A. Tujuan
Tujuan praktikum Uji Inderawi acara IV adalah mahasiswa mampu
melakukan uji pembedaan, khususnya uji perbandingan jamak (multiple
comparison test).
B. Tinjauan Pustaka
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel
jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang
akan kita teliti. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan
masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian, disamping
pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Secara umum sampel yang
baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi.
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang
penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
yang menggunakan analisis kuantitatif. Bagi data kuantitatif tentu saja teknik
pengolahan datanya menggunakan statistik. Apabila analisis yang digunakan
statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya, misalnya
deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang jenis statistiknya,
misalnya persen, rata-rata, korelasi, analisis varians atau yang lainnya
(Darmawan, 2013).
Alat pengumpulan data (angket) berfungsi mewakili peneliti untuk
menanyakan dan merekam jawaban responden, sehubungan dengan informasi
atau keterangan yang hendak dikumpulkannya. Dalam hubungan ini,
responden berfungsi sebagai pemberi keterangan tentang yang ditanyakan
oleh peneliti melalui angket yang disusun dan disebarkannya. Item
pertanyaan merupakan bagian angket yang meminta pengisian atau jawaban
dari responden. Isian jawaban responden itulah yang hendak dikumpulkan
oleh peneliti. Petunjuk pengisian merupakan bagian angket yang berfungsi
menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian jawaban pada item
pertanyaan (Faisal, 1981).
sampel
kesan
rasa
dengan
minum
yang
masih
air
putih
melekat
untuk
dimulut
(Koesoemawardani, 2007).
Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan diuji,
misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dll. Sebelum memulai
analisis sensori perlu ditentukan dahulu atribut-atribut apa saja yang
menggambarkan mutu produk yang diharapkan. Cara pengujian sensori
adalah dengan menggunakan indra manusia, bisa dengan dilihat untuk atribut
warna, dengan dibaui untuk atribut aroma, dicicipi untuk atribut rasa, dan
diraba untuk atribut tekstur (Setyaningsih, 2010).
Tekstur adalah properti sensorik dan, dengan demikian, hanya manusia
(atau binatang dalam hal makanan hewan) dapat memahami dan
menjelaskan. Tekstur hanya dapat mendeteksi dan mengukur parameter fisik
tertentu yang kemudian harus ditafsirkan dalam hal persepsi sensorik.
Beberapa contoh parameter sensorik kekerasan, ketegasan, kelembutan
berada pada skala resistansi makanan untuk kekuatan tekan yang diterapkan.
Namun,
pada fisik viskositas) dan juiciness (yang tergantung pada kekuatan fisik
gesekan) (Szczesniak, 2002).
Pada uji perbandingan jamak atau majemuk, contoh yang akan
diperbandingkan lebih dari satu macam. Dua atau lebih contoh disajikan
secara bersamaan untuk kemudian diperbandingkan dengan contoh baku.
Pada uji perbandingan jamak jumlah panelis yang dipergunakan 515 orang
panelis terlatih dan 1520 orang untuk panelis agak terlatih. Hasil penilaian
dari panelis terhadap produk dikonversikan dalam bentuk skor. Selanjutnya
data dari setiap parameter tersebut diuji dengan menggunakan sidik ragam
atau analisis sebaran (Budijanto, 2010).
Uji perbandingan jamak dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
atribut
mutu
(rasa,
warna,
penampakan,
aroma,
kekenyalan
dan
semua atribut mutu untuk masing-masing formula. Selain kedua uji tersebut
dilakukan pengujian oleh panelis untuk menilai urutan atribut mutu terhadap
sampel mulai dari yang paling penting hingga kurang penting. Uji ini
ditujukan untuk melihat bagaimana penerimaan panelis terhadap atribut mutu
apa yang menurut mereka paling penting dari sampel yang diujikan
(Mariyani, 2008).
Ada dua pendekatan untuk mengembangkan produk makanan:
pendekatan berorientasi proses dan pendekatan berorientasi konsumen.
Pendekatan berorientasi proses awalnya mengacu pada proses di mana
berbagai bahan yang sistematis bervariasi untuk membuat sejumlah produk
yang berbeda. Produk produk ini kemudian dinilai oleh panelis dari semua
kategori konsumen. Yang dinilai adalah keinginan konsumen serta berbagai
atribut produk. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan analisis
varians (ANOVA), regresi dan/atau analisis permukaan respon untuk
mendapatkan produk yang optimal dengan pengoptimalan formulasi.
Keuntungan dari pendekatan berorientasi proses adalah untuk mengontrol
parameter teknis dan dapat mengatur sebuah formulasi yang optimal
(Le, 2012).
b. Panelis
Ditulis nama, tanggal pengujian dan produk yang diuji pada kolom borang yang telah disediaka
m borang penilaian dengan teliti kemudian periksa kelengkapan sampel yang ada di hadapan. Jika belum len
mpel mulai diuji sesuai instruksi yang ada dalam borang penilaian. Hasil penilaian dituliskan pada borang yan
eriksa kembali apakah hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya. Bila sudah lengkap, borang penilaian yang su
panelis yang harus dieliminasi karena data hasil pengujian yang diberikan
dalam borang tidak sesuai dengan intruksi yang diberikan, sehingga data
yang dapat diolah hanya dari 27 panelis saja.
Pada tabel 4.1.1 Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak
Parameter Warna, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel.
Pada sampel kode 128 didapat total nilai keseluruhan 113 dengan rata-rata
nilai 4,185. Untuk sampel kode 212 total nilai keseluruhannya adalah 206
dengan rata-rata nilai 7,630. Sampel terakhir dengan kode 861 total nilai
keseluruhannya 147 dengan rata-rata nilai 5,444. Nilai rata-rata dari semua
sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini
nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas tingkat
warna yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang
ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi
warna untuk kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R) dan
kode 861 sama dari sampel baku (R) dan untuk kode 212 dianggap lebih
buruk dari sampel baku (R). Sehingga diurutkan sampel dengan penilaian
warna terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan yang
terakhir sampel 212.
Tabel 4.1.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan
Sumbe
df
JK
JKR
F hitung
F tabel 5%
r
Varian
Sampel
2
164,025
82,012
84,212
3,18
Panelis
26
86,395
3,323
3,412
1,71
Error
52
50,642
0,974
Total
80
301,062
86,309
Menurut Sugiyono (2009), hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis untuk uji ini adalah:
H0= tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan
H1= ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.
nilainya sebesar 136 dengan rata-rata 5,037. Untuk sampel kode 212 total
nilai keseluruhannya adalah 134 dengan rata-rata nilai 4,963. Sampel
terakhir dengan kode 861 total nilai keseluruhannya yaitu 121 dengan
rata-rata nilai 4,481. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan
intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang
tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas rasa yang buruk, hal ini
tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi rasa untuk kode 861
dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel kode 212 sama
dari sampel baku (R) dan untuk sampel kode 128 dianggap lebih buruk
dari sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian
rasa dari yang paling baik adalah sampel 861, sampel 212 dan yang
terakhir sampel 128.
Tabel 4.2.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan
Sumbe
df
JK
JKR
F hitung
r
Varian
Sampel
2
4,914
2,457
0,950
Panelis
26
136,247
5,240
2,028
Error
52
134,420
2,585
Total
80
257,581
10,282
Hipotesis untuk uji ini adalah:
F tabel 5%
3,18
1,71
H0= tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan
H1= ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.
Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut:
Fhitung < Ftabel terima H0
Fhitung > Ftabel tolak H0
Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada
sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.1.2 Daftar Sidik
Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel
lebih kecil dari Ftabel (Fhitung<Ftabel) yaitu 0,950<3,18. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari sampel panelis H0 diterima, sehingga untuk
parameter rasa tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan
sampel baku. Dari segi panelis besar Fhitung lebih besar dari Ftabel
(Fhitung>Ftabel) yaitu 2,028>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi
128 total nilainya sebesar 125 dengan rata-rata 4,630. Untuk sampel kode
212 dan kode 861 memiliki total nilai keseluruhan yang sama yaitu 117
dengan rata-rata nilai 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel
menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai
rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas aroma yang
buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam
penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter
aroma, sampel kode 212 dan 861 dianggap agak lebih baik dari sampel
baku (R), sedangkan untuk sampel kode 128 dianggap sama dengan
sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian
aroma dari yang paling baik adalah sampel 212, sampel 861 dan yang
terakhir sampel 128.
Tabel 4.3.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan
Sumbe
df
JK
JKR
F hitung
F tabel 5%
r
Varian
Sampel
2
1,581
0,791
0,402
3,18
Panelis
26
127,877
4,918
2,496
1,71
Error
52
102,419
1,970
Total
80
231,877
7,679
Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada
sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.3.2 Daftar Sidik
Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel
lebih kecil dari Ftabel (Fhitung<Ftabel) yaitu 0,402<3,18. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari segi sampel H0 diterima, sehingga untuk
parameter aroma tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan
sampel baku. Sebaliknya dari segi panelis besar Fhitung lebih besar dari
Ftabel (Fhitung>Ftabel) yaitu 2,496>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari
segi panelis H0 ditolak, sehingga untuk parameter aroma ada perbedaan
nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan
dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam
sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan
yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.
Tabel 4.3.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut
Besarnya
A
B
C
Jumlah Butir
Telur
10 butir 6 butir
8 butir
Skor Contoh
125
117
117
Rata-rata Contoh
4,630
4,333
4,333
Urutan Skor
3
1
2
Pada tabel 4.3.3 Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur
Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang
berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang
menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 125 dengan rata-rata
4,630. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor
penilaian 117 dengan rata-rata 4,333. Untuk sampel C bolu pandan yang
menggunakan 8 butir telur mendapat skor yang sama dengan sampel B
yaitu 117 dengan rata-rata 4,333.
Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang
ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas
aromanya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa pada segi aroma untuk sampel B dengan kode 212
dan sampel C dengan kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel
baku (R), sedangkan sampel A dengan kode 128 dianggap sama dengan
sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk
parameter aroma pada ketiga sampel adalah sampel B, sampel C dan
sampel A. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan 6 dan 8 butir
telur menghasilkan aroma yang agak lebih baik dari sampel baku.
Sedangkan untuk penggunaan telur 10 butir menghasilkan aroma yang
sama dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.
Tabel 4.3.4 Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp)
P
2
3
Ranges (5%)
2.83
2.98
LSR
0,764
0,805
Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant
Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncans Multiple
Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat
Selain warna, rasa, aroma dan tekstur parameter terakhir yang juga
harus diberikan oleh panelis yaitu penilaian overall. Pada tabel 4.4.1
Hasil
Pengujian
Uji
Perbandingan
Jamak
Parameter
Overall,
menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian
27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total nilainya
sebesar 120 dengan rata-rata 4,444. Untuk sampel kode 212 memiliki
total nilai 138 dengan rata-rata 5,111. Sementara sampel kode 861
memiliki total nilai keseluruhan yang lebih rendah dari sampel
sebelumnya yaitu 117 dengan rata-rata nilai 4,333.
Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang
ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi
menjelaskan bahwa memiliki intensitas atribut overall yang buruk, hal ini
tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter overall, sampel
kode 861 dan 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R),
sedangkan untuk sampel kode 212 dianggap sama dari sampel baku (R).
Sehingga dapat diurutkan sampel untuk penilaian overall dari yang paling
baik adalah sampel kode 861, sampel kode 128 dan yang terakhir sampel
kode 212.
Tabel 4.4.2 Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan
Sumbe
df
JK
JKR
F hitung
F tabel 5%
r
Varian
Sampel
2
9,556
4,778
2,707
3,18
Panelis
26
117,556
4,521
2,561
1,71
Error
52
91,777
1,765
Total
80
218,889
11,064
Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada
sample, nilai Fhitung diuji dengan Ftabel 5%. Pada tabel 4.4.2 Daftar Sidik
Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa Fhitung untuk sampel
lebih kecil dari Ftabel (Fhitung<Ftabel) yaitu 2,707<3,18. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari segi sampel H0 diterima, sehingga untuk
parameter overall tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan
sampel baku. Sebaliknya dari segi panelis besar Fhitung lebih besar dari
Ftabel (Fhitung>Ftabel) yaitu 2,561>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari
segi panelis H0 ditolak, sehingga untuk parameter overall ada perbedaan
nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan
dengan Uji Duncan atau Duncans Multiple Range Test pada ragam
overall
tidak
menghasilkan
perbedaan
yang
nyata
jika
perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur
8 butir.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum acara IV Uji Perbandingan
Jamak (Multiple Comparison Test) ini antara lain:
1. Uji perbandingan jamak adalah uji dengan menggunakan satu sampel baku
sebagai pembanding dan dua atau lebih sampel uji untuk dievaluasi
seberapa berbeda dengan sampel baku.
2. Sampel yang digunakan pada uji perbandingan jamak adalah bolu pandan
dengan perbedaan pada pemberian jumlah telur kedalamnya. Sampel
pertama dengan kode 128 berisi 10 butir telur, pada sampel kedua dengan
kode 212 berisi 6 butir telur, sampel ketiga dengan kode 861 berisi 8 butir
telur dan sampel sebagai sampel baku (R) berisi 12 butir telur.
3. Pada parameter warna, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga
terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel 212.
4. Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga
terburuk adalah sampel 861, sampel 212 dan sampel 128.
5. Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga
terburuk adalah sampel 212, sampel 861 dan yang terakhir sampel 128.
6. Pada parameter tekstur, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga
terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel 212.
7. Pada parameter overall, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga
terburuk adalah sampel 861, sampel 128 dan sampel 212.
8. Untuk semua parameter (warna, rasa, aroma, dan overall) tidak terdapat
perbedaan yang nyata antarsampel bolu pandan, karena selisih antara nilai
rata-rata contoh yang didapat lebih kecil dari nilai Least Significant
Ranges (LSR).
DAFTAR PUSTAKA
Budijanto, Slamet. dkk. 2010. Penentuan Umur Simpan Seasoning menggunakan
Metode Accelerated Shelf-Life Testing (A SLT) dengan Pendekatan Kadar
Air Kritis. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.11 (2): 71 77.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Faisal, Sanapiah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya. Usaha
Nasional.
Holm, Sture. 1979. A Simple Sequentially Rejective Multiple Test Procedure.
Jurnal Scand J Statist 6: 65-70, 1979. Chalmers University of Technology,
Goteborg.
Kosoemawardani, Dyah. 2007. Analisis Sensori Rusip dari Sungai Liat Bangka.
Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, Vol.12 (2): 36-44.
Le, M.T., et al. 2012. Question on IPM: A Case Study on Lemon Juice. Journal of
Integrating on Sensory Evalusation, Vol.1 (1): 29-37.
Mariyani, Neny. 2008. Studi Pembuatan Mie Kering Berbahan Baku Tepung
Singkong dan Mocal (Modified Cassava Flour). Jurnal Sains Terapan,
Vol.1 (3): 1-8.
Salehifar, M. Shahedi, M. 2007. Effects of Oat Flour on Dough Rheology, Texture
and Organoleptic Properties of Taftoon Breads. Jurnal Agric. Sci.
Technol. (2007) Vol. 9: 227-234. Islamic Republic of Iran.
Setyaningsih, Dwi., Anton Apriyantono dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisa
Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor. IPB Press.
Szczesniak, Alina Surmacka. 2002. Texture is a Sensory Property. Food Quality
and Preference, Vol.13 (1): 215225.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Warna
4662
217156
Faktor
Koreksi(FK
)=
=
=2680,938
( 27 ) (3)
81
2
JK Panelis=
JK Total=( 5 2+ 4 2+ +4 2+ 32 )2689,938=301,062
JKE=301,062164,02586,395=50,642
df sampel=31=2
df panelis=271=26
df error=2 x 26=52
df total=2+26+52=80
JKR Sampel=
164,025
=82,012
2
JKR Panelis=
86,395
=3,323
26
JKR Error=
Fhitung Sampel=
50,642
=0,974
52
82,012
=84,21160742
0,974
3,322887
=3,412
0,974
Fhitung Panelis=
0,974
27
= 0,189
( 27 )( 3 )
81
JK Sampel=
JK Panelis=
JKE=275,5804,914136,247=134,420
df sampel=31=2
df panelis=271=26
df error=2 x 26=52
df total=2+26+52=80
JKR Sampel=
4,914
=2,457
2
JKR Panelis=
136,247
=5,240
26
JKR Error=
Fhitung Sampel=
2,457
=0,950
2,585
Fhitung Panelis=
5,240
=2,028
2,585
134,420
=2,585
52
2,585
27
= 0,309
( 27 )( 3 )
81
JK Sampel=
JK Panelis=
JKE=231,8771,581127,877=102,419
df sampel=31=2
df panelis=271=26
df error=2 x 26=52
df total=2+26+52=80
JKR Sampel=
1,581
=0,791
2
JKR Panelis=
127,877
=4,918
26
JKR Error=
Fhitung Sampel=
0,791
=0,402
1,970
Fhitung Panelis=
4,918
=2,496
1,970
102,419
=1,970
52
1,970
27
= 0,270
JK Sampel=
JK Panelis=
JKE=218,8899,556117,556=91,777
df sampel=31=2
df panelis=271=26
df error=2 x 26=52
df total=2+26+52=80
JKR Sampel=
9,556
=4,778
2
117,556
=4,521
26
JKR Panelis=
JKR Error=
Fhitung Sampel=
4,778
=2,707
1,765
Fhitung Panelis=
4,521
=2,561
1,765
91,777
=1,765
52
1,765
27
= 0,256