hasil
pengobatan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal dan DM, maka di
golongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung hasil yang diperoleh.
TGT
GDPT
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 100
100 - 200
>200
Darah kapiler
<80
80 - 200
>200
Plasma vena
<110
110 - 126
>126
Darah kapiler
<90
90 110
>110
Kadar GDS
Kadar GDP
glukosa darah.
Jangka panjang : Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
Kehidupan
seksual,
penggunaan
kontrasepsi
dan
diabetes melitus.
Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain
(kolesterol
total,
HDL,LDL,trigliserida)
Kreatinin serum, Albuminuria, Keton, sedimen dan protein dalam
urin
d. Tindakan Rujukan
Sistem rujukan perlu dilakukan pada seluruh pusat pelayanan
kesehatan
yang
memungkinkan
dilakukan
rujukan.
Rujukan
meliputi :
Ke bagian mata bila diperlukan pemeriksaan mata lebih lanjut.
Rujukan untuk terapi gizi medis sesuai indikasi.
Rujukan untuk edukasi kepada edukator diabetes
Rujukan kepada perawat khusus kaki (poodiatrist), spesialis
perilaku (psikolog) atau speslalis lain sebagai bagian dari
pelayanan dasar dan sesuai kebutuhan
Evaluasi medls secara berkala :
DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemi serta
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantaun kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri setelah mendapat pelatihan
khusus.
2. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterilbatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain
dan pasien itu sendiri).
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan. Untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
2. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
konsentrasi insulin plasma pada keadaan basal juga turun. Metformin tidak
menyebabkan kenaikan berat badan seperti pada penggunaan sulfonilurea.
Pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea sudah dapat dianjurkan
sejak awal pengelolaan diabetes dan hanya 50% pasien DM tipe 2 yang
kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal metformin atau
sulfonilurea sampai dosis maksimal.
Efek samping gastrointestinal sering ditemukan pada pemakaian awal
metformin dan bisa dikurangi dengan memberikan obat dimulai dengan
dosis rendah dan diberikan bersamaan dengan makanan.
Efektivitas insulin menurunkan kadar glukosa pada orang gemuk
sebanding dengan SU. Karena kemampuannya mengurangi resistensi
insulin, mencegah penambahan berat badan dan memperbaiki profil lipid,
maka metformin sebagai monoterapi pada awal pengelolaan DM pada
orang gemuk dengan dislipidemi dan resistensi insulin berat merupakan
pilihan pertama.
Glitazone
Golongan Thiazolidinediones atau glitazone adalah golongan obat
yang juga memiliki efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas
insulin. Obat ini dapat diberikan secara oral, kimiawi maupun fungsional
tidak berhubungan dengan obat oral lainnya. Monoterapi dengan glitazon
dapat memperbaiki konsentrasi glukosa darah puasa hingga 59-80 mg/dl
dan A1c 1,4-2,6% dibanding dengan plasebo.
Mekanisme kerja. Glitazon merupakan
agonist
peroxisome
No.
Golongan
Mekanisme kerja
ES-KI
1.
Sulfonil urea-
Insulin secretagous
S:2,5-5mg/tab
ES:hipoglikemi
Glibenclamid
: ATP-sensitive K
DH:2,5-15mg
KI:pasien hepar&
channel
LK:12-24jam
ginjal
F:1-2x/hari AC
2.
Meglitinid-
SD no.1, t 1 jam
Repaglinid
S:1mg/tab
DH:1,5-6mg
LK:F:3x/hariAC
3.
Biguanid-
Prod glukosa
Metformin
S:500-850mg
ES: gjala GI
DH:250-3000
LK:6-8jam
F:1-3x/hari
PC/bersama mkn
No.
Golongan
Mekanisme kerja
ES-KI
4.
Tiazolidinedion
Mengaktifkan
S:15-30mg/tab
- pioglitazone
PPAR-g, terbentuk
DH:15-45mg
GLUT baru
LK:24 jam
F:1x sehari
5.
Penghambat -
Mengurangi
glikosidase
absorbsi glukosa di
(acarbose)
usus halus
S:50-100mg
DH:100-300mg
LK:F:3x bersama
suapan I
6.
DPP-IV
Menghambat kerja
Inhibitor
DPP-IV- GLP
(vildagliptin)
meningkat
S:50 mg/tab
DH:50-100mg
Obat mahal
LK:12-24 jam
F:1-2x
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
b. Suntikan
1. Insulin
Pemberian Insulin diperlukan pada keadaan:
ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan
insulin.
tetap(premixed insulin).
Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan respons individu terhadap insulin, yang
Agonis GLP-1
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan
baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja sebagai
perangsang pelepasan insulin yang tidak menimbulkan hipoglikemia
ataupun peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan
dengan insulin ataupun sulfonilurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin
menurunkan berat badan. Efek lainnya adalah menghambat penglepasan
glukagon. Pada binatang percobaan,obat ini terbukti memperbaiki
cadangan sel beta pankreas. Efek sampingnya antara lain rasa sebah dan
muntah.
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila
diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO
sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari
kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.
Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO.
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin
kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan
pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa
darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin
kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah
puasa keesokan harinya.
Bila dengan cara seperti diatas kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan
diberikan insulin saja.
Penilalan Hasil terapi
Dalam praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM tipe 2 harus dipantau
secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah:
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah yaitu :
sasaran terapi.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa dan glukosa 2 jam postprandial secara
berkala sesuai dengan kebutuhan. Kalau karena salah satu hal
terpaksa hanya dapat diperiksa 1 kali dianjurkan pemeriksaan 2
jam post prandial.
b. Pemeriksaan
A1C
(Tes
hemoglobin
terglikosilasi