Oleh:
ROSINA TARIGAN
UKE PEMILA
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Konsep luka
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Jenis-jenis Luka
2.4 Proses Penyembuhan Luka
2.5 Perawatan Luka
BAB IV Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar
suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap
berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan
pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka
(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi
organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan
dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan
dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan, akan
memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka.
Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan
granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut yang
membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka
tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik
yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat
resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical
dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali
memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka.
Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka,
2.1 Definisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi
secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih,
ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-
sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka dengan multifaktor.
Klasifikasi luka
a. Berdasarkan penyebab
1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2) Akut atau kronik
2) Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3) Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan
subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang
dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan
eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan
nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung
hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses
pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes).
Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan
PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan
merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin
kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel
yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag
mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga
mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor
pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan
beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar
eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas
menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada
penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
BAB III
TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi cairan
kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat menyebabkan maserasi
pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga menghancurkan matrik protein
ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan
proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan
perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari
permukaan luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat
negatif/merugikan.
Nyeri
Nyeri adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang kering pada luka
menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada dengan balutan yang lembab.
Hipergranulasi
Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi dan jaringan
granulasi pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.
http://www.burnsurgery.org/Betaweb/Modules/moisthealing/part_2bc.htm 20 Maret 2007
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi magis ”one-size-fits-
all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk memahami karakteristik dari perbedaan
balutan dan penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase penyembuhan luka,
karakteristik luka, dan faktor risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan
ketrampilan dari perawat itu sendiri.
Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film
transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu
pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan
dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka.
Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air
dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat
mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai berikut:
• Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang
• Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka terinfeksi
• Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan luka
• Menambal bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut kasa
yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan tingkat
kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian menyatakan bahwa
Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu mempertahankan
kelembaban)
Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat direkomendasikan untuk dipakai
merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini, kita perlu memahami tentang tipe balutan
luka yang dapat kita pilih dan gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.
Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap awal
masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase. Balutan busa
nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari.
Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa
perekat pada permukaannya.
Contoh :
Hydrogels
Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan pita
yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa bahan penyerap sama
dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan
berinteraksi dengan drainase dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat
mudah dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase
yang sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder.
Hidrofiber dapat juga digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan
tetap dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat
dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Contoh :
Alginates
Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut. Alginate
tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk
yang sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka.
Alginate juga digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat
digunakan pada luka yang kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka
yang akan dibalut, atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.
Gauze
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi
dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang, tergantung
pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti
balutan basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab
normal saline, digunakan untuk debridement non selektif (mengangkat debris dan atau
jaringan yang mati). Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau
campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak,
dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline hipertonik kering digunakan
untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang mendukung penyembuhan. Produk lainnya
berisi petrolatum atau elemen penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai
dengan tipe lukanya.
Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan yang tepat
untuk digunakan saat merawat luka.
Transparan Film
Contoh:
Pembersih Luka
Membersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk yang
digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline untuk
membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.
Contoh :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab
dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive.
Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg
ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam
mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan
pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka. Dan metode
moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan
luka secara alami, karena dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan
lebih cepat dengan melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang
diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka,
untuk menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan
4.2 Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat dimanfaatkan
sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat sembuh, kualitas
penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting
bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan
perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi
kesembuhan luka pasien.
DAFTAR PUSTAKA