Anda di halaman 1dari 80

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR


IPA DENGAN MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS
INKUIRI PADA SISWA KELAS VII POKOK BAHASAN
MIKROSKOP
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

OLEH
RIDHA AMALIA, S.Pd

MTs NURUL HIKMAH


PADAK LEMBAR
LOMBOK BARAT

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar
IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas VII Pokok
Bahasan Mikroskop Tahun Pelajaran 2011/2012, penulisan Penelitian Tindakan
Kelas ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat
dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan Penelitian Tindakan Kelas bagi
teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan
Penelitian Tindakan Kelas remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalamdalamnya kepada:
1. Yth. Kepala Sekolah MTs. Nurul Hikmah Lembar yang telah memberikan izin
kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.
2. Yth. Rekan-rekan MGMP IPA BERMUTU yang telah banyak membantu dan
memberikan bimbingan sehingga penelitian ini bisa terselesaikan.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini jauh dari
sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak selalu penulis harapkan.
Penulis

ABSTRAK

Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan


Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas VII MTs. Nurul Hikmah
Lembar Tahun Pelajaran 2011-2012
Kata Kunci: pembelajaran ipa, pengajaran berbasis inkuiri
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan
cuma itu, siswa perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara
mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan
mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a)
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pengajaran
berbasis inkuiri? (b) Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri
terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui seberapa
jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPA setelah diterapkannya
pengajaran berbasis inkuiri. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa
setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs.
Nurul Hikmah Lembar Tahun Pelajaran 2011-2012.
Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (60%) dan siklus II (90%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode pengajaran berbasis inkuiri dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa VII Mts. Nurul Hikmah Lembar
Tahun Pelajaran 2011-2012, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran IPA.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan .........................................................................................

ii

Kata Pengantar .................................................................................................

iii

Abstrak .............................................................................................................

iv

Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB

BAB

BAB

II

III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................

C. Tujuan Penelitian ...............................................................

D. Kegunaan Penelitian .........................................................

E. Definisi Operasional Variabel ............................................

F. Batasan Masalah ................................................................

KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ......................................

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Presasi Belajar ...........

C. Hakikat IPA ........................................................................

D. Pengajaran Berbasis Inkuiri ..............................................

10

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .............................

21

B. Rancangan Penelitian ........................................................

21

BAB

BAB

IV

C. Instrumen Penelitian ........................................................

22

D. Metode Pengumpulan Data ................................................

26

E. Teknik Analisis Data ........................................................

26

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal ....................................................

28

B. Analisi Data Penelitian Persiklus ......................................

30

C. Pembahasan .......................................................................

39

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................

42

B. Saran ..................................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

44

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional,
antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti.
Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas.
Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya
tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan
paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang

bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan pengajaran


berbasis inkuiri.
Apa yang menjadikan pengajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi
aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan
otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka
pelajari. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan
penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak
leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang
lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan
sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan

keterampilan,

dan

mengerjakan

tugas

yang

menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.


Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri untuk
mengungkapkan apakah dengan model berbasis inkuiri dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi sains. Dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri
siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan
sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka
dalam penelitian ini penulis mengambil judul Meningkatkan Prestasi dan

Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada


Siswa Kelas VII pokok bahasan Mikroskop Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahnnya sebagi berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas VII pokok bahasan Mikroskop
tahun pelajaran 2011/2012
2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi
belajar siswa Kelas VII pokok bahasan Mikroskop tahun pelajaran 2011/2012

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran
IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas VII
pokok bahasan Mikroskop tahun pelajaran 2011/2012.
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran
berbasis inkuiri dalam membangunkan ingatan siswa terhadap materi
pelajaran IPA setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas
VII pokok bahasan Mikroskop tahun pelajaran 2011/2012.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam
meningkatkan pemahaman siswa belajar IPA
2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan meningkatkan
pemahaman siswa belajar IPA di kelas VII pokok bahasan Mikroskop tahun
pelajaran 2011/2012.
3. Meningkatkan motivasi belajar IPA.
4. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.

E. Definisi Operasional Variabel


Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran berbasis inkuiri adalah:
Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa didorong untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.
Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah:


Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VII pokok bahasan
Mikroskop Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai April tahun pelajaran
2011/2012
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Mikroskop.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar


1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap
dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, bermingguminggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses
yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang
yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Prestasi Belajar


Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap
individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil
dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi
adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau
pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.
Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan

dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau
hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui
kesulitan.

C. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan

asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses
dengan menggunakan

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah

kemudian diperoleh hasil (produk).

D. Pengajaran Berbasis Inkuiri


Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang
dalam inovasi atu pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan
penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri,
menyatakan sebagai berikut: Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk
menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan

untuk membuat siswa berpikir . Untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti
apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian
dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan
penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa
diberi sederet silinder dengn ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta
untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila
percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsipprinsip utama yagn menentuan kecepatan silinder tersebut.
Belajar

dengan

penemuan

mempunyai

berbagai

keuntungan.

Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui,


memotivasi mereka untuk melanjutan pekerjaannya hingga mereka menemukan
prinsip-prinsip utama yang menentukan kecepatan silinder tersebut.
Belajar

dengan

penemuan

mempunyai

beberapa

keuntungan.

Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui,


memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan
jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan
memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan
menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar yang
mengikuti metodologi IPA dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri
melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi,

pembentukan

model

dan

pengujian

model.

Inkuiri

menuntut

adanya

eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan


metode-metodenya sendiri.
Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat menajukan suatu
pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak
hanya satu jawaban yang benar).
Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan
melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam proses
melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada tubuh informasi
yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan. Dalam proses mengalami
ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaiman menjadi ilmuwan. Mereka belajar
lebih banyak lagi ketimbang hanya konsep dan fakta, mereka mempelajari
berbagi proses yang terlibah dalam pemantapan konsep dan fakta.
Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang
nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana
memecahkan maslah, membuat keputusan, dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri
memeungkinkan siswa dalam berbgai tahap perkembangannya bekerja dengan
masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi
terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan
talentanya masing-masing.

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika


siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung mengajukan pertanyaanpertanyaan yang akan melibatkan IPA dan matematika, ilmu sosial, bahasa, seni,
dan teknik.
Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melapoirkan hasil-hasil
temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka bekerja dan mengajar satu
sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya siapa
mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman
guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih
efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.
Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak
bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan
terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri.
Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses
inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri.
Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatankegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri siswasiswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar.
Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajara siswa-siswanya.

Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya


(Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data
Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai
langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar
pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus
pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian
hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model
konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan
berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja.
Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat
dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus
berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika
siswa belajar berpikir kritis, merka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan
proses-proses sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan seperti Bagaimana itu kita tahu? atau Apa
buktinya?
b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.

c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori
yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki
sejuh nini.
d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu
kesimpulan yang kuat.
e. Memberi penjelasan atau interpretasi, memalkukan observasi dan/atau
prediksi.
f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil
dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang
diperbuat atau apa yang diyakini.seperti halnya setiap tujuan yang lain, belajar
berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong
penerimaan pandangan divergen (berbeda) dan diskusi bebas. Tatanan itu
seharusnya juga lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan
daripada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan dalam berpikir kritis
paling baik dicapai bila dihibungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa.
Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir
kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan
mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak
konsisten atau keliru.

Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10 keterampilan berpikir kritis yang dpat


digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas (keabsahan) tuntutan atau
argument, memahami periklanan, dan sebagainya.
(1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilai-nilai yang
sulit diverifikasi (diuji kebenarannya).
(2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang relevan dengan
yang tidak relevan.
(3) Menentukan kecermatan factual (kebenaran) dari suatu penyataan.
(4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suaut sumber.
(5) Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang mendua.
(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakn.
(7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
(8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
(9) Mengenali ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran.
(10) Menentukan kekuatan suatu argument atau tuntutan.
Beyer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kritis di atas bukan
merupakan suatu urutan langkah-langkah tetapi lebih merupakan daftar cra yang
dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu, siswa dapat menangani informasi untuk
mengevaluasi apakah informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama dalam
mengajarkan berpikir kritis kepada siswa adalah membantu mereka belajar tidak
hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu, tetapi juga
menyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.

Proses inkuiri tidak dapat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Konsep
berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dari konsep inteligensi. Inteligensi
bukan sesuatu yang hanya dpat diukur dengan tes, buan pula sesuatu yang
semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah. Howard Gardaner (1983)
menunjukan bahwa intelgensi dapat diubah. Intelligence is the ability to solve
problems or to create products that are valued between one or more cultural
settings (Johnson, 2002:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di
mana manusia itu hidup dan berkembang.
Menurut Gardaner, inteligensi tidak dilahirkan, tepai dapat berkembang
atau berkurang, bergantung pada lingkungan atau konteks seseorang. Lingkungan
yng dimaksud adalah teman, guru, orang tua, buku, alat-alat belajar (pena,
computer, kegiatan-kegiatan fisik, musik), dan hal-hal lain yang mencapai otak
melalui

panca

indera.

Dengan

menggunakan

kriteria

khusus

untuk

mengidentifikasi konsep inteleigenais, Gardaner mengusulkan delapan jenis


inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical, spatial, bodilykinesthetic, interpersonal, intra-personal, dan naturalist. Jenis pekerjan dan
aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan jenis inteligensi ini dpat
dicontohkan sebagai beikut: (1) linguistic: wartawan, reporter, politikus, atu
penulis; (2) logis-mathematis; ahli fisika, neurology, atau insinyur; (3) spasial:
pelukis, interior decorator, atau pemain tennis; (4) bodily-kinesthic: penari balet,
pemain golf, pembalap, atau petinju; (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau
organis/pianis; (6) interpersonal: hakim, saleperson, atau guru; (7) intrapersonal:

biarawan/rohaniawan, pujangga, atau ahli ilmu jiwa/psikolog; dan (8) naturalist:


ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan.
Kedelapan jenis inteligensi ini telah mengilhami para pendidik untuk
mengajar dengan dengan mengac pada salah satu dari delapan jenis inteligensi
tersebut. Hundred, perhaps thousands, of classrooms around the world rely
today on Gardaners theory of multiple intelligences to help students realize their
latent potential (Johnson, 2002:141). Apakah kelas berfokus pada siswa yang
kurang mampu atau kelas yang siswa-siswanya berbakat, para pendidik melihat
manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis
inteligensi yang dikemukakan Gardaner.
Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi atas
dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan belajar yang kaya
yang memungkikan mereka menghubungkan makna dengan konteks. CTLs
component work together to provide this rich environment, offering students
many opportunities to ignite the eight multiple intelligences (Amstrong,
1994:35). Guru CTL menyadari dan menghargai bahwa setiap anak memiliki
derajat yang berbeda dalam hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu
system holistic berhubungan dengan delapan inteligensi yang dibawa setiap anak
pada lingkungan belajar.

Delapan inteligensi (Howard Gardaner, 1983)


Logika-matematika
Linguistic/ilmu bahasa
Musik
Spatial/jarak
Bodily-kinesthetic/fisik-kinestetik
Inter personal/antar-pribadi

Intapersonal/antar-pribadi
Naturalist/alamiah

Multiple Intelligences
Peka terhadap pola, keterampilan dan sistematika.
Peka terhadap bunyi, ritme, dan makna kata
Kemapuan menghasilkan dan menghargai ritme, tinggi
rendah suara, dan warna suara
Kemampuan untuk melakukan transformasi mengenai
persepsi awal seseorang dan kemampuan mengkreasi
kembali aspek-aspek pengalaman visual seseorang.
Kemampuan mengontrol gerak tubuh seseorangdan
kemampuan menangani objek secara terampil.
Kemampuan untuk menjawab atu memberikan reaksi
secara tepat berbagai suasana batin, temperamen,
motivasi dan keinginanorang lain.
Bagaimana menjiwai perasaan sendiri, kemampuan
mendiskriminasikan berbagi perasaan seseorang, dan
kemampuan menarik kesimpulan untuk menuntun
tingkah laku seseorang
Mengamati, mengalami dan mengorganisasikan
berbagai pola dalam lingkungan alamiah

Guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri haru menjadikan


siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa untuk mandiri sedini
mungkin sejak dari awal masuk sekolah. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya
guru membantu siswa agar mereka tumbuh mandiri? Jawabannya adalah memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minat alamiah mereka. Guru harus
mendorong siswa untuk memecahkan sendiri msalah yang dihadapinnya atau
memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban
dari masalah yang mereka hadapi. Siswa akan mendapat keuntungan jika mereka
dapat melihat dan melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan
ceramah atau penjelasan guru. Guru dapat membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit dengan bantuan gambar dan demontrasi.

Belajar harus luwes dan bersifat menyelidiki atau melalui penemuan. Jika
siswa tampak berusaha dengan menghadapi suatu, berikan mereka waktu untuk
mencoba

sendiri

memecahkan

masalah

tersebut

sebelum

memberikan

pemecahannya. Guru juga harus memperhatikan sikap siswa terhadap belajar.


Menurut Jerome, S. Burner, sekolah harus merangsang keingintahuan siswa,
meminimalkan risiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi siswa.
Sebagai saran tamhahan bagi guru yangmengajar dengan pendekatan inkuiri: (1)
doronglah siswa agar mereka mengajukan dugan awal dengan cara guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan membimbing; (2) gunakan bahan dan
permainan yang bervariasi; (3) berikan kesempatan kepada siswa untuk
memuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasangagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan
(4) gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang nyata
dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social
eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
MTs.Nurul Hikmah Lembar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari
sampai bulan April semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII tahun pelajaran
2011/2012, pada pokok bahasan Mikroskop.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki


kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian


yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu

seperangkat

rencana

dan

pengaturan

tentang

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

kegiatan

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA pada pokok
bahasan Mikroskop. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk
soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini
berjumlah 20 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan
analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal.
Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat
digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah
sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

rxy

N XY X Y

N X

N Y

(Suharsimi

Arikunto,

2001: 72)
Dengan: rxy

: Koefisien korelasi product moment

: Jumlah peserta tes

: Jumlah skor total

: Jumlah skor butir soal

X2

: Jumlah kuadrat skor butir soal

XY : Jumlah hasil kali skor butir soal


b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus
belah dua sebagai berikut:
r11

2r1 / 21 / 2
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
(1 r1 / 21 / 2 )

Dengan: r11
r1/21/2

: Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan


: Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:

B
Js

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P

: Indeks kesukaran

: Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js

: Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:


-

Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
D

B A BB

PA PB
JA JB

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah


PA

BA
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
JA

PB

BB
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir


soal sebagai berikut:
-

Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan pengajaran berbasis inkuiri, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses


pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X

X
N

Dengan

: X

= Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa


N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar


digunakan rumus sebagai berikut:
P

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pengajaran berbasis inkuiri dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.

A. Analisis Item Butir Soal


Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 20 soal diperoleh 5 soal tidak valid dan 15 soal valid. Hasil dari
validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20

Soal Tidak Valid


5, 6, 8, 13, 15

2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 10)
dengan r (95%) = 0,404. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 20 soal yang diuji terdapat:
-

10 soal mudah

6 soal sedang

4 soal sukar

4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 6 soal, berkriteria cukup 10 soal, berkriteria baik 4 soal. Dengan
demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 8 Pebruari 2011/2012 di Kelas VII dengan jumlah siswa 10
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar

mengajar

mengacu

pada

rencana

pelajaran

yang

telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan


pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:

Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I


No. Urut

Nilai

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

80
50
70
40
70
80
70
60
40
80

Jumlah
640
Jumlah Skor 640
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1000
% Skor Tercapai 64

Keterangan:

Keterangan
T

TT

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

:6

Jumlah siswa yang belum tuntas

:4

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus I
64
6
60

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pengajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 64 dan ketuntasan belajar mencapai 60% atau ada 6 siswa dari 10
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 65 hanya sebesar 60% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih canggung dengan diterapkannya pengajaran berbasis
inkuiri.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

II

dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2012 di Kelas VII dengan jumlah siswa
10 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II


dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.

Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II


No. Urut

Nilai

1
80
2
80
3
80
4
80
5
70
6
80
7
70
8
60
9
70
10
80
Jumlah
750
Jumlah Skor 750
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1000
% Skor Tercapai 75

Keterangan:

Keterangan
T

TT

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

:9

Jumlah siswa yang belum tuntas

:1

Klasikal

: Tuntas

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus II
75
9
90

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa


adalah 75 dan ketuntasan belajar mencapai 90% atau ada 9 siswa dari 10
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit
lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena
siswa sudah mulai akrab dengan pengajaran berbasis inkuiri, disamping
itu ada perasaan senang pada diri siswa dengan adanya cara belajar yang
baru karena itu adalah pengamalan pertama bagi siswa.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pengajaran berbasis inkuiri. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif


selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pengajaran berbasis inkuiri
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan pengajaran berbasis inkuiri dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pengajaran berbasis
inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan

siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 60% dan 90%.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pengajaran berbasis inkuiri dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran
yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA dengan pengajaran berbasis inkuiri yang paling dominan
adalah

bekerja

dengan

menggunakan

alat/media,

mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan


guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan

untuk

aktivitas

guru

selama

pembelajaran

telah

melaksanakan langkah-langkah pengajaran berbasis inkuiri dengan baik. Hal


ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing

dan

mengamati

siswa

dalam

mengerjakan

kegiatan,

menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya


jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V
PUNUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60%) dan siklus II
(90%), Penerapan pengajaran berbasis inkuiri mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pelajaran
IPA yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa
siswa tertarik dan berminat dengan pengajaran berbasis inkuiri sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pengajaran berbasis inkuiri memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan pengajaran berbasis inkuiri dalam


proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau
dalam taraf yang sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa


berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VII pada pokok bahasan Mikroskop tahun pelajaran
2011/2012.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineksa Cipta.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM
Press).
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

SIKLUS I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah

MTs. Nurul Hikmah

Kelas / Semester

VII (tujuh)/Semester II

Mata Pelajaran

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Alokasi waktu

3 X 40

Standar Kompetensi

5.

Memahami gejala-gejala alam melalui


pengamatan.

Kompetensi Dasar :

5.3 Menggunakan mikroskop dan peralatan


pendukung lainnya untuk mengamati
gejala-gejala kehidupan.

Indikator

:
-

Mengenal bagian-bagian mikroskop

- Menggunakan mikroskop dengan benar (mengatur fokus, pencahayaan,


menemukan objec Mikropis)
Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat:


1.

Menyebutkan dan menunjukkan nama bagianbagian mikroskop.

2.

Menjelaskan fungsi bagian-bagian mikroskop.

3.

Menggunakan mikroskop dengan benar.

4.

Menyebutkan nama bentuk sayatan.

5.

Membuat sayatan (melintang dan membujur).

6.

Membuat preparat basah.

7.

Membuka penutup tubuh hewan.

8.

Mengoleksi makhluk hidup.

9.

Menjelaskan cara mengawetkan hewan dan


tumbuhan.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )


Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)

Materi Pembelajaran

Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang menggunakan lensa untuk mengamati benda atau
jasad renik sehingga tampak lebih besar. Mikroskop sederhana pertama kali
ditemukan oleh Antonie van Leuwenhoek tahun 1600an. Mikroskop mutahir yang
digunakan sekarang adalah mikroskop elektron dan mikroskop yang biasa digunakan
di sekolah adalah miroskop cahaya.
Bagian-bagian mikroskiop memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1. Lensa okuler, Untuk perbesar bayangan dari lensa objektif.
2. Badan mikroskop, berupa badan yang dapat dinaikkan atau diturunkan.
3. Pemutar lensa / revolver, berupa lempeng yang dapat diputar agar lensa objektif
berada pada kedudukan yang sesuai.
4. Lensa objektif, untuk memperbesar bayangan benda/sediaan.
5. Makrometer, untuk menaikkan/menurunkan badan mikroskop dengan lambat,
guna memfokuskan bayangan secara kasar.
6. Mikrometer, untuk menaikkan/menurunkan badan mikroskop dengan lambat,
guna memfokuskan bayangan secara halus.
7. Lengan mikroskop, untuk memegang mikroskop.

8. Meja prepat, untuk meletakkan perapat atau sediaan.


9. Penjepit, untuk menjepit kaca objek agar tidak bergeser pada waktu diamati.
10. Kondesor, untuk mengumpulkan cahaya dari cermin menuju kesediaan.
11. Pemutar kondesor, untuk menaikkan/menurunkkankondesor agar memperoleh
cahaya yang optimum.
12. Diafragma, untuk mengatur banyaknya cahaya yang menuju kondesor.
13. Cermin, untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya kondesor
14. Kaki mikroskop.
Cara penggunaaan mikroskop antara lain.
1. Letakkan mikroskop di atas tempat yang datar.
2. Putar revolver untuk mendapat perbesaran lensa objektif paling lemah,
3. Putar makrometer untuk menjauhkan lensa objektif dengan meja benda.
4. Atur diafragma untuk mendapat cahaya secukupnya.
5. Atur cermin supaya memperoleh cahaya dengan medan pandang yang terang.
Apbila cahaya cukup, gunakan cermin datar, sedangkan cermin cekung digunakan
apabila cahaya kurang. Perolahan dapat dilihat melalui lensa okuler.
6. Letakkan kaca objek (sediaan/perapat) di atas lubang meja mikroskop, sehingga
sediaan dilalui cahaya.
7. Putar makrometersehingga lengsa objektif berda pada posisi terdekat dengan meja
mikroskop.
8. Amati sediaan melalui lensa okuler sambil memutar makrometer hingga diperoleh
bayangan yang jelas.
9. Jika letak sediaan belum tepat, kaca objek dapat digeser-geser, selain itu
mikrometer dapat digunakan untuk memperoleh bayangan yangan lebih jelas lagi.
10. Gunakan perbesaran yang lebih kuat untuk melihat salah satu sediaan/perapat
agar dapat terlihat lebih jelas.

Model pembelajaran

Direct Instruction (DI)

Cooperative Learning

Metode
-

Diskusi kelompok

Demonstrasi

Eksperimen

Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
.

Memberi salam, Berdoa dan absensi

Motivasi dan apersepsi

Alat apakah yang digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil?

Pernahkah kalian melihat mikroskop?

Prasyarat pengetahuan
-

Apakah yang dimaksud dengan mikroskop?

Bagaimana cara menggunakan mikroskop?

Pra eksperimen
-

Berhati-hatilah menggunakan mikroskop.

b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Menyebutkan nama bagian-bagian mikroskop.

Menunjukkan nama bagian-bagian mikroskop.

Menjelaskan fungsi bagian-bagian mikroskop.

Menggunakan mikroskop dengan benar.

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam


tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan

beragam

pendekatan

pembelajaran,

media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara


peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan


pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,


studio, atau lapangan.

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian


mikroskop dan kegunaannya.

Guru menunjukkan bagian-bagian mikroskop dan menunjukkannya


kepada peserta didik.

Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang
sama seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung
diberi umpan balik.

Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan mikroskop,


pengamatan pada suatu objek, cara menggambar hasil, menentukan
bangun benda dan ukuran benda di bawah mikroskop.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mikroskop,


gelas benda, kaca penutup, potongan kertas, dan rambut.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen


mengamati objek dengan mikroskop.

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai


dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.

Guru memberi instruksi kepada peserta didik untuk melakukan


eksperimen mengetahui dan memahami cara mengukur objek
mikroskopis dengan mikroskop.

Peserta

didik

melakukan

eksperimen

dengan

menggunakan

mikroskop, dan kulit ari bawang merah.

Guru memeriksa kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik


apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada
peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya untuk membuat


kesimpulan dari hasil percobaan.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan


informasi yang sebenarnya.

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

Guru bersama

siswa

bertanya

jawab meluruskan

pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:

kesalahan

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat


rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah


dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran


remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;

SIKLUS II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah

MTs. Nurul Hikmah

Kelas / Semester

VII (tujuh)/Semester II

Mata Pelajaran

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Alokasi waktu

3 X 40

Standar Kompetensi

5.

Memahami gejala-gejala alam melalui


pengamatan.

Kompetensi Dasar :

5.3 Menggunakan mikroskop dan peralatan


pendukung lainnya untuk mengamati
gejala-gejala kehidupan.

Indikator

:
-

Mengenal bagian-bagian mikroskop

- Menggunakan mikroskop dengan benar (mengatur fokus, pencahayaan,


menemukan objec Mikropis)
Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat:


10. Menyebutkan dan menunjukkan nama bagianbagian mikroskop.
11. Menjelaskan fungsi bagian-bagian mikroskop.
12. Menggunakan mikroskop dengan benar.
13. Menyebutkan nama bentuk sayatan.
14. Membuat sayatan (melintang dan membujur).

15. Membuat preparat basah.


16. Membuka penutup tubuh hewan.
17. Mengoleksi makhluk hidup.
18. Menjelaskan cara mengawetkan hewan dan
tumbuhan.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )


Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)

Materi Pembelajaran

Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang menggunakan lensa untuk mengamati benda atau
jasad renik sehingga tampak lebih besar. Mikroskop sederhana pertama kali
ditemukan oleh Antonie van Leuwenhoek tahun 1600an. Mikroskop mutahir yang
digunakan sekarang adalah mikroskop elektron dan mikroskop yang biasa digunakan
di sekolah adalah miroskop cahaya.
Cara Mengukur Melalui Mikroskop
Cara mengukur melalui mikroskop sebagai berikut.
a. Gunakan lensa objektif dengan perbesaran lemah, misalnya 10x!. Letakkan
penggaris atau mistar plastik transparan (tembus pandang) dengan skala milimeter
di atas meja objek! Unit pengukuran panjang yang digunakan adalah milimeter
atau micron (). ! milimeter setara dengan 1.000 mikron.
b. Aturlah pemutaran kasar sehingga mistar terletak pada fokus yang tepat!
c. Perlahan-lahan geserlah mistar sehingga diperoleh bayangan seperti pada gambar
b.

d. Jika ukuran lapangan pandang pada mikroskop seperti gambar b, berarti ukuran
lapangan padang pada mikroskop tersebut adalah 12 mm.
e. Gantilah mistar dengan preparat/sediaan yang diamati! Misalkan preparat/sediaan
yang diamati setengah ukuran bidang lapangan pandang, maka ukuran preparat
adalah x 12 mm = 6 mm.
f. Bagaimana mengetahui ukuran preparat yang diamati?
Penggunaan lensa objektif dengan perbesaran lemah, kan sulit untuk
memperkirakan ukuran bagian yang lebih kecil. Untuk itu, perlu menggunakan
lensa objektif dengan perbesaran kuat, misalnya 40x.

Pembuatan Preparat
Agar benda dapat dimati dengan mikroskop cahaya, maka benda itu harus
transparan. Oleh karena itu, benda yang akan diamati harus dipersiapkan dulu dengan
membuat preparat atau sediaan. Alat dan bahan yang harus disiapkan dalam
pembuatan preparat adalah gelas benda, penutup gelas, air secukupnya, pipet tetes,
silet, kertas isap, dan pewarna.
Silet berfungsi untuk menyayat benda yang diamti. Gelas benda berfungsi untuk
meletakkan objek gelas yang diamati. Penutup gelas berfungsi untuk menutup benda
yang diletakkan pada gelas benda. Pewarna digunakan untuk memudahkan dalam
pengamatan, misalnya lugol, metilen biru. Berikut ini langkah-langkah untuk preparat
melintang batang.
a. Siapkan batang yang diamati! Pilihlah batang yang cukup lunak sehingga mudah
diiris dengan silet!
b. Iris batang dengan silet secara melintang kearah tubuh setipis mungkin! Untuk
preparat yang tipis seperti daun, kalian dapat menyelipkan daun pada potongan
wortel atau gabus yang telah dibelah, kemudian mengirisnya bersamaan.
c. Letakkan hasil sayatan pada objek gelas dan tetesi dengan air! Jika diperlukan,
kalian dapat menambahkan pewarna untuk memperjelas objek.

d. Tutup dengan gelas penutup perlahan-lahan usahakan agar tidak terbentuk


gelembung udara!
e. Keringakan air yang berlebihan disekitar kaca penutup dengan kertas iasap.
f. Preparat siap untuk diamati dengan mikroskop.

Langkah-langkah kegiatan:
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
.

Memberi salam, Berdoa dan absensi

Motivasi dan apersepsi

Bagaimana cara membuat sayatan?

Pernahkah kalian membuat preparat basah?

Prasyarat pengetahuan
-

Apakah yang dimaksud dengan sayatan?

Bagaimana cara membuat preparat basah?

Pra eksperimen
-

Berhati-hatilah menggunakan mikroskop.

b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Menyebutkan nama bentuk sayatan.

Membuat sayatan (melintang dan membujur).

Membuat preparat basah.

Membuka penutup tubuh hewan.

Mengoleksi makhluk hidup.

Menjelaskan cara mengawetkan hewan dan tumbuhan.

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam


tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan

beragam

pendekatan

pembelajaran,

media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara


peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan


pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,


studio, atau lapangan.

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian


sayatan dan jenisnya.

Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai tujuan


membuat sayatan.

Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mikroskop,


silet, pinset, cawan kecil, pipet tetes, gelas benda, gelas penutup, botol
bekas kopi, plastik, air kolam, batang yang muda dan tidak berkayu.

Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen


membuat sayatan dan preparat basah.

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai


dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan maksud membuka


penutup tubuh hewan.

Guru memberi instruksi kepada peserta didik untuk melakukan


eksperimen membuka penutup tubuh hewan.

Peserta didik secara berkelompok melakukan eksperimen dengan


menggunakan gunting, jarum pentul, pinset, nampan bedah, parafin,
ikan, katak dan kloroform.

Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah


sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik
atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru
dapat langsung memberikan bimbingan.

Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya untuk membuat


kesimpulan dari hasil percobaan.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi secara klasikal.

Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan


informasi yang sebenarnya.

Guru menjelaskan cara mengawetkan hewan dan tumbuhan.

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi


peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh


pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang


bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab


pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan


hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum


berpartisipasi aktif.

c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja


baik.

Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat


rangkuman kegiatan.

Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu
b. Buku referensi yang relevan
c. Alat-alat praktikum

Penilaian Hasil Belajar


Indikator
Pencapaian
Kompetensi

Teknik

Bentuk

Penilaian

Instrumen

Instrumen/ Soal

Mengenal bagian-

Tes unjuk

Tes identifi-

bagian mikroskop

kerja

kasi

mikroskop dengan
(mengatur

fokus,

dan

sebutkan

nama-nama

bagian

mikroskop!

Menggunakan
benar

Tentukan

Uji petik kerja


Tes unjuk
kerja

prosedur

Amati preparat basah atau


preparat jadi yang sudah

pencahayaan,

tersedia hingga ditemukan

menemukan objec

objek yang dimaksud!

Mikropis)
c. Contoh Instrumen:
-

Contoh uji petik kerja prosedur


Tentukan dan sebutkan bagian-bagian mikroskop.

Aspek

Skor

o
1. Kelengkapan bagian mikroskop yang disebut

namanya
2

Kebenaran posisi setiap bagian mikroskop yang

disebut namanya
Skor maksimum
-

Contoh tes uraian


Jelaskan bagaimana cara membuat preparat irisan membujur batang.

Mengetahui,
Kepala Sekolah,

Lembar,
Guru Mata Pelajaran,

Munawar Khalil S.PdI

Ridha Amalia, S.Pd

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


SIKLUS I
Mikroskop merupakan alat optik, seperti sepasang lensa. Fungsi dari
mikroskop adalah untuk mengamati organisme yang sangat kecil yang tidak dapat
dilihat dengan penglihatan biasa. Dengan adanya mikroskop semua organisme
mikroskopik dapat teramati dengan jelas.
Tunjukkan cara-cara menggunakan mikroskop yang benar dengan melengkapi
pernyataan di
bawah ini.
1. Cara membawa mikroskop yang benar adalah tangan yang satu
menumpu bagian _____________ mikroskop, sedang tangan yang
lain memegang bagian______________ mikroskop.
2.

Apabila mikroskop siap untuk disimpan, maka posisi lensa


obyektif adalah pada perbesaran yang _______________.

3. Jika akan mencari focus gunakan terlebih dahulu lensa obyektif


yang memiliki perbesaran_______________.
4. Jangan menggunakan pemutar ______________ jika lensa obyektif
terpasang adalah yang memiliki perbesaran kuat.
5. Jangan

mencari

sinar

matahari

secara

langsung

_____________________.
6. Lensa mikroskop dibersihkan dengan menggunakan
________________________.

jika

mencari

A. __________________________
B. __________________________
C. __________________________
D. __________________________
E. __________________________
F. __________________________
G. __________________________
H. __________________________
I. __________________________
J. __________________________
K. __________________________
L. __________________________
M. __________________________

LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN SIKLUS I


Mata Pelajaran/Topik:
Kelas/Sekolah:
Nama Pengajar:

IPA TERPADU /MIKROSKOP


VII / MTs Nurul Hikmah
RIDHA AMALIA, S.Pd

TAHAP/
ASPEK
KEGIATAN AWAL
Apersepsi dan
motivasi

INDIKATOR
1. Apa yang dilakukan guru peserta
untuk menggali pengetahuan awal
atau memotivasi siswa?
2. Bagaimana respons siswa? Apakah
siswa bertanya tentang sesuatu
masalah terkait dengan apa yang
disajikan guru peserta pada kegiatan
awal?

KEGIATAN INTI
Materi ajar:

3. Apakah guru peserta memberikan


penjelasan umum tentang materi
ajar atau prosedur kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa?
4. Bagaimana keterkaitan antara
pembelajaran dengan realita
kehidupan, lingkungan dan
pengetahuan lainnya?

Pengelolaan
sumber
belajar/media

5. Apakah guru peserta terampil


dalam memanfaatkan dan mampu
memanipulasi media pembelajaran?
6. Bagaimana interaksi siswa dengan
sumber belajar/media?

Strategi
pembelajaran

7. Apakah proses pembelajaran


dilaksanakan dengan strategi yang
sesuai secara lancar?
8. Apakah siswa dapat mengikuti alur
kegiatan belajar?

HASIL OBSERVASI

Bertanya mengenai
mikroskop dan bagianbagiannya

Ada beberapa siswa yang


menjawab, tetapi siswa
tidak ada yang bertanya
kembali

ia

ada kaitannya

Cukup terampil
Baik

Ia sesuai
Dapat

KEGIATAN
PENUTUP
Penguatan/
konsulidasi

Evaluasi

KOMENTAR
OBSERVER

9. Bagaimana cara guru peserta


memberikan arahan yang mendorong
siswa untuk bertanya, berpikir dan
beraktivitas?

Memberikan contoh dalam


kehidupan yang berkaitan
dengan materi
pembelajaran

10. Apakah siswa aktif melakukan


kegiatan fisik dan mental (berpikir)?
Berapa banyak siswa yang aktif
belajar?

Aktif

11. Bagaimana cara guru peserta


memberikan penguatan, dengan
mereviu, merangkum atau
menyimpulkan?

Merangkum dan
menyimpulkan bersama
siswa

12. Apakah guru peserta memberi


tugas rumah untuk remidi atau
penguatan?

Ia

13. Bagaimana cara guru peserta


melakukan evaluasi pembelajaran?

Memberikan test tulis

14. Bagaimana ketuntasan belajar


siswa?

Tuntas

Keterlaksanaan skenario pembelajaran (berdasarkan RPP):


Semua sudah sesuai dengan skenario pembelajaran

Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh observer:


Bisa mencoba metode yang sama pada materi yang berbeda

Lain-lain:
Padak, 8
Pebruari.2012 ,
Observer,

(Raodatul Azmiati, SP)

LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN SIKLUS II


Mata Pelajaran/Topik:
Kelas/Sekolah:
Nama Pengajar:
TAHAP/
ASPEK
KEGIATAN AWAL
Apersepsi dan
motivasi

KEGIATAN INTI
Materi ajar:

IPA TERPADU /MIKROSKOP


VII / MTs Nurul Hikmah
RIDHA AMALIA, S.Pd

INDIKATOR
1. Apa yang dilakukan guru peserta
untuk menggali pengetahuan awal
atau memotivasi siswa?

Bertanya mengenai cara


membuat preparat

2. Bagaimana respons siswa? Apakah


siswa bertanya tentang sesuatu
masalah terkait dengan apa yang
disajikan guru peserta pada kegiatan
awal?

Ada beberapa siswa yang


menjawab, tetapi siswa
tidak ada yang bertanya
kembali

3. Apakah guru peserta memberikan


penjelasan umum tentang materi
ajar atau prosedur kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa?
4. Bagaimana keterkaitan antara
pembelajaran dengan realita
kehidupan, lingkungan dan
pengetahuan lainnya?

Pengelolaan
sumber
belajar/media

5. Apakah guru peserta terampil


dalam memanfaatkan dan mampu
memanipulasi media pembelajaran?
6. Bagaimana interaksi siswa dengan
sumber belajar/media?

Strategi
pembelajaran

HASIL OBSERVASI

7. Apakah proses pembelajaran


dilaksanakan dengan strategi yang
sesuai secara lancar?
8. Apakah siswa dapat mengikuti alur
kegiatan belajar?

ia

ada kaitannya

Cukup terampil
Baik

Ia sesuai
Dapat

KEGIATAN
PENUTUP
Penguatan/
konsulidasi

Evaluasi

KOMENTAR
OBSERVER

9. Bagaimana cara guru peserta


memberikan arahan yang mendorong
siswa untuk bertanya, berpikir dan
beraktivitas?

Memberikan contoh dalam


kehidupan yang berkaitan
dengan materi
pembelajaran

10. Apakah siswa aktif melakukan


kegiatan fisik dan mental (berpikir)?
Berapa banyak siswa yang aktif
belajar?

Aktif

11. Bagaimana cara guru peserta


memberikan penguatan, dengan
mereviu, merangkum atau
menyimpulkan?

Merangkum dan
menyimpulkan bersama
siswa

12. Apakah guru peserta memberi


tugas rumah untuk remidi atau
penguatan?

Ia

13. Bagaimana cara guru peserta


melakukan evaluasi pembelajaran?

Memberikan test tulis

14. Bagaimana ketuntasan belajar


siswa?

Tuntas

Keterlaksanaan skenario pembelajaran (berdasarkan RPP):


Semua sudah sesuai dengan skenario pembelajaran

Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh observer:


Bisa mencoba metode yang sama pada materi yang berbeda

Lain-lain:
Padak, 11
April.2012 ,
Observer,

(Raodatul Azmiati, SP)

No

Persiapan

Ada

1.

Kesiapan kelas dan pengaturannya

2.

RPP dan Perangkat Pembelajaran


(LKS)

3.

Media dan peralatan pembelajaran


yang diperlukan

4.

Lembar observasi

5.

Instrumen untuk pengambilan data


(terkait dengan PTK)

6.

Denah tempat duduk siswa

7.

Alat perekam (kamera) jika ada

8.

Alat tulis/buku catatan dari setiap


observer

Tidak

Keterangan

Tabel Format untuk Merefleksi


Tujuan
Perbaikan
(Open class)

Deskripsi
Temuan
(Open class)

Refleksi

Tindak
Lanjut

Supaya siswa
lebih paham
dan mengingat
cara mudah
dalam
mempelajari
mikroskop.

Siswa lebih aktif


dan antusias
bertanya tentang
bagian-bagian
mikroskop dan
cara
menggunakannya
.

Siswa diharapkan
bisa
menyebutkan
bagian-bagian
mikroskop dan
bisa membuat
preparat.

Siswa
diharapkan
lebih aktif
lagi untuk
mencoba
dan
menemukan
sendiri.

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam KBM


SIKLUS I
Sumber Pembelajaran

: Laboratorium

Konsep

: Mikroskop

Kelas/semester

: VII/II

Nama sekolah

: MTs Nurul Hikmah Padak

Nama guru Model


Tanggal

: Ridha Amalia, S.Pd


: 8 Pebruari 2012

Petunjuk:
1.
Selama melakukan pengamatan, pengamat duduk di dekat siswa yang diamati.
2.
Pengamatan kepada guru dan siswa dilakukan bersamaan selama KBM berlangsung.
Tabel Kategori Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas Guru

1. Mengajak siswa ke laboratorium


sesuai dengan kelompoknya masingmasing
2.
Membimbing siswa dan
mengawasi siswa melakukan
pengamatan pada lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar.
3. Membimbing siswa menulis hal-hal
yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Aktivitas Siswa
1. Siswa menuju lokasi pengamatan yang
sudah ditentukan
2. Melakukan pengamatan lingkungan
sekitar sekolah masing-masing
kelompok.
3. Menulis hal-hal yang diperoleh dari
hasil pengamatan pada LKS.
4. Berdiskusi antara siswa dengan :
- siswa

4. Membimbing siswa berdiskusi


antara : - siswa
- kelompok
- guru
5. Membimbing siswa menyusun dan
menyajikan hasil pengamatan
berdasarkan lingkungan sekitar
sekolah.
6. Membimbing siswa melakukan :
- refleksi hasil pengamatan
- mengevaluasi proses pengamatan.
7. Mendorong siswa bertanya kepada
siswa lain atau kepada guru.
8. Membimbing siswa membuat/menulis
rangkuman pelajaran

5.
6.
7.
8.

- kelompok
- guru
- melakukan refleksi hasil pengamatan
- mengevaluasi proses pengamatan.
Bertanya kepada siswa lain atau kepada
guru.
Menyusun dan menyajikan hasil
penyelidikan.
Membuat/menulis rangkuman
pelajaran.

SOAL EVALUASI SIKLUS I


A. Pilihlah Jawaban yang paling tepat !
1. Bagian mikroskop yang tidak berperan dalam pengaturan medan penglihatan
terang, yaitu .....
g. Revoler
h. Tubus okuler
i. Kondensor
j. Cermin
2. Mikroskop paling mutakhir adalah mikroskop....
a. Cahaya
b. Monokuler
c. Binokuler
d. Elektron
3. Bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk mengatur fokus bayangan dengan
menaik-turunkan tabung mikroskop dengan lambat disebut ....
a. Revoler
b. Mikrometer
c. Diagfragma
d. Lensa objektif

4. Keuntungan menyayat daun dengan menggunakan silet adalah...


a. Tidak membahayakan siswa
b. Mudah dibawa
c. Hasil sayatan tipis
d. Awet
5. Fungsi lensa okuler....
a. Memfokuskan benda
b. Memperjelaskan benda
c. Memperbesar bayangan dari lensa objektif
d. Memperbesar ukuran benda
6. Mikroskop yang memiliki dua lensa okuler dinamakan mikroskop....
a. Cahaya
b. Monokuler
c. Binokuler
d. Elektron
7. Lensa pada mikroskop yang letaknya dekat dengan mata pengamat dinamakan
lensa .....
a. Objektif
b. Okuler
c. Kondensor
d. Reflektor
8. Posisi penyimpanan mikroskop yang benar adalah....
a. Diafragma dalam keadaan terbuka
b. Lensa kondensor pada posisi naik
c. Lensa objektif dan lensa okuler dilepas dan disimpan
d. Cermin tidak dihadapkan secara langsung pada arah cahaya
9. Mikroskop monokuler sama dengan mikroskop....
a. Cahaya
b. Binokuler

c. Elektron
d. Stereo
19. Pada perbesaran tertentu bayanagan ada yang masih belum jelas, untuk
memperjelas bayangan digunakan.....
a. Cermin
b. Pemutar kasar
c. Pemutar halus
d. Tubus
20. Tempat meletakkan preparat pada mikroskop disebut....
a. Meja preparat
b. Gelas benda
c. Lensa objektif
d. Kaca penutup
21. Berdasarkan cara pembuatan dan ketahanannya, preparat dapat dibedakan
menjadi....
a. Satu, yanitu preparat kring
b. Dua, yaitu preparat kering dan preparat basah
c. Satu, yaitu preparat basah
d. Tiga, yaitu preparat awetan, preparat kering, dan preparat basah
22. Apabila kita menagamati cahaya disekiter yang sangat terang, maka cermin yang
digunakan pada mikroskop adalah....
a. Cermin datar
b. Cermin cekung
c. Cermin cembung
d. Bebas
23. Dalam melakukan pengawetan sediaan tumbuhan sistem kering, tumbuhan atau
bagian tumbuhan dikeringkan, sebelumnya diberi perlakuan sperti berikut ini,
kecuali .....
a. Disimpan dalam alkohol

b. Disimpan diantara dua koran atau kertas


c. Dijemur
d. Atau dikeringkan di atas api
24. Hasil dari pengawetan sistem kering disebut ....
a. Herbarium
b. Teraterium
c. Insektarium
d. Aquarium
25. Kedua lensa mikroskop terdapat pada ....
a. Revolver
b. Diafragma
c. Tubus
d. Landasan
26. Untuk mengatur besar kecilnya lubang yang dilalui cahaya kita bisa mengatur...
a. Diafragma
b. Cermin
c. Kondensor
d. Klem
27. Untuk mengerakkan tabung mikroskop dengan pergeseran besar kita mengatur...
a. Lensa objektif
b. Pemutar halus
c. Putaran makro
d. Revolver
28.

Suatu cara pengawetan sediaan hewan terutama vetebrata sehingga


tampak seperti dalam keadaan hidup disebut...
a. Insektarium
b. Teraterium
c. Taksidermi
d. Herbarium

29. Dibawah ini merupakan zat pengawet yang biasa digunakan untuk mengawetkan
hewan, kecuali....
a. Alkohol 70 %
b. Formalin 8 %
c. Naftalin
d. Asam cuka pekat

SOAL EVALUASI SIKLUS II


A. Pilihlah Jawaban yang paling tepat !
1.

Bagian-bagian mikroskop yang berfungsi mengatur cahaya yang masuk ke lensa


adalah....
a. Cermin
b. Lensa okuler
c. Lensa objektif
d. Diafragma

2.

Di bawah ini tidak termasuk langkah-langkah pengamatan yaitu ...


a. Mengangkat kembali permasalahan yang pernah diteliti orang lain
b. Melakukan pengujian hipotesis
c. Pengolahan data yang diperoleh dari percobaan atau pengamatan
d. Memublikasikan hasil percobaan atau pengamatan

3.

Hewan-hewan yang akan diamati organ dalamnya, sebelum dibedah terlebih dulu
harus...
a. Disuntik
b. Dimatikan
c. Dijepit
d. Dibius

4.

Perbesaran lensa objektif adalah 10 kali dan perbesaran lensa okuler adalah 2
kali. Jika terbentukan bayangan objek berukuran 2 cm, maka ukuran objek
sesungguhnya adalah....
a. 100 m
b. 200 m
c. 0,02 m
d. 0,03 m

5.

Ketika kita akan melakukan pembedahan heawan vertebrata maka alat-alat yang
diperlukam adalah sebegai berikut, kecuali...
a. Skapel
b. Gunting bedah
c. Pinset
d. Botol tetes

6.

Untuk mengamati bagian tubuh serangga yang cukup besar bisa dimanfaatkan
alat yang disebut ...
a. Mikroskop
b. Loupe
c. Mata langsung
d. Lensa objektif

7.

Jika mengalami kesulitan saat mengiris sediaan/preparat secara melintang maka


kita dapat menggunakan...
a. Lilin
b. Cutter tajam
c. Dijepit pinset
d. Gabus

Anda mungkin juga menyukai