Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
M
DENGAN ASMA BRONKHIAL
DI DESA JINGGLONG-LODOYO KABUPATEN BLITAR
Disusun oleh :
Nama
NIM
: 04.03.0167
Kelas
: D/KP VI
Prodi
: Ilmu Keperawatan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah, karena telah dapat
menyusun laporan Asuhan Keperawatan Pada Penyakit asma bronchial ini. Laporan
ini di buat untuk memenuhi tugas nursing simulation progam (NSP) dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien TN.M dengan Asma Bronchial.
Atas terselasaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Teman-taman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
2. orang-orang yang telah memberikan keterangan dan informasi untuk
penulisan laporan ini.
3. semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dan masukan dari berbagai pihak
agar laporan ini menjadi lebih sempurna lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri khususnya.
20 Februari 2005
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses keperwatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuan keperawatan pada individu, klompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap
penyakit.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang di butuhkan dalam asuhan
keperawatan pada klien, kelurga, dan komunitas. Dan merupakan metode yang
efisien dan membuat keputusan klinik serta pemecahan masalah baik aktual maupun
potensial dalam mempertahankan kesehatan.
Asma merupakan obstruksi jalan nafas akut episodek yang di akibatkan oleh
rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Asma telah di
definisikan sebagai gangguan yang di karakteristikan oleh parokisme rekurens
mengi dan dyspnea yang tidak di sertai oleh penyakit jantung atau penyakit yang
lain.
B.TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambran nyata atau informasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien Asma Bronchial.
Tujuan Kusus
a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien Asma Bronchial.
b.Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Asma Bronchial.
c.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Asma
Bronchial.
d.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasa pasien Asma Bronchial.
C.BATASAN MASALAH
Mengingat begitu banyak dan kompleksnya permasalahan yang timbul yang
timbul pada kasus asma bronkeal maka penulis membatasi dengan tiga diagnosa
saja.Yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya mucus.
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi dan cemas.
3. Gangguan pola tidur b/d sekresi yang stasis dan nafas pendek
D.METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunkan metode deskriptif dan
pendekatan study kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu keadaan
khusus tentang pelaksanaan asuhan keperwatan yang di berikan kepada pasien
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan di analisa berdasarkan
tinjauan untuk melaksanakan teknik pengumpulan data.
Adapun teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. wawancara atau anamnese
penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pasien dan keluarga.
2. observasi partisipatif
dengan mewnjadikan pengamatan secara langsung pada pasien, dengan ikut
aktif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
3. Study kepustakaan
Menunjuk buku- buku yang berkaitan dengan kasus astma bronkial, yang
berupa teori medis dan teori keperawatan, guna melengkapi materi study
kasus yang bersifat teoritis.
E.SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan study kasus ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
BABIV Pembahasan
BAB V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Lasndasan Teori
Pengertian Asma Bronkhial
1.
1. Asma adalah keadaan klinik yang di tandai oleh masa penyempitan bronkus
yang reversible di pisahkan oleh masa di mana ventilasi relative mendekati
normal (Price Sylvia,1994:149)
2. Asma adalah mengi berulang dan/ dan atau batuk persisten dalam keadaan di
mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih
jarang telah di singkirkan (Mansjoer Arif,2000:461)
Etiologi
Penyebab asma bronchial secara pasti belum di ketahui tetapi kemungkinan
karena beberapa factor yaitu:
1. Faktor ekstrensik (alergi)
Biasanya terjadi pada anak- anak dan mengikuti penyakit alergi lain
seperti ekzim 80-85%, penderita asma alergi di anggap sebagai atopik di
cetuskan oleh kontak dengan allergen pada penderita yang sensitive.
a. Adanya interaksi antigen Ig E. pada saat interksi akan di lepaskan zat
mediator aktif, seperti: histamin slow reaction of nanpilaxis (SRA-A),
serotonin bradikinin. Zat tersebut terutama histamine secara langsung
menyebabkan penyempitan bronkus (broncopasme), edema, produksi
kelenjar sepanjang saluran nafas.
b. Adanya interaksi antigen dengan imunoglobin(Ig G) pada reaksi ini
juga di lepaskan zat mediator aktif yang menyebabkan bronkopasme
yang lebih lama dari reaksi type Ig E. kasus ini di jumpai pada
serangan asma yang berhubungan
asma).
Allergen yang bertanggung jawab jelas dan cara masuknya, yaitu:
a). Alergen inhalan
sesak, dan mengi (weezing) dan pada sebagian penderita di sertai rasa nyeri
di dada.
Beberapa tingkat penderita asma sebagai berikut:
1. penserita asma yang secara klinis normal,tanpa kelainan pemeriksaan
fisik maupun kelainan pemeriksaan fungsi parunya. Pada penderita ini
timbul gejala asma bila ada factor pencetus baik di dapat secara alamiah
maupun dengan tes profokasi bronchial di laboratorium.
2. penderita asma tanpa keluhan dan kelainan pada pemeriksaan fisiknya,
tetapi funsi paru- parunya menunjukan tanda- tanda obstruksi jalan
nafas.
3. penderita asma tanpa keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun
pemeroksaan fungsi parunya menunjukkan tanda- tanda obstruksi jalan
nafas.
4. penderita asma yang sering di jumpai baik pada praktek sehari- hari
maupun di rumah sakit.
Derajat berat asma berdasarkan aktifitas jasmani menurut Sherwood
jones sebagi berikut:
a.Derajat I
terganggu.
B: Dapat bekerja dengan susah payah, tidur sering kali
terganggu
b.Derajat II A: Tiduran atau duduk/ duduk. Bisa bangun dengan agak
susah,
tidur terganggu.
B: Tiduran/ duduk, tidak bisa bangun.
c. Derajat III : Tiduran/ Duduk, tidak bisa bangun. Nadi >120/ menit
d. Darajat IV :pasien tidak bisa bergerak lagi dan kelelahan.
5.Status asmatikus
Yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refraktan sementara terhadap pengobatan yang lazim di
pakai.
2.
3.
4.
b.
c.
Patofisiologi
Pathtway
Alergen (Intrensik, Ekstrensik)
Penigkatan permeabilitas
Kontraksi otot bronkus
Secret berlebih
oedema
Penyempitan bronkus
Penutupan glotis
Dis pnea
Batuk
Penigkatan metabolisme tubuh
Anoreksia, mual
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hydrasi
9.
Fisiotherapi dada
B. Askep Teori
Pengkajian
Identitas pasien.
Identitas pasien meliputi:
-
Nama
Umur
Agama
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Riwayat keperewatan/kesehatan.
1. Keluhan utama: pasien biasanya sulit bernafas
2. Riwayat kesehatan sekarang: data keadaan pasien saat diadakan
pengkajian
3. Riwayat kesehatan masa lalu: berisikan data atau keterangan
penyakit atau masalah kesehatan yang pernah di alami pasien pada
masa lalu misalnya asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga: berisikan data atau keterangan penyakit
atau masalah kesehatan yang pernah di alami keluarga pasien
misalny dalam keluarganya ada yang menderita asma.
Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pada klien asma terdapat
juga kebiasaan untuk merokok.
2. Pola aktifitas dan latihan : klien terkadang mengalami/merasa lemas,
pusing, kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme : pasien terkadang mengalami mual dan
muntah.
4. Pola eliminasi
5. Pola tidur dan istirahat: biasanya pada pasien asma tidur ssering
terbangun atau tergagu karena asmanya.
11
: Retina, pupil
Paru
Jantung
12
Pada penderita asma jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Selain
dapat di pakai sebagai patokan untuik menentukan cukup tidaknya disis
kortikosteroid yang di perlukan penderita asma dan bronchitis kronik.
8. Pameriksaan Sputum
pentingnya untuk menilai adanya miselium aspergillus fumigatus.
Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya mucus.
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi dan cemas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
dispnea, anoreksia, mual muntah.
4. Gangguan pola tidur b/d sekresi yang statis dan nafas pendek.
5. kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang
informasi/ tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi
a.
Rencanan tindakan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu/
pelebaran nasal.
R: kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernafasan berfariasi
tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya nafas adventisius
seperti: krikels, mengi, gesekan pleura.
R: bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas
obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps
jalan nafas kecil. Ronkhi dan mengi menyertai jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
13
memudahkan
upaya
bernafas
dalam
dan
14
Rencanan tindakan :
1. auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misal
mengi, krikel ronkhi.
R: beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dapat atau tidak di manifestasikan
adanya bunyi nafas, adventius, misal penyebaran krikel basah
(bronkhitis); bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema); atau tidak ada bunyi nafas (asma berat).
2. kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/
ekspirasi
R: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat di temukan pada penerima atau selama stress / adanya
proses infeksi akut. Pernafas dapat melambat dan ekspirai
memanjang di banding inspirasi.
3. kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal: peniggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R: peninggian kepala saat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien
dengan distress berat akan mencsri posisi yang paling mudah
untuk bernafas. Sokongan tangan atau kaki dengan meja,
bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
4. pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu, asap
dan bulu bantal yang berhuibungan dengan kondisi
individu.
R: pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat
menstiger episode akut.
5. dorong/ Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R: memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi
dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
15
memudahkan
upaya
bernafas
dalam
dan
Rencanan tindakan:
1. kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi BB dan ukuran tubuh.
R: pasien distress pernafasan akut sering anoreksia
karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. auskultasi bunyi usus
R: penurunan bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum ) yang
berhubungan dengan pembatasan masukan cairan, pilihan
makan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia.
3. berikan perawatan oral sering buang secret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
R: rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah
pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat
mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
4. berikan makanan sedikit- sedikit tapi sering
R: untuk mengurangi mual dan muntah.
5. timbang BB sesuai indikasi
16
Rencanan tindakan:
1. jelaskan proses penyakit individu. Dorong pasien / orange
terdekat untuk menanyakan pertanyaan.
R: menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
2. intruksi/ kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif
dan latihan kondisi umum.
R:
nafas
bibir
dan
abdominal/
diafragmatik
17
penghentian
merokok
dan
menasehatakan
Gangguan pola tidur b/d sekresi yang statis dan nafas pendek.
Rencanan tindakan:
1. kurangi kebisingan
R: memberi suasan ayang tenang nyaman sehingga
pasien
dapat merasa nyaman.
2. kaji masalah gangguan tidur pasien dan penyebab kurang
tidur.
R: memberikan informasi dasar dalam menentukan
rencana keperawatan.
3. kondisikan tenpat tidur yang nyaman bersih dan bantal
yang nyaman.
R: meningkatkan tidur.
Kriteria hasil:
1.pasien dapat tidur 8,5 jam setiap malam
18
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal dan jam pengkajian
Oleh
:Dian Miftahul Mz
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama
: TN. M
Umur
: 72 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
:SD
Alamat
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Perkerjaan
: Petani
b. Riwayat keperawatan/kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien sesak nafas mulai tahun 1984 dan selama ini pasien memeriksakan
diri ke mantri desa jika sesaknya di rasa cukup berat di sertai batuk. Pasien
mengatakan selama menderita sesak nafas belum pernah belum pernah
rawat inap di RS karena sesaknya, tetapi Cuma rawat jalan saja dan
biasanya setelah berobat memang sesaknya berkurang, tapi selang
beberapa hari pengobatan sesaknya kambuh lagi sampai sekarang,
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita lever pada tahun 1983,dan menderita
sesak nafas mulai tahun 1984.
Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yaitu anak pertama dari
Tn.M yang mendrita sesak nafas.
Genogram
20
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Kawin
c.Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan
yang membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa
kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan
aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).
Pasien mengatakan bahwa merokok juga dpat merugikan kesehatan,
tetapi pasien merupakan perokok aktif dimana tiap harinya habis 12
batang rokok, tapi pasien mencoba untuk berhenti merokok sejak
menderita sesak nafas tahun 1984,dan pasien benar- benar bisa berhenti
merokok pada tahun 1994. selama waktu 10 tahun itu pasien hanya
bisa mengurangi merokoknya sedikit demi sedikit dan dengan dukungan
dari istrinya pasien bisa benar- benar berhenti merokok.
2. Pola aktivitas - latihan
21
Sebelum sakit pasien dulunya seorang petani yang ulet, tetapi semenjak
sakit, aktifitasanya agak di kurangi dan 5 tahun terkhir ini pasien
biasanya hanya diam di rumah, kadang- kadang melakukan kegiatan
yang di rasa bisa di kerjakan, dan lebih banyak istirahat.
3. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit, pasien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tahu,
kerupuk dan ayam terkadang juga makan nasi pecel 1 porsi habis. Pasien
minum sehari 7 gelas/hari, kadang-kadang pasien minum kopi pada
pagi hari. Pasien telah menerapkan intruksi diet rendah garam.
Selama sakit, pasien tidak mengalami perubahan nafsu makan atau pola
makan, frekuensi makan tetap 3x/hari 1 porsi piring habis, minum
6x/hari dan pasien tidak merasakan adanya mual mual dan muntah.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dalam BAB biasbnya 1-3x
sehari dengan konsistensi feses lembek dengan warna kuning dan BAK
3-5x sehari dengan warna kuning.
Selama sakit, pasien mengatakan bahwa dalam BAB frekuensinya 1-3x
sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna kuning. Dan BAK 3-4
kali sehari dengan warna kuning.
5. Pola tidur-istirahat
Sebelum sakit, pasien mengatakan pasien jarang melakukan tidur siang
keculi dalam keadaan lelah/mengalami kelelahan. Biasanya pasien tidur
malam mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB dam lamanya
tidur pasien 8,5 jam/ hr.
Selama sakit pasien mengatakan merasa sulit memasuki awal tidur,
terkadang terbangun pada malam hari karena sesak dan batuk beriaknya.
Dan lamanya tidur 6 jam/ hr dan awal tidur malam mulai pukul 22.00
dan bangun pada pukul 04.00, mata pasien tampak lelah.
6. Pola kognitif perceptual
Pasien selama sakit mampu berkkomunikasi dan mengerti apa yang
sedang dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik
dengan
Suhu tubuh
: 36,8C
lebat.
Kepala
Leher
5. Pemeriksaan dada
Paru-paru
Jantung
84x/menit,
tidak
ada
suara
jantung
5
5
b. Pemriksaan penunjang
9 Februari 2006
Pengkaji
24
1. Analisa data
Symtom
Etiologi
DS : *Pasien mengatakan
sesak
nafas
sertai
di banyaknya mucus
batuk
Problem
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
bercampur riak
DO :
* pasien terlihat
sulit
bernafas
(dispnea)
*terdapat weezing
*R=32x/mnt
bernafas
ngos- ngosan.
* Pasien merasa
kawatir
penykitnya
dapat
(perasaan
tidak
sembuh
takdir
terancam/
25
impending doom)
DO :*ekspirasi memanjang
*pasaien tampak
benafas pursed lip
(dgn bibir)
*nafas pendek
*R=32x/mnt
DS :* pasien mengatakan sekresi yang statis dan Gangguan pola tidur
merasa
memasuki
awal
tidur,
terkadang
terbangun
pada
dan
batuk
beriaknya.
DO: *nafas pendek
*produksi sputum
* terdapat weezing
*mata tampak lelah
2. Prioritas masalah
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya mucus.
2.Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi dan cemas.
3.Gangguan pola tidur b/d sekresi yang stasis dan nafas pendek.
26
INTERVENSI
Tanggal
No. Dx
Tujuan
Intervensi
8 feb 06
Rasional
frekuensi, Kecepatan
tindakan
kedalaman
keperawatan
pernafasan
ekspansi
dada.
Dispnea
harapkan
Catat
upaya
terjadi
saluran
pernafasan
pasien
biasanya
dan
meningkat.
dan
pernafasan
peningkatan kerja
menjadi bersih.
termasuk
nafas.
Dengan
penggunaan
criteria
hasil:
Bantu/
1. Tidak da secret
nasal.
dan
2.
otot
Kedalaman
pelebaran
pernafasan
weezing,
berfariasi
tergantung
suaara
derajat
pernafasan
nafas.
Ekspansi
vesikuler
dada
terbatas
Pasien
dapat
gagal
yang
melakukan
berhubungan
batuk efektif
dengan
atelektasis
dan
Memudahkan
upaya bernafas
27
dalam dan
meningkatkan
drainase secret
dari segman paru
ke dalam
bronkus,di mana
dapat lebih
mempercepat
pembuangan
dengan batuk/
penghisapan
Observasi pola
Mengetaahui
perkembangan
secret
pasien
Tinggikan
kepala Duduk
tinggi
dan
Bantu
memungkinkan
mengubah
posisi.
ekspansi
paru
Bangunkan pasien
dan memudahkan
pernafasan.
Pengubahan
sesegera mungkin.
posisi
dan
ambulasi
meningkatkan
pengisian
udara
segman
paru
berbeda sehingga
memperbaiki
difusi gas.
Anjurkan
keluarga
28
pasien/ Hidrasi
pasien
membantu
untuk
menurunkan
meningkatkan
kekentalan
masukan
secret,
cairan
pasien
3000
sampai
ml/
sesuai
Penggunaan
hari
cairan
toleransi
dapat
jantung,
memberikan
hangat
menurunkan
air
spasme bronkus.
hangat.
8 feb 06
Setelah di lakukan
tindakan
Auskultasi
keperawatan
spasme
bronkus
terjadi
dengan
harapkan
pola
mengi,
obstruksi
ronkhi.
Dengan
krikel
jalan
criteria
tidak
di
hasil:
manifestasikan
1. Frekuensi nafas
adanya
16-24x/ mnt
bunyi
nafas, adventius,
2. Kedalaman
misal penyebaran
pernafasan
krikel
dalam rentang
(bronkhitis);
normal
bunyi
nafas
redup
dengan
basah
ekspirasi
mengi
(emfisema); atau
tidak ada bunyi
nafas
(asma
berat).
Kaji/
pantau Takipnea
frekuensi
pernafasan,
29
biasanya
catat
pada
ada
beberapa
rasio
inspirasi/
ekspirasi
atau
selama stress /
adanya
proses
infeksi
akut.
Pernafas
dapat
melambat
dan
ekspirai
memanjang
di
banding inspirasi.
Kaji pasien untuk Peninggian
posisi
yang
nyaman,
misal:
mempermudah
peniggian
kepala
fungsi pernafasan
dengan
pada
menggunakan
sandaran
tempat tidur.
gravitasi. Namun,
pasien
dengan
distress
akan
berat
mencsri
posisi
yang
paling
mudah
untuk
bernafas.
Sokongan tangan
atau kaki dengan
meja, bantal, dll
membantu
menurunkan
kelemahan
otot
30
ekspansi
Dorong/
Bantu Memberikan
latihan
nafas
abdomen
atau
bibir.
pasien
beberapa
cara
untuk
mengatasi
dan
mengontrol
dispnea
dan
menurunkan
jebakan udara.
Bantu
fisioterapi Memudahkan
dada
drainase
(misal:
upaya
bernafas
postural,
dalam
dan
meningkatkan
drainase
secret
dalam
bronkus,di mana
dapat
lebih
mempercepat
pembuangan
dengan
batuk/
penghisapan
Observasi
tanda- Mengetaahui
tanda vital
perkembangan
pasien.
Kaji
gangguan
pasien
penyebab
tidur.
8 feb 06
Setelah di lakukan
masalah Memberikan
tidur
dan
kurang
informasi
dasar
dalam
menentukan
rencana
keperawatan.
tindakan
keperawatan
Kurangi
Memberi suasan
harapkan
pasien
kebisingan
ayang
tenang
dapat
nyaman sehingga
mengidentifikasi
pasien
merasa nyaman.
Dengan
dapat
hasil:
1. Pasien dapat
tidur 8,5
jam
tidurdengan
posisi
semi
yang nyaman.
fowler
pasien
setiap
dapat
malam
bernafas
dengan
2. Secara verbal
cukup
dapat
meningkatkan
mengatakan
tidur.
lebih
dan
lebih
semi fowler
meningkatkan
tidur.
segar.
IMPLEMENTASI
Tgl/ jam
No.
8-2-2006
DX
1
20.00
Implementaasi
Mengkaji
Respon
frekuensi, Pasien
Ttd
mengatakan
mengukur
dan
Hasil pengukuran R=
respirasi
vibrasi
32
pasien.
Meninggikan
kepala
agak lega.
pasien.
menyarankan pasien untuk Pasien mengerti dan
minum 3000 ml/ hr untuk
melaksanakan saran
menurunkan
yang di anjurkan.
kekentalan
secret.
Mengobservasi pola batuk Pasien mengatakan
dan karakter secret.
Mengajarkan
ke
pasien Pasien
mengerti
dan
bibir.
ajarkan.
Mengkaji
masalah Pasien
mengatakan
kurang
bisa tidur di
9-2-2006
08.00
mengatakan
Mengkaji
frekuensi Pasien
kelihatan
inspirasi/ ekspirasi.
ngosan,
ekspirai
memanjang di banding
33
inspirasi.
Mengajarkan
ke
pasien Pasien
mengerti
dan
bibir.
ajarkan.
di
lakuakan
spontan
dan
mearasa nyaman.
Mengukur TTV
dengan hasil
TD: 130/ 80
R : 28x/mnt
N : 84x/mnt
S : 37o C
11.00
Mengkaji
masalah Pasien
mengatakan
kurang
bisa tidur di
dan
batuknya,
tempat Pasien
mengatakan
Pasien
mengatakan
fowler.
Melakukan
vibrasi
pada Setelah
di
lakuakan
pasien.
secara
efektif
dan
mearasa nyaman.
Mengobservasi pola batuk pasien
dan karakter secret.
lendir dan
mengatakan
batuknya
34
9-2-2006
Mengkaji
19.00
frekuensi,
Pasien
mengatakan
sesak nafasnya
mengukur
R: 28x/ mnt.
respirasi
dan
sudah
di
lakuakan
pasien.
secara
efektif
dan
mearasa nyaman.
mengerti
melaksanakan
menurunkan
yang di anjurkan.
kekentalan
dan
saran
secret.
pasien
mengatakan
lendir dan
batuknya
Mengkaji
frekuensi pasien
mengatakan
nafasnya
inspirasi/ ekspirasi.
begitu
sudah
ngos-
tidak
ngosan
lagi.
Melakukan fisioterapi dada
( vibrasi)
Setelah di lakuakan
vibrasi pasien bisa batuk
secara
efektif
dan
mearasa nyaman.
3
mengatakan
35
nyenyak
nafasnya
karena
dan
batuknya
sudah
10-2-2006
08.30
Melakukan
vibrasi
pada Setelah
di
lakuakan
pasien.
secara
efektif
dan
lagi, dan
pasien
kelihatan
nafasnya
tidak
ada
weezing.
2
Mengkaji
nafasnya
sudah
inspirasi/ ekspirasi.
membaik
ngosan
tidak
lagi.
kelihatan
dengan
ngosPasien
bernafas
teratur,
tidak
menggunakan
Bantu
otot
pernafasan,
R:
28x/ mnt
3
mengatakan
nyenyak
nafasnya
batuknya
karena
dan
sudah
hr.
Pasien
36
EVALUASI
Tanggal
No.
Catatan Perkembangan
11-2-2006
Dx
1
11-2-2006
37
TTD
11-2-2006
BAB VI
PEMBAHASAN
B. Diagnosa keprewatan
38
Disnosa keperawatan yang muncul pada teori tetapi tidak terdapat pada
kasus yaitu Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea,
anoreksia, mual muntah. Idagnosa ini tidak muncul mungkin ini di karenakan pasien
menderita astma bronchial sudah kronis sehingga astmanya tidak berpengaruh lagi
terhadap pola makan. Kemudian unutuk yang diagnosa kurang pengetahuan
mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi/ tidak mengenal sumber informasi
tidak di angkat karena penulis sudah membatasi pada rumusan masalah pada kasus
Tn.M hanya mengangkat tiga diagnosa saja yang oleh penulisa sudah di
prioritaskan.
C.Intervensi dan Implementasi
Intervesi yang disusun berdasarkan diagnosa yang muncul seperti pada
tinjaun kasus pada bagian intervensi dan tidak semua intervensi dapat dilakukan
karena mungkin keterbatasan alat dan tenaga.
D. Evaluasi
Evalusi merupakan langkah terakir dari proses keperawatan dengan cara
melakuakan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dimana pada tujuan intervensi pada kasus pasien Tn.M tujuan intevensi telah
tercapai untuk diagnosa 1 dan 3 namun pada diagnosa 2 masalah masih belum
teratasi, hal dapat di lihat dari criteria evaluasi yang telah di tetapkan sebelumnya
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Asma adalah mengi berulang dan/ dan atau batuk persisten dalam
keadaan di mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain
yang lebih jarang telah di singkirkan (Mansjoer Arif,2000:461)
SARAN
39
40