SPEKTROFOTOMETRI UV
DOSEN PEMBIMBING
: DEWI W
TANGGAL PRAKTIKUM
: 2 APRIL 2015
TANGGAL PENYERAHAN
: 9 APRIL 2015
OLEH
ENDANG YUNIARTI
NIM 141411009
FAISAL RIADI
NIM 141411010
FILIPI ORLANDO
NIM 141411011
KELOMPOK 3
1A
I. Tujuan Percobaan
spektrofotometer
Menganalisis kandungan kafein
Absorpsivitas hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang
gelombang atau frekuensi radiasi yang digunakan. Spektrum absorpsi (kurva absorpsi)
adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara absorban atau transmitan suatu
larutan terhadap panjang gelombang atau frekuensi radiasi.
Pemilihan panjang gelombang untuk analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan pada
spektrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran absorpsi harus
dilakukan pada panjang gelombang absorban maksimum maks karena :
1. Kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi tertentu
memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut.
2. Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang
disekitar panjang gelombang absorban maksimum sehingga kesalahan pengukuran
sangat kecil.
Pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri harus memenuhi persyaratan
tertentu agar diperoleh hasil pengukuran yang tepat. Pertama-tama, pelarut harus dipilih
yang melarutkan komponen analat, tetapi sesuai dengan bahan kuvet.
2. Kafein
Kafein dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan
termasuk jenis alkaloida. Bentuk alami kafein adalah Kristal putih, prisma heksagonal
dan dan berbobot molekul 194,19 dalton. Kafein memiliki titik leleh 238 oC dan
mengalami sublimasi pada suhu 178oC. Kafein terdapat secara alami pada biji kopi, biji
coklat, daun teh serta cula nuts.
Stuktur kimia dari kafein:
Kafein adalah kristal putih alkaloida xantina yang pahit, yang merupakan obat
stimulan psychoactive. Alkaloid adalah senyawa organik mirip alkali yang mengandung
atom nitrogen yang bersifat basa dalam cincin heterosiklik. Kafein ditemukan di dalam
berbagai macam jenis kacang-kacangan, dedaunan, dan buah dari berbagai tanaman.
Kafein juga bertindak sebagai suatu pestisida alami yang mengusir dan membunuh
serangga-serangga tertentu yang hidup di tanaman tersebut. Kafein paling sering
dikonsumsi oleh manusia dari ekstraksi biji buah kopi dan daun teh, seperti juga
berbagai makanan dan minuman yang berbahan dasar buah kola. Pada manusia, kafein
adalah suatu stimulan sistem saraf pusat (CNS, Central Nervous System), mempunyai
pengaruh temporer untuk menghindari terhadap kantuk dan juga memulihkan keadaan
siaga. .Hidangan-hidangan yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, minuman tanpa
alkohol, dan minuman berenergi, mendapat ketenaran yang luas. Kafein mempunyai
efek diuretik, setidaknya ketika diberikan dalam dosis tertentu kepada subjek yang
tidak mempunyai toleransi padanya. Para pemakai reguler, bagaimanapun, telah
mengembangkan suatu toleransi yang kuat pada efek ini dan studi secara umum tidak
dapat membuktikan dugaan umum bahwa mengkonsumsi hidangan yang mengandung
kafein berkontribusi secara signifikan terhadap dehidrasi. sehingga kadar kafein pada
suatu minuman perlu dilakukan.
Rumus Molekul kafein
Kafein sebagai zat stimulan sering dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal
tersebut tidak sepenuhnya benar. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
dikonsumsi dalam jumlah yang sangat banyak dan rutin. Kafein memiliki sifat
antisorporific yang dapat mengatasi sergapan rasa kantuk.
kadar kafein per 240 mL untuk berbagai jenis minuman adalah :
N
Produk
Kadar
o
1
Minuman
23
bersoda
65-120
Kopi
70-85
Minuman
20-90
energy
5-35
Teh
1-15
Cokelat
Susu cokelat
Bahan
1. Larutan Induk kafein 100 ppm
2. HCl 0,1 N
ml
5. Pipet Volume 10 ml
6. Bola hisap
IV. Skema Kerja
a. Pembuatan larutan Standar
b. Menyalakan Alat
Buka monitor. Bila layer biru putar tombol sebelah kanan alat sampai muncul
'initialization'
c. Pengukuran Spektrum
Tekan tombol 'Base corr' F1, tunggu sampai muncul 0,000 A (alat bunyi bipbip)
Ganti kuvet blangko yang bagian depan dengan larutan sampel (isi kuvet
dengan larutan sampel yang diinginkan)
d. Pengukuran Photometric
Pengukuran Quantitativ
Atur parameter:
1. Meas, 1 lamda: isikan panjang gelombang ; tekan 'enter'
2. Method; multi point (3); isi jumlah larutan standar yang
digunakan 'enter' ;
orde 1 'enter' ; zero intept NO 'enter'
3. No of meas. 1
4. Unit ppm
5. Data print NO
Silica gel
dimasukan kembali
memutar tombol
hingga layar menjadi
biru
V. Data Pengamatan
No
Konsentrasi (ppm)
Abscis ( )
ABS
1
2
3
4
5
6
7
0
2
4
6
8
10
12
204,6
204,6
204,6
204,6
204,6
204,6
279,2
0,008
0,197
0,419
0,666
0,922
1,134
1,414
Pengukuran Sampel
Sampel
1 (2 ppm dan 4 ppm)
2 (6 ppm dan 8 ppm)
3(10 ppm dan 12 ppm)
Absorbansi
0,396
0,805
1,319
Konsentrasi (ppm)
3,5845
7,0607
11,424
Kurva
1.6
1.4
1.2
1
Absrbansi
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
Konsentraasi (ppm)
10
12
14
y = 0,1178x-0,0266
1,319 = 0,1178x-0,0266
0,1178x = 1,3456
x = 11,423
VI. Pembahasan
Endang Yuniarti NIM 141411009
Pada praktikum spektrofotometri-UV, dilakukan analisa Kafein dengan
menggunakan Spektofotometer-UV. Spektrofotometer
204,6 nm. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi zat yang digunakan dan
pembuatan larutan yang berbeda.
Pengukuran absorbansi larutan dimulai dari konsentrasi larutan standar
yang paling rendah sampai konsentrasi larutan standar yang paling tinggi. Data
absorbansi yang diperoleh berbentuk linier setelah dibuat kurva. Setelah itu,
pengukuran absorbansi dilakukan pada larutan kafein cuplikan. Setelah data
dimasukkan kedalam kurva, kurva yang diperoleh tetap linier. Kurva yang
diperoleh memiliki regresi sebesar 0,9976 yang artinya kurva standar ini
merupakan kurva standar untuk penentuan konsentrasi/kadar sampel, karena kurva
yang diperoleh sudah linear sehingga absorbansi memiliki korelasi dengan
konsentrasi dan merupakan suatu fungsi. Absorbansi yang didapatkan berdasarkan
hasil percobaan ini linear, artinya tidak terlalu banyak terjadi kesalahan saat
pembuatan larutan. Kurva yang didapat sesuai dengan literatur. Berdasarkan
pengamatan, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai absorbansi maka semakin
besar pula konsentrasi sampel yang didapat, dan semakin pekat larutan maka
semakin besar konsentrasi zat pada larutan tersebut.
VII. Simpulan
1. Panjang gelombang maksimum berdasarkan praktikum adalah 204,6 nm.
2. Absorban yang diperoleh dari hasil praktikum
No
Konsentrasi (ppm)
Abscis ( )
ABS
1
2
3
4
5
6
7
0
2
4
6
8
10
12
204,6
204,6
204,6
204,6
204,6
204,6
279,2
0,008
0,197
0,419
0,666
0,922
1,134
1,414
Sampel
1 (2 ppm dan 4 ppm)
2 (6 ppm dan 8 ppm)
3(10 ppm dan 12 ppm)
Absorbansi
0,396
0,805
1,319
Konsentrasi (ppm)
3,5845
7,0607
11,424
3. Semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi sampel
yang diperoleh.
4. Semakin pekat larutan maka semakin besar konsentrasi zat pada larutan
tersebut.
5. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya.