IMUNOLOGI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
NUR RAHMA
H411 12 294
NOVI LAMBAN
H411 12 292
ARINI PRASISKA
H411 12 332
MUSTIKA BUDIARTI
H411 12 294
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Imunologi dengan judul Reaksi Hipersensifitas ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangankekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar Imunologi. Setiap
pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang Pengertian Imunologi, Mekanisme Sistem
Imun, Antigen dan Antibodi, Respon Kekebalan, dan Ketidakseimbangan Sistem
Pertahanan Tubuh.
Kami sadar, sebagai mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
inang
(host)
dari
patogen-patogen
penginvasi
dan
untuk
spesifik,
bergantung
pada
derajat
selektivitas
mekanisme
pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang
merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas
selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons
organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan
dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi
atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk
melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme
imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas,
yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di
dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang
hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe
yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara
aktif dan didapat secara pasif.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
dan ireversibel. Sel-sel menjadi kurang responsif terhadap sistem imunitas tubuh
dan regulasi sel.
II.2 Immunosurveilan
Immunosurveilan kanker adalah teori yang dirumuskan pada tahun 1957
oleh Burnet dan Thomas, yang menyatakan bahwa limfosit bertindak (secara
terus menerus) sebagai penjaga yang bisa mengenali dan menghilangkan sel-sel
yang berubah. Immunosurveilan kanker tampaknya menjadi tuan rumah
perlindungan dalam proses penting yang menghambat karsinogenesis dan
mempertahankan homeostasis seluler. Teori ini juga telah menyatakan bahwa
immunosurveilan terutama berfungsi sebagai komponen dari proses yang lebih
umum pada immunoediting kanker.
II.3 Immunoediting
Immunoediting adalah suatu proses saat seseorang dilindungi dari
pertumbuhan kanker dan pengembangan imunogenisitas tumor oleh sistem
kekebalan tubuh mereka. Hal ini memiliki tiga tahap utama: eliminasi,
keseimbangan dan melarikan diri. Tahap eliminasi terdiri dari empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
1.a Eliminasi Tahap 1
Tahap pertama penghapusan melibatkan inisiasi respon imun antitumor.
Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bawaan mengenali adanya pertumbuhan
tumor yang telah mengalami renovasi stroma, menyebabkan kerusakan jaringan
lokal. Ini diikuti dengan induksi sinyal-sinyal inflamasi yang penting untuk
merekrut sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bawaan (misalnya sel pembunuh
alami, sel-sel pembunuh alami T, makrofag dan sel dendritik) ke situs tumor.
Selama fase ini, infiltrasi limfosit seperti sel-sel pembunuh alami dan sel T
pembunuh alami dirangsang untuk memproduksi IFN-gamma.
1.b Eliminasi Tahap 2
Pada fase kedua eliminasi, IFN-gamma yang baru disintesis menyebabkan
kematian tumor (dalam jumlah terbatas) serta mempromosikan produksi CXCL10
kemokin, CXCL9 dan CXCL11. Kemokin ini memainkan peran penting dalam
mempromosikan kematian tumor dengan menghalangi pembentukan pembuluh
darah baru. Serpihan sel
kemudian dicerna oleh sel dendritik, diikuti dengan migrasi sel-sel dendritik ke
kelenjar getah bening. Rekrutmen sel kekebalan yang lebih banyak juga terjadi
dan dipicu oleh kemokin (yang dihasilkan selama proses inflamasi).
1.c Eliminasi Tahap 3
Pada tahap ketiga, sel-sel pembunuh alami dan makrofag ber-transactivate
satu sama lain melalui produksi timbal balik IFN-gamma dan IL-12. Ini lagi-lagi
mempromosikan lebih banyak pembunuh tumor oleh sel-sel melalui apoptosis dan
produksi intermediasi oksigen reaktif dan nitrogen. Dalam pengeringan kelenjar
getah bening, sel dendritik tumor-tertentu memicu timbunlnya diferensiasi sel Th1
yang pada gilirannya memfasilitasi pengembangan sel T CD8 +.
1.d Eliminasi: Tahap 4
Pada tahap akhir eliminasi, sel-sel spesialisasi tumor : CD4 + dan CD8 +
sel T datang ke situs tumor dan sitolitik T limfosit kemudian menghancurkan sel
tumor yang tetap di situs ini.
2. Keseimbangan dan Escape (pelarian)
Varian-varian sel tumor yang selamat dari fase eliminasi memasuki fase
keseimbangan. Pada tahap ini, limfosit dan IFN-gamma mengerahkan tekanan
seleksi pada sel tumor yang secara genetik tidak stabil dan cepat bermutasi. varian
sel tumor yang telah memperoleh resistensi untuk eliminasi kemudian memasuki
fase melarikan diri. Pada tahap ini, sel tumor terus tumbuh dan berkembang secara
tidak terkontrol dan akhirnya dapat menyebabkan keganasan.
Antigen tumor, dapat merupakan protein hasil mutasi gen dari proses
keganasan. Antigen ini kadangkala merupakan protein yang normal terdapat
dalam tubuh namun diekspresikan berlebihan. Antigen ini dapat pula berupa
protein yang hanya dilepaskan pada keadaan atau stadium tertentu pada
pertumbuhan tumor sehingga baru menimbulkan respon imun pada waktu
tertentu. Antigen tumor dapat pula sebagai hasil dari infeksi virus apabila tumor
tersebut merupakan akibat dari infeksi virus onkogenik, misalnya pada kanker
leher rahim yang disebabkan oleh virus papilloma manusia (Human Papilloma
Virus, HPV).
Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan
tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang
terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis
sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih
banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel
menjadi tua atau rusak, mereka mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel
terprogram ini disebut apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai
terbentuk. Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada
kerusakan atau mutasi pada DNA.
Empat jenis gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel
yaitu onkogen yang mangatur proses pembahagian sel, gen penekan tumor yang
menghalang dari pembahagian sel, suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen
DNA-perbaikan menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak.
Maka, kanker merupakan hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor
sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali (National Cancer
Institute, 2009).
Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor.
Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai tumor
jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar ke bagian
tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat menyerang
jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa kanker tidak
membentuk tumor misalnya leukemia (National Cancer Institute, 2009).
mempresentasikan antigen sel tumor kepada sel T CD8+. Dengan demikian, maka
sel T CD8+ tidak mampu melakukan tugasnya untuk mengeradikasi sel-sel tumor.
Selain itu, terdapat mekanisme inhibisi terhadap kerja sel T yang diperantarai oleh
CTLA-4 dan PD-1 seperti yang terjadi pada mekanisme toleransi imun.
Peran
penting
imunitas
lainnya
adalah
untuk
menemukan
dan
menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada
sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan
kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang
ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari virus
onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim,
sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat
rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu
contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat
tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut
melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara
normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang
umumnya
tervalidasi karena fakta sekarang adalah produk onkogen yang menjadi aktif, pada
perkembangannya dapat menginisiasi respon inflamasi yang kuat. Beberapa
contoh adalah:
1. Studi in vivo pada model tikus tumor paru-paru, yang mengalami mutasi
onkogen K-Ras, memproduksi kemokin yang membangkitkan sistem imun dan
menyediakan lingkungan mikro yang cocok untuk tumorigenesis.
2. Protein RET-PTC, produk fusi onkogen yang mampu mengaktifkan faktor
transkripsi NF-B yang mengatur imunoregulator sitokin pada perkembangan
kanker tiroid. Protein RET-PTC meningkatkan produksi granulocyte
macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan monocyte chemotactic
protein 1 (MCP-1), selanjutnya membuat lingkungan mikro pro-inflamasi.
3. Produk dari kematian sel seperti heat-shock protein dan monosodium urat
adalah substansi inflamasi pada lingkungan mikro tumor yang bisa
memberikan sinyal berbahaya pada sistem imun.
4. Antigen tumor MUC1, CEA dan NY-ESO juga telah diketahui mampu
membangkitkan respon inflamasi dan memberikan sinyal berbahaya.
Peptida dari produk gen yang termutasi atau terekspresi abnormal akan
dihancurkan oleh proteasom menjadi potongan peptida, dan dengan molekul
major histocompatibility complex (MHC) kelas I, potongan protein disajikan
untuk sel limfosit T CD8+ (CTL) (Gambar . CTL merespon tumor dengan induksi
cross-priming. Sel tumor atau antigen tumor diolah dan dipresentasikan kepada
sel T oleh profesional APC (misal sel dendritik) (Gambar).
2. Sel dendritik
Sel dendritik adalah sel dengan spesialisasi menangkap antigen tumor,
memproses, dan mempresentasikannya kepada sel T untuk menghasilkan respons
imun anti-tumor. Sel DC memegang pearanan penting pada immune surveilance
karena bisa mengaktifkan respons anti-tumor. Namun, ternyata sel DC pada
penderita kanker secara fungsional mengalami kerusakan.
Gambar 3. Cara kerja dendritic cells (DC) dalam merespon antigen tumor. DC
akan menyajikan peptida dengan MHC I dan II dan menginduksi
aktivasi CTL dan Th.
3. Sel NK
Sitotoksisitas alami yang diperankan oleh sel NK merupakan mekanisme
efektor yang sangat penting dalam melawan tumor. Sel NK adalah sel efektor
dengan sitotoksisitas spontan terhadap berbagai jenis sel target. Sel-sel efektor ini
tidak memiliki sifat-sifat klasik dari makrofag, granulosit maupun CTL, dan sifat
sitotoksisitasnya tidak bergantung pada MHC.
fungsi makrofag
dengan
berbagai
cara
misalnya
dengan
banyak),
mengekspresikan
molekul
MHC
dalam
kadar
tinggi,
meningkatkan
angiogenesis.
Sebagain
besar
tumor
asociated
sudah dikarakterisasi dengan baik adalah transforming growth factor- (TGF) yang dapat menghambat aktivasi sel T, diferensiasi, dan proliferasi. TGF-
mendorong tumor untuk menghindar dari sistem imun, dan tingginya level
plasma TGF- menunjukkan prognosis yang buruk.
4. Tumor mengekspresikan FasL yang menginduksi apoptosis limfosit yang
menginfiltrasi jaringan.
Referensi
Abbas, Lichtman Basic Immunology (2Ed , Elsevier, 2004)
Finn OJ, Cancer Immunology, N Engl J Med 2008; 358:2704-2715 June 19, 2008,
DOI: 10.1056/NEJMra072739 [nejmra072739]
Weiner LM, Cancer Immunotherapy The Endgame Begins [nejmp0803663
Kresno SB, 2011, Ilmu Onkologi Dasar, BP FKUI, Jakarta
Dranoff G. Cytokines in cancer pathogenesis and cancer therapy. Nat Rev Cancer.
2004 Jan;4(1):11-22. Download
https://dewdamayanti.wordpress.com/2010/09/01/kekebalan-tubuh-terhadapkanker/
Annonim,
2010.
https://pisangkipas.wordpress.com/2010/04/09/imunologi-
kanker/http://indahpuspa074.blogspot.com/2014/09/imunologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Antigen_karsinoembrionik
https://moko31.wordpress.com/2012/07/07/imunologi-kanker/
[i] Welters et al. Induction of tumor-specific CD4+ and CD8+ T-cell immunity in
cervical cancer patients by a Human Papillomavirus type 16 E6 and E7 long
peptides vaccine. Clinical Cancer Research 2008;14(1):178-187. (Jan 1, 2008).
[ii] Abbas and Lichtman. Basic immunology: functions and disorders of the
immune system 3rd ed. Philadelphia: Saunder-Elsevier.