Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abses Manus
A. Pengertian
Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri yang dapat terjadi dimana saja
pada bagian tubuh kita.
Abses adalah peradangan jaringan tubuh yang memungkinkan timbulnya rongga tempat nanah
mengumpul.
Abses adalah lesi yang sulit untuk di atasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas
kejaringan yang lebih luas dengan pencarian, kecenderungannya untuk membentuk lubang, dan
konsistensinya terhadap penyembuhan. (Price dan Wilson, 1994, hlm. 49).
B.
Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a)
b)
c)
2. M.opponens pollicis
Terletak di sebelah profunda m.abductor pollicis brevis, mengadakan origo padaligamentum carpi
transversum (= flexor retinaculum ) dan pada os mutangulum majus,mengadakan insertio pada sisi lateral os
metacarpale I.
3. M.flexor pollicis brevis
Mempunyai caput superficialis, yang mengadakan origo pada ligamentum carpitransversum, dan caput
profundus yang mengadakan origo pada ossa multangula dan oscapitatum, membentuk insertio pada sisi lateral basis
phalanx proximal jari I, di siniterdapat os sesamoideum. Ada yang berpendapat bahwa caput profundum adalah
identik dengan m.interosseus volaris I.
4. M. adductor pollicis
Mempunyai dua buah caput, yaitu (a) caput transversum dan (b) caput obliquum.Caput transversum berasal
dari permukaan palmaris ossis metacarpalis III, dan caputobliquum berasal dari basis ossis metacarpalis II dan III dan
dari os capitatum. Keduatendo tersebut bersatu dan mengadakan insertio pada sisi medial basis phalanx
proximalis jari I. Pada tendo otot ini terdapat os sesamoideum yang terletak setinggi caput ossismetacar
palis I.
f. Hypothenar
Dibentuk oleh :
1. M.palmaris brevis
Terletak di bagian superficial, di sebelah profunda kulit. Mengadakan origo padaaponeurosis palmaris dan
insertio pada kulit di bagian medialis manus ( sisi ulnaris ).
2. M.abductor digiti quinti (V)
Nama lain dari otot ini adalah m.abductor digiti minimi. Terletak di bagiansuperficial, berorigo pada os
pisiforme dan tendo m.flexor carpi ulnare. Berada palingmedial pada manus, dan berinsersi pada sisi ulnaris basis
phalanx proximalis jari V.
3. M.flexor digiti quinti (V) brevis (= m.flexor digiti minimi)
Sebagian besar terletak di bagian superficial dan selebihnya berada di sebelahprofunda sisi lateral m.abductor
digiti quinti (V). Membentuk origo pada hamulus ossishamati dan ligamentum carpi transversum, mengadakan insersi
bersama-sam denganm.abductor digiti quinti (V).
D. Klasifikasi
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti hasil dari
infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh yang terbentuk dari bakteri dan respon
kekebalan tubuh. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di lokasi yang
terinfeksi dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri. Enzim
ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka menjadi potongan-potongan kecil yang dapat
melalui sistem peredaran darah sebelum dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna
jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah
terjadi penebalan, cairan nanah kuning yang mengandung bakteri mati, jaringan yang ikut mati, sel-sel darah
putih, dan enzim. Abses steril kadang terjadi dengan bentuk yang lebih ringan dari proses yang bukan
disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh iritan non-hidup seperti obat-obatan. Jika injeksi obat seperti penisilin tidak
diserap, dapat menyebabkan iritasi yang cukup untuk menghasilkan abses steril di lokasi injeksi. Disebut abses
steril karena tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras, benjolan padat
bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
E. Patofisiologi
Terjadinya abses dikarenakan masuknya bakteri melalui luka atau infeksi di bagian tubuh lain
maupun bakteri dalam tubuh yang tidak menimbulkan gangguan, lama kelamaan bagian yang terkena
terjadi infeksi. Infeksi ini menyebabkan sebagian sel mati dan hancur sehingga bagian tersebut berongga
berisi bakteri, sedangkan sebagian sel darah putih melakukan perlawanan dan akhirnya mati, karena
jumlah sel tersebut sedikit. Sel tersebut menjadi pus dan akhirnya terdorong seperti benjolan yang
disebut abses lalu terjadi peradangan yang menimbulkan nyeri, membuat tidak nafsu makan. Peradangan
tersebut akhirnya pecah terjadi perdarahan sehingga menimbulkan kecemasan.
F. Manifestasi Klinis
Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses
yang sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul di wajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
a) Nyeri
b) Nyeri tekan
c) Teraba hangat
d) Pembengkakan
e) Kemerahan
f) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi
abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala
seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa
yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses dan lembut.
G. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh
dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses
jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika
terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal.
Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang
dapat menekan trakea.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan :
a. Rontgen
b. USG
c. CT Scan, atau MRI.
I. Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan pada abses sebagai berikut :
a.
Pembedahan
Untuk mengeluarkan nanah yang ada pada abses. Sebelumnya diberikan obat bius local lalu
nanah dibuang, luka dibersihkan dan dikeringkan dan luka ditutup dengan kasa.
b.
Kompres Hangat
Membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan.
c.
d.
Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri streptomycin.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
3. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan trauma jaringan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (leucopenia).
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit.
6. Resiko pendarahan berhubungan dengan pembedahan.
K. Evaluasi
1. Hilangnya rasa nyeri
2. Suhu tubuh kembali normal.
3. Kembalinya struktur jaringan seperti awal sebelum terjadinya penyakit.
4. Mencegah terjadinya infeksi.
5. Mengetahui informasi tentang proses penyakit.
6. Mencegah terjadinya pendarahan.
L. Pathway
Faktor predisposisi
1.Infeksi bakteri.
2.Benda asing yang
menyebabkan luka.
3.Reaksi hipersensitif
4.Agen fisik
Bakteri
mengadakan
multiplikasi dan
merusak jaringan
yang ditempati
Tubuh bereaksi
untuk
perlindungan
Terjadi proses
peradangan
Nyeri akut
Operasi
Ansietas
Penyebaran
infeksi
Kerusakan
integritas
jaringan
Dilepasnya
zat pirogen
leukosit pada
jaringan
Kurang informasi
Panas
M. Prosedur Amputasi
Apabila abses telah mencapai titik maksimal infeksi dan tidak bisa disembuhkan lagi, maka
Defisiensi
Resiko adalah membuang
Resikojaringan yang telah
Hipertermi
langkah terakhir
mati tersebut dengan cara amputasi.
Berikut
pengetahuan
pendarahan
infeksi
beberapa prosedur untuk tindakan amputasi :
Amputasi biasanya memerlukan rawat inap di rumah sakit selama kurang lebih 5 hingga 14
hari, atau bahkan lebih, tergantung dari operasi yang dilakukan dan komplikasinya. Prosedur itu
sendiri dapat bervariasi, tergantung pada anggota tubuh yang diamputasi dan kesehatan pasien secara
keseluruhan. Amputasi dapat dilakukan di bawah anestesi umum (pasien dibuat tidur/tidak sadar)
atau dengan anestesi spinal (membuat anggota tubuh tertentu jadi mati rasa, umumnya mulai dari
pinggang ke bawah jika yang akan diamputasi adalah bagian kaki).
Ketika melakukan amputasi , ahli bedah akan mengeluarkan semua jaringan yang rusak serta meninggalkan
jaringan sehat sebanyak mungkin. Seorang dokter dapat menggunakan beberapa metode untuk menentukan
di mana lokasi yang tepat untuk memotong jaringan dan berapa banyak jaringan yang akan dipotong atau
dikeluarkan. Metode-metode tersebut diantaranya adalah :
Memeriksa denyut nadi yang dekat dengan lokasi jaringan yang akan dipotong.
Membandingkan suhu kulit anggota tubuh yang terluka dengan anggota tubuh yang sehat.
Memeriksa apakah kulit yang dekat dengan area yang akan diamputasi masih sensitif terhadap
sentuhan atau tidak.
Memotong dan membentuk otot sehingga stump(ujung/puntung) atau bagian terakhir anggota tubuh
yang diamputasi memungkinkan untuk mempunyai anggota tubuh buatan (prosthesis).
Dokter bedah dapat memilih untuk menutup luka secara langsung dengan menjahit penutup kulit (amputasi
tertutup) atau juga bisa meninggalkan secara terbuka selama beberapa hari karena dalam kasus tertentu ada
kebutuhan untuk mengeluarkan jaringan tambahan. Tim bedah kemudian memberikan perban pada anggota
tubuh yang diamputasi dan menempatkan kaus kaki pada stump(puntung) untuk menahan tabung drainase
atau perban.
N. Referensi
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner and Suddarth.
Alih Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia : MonicaEster. Edisi 8 Jakarta : EGC,
2001.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Grace, A. Pierce & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.