penting yang dapat dibahas lebih jauh dalam lapisan fisik ini adalah :
Karakteristik fisik daripada media dan antarmuka. Representasi bit-bit. Maksudny
a lapisan fisik harus mampu menterjemahkan bit 0 atau 1, juga termasuk pengkodea
n dan bagaimana mengganti sinyal 0 ke 1 atau sebaliknya. Data rate (laju data).
Sinkronisasi bit. Line configuration (Konfigurasi saluran). Misalnya : point-top
oint atau point-to-multipoint configuration. Topologi fisik. Misalnya : mesh top
ology, star topology, ring topology atau bus topology. Moda transmisi. Misalnya
: half-duplex mode, full-duplex (simplex) mode.
Gambar 4.2 Lapisan Fisik OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)

IV-5
b. Data link Layer / Lapisan Data link Lapisan data link berfungsi mentransforma
si lapisan fisik yang merupakan fasilitas transmisi data mentah menjadi link yan
g reliabel. Dalam lapisan ini menjamin informasi bebas error untuk ke lapisan di
atasnya. Tanggung jawab utama lapisan data link ini adalah sebagai berikut : Fr
aming. Yaitu membagi bit stream yang diterima dari lapisan network menjadi unitunit data yang disebut frame. Physical addressing. Jika frame-frame didistribusi
kan ke sistem lain pada jaringan, maka data link akan menambahkan sebuah header
di muka frame untuk mendefinisikan pengirim dan/atau penerima. Flow control. Jik
a rate atau laju bit stream berlebih atau berkurang maka flow control akan melak
ukan tindakan yang menstabilkan laju bit. Error control. Data link menambah reli
abilitas lapisan fisik dengan penambahan mekanisme deteksi dan retransmisi frame
-frame yang gagal terkirim. Access control. Jika 2 atau lebih device dikoneksi d
alam link yang sama, lapisan data link perlu menentukan device yang mana yang ha
rus dikendalikan pada saat tertentu.
Gambar 4.3 Lapisan Data link OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)

IV-6
c. Network Layer / Lapisan Network Lapisan network bertanggung jawab untuk pengi
riman paket dengan konsep source-todestination. Adapun tanggung jawab spesifik l
apisan network ini adalah : Logical addressing. Bila pada lapisan data link diim
plementasikan physical addressing untuk penangan pengalamatan/addressing secara
lokal, maka pada lapisan network problematika addressing untuk lapisan network b
isa mencakup lokal dan antar jaringan/network. Pada lapisan network ini logical
address ditambahkan pada paket yang datang dari lapisan data link. Routing. Jari
ngan-jaringan yang saling terhubung sehingga membentuk
internetwork diperlukan metode Routing/perutean. Sehingga paket dapat ditransfer
dari satu device yang berasal dari jaringan tertentu menuju device lain pada ja
ringan yang lain.
Gambar 4.4 Network Layer OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
d. Transport Layer / Lapisan Transport Lapisan transpor bertanggung jawab untuk
pengiriman source-to-destination (end-to-end) daripada jenis message tertentu. T
anggung jawab spesifik lapisan transpor ini adalah :

IV-7

Sevice-point addressing. Komputer sering menjalankan berbagai macam program atau


aplikasi yang berlainan dalam saat bersamaan. Untuk itu dengan lapisan transpor
ini tidak hanya menangani pengiriman/delivery source-to-destination dari komput
er yang satu ke komputer yang lain saja namun lebih spesifik kepada delivery jen
is message untuk aplikasi yang berlainan. Sehingga setiap message yang berlainan
aplikasi harus memiliki alamat/address tersendiri lagi yang disebut service poi
nt address atau port address.

Segmentation dan Reassembly. Sebuah message dibagi dalam segmen-segmen yang terk
irim. Setiap segmen memiliki sequence number. Sequence number ini yang berguna b
agi lapisan transpor untuk merakit/reassembly segmen-segman yang terpecah atau t
erbagi tadi menjadi message yang utuh.

Connection control. Lapisan transpor dapat berperilaku sebagai connectionless at
au connection-oriented. Flow control. Seperti halnya lapisan data link, lapisan
transpor bertanggung jawab untuk kontrol aliran (flow control). Bedanya dengan f
low control di lapisan data link adalah dilakukan untuk end-to-end.

Error control. Sama fungsi tugasnya dengan error control di lapisan data link, j
uga berorientasi end-to-end.
Gambar 4.5 Lapisan Transpor OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)

IV-8
e. Session Layer / Lapisan Session Layanan yang diberikan oleh tiga layer pertam
a (fisik, data link dan network) tidak cukup untuk beberapa proses. Maka pada la
pisan session ini dibutuhkan dialog controller. Fungsi yang diberikan oleh lapis
an session antara lain : Dialog control Sinkronisasi
Gambar 4.6 Lapisan Session OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
f. Presentation Layer / Lapisan Presentasi Presentation layer lebih cenderung pa
da syntax dan semantic pada pertukaran informasi dua sistem. Tanggung jawab spes
ifik : Translasi Enkripsi Kompresi

IV-9
Gambar 4.7 Lapisan Presentasi OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
g. Aplications Layer / Lapisan Aplikasi Sesuai namanya, lapisan ini menjembatani
interaksi manusia dengan perangkat lunak/software aplikasi.
Gambar 4.8 Lapisan Aplikasi OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
4.1.4. Model TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) TCP/IP dik
embangkan sebelum model OSI ada. Namun demikian lapisanlapisan pada TCP/IP tidak
lah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI. Protokol TCP/IP hanya dibuat at
as lima lapisan saja : physical, data link, network, transport

IV-10
dan application. Cuma hanya lapisan aplikasi pada TCP/IP mencakupi tiga lapisan
OSI teratas, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9. Khusus layer keempat, Pr
otokol TCP/IP mendefinisikan 2 buah protokol yakni Transmission Control Protocol
(TCP) dan User Datagram Protocol Protocol(UDP). Sementara itu pada lapisan ketig
a, TCP/IP mendefiniskan sebagai Internetworking Protocol(IP), namun ada beberapa
protokol lain yang mendukung pergerakan data pada lapisan ini.
Gambar 4.9 TCP/IP (Andi Baso Alfi, 2008)
Fitur-fitur penting yang ada pada TCP/IP suite (Andi Baso Alfi, 2008) : TCP/IP d
ikembangkan menggunakan standar protokol terbuka. Tersedia secara bebas dan dike
mbangkan tanpa tergantung pada perangkat keras atau sistem operasi tertentu.

IV-11

Tidak
tergantung
pada
spesifik
perangkat
jaringan
tertentu.
Hal
ini
memungkinkan TCP/IP mengintegrasi dengan berbagai macam jaringan. TCP/IP menggun
akan pengalamatan yang unik dengan skala global. Dengan demikian memungkinkan ko
mputer dapat saling berhubungan walaupun jaringannya seluas internet saat ini. S
tandarisasi protokol TCP/IP dilakukan secara konsisten dan tersedia secara luas
untuk siapapun tanpa biaya. Hal ini diwujudkan dalam RFC (Request For Comments).
Berikut beberapa penjelasan mengenai beberapa lapisan yang ada pada TCP/IP (Andi
Baso Alfi, 2008) : a. Physical dan Data link Layer Pada lapisan ini TCP/IP tida
k mendefinisikan protokol yang spesifik. Artinya TCP/IP mendukung semua standar
dan proprietary protokol lain. b. Network Layer Pada lapisan ini TCP/IP mendukun
g IP dan didukung oleh protokol lain yaitu sebagai berikut : 1. Internetworking
Protocol (IP) : Adalah mekanisme transmisi yang digunakan oleh TCP/IP. IP disebu
t juga unreliable dan connectionless datagram protocol. IP mentransportasikan da
ta dalam paket-paket yang disebut datagram. 2. Address Resolution Protocol (ARP)
: ARP digunakan untuk menyesuaikan alamat IP dengan alamat fisik (Physical addr
ess). 3. Reverse Address Resolution Protocol (RARP) : RARP membolehkan host mene
mukan alamat IP nya jika dia sudah tahu alamat fisiknya. Ini berlaku pada saat h
ost baru terkoneksi ke jaringan.

IV-12
4. Internet Control Message Protocol (ICMP) : ICMP adalah suatu mekanisme yang d
igunakan oleh sejumlah host dan gateway untuk mengirim notifikasi datagram yang
mengalami masalah kepada host pengirim. 5. Internet Group Message Protocol (IGMP
) : IGMP digunakan untuk memfasilitasi transmisi message yang simultan kepada ke
lompok/group penerima. c. Transport Layer Protokol yang ada pada transport layer
: 1. User Datagram Protocol : UDP adalah protokol process-to-process yang menam
bahakan hanya alamat port, check-sum error control, dan panjang informasi data d
ari lapisan di atasnya. 2. Transmission Control Protocol (TCP) : TCP menyediakan
layanan penuh lapisan transpor untuk aplikasi. TCP juga dikatakan protocol tran
spor untuk stream yang reliabel. Dalam konteks ini artinya TCP bermakna connecti
on oriented, dengan kata lain : koneksi end-to-end harus dibangun dulu di kedua
ujung terminal sebelum kedua ujung terminal mengirimkan data. d. Application Lay
er Application Layer dalam TCP/IP adalah kombinasi lapisan-lapisan session, pres
entation dan application pada OSI.
4.1.5. Perangkat Jaringan 4.1.5.1. Repeater Repeater berguna untuk membangkitkan
dan menguatkan sinyal-sinyal yang mengalir pada jaringan komputer sehingga jari
ngan komputer dapat menjangkau jarak yang lebih jauh.

IV-13
4.1.5.2. Hub Hub memiliki prinsip kerja yang sama dengan repeater yakni berfungs
i untuk menguatkan sinyal-sinyal pada jaringan komputer. Namun yang
membedakannya dengan repeater adalah pada hub terdapat port -port yang lebih ban
yak sehingga hub dikenal juga dengan multiport repeater.
4.1.5.3. Bridge Bridge merupakan alat yang bekerja untuk menghubungkan 2 segmen
LAN atau lebih. Tujuan utama dari penggunaan bridge adalah untuk memfilter traff
ic antar kedua segmen LAN. Jadi apabila ada data yang hanya ditujukan untuk komp
uter yang terletak pada segmen LAN yang sama, maka data tersebut tidak diteruska
n ke segmen LAN yang lainnya.
4.1.5.4. Switch Switch juga dikenal sebagai multiport bridge. Switch juga melaku
kan penyaringan terhadap data yang melewatinya dengan menggunakan alamat MAC. De
ngan adanya filtrasi pada switch ini maka jaringan komputer akan lebih efisien.
Hal ini disebabkan pada switch, data akan langsung disalurkan ke port yang mengh
ubungkan dengan komputer yang merupakan tujuan dari data tersebut.
4.1.5.5. Router Router bekerja
rbaik yang akan dilalui sebuah
at pada data yang melewatinya.
ta berdasarkan pada alamat IP,
m sebuah jaringan internet.

untuk melakukan Routing yaitu menentukan jalur te


paket data berdasarkan pada alamat IP yang terdap
Karena kemampuannya mengarahkan(Routing) paket da
Router ini menjadi alat yang cukup penting didala

IV-14
4.2. Virtual Local Area Network (VLAN) 4.2.1. Pengertian VLAN Syaifulloh dan Waw
an Susetyo (2010) mengatakan bahwa VLAN adalah pengelompokan logikal dari user d
an sumber daya network yang terhubung ke portport yang telah ditentukan secara a
dministratif pada sebuah switch. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringa
n menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organ
isasi atau departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation seperti pada gam
bar 4.10 dibawah ini :
Gambar 4.10 Virtual LAN (Syaifulloh dan Wawan Susetyo, 2010)
4.2.2. Trunking Ketika menggunakan beberapa VLAN dalam jaringan yang memiliki ba
nyak switch yang saling terhubung, perlu digunakan VLAN trunking di antara switc
hswitch dalam jaringan tersebut. Dengan VLAN trunking, switch akan melabeli seti
ap frame yang dikirim ke switch lain, sehingga switch penerima akan mengetahui b
ahwa frame tersebut termasuk dalam VLAN-nya.

IV-15
4.2.3. VLAN Trunking Protocol (VTP) VTP merupakan protocol milik (proprietary) C
isco yang memungkinkan switch-switch Cisco (yang terhubung) saling bertukar info
rmasi. VTP memungkinkan seorang administrator untuk menambahkan, mengurangi, dan
mengganti nama VLAN-VLAN informasi yang kemudian disebarluaskan ke semua switch
lain di domain VTP tersebut.
4.3. IP addressing dan Subnetting 4.3.1. IP address IP address digunakan sebagai
alamat dalam hubungan antar host di internet sehingga merupakan sebuah sistem k
omunikasi yang universal karena merupakan metode pengalamatan yang telah diterim
a di seluruh dunia. Dengan menentukan IP address berarti kita telah memberikan i
dentitas yang universal bagi setiap interface komputer. Jika suatu komputer memi
liki lebih dari satu interface (misalkan menggunakan dua ethernet) maka kita har
us memberi dua IP address untuk komputer tersebut masing-masing untuk setiap int
erface-nya.
4.3.1.1. Format Penulisan IP address IP address terdiri dari bilangan biner 32 b
it yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut seba
gai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut : xxxxxxxx.xxxxxxx
x.xxxxxxxx.xxxxxxxx Jadi IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.0
0000000. 00000000 sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address
dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis
dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang l
ebih dikenal dengan notasi desimal bertitik. Setiap bilangan des imal merupakan

IV-16
nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format
biner dan desimal :
Gambar 4.11 IP Address (Nurwajianto, 2012)
4.3.1.2. Pembagian Kelas IP address Jumlah IP address yang tersedia secara teori
tis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke s
eluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini di
tujukan untuk mempermudah alokasi IP address, baik untuk host/jaringan tertentu
atau untuk keperluan tertentu. IP address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yak
ni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam iden
tifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk
identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam
jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal
dari IP address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk ho
st. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada
kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, ke
las C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahny
a. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dap
at ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan seca
ra umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keperluan e
ksperimental. Perangkat lunak Internet Protokol menentukan pembagian jenis kelas
ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP address. Penentuan kelas ini di
lakukan dengan cara berikut (Nurwajianto, 2012) :

IV-17

Bit Pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang
host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0127.
Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung seki
tar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan deng
an jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar beri
kut ini :
Gambar 4.12 IP Address Kelas A (Nurwajianto, 2012)
Dua bit pertama IP addres kelas B selalu di set 10 sehingga bit pertamanya selal
u bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya a
dalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, n
etwork ID = 192.168 dan host ID = 26.161. Pada IP address kelas B ini mempunyai
range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 netwo
rk dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.
Gambar 4.13 IP Address Kelas B (Nurwajianto, 2012)

IV-18

IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN.
3 bit pertama IP address kelas C selalu di set 111. Network ID terdiri dari 24
bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network de
ngan masing-masing network memiliki 256 host.
Gambar 4.14 IP Address Kelas C (Nurwajianto, 2012)
IP address kelas D digunakan untuk keperluan muticasting. 4 bit pertama IP addre
ss kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara 224247, se
dangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang mengguna
kan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host
ID.

IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP ad


dress kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.
4.3.1.3. Address Khusus Selain address yang digunakan untuk pengenal host, ada b
eberapa jenis address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digu
nakan untuk pengenal host. Address tersebut adalah (Nurwajianto, 2012) : a. Netw
ork Address Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan In
ternet. Misalkan untuk host dengan IP address kelas B 192.168.9.35. Tanpa memaka
i subnet (akan diterangkan kemudian), network address dari host ini adalah 192.1
68.0.0.

IV-19
Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menja
di 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi Routing pada Internet. Ro
uter cukup melihat network address (192.168) untuk menentukan ke router mana dat
agram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses pengantara
n surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat
surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana yang har
us ditempuh surat tersebut. b. Broadcast Address Address ini digunakan untuk men
girim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada su
atu network. Seperti diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan
berupa IP address dari host yang akan dituju oleh datagram tersebut. Dengan ada
nya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses datagram tersebut, se
dangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim
datagram kepada seluruh host yang ada pada network-nya ? Tidak efisien jika ia h
arus membuat replikasi datagram sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth
akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi datagram-da
tagram tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cuk
up mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan me
nerima datagram tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama ha
rus memiliki broadcast address yang sama dan address tersebut tidak boleh diguna
kan sebagai IP address untuk host tertentu. Jadi, sebenarnya setiap host memilik
i 2 address untuk menerima datagram. Pertama adalah IP address-nya yang bersifat
unik dan kedua adalah broadcast address pada network tempat host tersebut berad
a. Broadcast address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP address menja
di 1. Jadi, untuk host dengan IP address 192.168.9.35 atau 192.168.240.2,

IV-20
broadcast address-nya adalah 192.168.255.255 (2 segmen terakhir dari IP address
tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.
255). Jenis informasi yang di-broadcast biasanya adalah informasi Routing. c. Mu
lticast Address Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk kom
unikasi antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast. Artinya, datagra
m/paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya host yang memil
iki IP address sama dengan destination address pada datagram yang akan menerima
datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram dituju
kan untuk seluruh host pada suatu jaringan, maka field address tujuan ini akan b
erisi alamat broadcast dari jaringan yang bersangkutan. Dari dua mode pengiriman
ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode kh
usus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host sekaligus (host gr
oup), dengan hanya mengirimkan satu datagram saja. Namun berbeda dengan mode bro
adcast, hanya host-host yang tergabung dalam suatu group saja yang akan menerima
datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu, dike
nalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan aplikasi
bersama mendapatkan satu multicast address. Struktur kelas multicast address da
pat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 4.15 Struktur Kelas Multicast Address
Untuk keperluan multicast, sejumlah IP address dialokasikan sebagai multicast ad
dress. Jika struktur IP address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx. xxxxxxxx.xxx
xxxxx (bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239. 255.255.255), maka IP

IV-21
address merupakan multicast address. Alokasi ini ditujukan untuk untuk keperluan
group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah hos
thost yang ingin bergabung dalam group tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas
pada jaringan di satu subnet, namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyeru
pai suatu backbone, maka jaringan muticast ini dikenal pula sebagai Multicast Ba
ckbone (Mbone).
4.3.1.4. Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan host ID Berikut adalah aturan-atu
ran dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang digunakan (Nurwajianto, 2
012) : Network Id tidak boleh sama dengan 127 Network ID 127 secara default digu
nakan sebagai alamat loopback yakni IP address yang digunakan oleh suatu kompute
r untuk menunjukkan dirinya sendiri. Network ID dan host ID tidak boleh sama den
gan 255 Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID
ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan. Network ID dan Host ID tida
k boleh sama dengan 0 IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat netwo
rk. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.
4.3.2. Subnetting Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi address, menga
tasi masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya mel
akukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah memindahkan garis p emisah antara
bagian network dan bagian host dari suatu IP address. Beberapa bit dari bagian
host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network
menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan

IV-22
sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam
tiap network tersebut. Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan ma
sking bit (subnet mask) kepada IP address. Struktur subnet mask sama dengan stru
ktur IP address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit da
ri IP address yang ditutupi (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bers
esuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berar
ti mengaktifkan masking(on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Sebagai contoh k
asus, mari kita ambil satu IP address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustras
inya dapat dilihat Tabel berikut :
Gambar 4.16 Subnetting (Nurwajianto, 2012)

IV-23
Dengan aturan standard, nomor network IP address ini adalah 44 dan nomor host ad
alah 132.1.20. Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host
yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan
diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0(Biner = 11111111. 1111
1111. 00000000.00000000). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask
tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pert
ama dari suatu IP address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap seba
gai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjad
i 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sek
itar 65 ribu host. Subnet mask di atas identik dengan standard IP address kelas
B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibua
t 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B.
Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 (24 bit) pada kelas A ak
an mengahasilkan jumlah network yang lebih besar (lebih dari 65 ribu network) de
ngan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat
dibagibagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebi
h tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bi
t ( 255.255.255.224) dan seterusnya. Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi
interface. Penerapan subnet mask pada IP address akan mendefinisikan 2 buah addr
ess baru, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinis
ikan dengan menset seluruh bit host bernilai nol, sedangkan broadcast address de
ngan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebel
umnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi Routing
. Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada netw
ork yang lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang a
kan dihubungi serta gateway

IV-24
untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address
dan broadcast address dapat dilihat pada gambar di bawah. Dari tabel dapat disim
pulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP address diubah menjadi nom
or subnet /subnet address melalui subnetting.
Gambar 4.17 Contoh Subnetting (Nurwajianto, 2012)
Subnetting hanya berlaku pada network local. Bagi network di luar network local,
nomor network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP addre
ss.
4.4. Routing Protocol 4.4.1. Pengertian Routing Routing adalah proses pengiriman
data dari satu host dalam satu network ke host dalam network yang lain melalui
suatu router. Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan paket paket ke a
lamat yang dituju dengan mengunakan jalur terbaik, router menggunakan tabel Rout
ing. Tabel Routing adalah tabel yang memuat seluruh informasi IP address dari in
terface router yang lain sehingga router yang satu dengan router lainnya bisa sa
ling berkomunikasi.

IV-25
4.4.2. Static Routing Protocol Static Routing adalah pembuatan dan peng-update-a
n Routing table secara manual. Static Routing tidak akan merubah informasi yang
ada pada tabel Routing secara otomatis, sehingga administrator harus melakukan m
erubah secara manual apabila topologi jaringan berubah.
4.4.3. Dynamic Routing Protocol Pada jaringan besar yang menggunakan banyak rout
er, dynamic Routing merupakan metode yang paling umum digunakan. Mengapa? Karena
jika kita menggunakan metode static Routing maka kita harus mengkonfigurasi sem
ua router secara manual dan ini tidak mungkin untuk seorang network administrato
r. Dengan menggunakan metode static Routing kita membutuhkan banyak konfigurasi,
sedangkan pada dynamic Routing kita dapat mengkonfigurasi seminimal mungkin. Ja
di sangat dimungkinkan metode dymanic Routing untuk mengembangkan bagaimana rout
er berkomunikasi dengan protokol yang digunakan. Protokol Routing mengatur route
r-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberika
n informasi Routing yang dapat mengubah isi Routing table, tergantung keadaan ja
ringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terak
hir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
4.4.3.1. Routing Information Protocol(RIP) RIP adalah protokol Routing dinamik y
ang berbasis distance vector. RIP menggunakan protokol UDP pada port 520 untuk m
engirimkan informasi Routing antar router. RIP menghitung Routing terbaik berdas
arkan perhitungan HOP. RIP membutuhkan waktu untuk melakukan converge. RIP membu
tuhkan power CPU yang rendah dan memori yang kecil daripada protokol yang lainny
a. Kelebihan RIP yaitu RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki tim
er untuk

IV-26
mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi Routing. Jika terjadi
perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengir
imkan informasi Routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update)
Mengatur Routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup da
pat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. RIP memiliki
beberapa keterbatasan, antara lain (Rosyidina Syafitri, 2010) : METRIC : Hop Co
unt RIP menghitung Routing terbaik berdasarkan hop count dimana belum tentu hop
count yang rendah menggunakan protokol LAN yang bagus, dan bisa saja RIP memilih
jalur jaringan yang lambat. Hop Count Limit RIP tidak dapat mengatur hop lebih
dari 15. Hal ini digunakan untuk mencegah loop pada jaringan. Classful Routing O
nly RIP menggunakan classful Routing ( /8, /16, /24 ). RIP tidak dapat mengatur
classless Routing.
4.4.3.2. Interior Gateway Routing Protocol(IGRP) Interior Gateway Routing Protoc
ol atau yang biasa dikenal dengan sebutan IGRP merupakan suatu protokol jaringan
kepemilikan yang mengembangkan sistem Cisco yang dirancang pada sistem otonomi
untuk menyediakan suatu alternatif RIP (Routing Information Protocol). IGRP meru
pakan suatu penjaluran jarak antara vektor protokol, bahwa masing-masing penjalu
ran bertugas untuk mengirimkan semua atau sebagian dari isi tabel penjaluran dal
am penjaluran pesan untuk memperbaharui pada waktu tertentu untuk masing-masing
penjaluran. Penjaluran memilih alur yang terbaik antara sumber dan tujuan. Untuk
menyediakan fleksibilitas tambahan, IGRP mengijinkan untuk melakukan penjaluran
multipath. Bentuk garis

IV-27
equal bandwidth dapat menjalankan arus lalu lintas dalam round robin, dengan mel
akukan peralihan secara otomatis kepada garis kedua jika sampai garis kesatu tur
un. Masing-masing penjaluran secara rutin mengirimkan masing-masing jaringan lok
al kepada suatu pesan yang berisi salinan tabel penjaluran dari tabel lainnya. P
esan ini berisi tentang biaya-biaya dan jaringan yang akan dicapai untuk menjang
kau masing-masing jaringan tersebut. Penerima pesan penjaluran dapat menjangkau
semua jaringan didalam pesan sepanjang penjaluran yang bisa digunakan untuk meng
irimkan pesan. Kemudian setelah melalui proses pembaharuan IGRP kemudian menjadi
EIGRP (Enhanced IGRP), persamaannya adalah IGRP dan EIGRP sama-sama kompatibel
dan antara router-router yang menjalankan EIGRP dan IGRP dengan autonomous syste
m yang sama akan langsung otomatis terdistribusi.
4.4.3.3. Open Shortest Path First (OSPF) Isabella dan Putu Ari Arjana (2010) men
gatakan Protokol ini termasuk dalam link-state protokol, kelebihan utama dari pr
otokol ini adalah dapat dengan cepat mendeteksi perubahan dan mejadikan Routing
kembali konvergen dalam waktu singkat dengan sedikit pertukaran data. Routing in
i membentuk peta jaringan dalam tiga tahap, tahap pertama setiap router mengenal
i seluruh tetangganya, lalu router saling bertukar informasi dan router akan men
ghitung jarak terpendek ke setiap tujuan. Peta jaringanya akan disimpan dalam ba
sis data sebagai hasil dari pertukaran informasi antar router OSPF dapat menanga
ni Routing jaringan TCP/IP yang besar dan membuat hirarki Routing dengan membagi
jaringan menjadi beberapa area. Setiap paket yang dikirim dapat dibungkus denga
n authentikasi, namun protokol ini membutuhkan kemampuan CPU dan memori yang bes
ar Proses dasar Routing OSPF adalah menghidupkan adjency, proses flooding, dan p
erhitungan tabel Routing.

IV-28
Router-router mengirimkan paket hello ke seluruh jaringan yang terhubung secara
periodic, jika paket tidak terdengar maka jaringan dianggap down, defaultya meng
irimkan 4 kali paket hello. Router-router selalu berusaha adjacent dengan router
tetangganya berdasarkan paket hello yang diterima. Dalam jaringan multiaccess,
router memilih Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR) dan men
coba adjacent dengan kedua router tersebut.
4.4.3.4. Enchanced Interior Gatway Routing Protocol (EIGRP) Isabella dan Putu Ar
i Arjana (2010) menyatakan bahwa EIGRP(Enhanched Interior Gateway Routing Protoc
ol) adalah Routing protocol yang hanya diadopsi oleh router cisco atau sering di
sebut sebagai proprietary protocol pada cisco, dimana EIGRP ini hanya bisa digun
akan sesama router cisco. EIGRP menggunakan formula berbasis bandwidth dan delay
untuk menghitung metric yang sesuai dengan suatu rute. EIGRP melakukan konverge
nsi secara tepat ketika menghindari loop. EIGRP tidak melakukan perhitungan-perh
itungan rute seperti yang dilakukan oleh protokol link state. Hal ini menjadikan
EIGRP tidak membutuhkan desain ekstra, sehingga hanya memerlukan lebih sedikit
memori dan proses dibandingkan protocol link state. Konvergensi EIGRP lebih cepa
t dibandingkan dengan protokol distance vector. Hal ini terutama disebabkan kare
na EIGRP tidak memerlukan fitur loop avoidance yang pada kenyataannya menyebabka
n konvergensi protokol distance vector melambat. Hanya dengan mengirim sebagian
dari Routing update (setelah seluruh informasi Routing dipertukarkan). EIGRP men
gurangi pembebanan di jaringan. Salah satu kelemahan utama EIGRP adalah protokol
Cisco-propritary, sehingga jika diterapkan pada jaringan multivendor diperlukan
suatu fungsi yang disebut route redistribution. Fungsi ini akan menangani prose
s pertukaran rute router di antara dua protokol linkstate(OSPF dan EIGRP).

IV-29
EIGRP sering disebut juga hybrid distance vector Routing protocol, karena EIGRP
ini terdapat dua tipe Routing protocol yang digunakan, yaitu distance vector dan
link state. Dalam perhitungan untuk menentukan jalur manakah yang terpendek, EI
GRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) dalam menentukannya.

BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISA


5.1. Desain Jaringan 5.1.1. Requirements Jaringan yang akan didesain terbagi men
jadi beberapa distrik/daerah operasi, yaitu distrik Pekanbaru, Minas, Duri dan D
umai. Dengan kebutuhan masing-masing distrik sebagai berikut : Pekanbaru : Distr
ik Pekanbaru terdiri dari bangunan 3 lantai, dimana distrik ini terdiri dari 5 d
ivisi, yaitu divisi produksi, operasi, IT, finance, dan manajemen. Minas : Distr
ik Minas terdiri 2 divisi yaitu divisi produksi dan operasi. Duri : Distrik Duri
terdiri dari divisi sebanyak 3 buah, yaitu produksi, operasi dan manajemen. Dum
ai : Distrik Dumai terdiri dari 3 divisi yaitu produksi, operasi dan finance. Ja
ringan yang akan didesain membutuhkan 3 buah server, yakni server Email, Web ser
ver, dan FTP. Dimana server-server ini berlokasi di distrik Pekanbaru. Berdasark
an pada requirements yang telah dijelaskan di atas, maka penulis membagi jaringa
n menjadi beberapa VLAN(Virtual LAN) yang didasarkan pada pembagian divisi, yakn
i sebagai berikut : Pekanbaru : 5 VLAN Minas Duri Dumai : 2 VLAN : 3 VLAN : 3 VL
AN
Pembagian VLAN tersebut berdasarkan kepada banyaknya divisi pada masing-masing d
istrik.
V-1

V-2
5.1.2. IP Addressing Dan Subnetting Dalam mendesain jaringan ini penulis menggun
akan IP 192.168.0.0 dengan subnetmask default kelas C yaitu 255.255.255.0. Untuk
masing-masing distrik, penulis memberi Network ID yang berbeda pada. Hal ini be
rtujuan agar pada implementasinya jaringan yang didesain ini dapat berjalan deng
an handal seperti yang diharapkan. Adapun IP address pada masing-masing distrik
adalah sebagai berikut : Pekanbaru : 192.168.1.0-192.168.1.255 Minas Duri Dumai
: 192.168.2.0-192.168.2.255 : 192.168.3.0-192.168.3.255 : 192.168.4.0-192.168.4.
255
Dengan menggunakan teknik subnetting, maka alamat IP Host pada masing-masing dis
trik adalah :
VLAN 1
Pekanbaru 192.168.1.0/27192.168.1.31/27
Minas 192.168.2.0/27191.168.2.31/27 192.168.2.32/27191.168.2.63/27 192.168.2.64/
27191.168.2.95/27 192.168.2.96/27191.168.2.127/27
Duri 192.168.3.0/27191.168.3.31/27 192.168.3.32/27191.168.3.63/27 192.168.3.64/2
7191.168.3.95/27 192.168.3.96/27191.168.3.127/27
Dumai 192.168.4.0/27191.168.4.31/27 192.168.4.32/27191.168.4.63/27 192.168.4.64/
27191.168.4.95/27 192.168.4.96/27191.168.4.127/27
2
192.168.1.32/27191.168.1.63/27
3
192.168.1.64/27191.168.1.95/27
4
192.168.1.96/27191.168.1.127/27
5
192.168.1.128/27- 192.168.2.128/27- 192.168.3.128/27- 192.168.4.128/27191.168.1.
159/27 191.168.2.159/27 191.168.3.159/27 191.168.4.159/27
6
192.168.1.160/27- 192.168.2.160/27- 192.168.3.160/27- 192.168.4.160/27191.168.1.
191/27 191.168.2.191/27 191.168.3.191/27 191.168.4.191/27
Tabel 5.1 IP Addressing

V-3
Untuk alamat server penulis menggunakan network address 192.168.10.0, dengan pem
bagian alamat alamat server sebagai berikut : Email Server : 192.168.10.2/27 FTP
(File Transfer Protocol) : 192.168.10.3/27 Web Server : 192.168.10.4/27
5.1.3. Desain Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah hal yang menjelaskan hu
bungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, d
an station. Di bawah ini adalah topologi dari masing-masing distrik, dan topolog
i jaringan secara keseluruhan.
5.1.3.1. Pekanbaru Distrik Pekanbaru merupakan bangunan yang terdiri dari 3 lant
ai dan terdiri dari 5 divisi.
Gambar 5.1 Topologi Jaringan Pekanbaru

V-4
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian requirement, distrik Pekanbaru terdiri
dari 5 VLAN yang didasarkan pada pembagian divisinya. Seperti terlihat pada Gam
bar 5.1 di atas, distrik Pekanbaru terdiri atas bangunan 3 lantai di mana di mas
ing-masing lantai terdiri dari kelima divisi yang ada. Distrik ini terdiri dari
15 PC(5 PC pada masing-masing lantai), 3 server, 3 switch dengan masingmasing sw
itch berada pada masing-masing lantai, 1 switch yang terhubung langsung ke route
r access pekanbaru, 1 router access, 1 router distribusi, dan 1 router sebagai P
ort Server.
5.1.3.2. Minas Minas merupakan distrik yang hanya berupa bangunan 1 lantai yang
terdiri dari 2 divisi.
Gambar 5.2 Topologi Jaringan Minas
Distrik Minas terdiri dari 2 VLAN yang didasarkan pada pembagian divisinya. Sepe
rti terlihat pada topologi di atas, distrik Minas terdiri atas bangunan 1 lantai
yang terdiri dari 2 PC(1 PC divisi produksi dan 1 PC divisi operasi), 1 switch
untuk konfigurasi VLAN, 1 switch yang terhubung langsung ke router access, 1 rou
ter access, dan 1 Router Dis. Minas.
5.1.3.3. Duri

V-5
Duri merupakan distrik yang hanya terdiri dari bangunan 1 lantai yang mempunyai
divisi sebanyak 3 divisi
Gambar 5.3 Topologi Jaringan Duri Distrik Duri terdiri dari 3 VLAN yang didasark
an pada pembagian divisinya. Seperti terlihat pada topologi di atas, distrik Dur
i terdiri atas bangunan 1 lantai yang terdiri dari 3 PC(1 PC divisi produksi, 1
PC divisi finance dan 1 PC divisi operasi), 1 switch untuk konfigurasi VLAN, 1 s
witch yang terhubung langsung ke router access, 1 router access, dan 1 Router Di
s. Duri.
5.1.3.4. Dumai Sama seperti distrik Duri, Dumai hanya memiliki 1 bangunan 1 lant
ai dengan divisi sebanyak 3 divisi.

V-6
Gambar 5.4 Topologi Jaringan Dumai
Distrik Dumai terdiri dari 3 VLAN yang didasarkan pada pembagian divisinya. Sepe
rti terlihat pada topologi di atas, distrik Duri terdiri atas bangunan 1 lantai
yang terdiri dari 3 PC(1 PC divisi produksi, 1 PC divisi finance dan 1 PC divisi
operasi), 1 switch untuk konfigurasi VLAN, 1 switch yang terhubung langsung ke
router access, 1 router access, dan 1 Router Dis. Dumai.
5.1.3.5. Topologi Jaringan Secara Keseluruhan Topologi jaringan secara keseluruh
an menggambarkan topologi jaringan secara keseluruhan, baik itu di distrik Pekan
baru, Minas, Duri dan Dumai.

V-7
Gambar 5.5 Topologi Jaringan Keseluruhan
5.2. Simulasi Jaringan Dalam mensimulasikan jaringan yang telah didesain, penuli
s
menggunakan software Cisco Paket Tracer sebagai software simulasi jaringan yang
sebenarnya karena software simulator keluaran Cisco System ini merupakan softwar
e simulator yang paling handal saat ini. Dengan menggunakan software ini kita da
pat mendesain dan mengkonfigurasi device-device yang ada di dalam jaringan seper
ti halnya di dunia nyata. 5.2.1. Konfigurasi VLAN Virtual LAN atau disingkat VLA
N merupakan sekelompok perangkat pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan
(menggunakan perangkat lunak pengelolaan) sehingga dapat berkomunikasi seperti h
alnya bila perangkat tersebut terhubung ke jalur yang sama, padahal sebenarnya p
erangkat tersebut berada pada sejumlah segmen LAN yang berbeda. Konfigurasi VLAN
dilakukan pada masing-masing switch yang menghubungkan masing-masing VLAN.
5.2.1.1. Perangkat Yang Dibutuhkan Adapun perangkat yang dibutuhkan dalam konfig
urasi ini adalah : Pekanbaru : 15 buah PC, 4 buah switch dan 1 buah router.

V-8

Minas Duri Dumai
: 2 buah PC, 2 buah switch dan 1 buah router. : 3 buah PC, 2 buah switch dan 1 b
uah router. : 3 buah PC, 2 buah switch dan 1 buah router.
5.2.1.2. Tujuan Konfigurasi VLAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetah
ui cara mengkonfigurasi VLAN pada jaringan.
5.2.1.3. Penerapan Konfigurasi VLAN 5.2.1.3.1. Pekanbaru Topologi distrik pekanb
aru dapat dilihat pada gambar 5.1, sedangkan konfigurasi VLAN pada distrik Pekan
baru adalah sebagai berikut : a. Konfigurasi VLAN Konfigurasi VLAN dilakukan di
switch. Masing-masing di switch yang ada pada masing-masing lantai.
Gambar 5.6 Konfigurasi VLAN Distrik Pekanbaru
b. Konfigurasi Trunking Konfigurasi trunking dilakukan pada switch, yaitu pada s
witch di masingmasing lantai dan switch pusat. Berikut konfigurasinya :

V-9
Gambar 5.7 Konfigurasi Trunking Distrik Pekanbaru
c. Konfigurasi Router Konfigurasi pada Router dilakukan agar masing-masing PC ya
ng ada di distrik Pekanbaru bisa saling berkomunikasi dimana konfigurasi hanya d
ilakukan pada Router Dis Pekanbaru. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.8 Konfigurasi Router Distrik Pekanbaru
d. Tes Konektivitas Tes konektivitas dilakukan antara PC divisi Produksi (192.16
8.1.4) ke divisi Finance (192.168.1.98).
Gambar 5.9 Tes Konektivitas VLAN Pekanbaru

V-10
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa konfigurasi VLAN yang dilakukan pada dis
trik Pekanbaru telah berhasil.
5.2.1.3.2. Duri Topologi jaringan distrik duri dapat dilihat pada Gambar 5.3, ad
apun konfigurasi yang dilakukan pada jaringan ini adalah :
a. Konfigurasi VLAN
Konfigurasi Vlan dan Trunking pada distrik Duri dilakukan pada switch VLAN Duri.
Gambar 5.10 Konfigurasi VLAN Distrik Duri
b. Trunking
Konfigurasi trunking dilakukan pada switch, yakni swictt VLAN duri dan ssitch pu
sat. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.11 Konfigurasi Trunking Distrik Duri
c. Konfigurasi Router
Konfigurasi pada Router dilakukan agar masing-masing VLAN atau PC yang ada di di
strik Duri bisa saling berkomunikasi, konfigurasi dilakukan pada Router Dis. Dur
i. Berikut konfigurasinya :

V-11
Gambar 5.12 Konfigurasi Router Distrik Duri
d. Tes Konektivitas
Tes konektivitas dilakukan antara PC divisi Produksi (192.168.3.3) ke PC divisi
Finance (192.168.3.98).
Gambar 5.13 Tes Konektivitas VLAN Duri
Dari perintah ping di atas, dapat diketahui bahwa VLAN pada Duri telah bisa sali
ng bertukar informasi. 5.2.1.3.3. Minas Topologi jaringan distrik minas dapat di
lihat pada Gambar 5.2, adapun konfigurasi yang dilakukan pada distrik ini adalah
: a. Konfigurasi VLAN Konfigurasi VLAN pada distrik ini dilakukan pada switch V
LAN Minas. Berikut konfigurasi VLAN pada distrik minas :

V-12
Gambar 5.14 Konfigurasi VLAN Distrik Minas
b. Trunking Konfigurasi trunking dilakukan pada switch VLAN Minas dan switch pus
at minas. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.15 Konfigurasi Trunking Distrik Minas
c. Konfigurasi Router Konfigurasi ini dilakukan agar masing-masing PC yang ada p
ada distrik Minas bisa saling berkomunikasi, konfigurasi dilakukan pada Router D
is Minas. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.16 Konfigurasi Router Distrik Minas
d. Tes Konektivitas Tes konektivitas pada distrik ini dilakukan antara PC divisi
Produksi (192.168.2.2) ke PC divisi Operasi (192.168.2.34).

V-13
Gambar 5.17 Tes Konektivitas VLAN Minas
Dari gambar dapat diketahui bahwa VLAN atasu PC Pada distrik minas telah saling
terkoneksi.
5.2.1.3.4. Dumai Topologi jaringan distrik dumai dapat dilihat pada Gambar 5.4,
dan berikut adalah konfigurasi yang terdapat pada distrik ini : a. Konfigurasi V
LAN Sama seperti konfigurasi sebelumnya, konfigurasi VLAN dilakukan pada switch
VLAN Dumai.
Gambar 5.18 Konfigurasi VLAN Distrik Dumai b. Trunking Konfigurasi trunking dila
kukan pada switch VLAN Dumai dan switch pusat Dumai. Berikut konfigurasinya :

V-14
Gambar 5.19 Konfigurasi Trunking Distrik Dumai c. Konfigurasi Router Konfigurasi
ini dilakukan agar masing-masing PC yang ada pada distrik dumai bisa saling ber
komunikasi. Konfigurasi dilakukan pada Router Dis Dumai.
Gambar 5.20 Konfigurasi Router Distrik Dumai
d. Tes Koneksivitas Tes konektivitas pada distrik ini dilakukan antara PC divisi
Operasi (192.168.4.34) ke PC divisi Produksi (192.168.4.4) Dumai.
Gambar 5.21 Tes Konektivitas VLAN Dumai
Dapat diketahui bahwa VLAN pada distrik dumai telah terhubung ke dalam jaringan.

V-15
5.2.2. Konfigurasi Server Server adalah sebuah sistem komputer yang menyediakan
jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Di dalam jaringan ini, te
rdapat 3 jenis layanan, yaitu FTP, Email Server, dan Web Server.
5.2.2.1. Perangkat Yang Dibutuhkan Perangkat yang dibutuhkan pada konfigurasi in
i adalah : a. 3 buah PC server. b. 1 buah swicth(Dis Server) c. 1 buah router Be
rikut gambar topologi server :
Gambar 5.22 Topologi Server
5.2.2.2. Tujuan Konfigurasi Server Tujuan konfigurasi ini adalah untuk mengetahu
i cara konfigurasi dari masing-masing server dan kegunaannya.

V-16
5.2.2.3. Penerapan Konfigurasi Server a. Konfigurasi FTP Server ini dibangun aga
r klien yang ada dalam jaringan bisa saling bertukar file. Konfigurasi IP DNS da
n FTP Server
Gambar 5.23 Konfigurasi IP FTP Konfigurasi DNS pada DNS dan FTP Server
Gambar 5.24 Konfigurasi DNS pada FTP

V-17

Konfigurasi FTP pada DNS dan FTP Server


Gambar 5.25 Konfigurasi FTP pada DNS & FTP Simulasi Layanan FTP Untuk melihat ap
akah server FTP yang dikonfigurasi berhasil berjalan apa tidak, maka penulis mel
akukan simulasi downloading sebuah file yang dilakukan oleh divisi produksi pada
distrik Minas, sebagai berikut :
Gambar 5.26 Testing FTP

V-18
Download file berhasil dilakukan, artinya FTP server telah siap digunakan. b. Ko
nfigurasi Email Server Konfigurasi server ini bertujuan agar masing-masing host
yang terhubung ke dalam jaringan bisa saling berkirim pesan demi keamanan dan ke
nyamanan berkomunikasi. Konfigurasi IP Email Server
Gambar 5.27 Konfigurasi IP Email Server Konfigurasi SMTP dan POP3 pada Email Ser
ver
Gambar 5.28 Konfigurasi SMTP & POP3 pada Email Server

V-19

Simulasi Layanan SMTP dan POP3 Proses simulasi layanan E-mail dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
SMTP Sampel : Mengirim Email di Divisi IT-Telnet Pekan
baru
Gambar 5.29 Testing Email-Mengirim Email Di Divisi IT
Gambar 5.30 Testing Email-Proses Login

Prosesi Login

V-20
Menu Layanan Email
Gambar 5.31 Testing Email-Menu Layanan

Mengirim Email

Gambar 5.32 Testing Email-Mengirim Email Pengiriman Email berhasil dilakukan.

V-21
POP3 Sampel : Menerima Email di Divisi IT-Telnet Pekanbaru
Gambar 5.33 Testing Email-Menerima Email

Proses Login Penerimaan Email

Gambar 4.34 Testing Email-Proses Login Penerimaan Email

V-22
Penerimaan Email
Gambar 5.35 Testing Email-Penerimaan Email Berhasil
Service SMTP dan POP3 pada Email server telah siap digunakan. c. Konfigurasi Web
Server Pembangunan server ini bertujuan untuk agar masing-masing host yang ada
dalam jaringan bisa mengakses Web yang ada di dalam jaringan. Konfigurasi IP HTT
P Server
Gambar 5.36 Konfigurasi IP HTTP

V-23

Konfigurasi Service HTTP dan HTTPS pada HTTP Server


Gambar 5.37 Konfigurasi Service HTTP Simulasi Layanan HTTP Untuk melihat apakah
layanan/service HTTP berhasil dikonfigurasi atau tidak, penulis melakukan percob
aan dimana Divisi Produksi Dumai mengakses www.chevron.com. Maka hasilnya :
Gambar 5.38 Testing Service HTTP

V-24
Divisi produksi Dumai telah berhasil mengakses www.chevron.com, maka service HTT
P/Web server telah dapat digunakan.
5.2.3. Konfigurasi Routing Pada Jaringan Konfigurasi Routing ini dilakukan agar
masing-masing PC yang ada pada distrik yang berlainan bisa saling berkomunikasi.
Pada percobaan ini, penulis akan menggunakan Routing static dan RIP. Hal ini pe
nulis lakukan agar nantinya penulis dapat menyimpulkan Routing mana yang paling
tangguh dan baik untuk digunakan. Berikut gambar topologi jaringan untuk memperl
ihatkan router mana saja yang akan dikonfigurasi :
Gambar 5.39 Topologi Router
Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa ada 9 router yang harus dikonf
igurasi, berikut penjelasannya : Pekanbaru : Access Pekanbaru, Dis. Pekanbaru, d
an Port Server Minas : Access Minas dan Dis. Minas Duri : Access Duri dan Dis. D
uri
Dumai : Access Dumai dan Dis. Dumai

V-25
Sedangkan konektivitas pada masing-masing PC pada jaringan akan langsung dibahas
pada bagian analisa pada masing-masing IP Routing. Untuk router access Pekanbar
u, Dumai, Minas, Duri dan Port Server penulis menggunakan default routing karena
hanya ada satu alamat gateway atau route untuk menuju ke suatu network. Sedangk
an untuk router Dis. Pekanbaru, Dumai, Minas dan Duri, penulis menggunakan ip su
mmarization dan pendefenisian Administrative Distance (AD) dalam konfigurasinya.
Ip summarization digunakan untuk menyingkat konfigurasi dan pendefenisian AD di
lakukan untuk memberikan prioritas terhadap jalur yang dilewati. 5.2.3.1. Static
Routing a. Duri Konfigurasi Static Routing Router Access Duri

Konfigurasi Static Routing Router Dis. Duri


b. Minas Konfigurasi Static Routing Router Access Minas

V-26

Konfigurasi Static Routing Router Dis. Minas


c. Dumai Konfigurasi Static Routing Router Access Dumai

Konfigurasi Static Routing Router Dis. Dumai

V-27
d. Pekanbaru Konfigurasi Static Routing Router Access Pekanbaru
Konfigurasi Static Routing Router Dis. Pekanbaru
e. Server Konfigurasi Static Routing Router Port Server
5.2.3.2. Dynamic Routing

V-28
5.2.3.2.1. EIGRP Konfigurasi Router Access Duri

Konfigurasi Router Dis. Duri

Konfigurasi Banwidth Router Dis. Duri

Konfigurasi Router Access Minas

Konfigurasi Router Dis. Minas

Konfigurasi Banwidth Router Dis. Minas

Konfigurasi Router Access Dumai

V-29

Konfigurasi Router Dis. Dumai

Konfigurasi Banwidth Router Dis. Dumai

Konfigurasi Router Access Pekanbaru

Konfigurasi Router Dis. Pekanbaru

Konfigurasi Banwidth Router Dis. Pekanbaru

Konfigurasi Router Port Server

V-30
5.3. Analisa Routing Analisa Static Routing akan dilakukan pada 2 topologi jarin
gan yang berbeda, yakni dengan kondisi jaringan normal dimana tidak jalur yang d
iputus sebagai simulasi 1 dan kondisi jaringan dengan kondisi salah satu jalur t
erputus sebagai simulasi 2. Adapun 2 topologi yang akan digunakan pada simulasi
tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 5.40 Topologi 1 Simulasi Static Routing

V-31
Gambar 5.41 Topologi 2 Simulasi Static Routing Sedangkan Analisa routing EIGRP a
kan dilakukan di 2 topologi jaringan dengan 3 simulasi yang berbeda, yakni denga
n kondisi jaringan default dimana tidak ada jalur yang diputus dan tidak adanya
inisiasi kuota bandwidth sebagai simulasi 1, diikuti dengan kondisi jaringan def
ault dengan inisiasi kuota badwidth sebagai simulasi 2, kemudian simulasi 3 akan
dilakukan pada kondisi jaringan dimana salah satu jalurnya terputus. Adapun 2 t
opologi yang akan digunakan pada simulasi tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 5.42 Topologi 1 Simulasi EIGRP

V-32
Gambar 5.43 Topologi 2 Simulasi EIGRP Hal ini dilakukan untuk menganalisa perfor
ma kedua routing di dalam jaringan. Analisa akan dilakukan dengan melakukan simu
lasi pemilihan jalur pengiriman paket dengan menggunakan perintah tracert.
5.3.1. Analisa Static Routing a. Simulasi 1 Simulasi 1 static routing dilakukan
pada jaringan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.28. Testing Tracert dilakukan Di
Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing d
engan perintah tracert adalah sebagai berikut :
Gambar 5.44 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada Static Routing

V-33
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.45 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 Static Routing b. Sim
ulasi 2 Simulasi 2 static routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan pa
da Gambar 5.29. Testing Tracert dilakukan Di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke D
uri(192.168.3.98).. Adapun simulasi routing dengan perintah tracert adalah sebag
ai berikut :
Gambar 5.46 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada Static Routing

V-34
Dan berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru setelah salah satu l
ink diputus :
Gambar 5.47 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 Static Routing
Gambar 5.48 Routing Table Router Dis. Duri Simulasi 2 Static Routing c. Hasil An
alisa Static Routing 1. Pada simulasi pertama, dapat dilihat bahwa static routin
g mampu mengirimkan paket data dengan cukup stabil. Hal ini dikarenakan jaringan
berada dalam state normal sehingga static routing memiliki path yang jelas dala
m mencapai destination host. Path tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.45 yang m
enunjukkan routing table yang dimiliki oleh router Pekanbaru yang bahwa jalur me
nuju 192.168.3.0 diarahkan melewati router 192.168.21.3. 2. Pada simulasi kedua,
topologi jaringan mengalami perubahan seperti Gambar 5.41 di mana salah satu li
nk (192.168.21.0) diputus. Dapat dilihat pada hasil perintah tracert pada simula
si kedua (Gambar 5.46), pengiriman paket tidak berjalan dengan stabil dengan kem
unculan Request Time Out sebanyak 3 kali (pada testing pertama) yang kemudian me
nurun menjadi 2 kali (pada testing kedua). Hal ini terjadi karena Static Routing
tidak mampu melakukan Table Routing Update, sehingga Static Routing akan

V-35
mencoba mengirimkan data sama seperti di saat tidak terjadi pemutusan jaringan,
baru kemudian mencari jalur alternatif. 3. Pada simulasi kedua (Gambar 5.46) ter
lihat bahwa path yang dilalui ketika pengiriman paket terjadi tidak mengalami pe
rubahan alias statis. Hal ini membuktikan bahwa dalam static routing tidak melak
ukan table route updating. 4. Berdasarkan poin 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan bah
wa static routing masih memiliki kendala dalam handling jaringan skala menengah
seperti topologi jaringan di atas. Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan
static routing pada jaringan dengan skala menengah hingga besar.
5.3.2. Analisa EIGRP a. Simulasi 1 Simulasi 1 EIGRP routing dilakukan pada jarin
gan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.42. Testing Tracert dilakukan Di Lokasi Pe
kanbaru(192.168.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing dengan peri
ntah tracert adalah sebagai berikut :
Gambar 5.49 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada EIGRP
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :

V-36
5.50 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 EIGRP b. Simulasi 2 Simulasi
2 EIGRP routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.42. d
engan perubahan pada pemberian inisiasi bandwith sesuai dengan Konfigurasi Banwi
dth Router Dis. Pekanbaru. Testing Tracert dilakukan di Lokasi Pekanbaru(192.168
.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing dengan perintah tracert ad
alah sebagai berikut :
Gambar 5.51 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada EIGRP Berikut adalah Routing table
pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.52 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 EIGRP

V-37
c. Simulasi 3 Simulasi 3 EIGRP routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukk
an pada Gambar 5.43. dengan perubahan pada pemberian inisiasi bandwith sesuai de
ngan Konfigurasi Banwidth Router Dis. Pekanbaru. Testing Tracert dilakukan Di Lo
kasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing deng
an perintah tracert adalah sebagai berikut :
Gambar 5.53 Perintah Tracert Simulasi 3 Pada EIGRP Berikut adalah Routing table
pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.54 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 3 EIGRP
P 1. Pada simulasi pertama dimana kondisi jaringan masih normal,
ahwa EIGRP mampu mengirimkan paket data dengan handal dan cepat.
aringan yang masih normal, hal ini juga dikarenakan EIGRP secara
i metode routing hybrid yang

d. Analisa EIGR
dapat dilihat b
Selain karena j
default memilik

menggabungkan prinsip distance vector (penghitungan cost berdasarkan hop menggun


akan tabel routing) yang dipakai oleh RIP dan mengadopsi sedikit metode link sta
te (pendefinisian sebagian topologi jaringan pada

V-38
tabel routing). Path tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.50 yang menunjukkan ro
uting table yang dimiliki oleh router Pekanbaru. 2. Pada simulasi kedua terlihat
bahwa EIGRP mengubah Path yang dilaluinya berdasarkan kuota bandwidth dari masi
ng masing jalur. Tabel routing dari router Dis. Pekanbaru yang sebelumnya melewa
ti router Dis. Duri(192.168.21.3) kini berpindah jalur melewati router
Dumai(192.168.23.3). Hal ini terjadi karena EIGRP memprioritaskan jalur dengan b
andwidth terbesar, sehingga EIGRP mendahulukan jalur ke 192.168.23.3 (dengan ban
dwidth 1000 kilobytes) daripada jalur ke 192.168.21.3 (dengan banwidth 500 kilob
ytes). Jalur tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.52 yang menunjukkan routing ta
ble yang dimiliki oleh router Pekanbaru. 3. EIGRP lebih memprioritaskan besar ba
ndwidth daripada jumlah hop terpendek, jika bandwidth sebuah jaringan sama besar
maka EIGRP akan memilih jalur dengan jumlah hop tersedikit, jika bandwidth sebu
ah jaringan bervariasi maka EIGRP akan memprioritaskan link dengan bandwidth ter
besar. Hal ini terbukti pada simulasi pertama dan kedua. 4. Pada simulasi ketiga
dapat dilihat pada gambar 5.53 walaupun setelah salah satu jaringan diputus, EI
GRP masih mengirimkan paket data dengan lancar dan tanpa pernah mengalami Reques
t Timed Out sekalipun. Hal ini karena EIGRP melakukan updating pada table route
yang dimilikinya. Sehingga EIGRP dengan cepat mampu menentukan path alternative
secara cepat ketika terjadi kendala seperti pemutusan pada sebuah jaringan. 5. P
enggunaan EIGRP di jaringan skala menengah seperti topologi jaringan pada peneli
tian ini amat sangat disarankan, hal ini dikarenakan EIGRP terbukti mampu menang
ani kendala seperti pemutusan jaringan secara tepat dan cepat dimana EIGRP mampu
mendefinisikan path alternative dengan waktu yang singkat.

BAB VI PENUTUP
5.1. Kesimpulan a. Static routing merupakan metode routing yang pendefinisian ja
lur routingnya dilakukan secara manual oleh desainer jaringan, oleh karena itu s
tatic routing hanya cocok diterapkan di jaringan kecil. b. EIGRP adalah protokol
routing yang pada metodenya mengkombinasikan distance vector dan link state den
gan menggunakan DUAL Algorithm. Metode ini memungkinkan masing masing router EIG
RP melakukan kalkulasi individual dalam menentukan rute berikutnya. Hal ini meny
ebabkan EIGRP lebih unggul dibanding static routing, terbukti dengan simulasi tr
ace route EIGRP yang tidak mengalami 1 kali pun request timed out. EIGRP merupak
an protokol routing yang handal dan amat sangat cocok untuk diimplementasikan di
jaringan skala menengah hingga besar.
5.2. Saran Penulis menyarankan penggunaan EIGRP sebagai protokol routing yang di
terapkan pada jaringan dengan skala topologi yang mirip ataupun serupa dengan re
quirement penelitian ini. Penggunaan EIGRP terbukti secara teori maupun praktis
lebih handal dan mumpuni dengan tingkat reliabilitas mencapai 99% tanpa pernah m
engalami request timed out bahkan setelah pemutusan jaringan dilakukan. Selain i
tu konfigurasi EIGRP juga tergolong mudah sehingga menimalisir terjadinya human
error dalam proses konfigurasinya.
VI-1

DAFTAR PUSTAKA
Odom, Wendell. CCENT/CCNA ICND1 Official Exam Certification Guide. Cisco Press.
USA : 2008 Syafitri, Rosyidina. Implementasi Dan Analisa Perbandingan Qos Pada J
aringan VPN Berbasis MPLS Menggunakan Routing Protocol RIPV2, EIGRP dan OSPF Ter
hadap Tunneling Ipsec Untuk Layanan Ip-Based Video Conference. Universitas Indon
esia. Jakarta : 2010 Indramawan, Rendra. Implementasi Dan Analisa RIP Routing Dy
namic Di PC Router. Politeknik Telkom Bandung. Bandung : 2010 Syaifulloh. Rancan
g Bangun Jaringan Virtual Local Area Network Yang Menerapkan Spanning Tree Proto
col. STMIK AMIKOM. Yogyakarta : 2010 Syafruddin, Muhammad. Analisa Unjuk Kerja R
outing Protocol RIPng Dan OSPFv3 Pada Jaringan IPv6. Universitas Indonesia. Jaka
rta : 2010 http://rizqtech.net/2009/03/15/menghitung-subnetting-ip/ http://id.wi
kipedia.org/wiki/Model_OSI

Anda mungkin juga menyukai