Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL


DI RUANG PAVILIUN DIII (NICU/PICU)
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

OLEH :
DIANA YULI UTAMI
NIM 143.0015

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TA. 2014-2015

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL
DI RUANG PAVILIUN DIII (NICU/PICU)
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

OLEH :
DIANA YULI UTAMI
NIM 143.0015

Pembimbing Lahan

Surabaya, Maret 2015


Pembimbing Institusi

1. Judul Laporan Pendahuluan


Asuhan Keperawatan Anak Dengan Omfalokel Di Ruang Paviliun DIII (Nicu/Picu)
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
2. Pengertian
Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada
waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di
umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membran tipis transparan yang
terdiri dari cairan amnion dan peritoneum (W. A. Newman Dorland, 2002).
Omfalokel juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana dinding perut
mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran
jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan
otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocele juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana dinding perut
mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran
jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan

otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.
Omfalokel terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada
sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya,
organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis
gastroschisis terjadi seperti omfalokel. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.
(Dr. Redmal Sitorus, 2008).
3. Angka Kejadian
Pada awal kehamilan perkembangan janin, usus berkembang di luar abdomen. Pada
umur 10 minggu kehidupan embrio, isi usus kembali ke rongga abdomen. Jika tidak
berhasil, isi usus halus tersebut menjadi defek dinding anterior atau eksomfolos (1:500
kehamilan) karena hernia usus terjadi di dalam umbilicus. Eksomfolos berada di sebuah
kantong, dan membrane dapat dilihat sebagai masa yang menemel pada dinding
abdomen.
Omfolekel terjadi jika kedua lipatan ektomesoderm lateral gagal bertemu di garis
tengah abdomen antara minggu 3 sampai dengan ke 4. Akibatnya isi abdomen dan
peritoneum dan tali pusat berinsersi ke apeks jantung.

4. Etiologi
Penyebab kelainan ini adalah kegagalan dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebankan timbulnya amfolikel. Kelainan
dapat terlihat dengan adanya protrusi (sembulan) dari kantong yang berisi usus dan
visera absomen melalui detek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat
menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini tingi bila amfolekel besar karena kantong
dapat pecah dan terjadi infeksi. Kelainan dapat terlihat dengan adanya kantong usus yang
berisi usus dan fisera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus
(umbilicus terlihat menonjol keluar).

Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan
ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan:
1.

Masalah genetic atau abnormalitas kromosom

2.

Factor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan obat (antibiotic
oxytetracycline), merokok, factor tersebut dikonstribusiakan dengan insufisiensi
plasenta dan kelahiaran dengan usia kehamilan rendah (small gestation age) atau
bayi premature.

3.

Hernia diafragmatika kongenital

4.

Kelainan jantung atau defek jantung

5.

Defisiensi asam folat

6.

Defisiensi salisilat

7.

Hypoxia (penurunan suplai oksigen ke jaringan)

8.

Kandungan lemah (Copy right@ www.medicastore.com, 2004).

5. Tanda dan Gejala


Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu, lahir ditutup oleh
peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala,
jarang yang mengeluh nyeri
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi,
tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus
yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang
tersebut.

6. Prognosis
Penutupan segera defek dengan diameter + 5 cm biasanya berhasil defek yang lebih
besar mungkin perlu ditutup secara bertahap. Prognosis ditentukan tidak saja oleh ukuran
cacat tetapi juga dietiologi dan kelainan yang menyertai. Ditemukannya omfalokel
mengharuskannya dilakukan evaluasi janin yang lengkap termasuk penentuan kariotip.
7. Patofisiologi
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau
omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang
berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka

kematian tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR.
Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat
karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 11 minggu, normalnya usus akan
berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara
normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane
yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi
terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek diafragma
atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
Kelainan kongenital Omfalokel dan Gastrischisis
Embriogenesis. Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka
akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati.
Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya
bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila
usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut
tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.Pangkal
umbilicus sering kali terkena infeksi staphylococcus aureus. Hal ini dapat terjadi jika
penanganan alat-alat yang dipakai tidak steril maupun pada perawatan sehari-hari
(perawatan tali pusat). Pada tempat ini terjadi radang dan dapat mengeluarkan nanah,
sekitarnya merah dan terdapat odem.
Pada keadaan berat, infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligament falsiforme dan
menyebakan abses yang multiple. Pada keadaan kronik dapat terjadi glanuloma pada
umbilicus.
8. Manifestasi Klinis
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau
keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel,
yaitu :
1.

Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan

2.

Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang
sehat.

Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat


atau kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari
kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel
(isi perut). Tali pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada
uteru, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama
pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial. Kira kira 1 dari 3 bayi dengan
omphalocel diasosiasikan sebagai congenital anomaly atau abnormal.

9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a Pemeriksaan Fisik
a) Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis

tengah pada bayi yang baru lahir.


b) Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek
pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat
juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase

dan pseudokolinesterase.
Pemeriksaan radiology

a) Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan


memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography
fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis
kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis
b) Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di
garis tengah pada bayi yang baru lahir.
10. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah :
a. Infeksi usus
b. Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh
karena usus yang tidak dilindungi.
c. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang
adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
d. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang
lama
e. Nekrosis
f. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
11. Penatalaksanaan
1) Perawatan pra-bedah
a. Terpeliharanya suhu tubuh
b. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat
meningkatkan area permukaan.
c. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usususus yang mempersulit pembedahan.
d. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket
seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk
menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril
untuk mencegah kontaminasi.
e. Terapi intravena untuk hidrasi
f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong, luasnya
cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan menentukan
cara pengelolaan. Bila kantong omfalokel kecil, dapat dilakukan operasi satu
tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga
perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi
biasanya omfalokel terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi
kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena
regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi

gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena
tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omfalokel dengan
cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar
tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi
dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis
yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi
koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10
bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan.
2) Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada
dinding abdomen.Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam
kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun
jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong
atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut
dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada
perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus
akan udem.
3) Perawatan Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
f. Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami
pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi
si bayi (lemah atau tidak).

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN OMFALOKEL
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi,
riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.
a. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
dan alamat.
Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Keluhan utama
Pada pasien omfalokel biasanya mengeluh adanya benjolan pada dinding
perut sejak lahir.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya gejala pada pasien omfalokel adalah usus dan organ perut
lainnya yang menonjol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti ini, namun
ibu dari klien sering demam saat hamil.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Keadaan : Baik
Frekuensi Jantung : 140x/menit
Frekuensi nafas : 42x/menit
BB : 2500 kg
PB : 46 cm
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Suhu : 36,8o C
Kepala
1) Bentuk : normochepal
2) Ubun-ubun besar : 2,5 x 2,5 cm
3) Ubun-ubun kecil : 1 x 1 cm
4) Jejas persalinan : tidak ada
j. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Telinga : tidak ditemukan kelainan
l. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
m. Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada
n. Leher : tidak ditemukan kelainan
o. Thoraks
1) Bentuk : normochest, retraksi tidak ada
2) Jantung : irama teratur, bising tidak ada
3) Paru : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
p. Abdomen
1) Permukaan : buncit
2) Kondisi : lemas
3) Hati : x
4) Limpa : S0 (tidak teraba)
5) Tali pusat : segar
q. Umbilikus : tampak benjolan berupa gambaran usus yang ditutupi selaput dinding
perut di daerah umbilical dengan ukuran 10x6x3 cm.
r. Genitalia
1) Kelainan : tidak ada
2) Labia minora tertutup labia mayora
s. Ekstremitas
1) Atas : akral hangat, perfusi baik
2) Bawah : akral hangat, perfusi baik
t. Kulit : teraba hangat, kemerahan
u. Anus : ada
v. Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul pada omfalokel :
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Konstipasi b.d. kelemahan otot abdomen
3. Resiko infeksi
4. Kekurangan volume cairan kurang b.d kehilangan cairan aktif
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
1. Nyeri akut b.d

NOC
Pain Level

agen cedera

Setelah di lakukan

fisik

tindakan asuhan
keperawatan 3 x 24
jam di harapkan tidak
mengalami nyeri
dengan penurunan
nyeri pada tingkat yang
dapat diterima anak
dengan status
penerimaan nyeri skala
2. Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri.
2. Mampu mengenali
nyeri
3. Nyeri dapat teratasi

NIC
Pain Management
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas.
2. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan
pencahayaan dan
kebisingan
3. Berikan pereda nyeri
dengan manipulasi
lingkungan (misal :
batasi pengunjung,
ruangan yang tenang.
4. Berkolaborasi dengan
tim medis.

2. Konstipasi b.d
kelemahan otot

Bowel Elimination

Constipation

Setelah dilakukan

Management

abdomen

tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan feses kline

1. Monitor tanda dan


gejala konstipasi
2. Monitor feses:

kembali normal

frekuensi, konsistensi

Kriteria hasil:

dan volume

1. Bebas dari
ketidaknyamanan
dan konstipasi
2. Feses lunak dan
berbentuk

3. Dukung intake cairan


FluidManagement
1. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
2. Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik), jika
diperlukan

3. Resiko Infeksi

Knowledge: Infection
Control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapkan infeksi
tidak terjadi
(terkontrol) dengan
status kontrol infeksi
skala 4.
Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan untuk

3. Monitor vital sign


Infection Control
1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
2. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
3. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai
pelindung
4. Berkolaborasi dengan
tim medis
Infection Protection
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Inspeksi kondisi luka
atau insisi bedah

mencegah infeksi
3. Jumlah leukosit
dalam batas

3. Inspeksi kulit pada


daerah sekitar
abdomen

normal
4 Kekurangan

Fluid Balance

volume cairan

Setelah dilakukan

b.d kehilangan

tindakan keperawatan

cairan aktif

selama 3x8 jam,


diharapkan
keseimbangan cairan
pada pasien adekuat
dengan keseimbangan
cairan skala 4.
Kriteria hasil:
1. Keseimbangan

Fluid Management
1. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
2. Monitor status hidrasi
(membran mukosa
yang adekuat)
3. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
4. Monitor status nutrisi

intake dan output


dalam batas
normal
2. Elektrolit serum
dalam batas
normal
3. Tidak ada mata
cekung
4. Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh
dalam batas
normal.
Daftar Pustaka
Elizabeth, J, Corwin. 2009. Buku saku Fatofisiologi. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
R.Sjamsuhidayat, dkk. 2003. Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Price, SA. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Doengos,E Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai