OLEH :
DIANA YULI UTAMI
NIM 143.0015
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL
DI RUANG PAVILIUN DIII (NICU/PICU)
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA
OLEH :
DIANA YULI UTAMI
NIM 143.0015
Pembimbing Lahan
otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.
Omfalokel terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada
sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya,
organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis
gastroschisis terjadi seperti omfalokel. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya.
(Dr. Redmal Sitorus, 2008).
3. Angka Kejadian
Pada awal kehamilan perkembangan janin, usus berkembang di luar abdomen. Pada
umur 10 minggu kehidupan embrio, isi usus kembali ke rongga abdomen. Jika tidak
berhasil, isi usus halus tersebut menjadi defek dinding anterior atau eksomfolos (1:500
kehamilan) karena hernia usus terjadi di dalam umbilicus. Eksomfolos berada di sebuah
kantong, dan membrane dapat dilihat sebagai masa yang menemel pada dinding
abdomen.
Omfolekel terjadi jika kedua lipatan ektomesoderm lateral gagal bertemu di garis
tengah abdomen antara minggu 3 sampai dengan ke 4. Akibatnya isi abdomen dan
peritoneum dan tali pusat berinsersi ke apeks jantung.
4. Etiologi
Penyebab kelainan ini adalah kegagalan dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebankan timbulnya amfolikel. Kelainan
dapat terlihat dengan adanya protrusi (sembulan) dari kantong yang berisi usus dan
visera absomen melalui detek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat
menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini tingi bila amfolekel besar karena kantong
dapat pecah dan terjadi infeksi. Kelainan dapat terlihat dengan adanya kantong usus yang
berisi usus dan fisera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus
(umbilicus terlihat menonjol keluar).
Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan
ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan:
1.
2.
Factor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan obat (antibiotic
oxytetracycline), merokok, factor tersebut dikonstribusiakan dengan insufisiensi
plasenta dan kelahiaran dengan usia kehamilan rendah (small gestation age) atau
bayi premature.
3.
4.
5.
6.
Defisiensi salisilat
7.
8.
6. Prognosis
Penutupan segera defek dengan diameter + 5 cm biasanya berhasil defek yang lebih
besar mungkin perlu ditutup secara bertahap. Prognosis ditentukan tidak saja oleh ukuran
cacat tetapi juga dietiologi dan kelainan yang menyertai. Ditemukannya omfalokel
mengharuskannya dilakukan evaluasi janin yang lengkap termasuk penentuan kariotip.
7. Patofisiologi
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau
omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang
berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka
kematian tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR.
Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat
karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 11 minggu, normalnya usus akan
berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara
normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane
yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi
terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek diafragma
atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
Kelainan kongenital Omfalokel dan Gastrischisis
Embriogenesis. Pada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka
akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati.
Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya
bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila
usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut
tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.Pangkal
umbilicus sering kali terkena infeksi staphylococcus aureus. Hal ini dapat terjadi jika
penanganan alat-alat yang dipakai tidak steril maupun pada perawatan sehari-hari
(perawatan tali pusat). Pada tempat ini terjadi radang dan dapat mengeluarkan nanah,
sekitarnya merah dan terdapat odem.
Pada keadaan berat, infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligament falsiforme dan
menyebakan abses yang multiple. Pada keadaan kronik dapat terjadi glanuloma pada
umbilicus.
8. Manifestasi Klinis
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau
keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel,
yaitu :
1.
2.
Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang
sehat.
dan pseudokolinesterase.
Pemeriksaan radiology
gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena
tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omfalokel dengan
cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar
tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi
dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis
yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi
koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10
bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan.
2) Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada
dinding abdomen.Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam
kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun
jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong
atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut
dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada
perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus
akan udem.
3) Perawatan Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
f. Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami
pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi
si bayi (lemah atau tidak).
Pada umumnya gejala pada pasien omfalokel adalah usus dan organ perut
lainnya yang menonjol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti ini, namun
ibu dari klien sering demam saat hamil.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Keadaan : Baik
Frekuensi Jantung : 140x/menit
Frekuensi nafas : 42x/menit
BB : 2500 kg
PB : 46 cm
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Suhu : 36,8o C
Kepala
1) Bentuk : normochepal
2) Ubun-ubun besar : 2,5 x 2,5 cm
3) Ubun-ubun kecil : 1 x 1 cm
4) Jejas persalinan : tidak ada
j. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Telinga : tidak ditemukan kelainan
l. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
m. Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada
n. Leher : tidak ditemukan kelainan
o. Thoraks
1) Bentuk : normochest, retraksi tidak ada
2) Jantung : irama teratur, bising tidak ada
3) Paru : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
p. Abdomen
1) Permukaan : buncit
2) Kondisi : lemas
3) Hati : x
4) Limpa : S0 (tidak teraba)
5) Tali pusat : segar
q. Umbilikus : tampak benjolan berupa gambaran usus yang ditutupi selaput dinding
perut di daerah umbilical dengan ukuran 10x6x3 cm.
r. Genitalia
1) Kelainan : tidak ada
2) Labia minora tertutup labia mayora
s. Ekstremitas
1) Atas : akral hangat, perfusi baik
2) Bawah : akral hangat, perfusi baik
t. Kulit : teraba hangat, kemerahan
u. Anus : ada
v. Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul pada omfalokel :
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Konstipasi b.d. kelemahan otot abdomen
3. Resiko infeksi
4. Kekurangan volume cairan kurang b.d kehilangan cairan aktif
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
1. Nyeri akut b.d
NOC
Pain Level
agen cedera
Setelah di lakukan
fisik
tindakan asuhan
keperawatan 3 x 24
jam di harapkan tidak
mengalami nyeri
dengan penurunan
nyeri pada tingkat yang
dapat diterima anak
dengan status
penerimaan nyeri skala
2. Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri.
2. Mampu mengenali
nyeri
3. Nyeri dapat teratasi
NIC
Pain Management
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas.
2. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan
pencahayaan dan
kebisingan
3. Berikan pereda nyeri
dengan manipulasi
lingkungan (misal :
batasi pengunjung,
ruangan yang tenang.
4. Berkolaborasi dengan
tim medis.
2. Konstipasi b.d
kelemahan otot
Bowel Elimination
Constipation
Setelah dilakukan
Management
abdomen
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan feses kline
kembali normal
frekuensi, konsistensi
Kriteria hasil:
dan volume
1. Bebas dari
ketidaknyamanan
dan konstipasi
2. Feses lunak dan
berbentuk
3. Resiko Infeksi
Knowledge: Infection
Control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapkan infeksi
tidak terjadi
(terkontrol) dengan
status kontrol infeksi
skala 4.
Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah infeksi
3. Jumlah leukosit
dalam batas
normal
4 Kekurangan
Fluid Balance
volume cairan
Setelah dilakukan
b.d kehilangan
tindakan keperawatan
cairan aktif
Fluid Management
1. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
2. Monitor status hidrasi
(membran mukosa
yang adekuat)
3. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
4. Monitor status nutrisi
Price, SA. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Doengos,E Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.