STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 5 tahun
Alamat
: krajan Lor
Agama
: Islam
: 7 mei 2014
III. PEMERIKSAAN
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
Suhu
: 36,7 0C
Nadi
Respirasi
: 20 x/menit
1. Kepala
Mata
Bibir
Mandibula
2. Leher
Limfonodi tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat, massa(-)
3. Thoraks
Pulmo (Paru)
Cor (Jantung)
Inspeksi
Palpasi
tampak
Perkusi
Auskultasi
S1-S2
bising (-)
reguler,
4. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
5. Ekstremitas
Superior
Inferior
Rhinoskopi Anterior
Septum letak sentral, deformitas os nasal (-).
ND/NS : Mukosa edema (-/-), concha hiperemi (-/), massa(-/-), sekret (-).
Rhinskopi Posterior
Tidak dilakukan
Tonsil
Pemeriksaan Rontgen
Foto mastoid dekstra et sinistra, kondisi cukup, hasil :
Tampak mastoid air cell kanan kiri berkurang
Mastoid tampak sklerotik
Kesan:
- Mendukung gambaran mastoiditis kanan dan kiri
Timpanometri
CT scan
V. DIAGNOSIS
Diagnosis : OMSK ADS dengan komplikasi mastoiditis ADS
Diagnosis banding :
mastoiditis ADS
VI. TERAPI
Penatalaksanaan
Cefila syr 2 dd I cth
Tarivid 3 dd gtt I
Lapifed syr 3 dd I C
Imunosplus syr 1 dd I cth
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Telinga tengah
Berbentuk kubus dengan:
batas luar
: membrane timpani
batas depan
: tuba eustachius
batas bawah
: vena jugularis
batas belakang
batas atas
: tegmen timpani
batas dalam
: telinga dalam
3. Telinga dalam
Terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dab
vestibuler yang terdiri atas 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibule
tulang
pendengaran
yang
akan mengamplifikasi
getaran melalui daya
ungkit
tulang
pendengaran
dan
perkalian
perbandingan
membrane
luas
timpani
Proses
terjadinya pendengaran
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap
jorong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan
melalui membrane Reissner yang ,mendorong endolimfa, sehingga akan
Jaras Pendengaran
Serabut-serabut nervus koklearis masuk ke permukaan anterior batang
otak di pinggir bawah pons. Saat memasuki pons, serabut ini terbagi 2 , satu
cabang masuk ke dalam
nucleus koklearis posterior
dan yang lain ke nervus
koklearis posterior, yang
selanjutnya akan berakhir
di korpus trapizoideum dan
nucleus
Selanjutnya
tersebut
membentuk
olivatorius.
kason-akson
naik
dan
traktus
10
menjadi
awal
penyebab
OMSK
yang
merupakan
hasil
invasi
11
tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane
mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas
pada omsk tipe benigna.
OMSK TIPE MALIGNA DENGAN KOLESTEATOM
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat
bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keepingkeping kecil, berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya
kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada
otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran
karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal
semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
b. Terapi
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika
mentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan H2o2 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang
terapi dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan
kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk perencanaan terapi
karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau puocyaneous.
Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam
kantung yang terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang
menyumbat drainage sagaat membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati
dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %) kemudian dilanjutkan dengan
pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga
berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar,
menggunakan cunam pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3
25-50 % beberapa kali, selang 1 -2 minggu. BIla tidak dapat diatasi , perlu
dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan patologik yang irreversible.
Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan
12
MASTOIDITIS
Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa
yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.
Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasienpasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun.
Anatomi
Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi
oleh membran timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen
timpani, di inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi
oleh tuba Eustachius, semikanal m.tensor timpani, arteri karotis dan di posterior
dibatasi oleh eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda
timpani, fosa inkudis, dan dibaliknya terdapat antrum mastoid.
Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke
nasofaring melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan
inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas
superior membran timpani, mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara
batas atas dengan batas bawah membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian
kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di
dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel) dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang
telinga. Di dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi
13
udara. Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang
disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan
yang membantu gerak normal gendang telinga. Prosesus mastoid sering disebut
juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan suatu tonjolan di bagian bawah
tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus zigomatikus di bagian anterior dan
lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan posteriornya.
Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada usia 3 dan
4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia dewasa. Proses pneumatisasi ini
bervariasi pada individu, sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu
pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus
mastoid terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama
sekali dan tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel mastoid dapat
meluas ke daerah sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke pars
skuamosa tulang temporal.
14
Etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri
yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah
beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah
disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari
15
penderita,
pneumatisasi
mastoid
dan
kolesteatoma.
Streptokokus
16
Gram negative :
proteus,
pseudomonas spp E
colli, kuman an
aerob
Gram positif :
s pyogenes dan s
albus
Bakterioides spp
Rinogen dari
penyakit ronggga
hidung dan
sekitarnya
Endogen alergi,DM,
TBC paru
Mastoiditis
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman Nyeri
Timbul suara
denging
Kemerahan pada
mastoid
Cemas
Hiperemis
Gangguan
pendengaran
Gangguan
Komunikasi
Kerusakan
jaringan/dikontinuitas
jaringan
Keluarnya push
push
Otolitis
Penurunan harga
diri
17
Manifestasi klinis
1. Febris/subfebris
2. Nyeri pada telinga
3. Hilangnya sensasi pendengaran
4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga
pada sisi telinga yang lainnya)
5. Kemerahan pada kompleks mastoid
6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir.
7. Matinya jaringan keras (Tulang, Tulang Rawan).
8. Adanya abses (Kumpulan jaringan mati dan nanah)
Namun harus diperhatikan juga bahwa kemungkinan adanya mastoiditis
walaupun tidak ada riwayat otitis media, anatomi eksternal yang normal, tidak
ada nyeri, dan tidak ada tanda-tanda infeksi eksternal. (www.emedicine.com)
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya
penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah
CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.
Penatalaksanaan
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan
lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan
anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.
Komplikasi
Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf
kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien
untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan
mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-
18
komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang
kronis dan luka infeksi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adams, L. G. et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. FKUI : Jakarta.
www.emedicine.com
20