Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

IMUNOLOGI

REAKSI IMUNOLOGI KANKER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
NUR RAHMA

H411 12 294

NOVI LAMBAN

H411 12 292

ARINI PRASISKA

H411 12 332

MUSTIKA BUDIARTI

H411 12 294

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Imunologi dengan judul Reaksi Hipersensifitas ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangankekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Makassar, 16 Maret 2015

Penyusun

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar Imunologi. Setiap
pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang Pengertian Imunologi, Mekanisme Sistem
Imun, Antigen dan Antibodi, Respon Kekebalan, dan Ketidakseimbangan Sistem
Pertahanan Tubuh.
Kami sadar, sebagai mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Sukabumi, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................


Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah..
1.3 Tujuan ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunologi Kanker.........................................................................
2.2 Immunosurveilan................................................................................
2.3 Mekanisme Sistem Imun .................................................................................
2.4 Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh
2.5 Antigen dan
Antibodi .....................................................................................................
2.6 Respon
Kekebalan ..........................................................................................................
2.7 Ketidakseimbangan Sistem Pertahanan
Tubuh ...............................................................
BAB III
PENUTUP .............................................................................................................
3.1 Kesimpulan dan
Saran ....................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan,
sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk
melindungi

inang

(host)

dari

patogen-patogen

penginvasi

dan

untuk

menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun


bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem
nonspesifik serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau
respon/sistem

spesifik,

bergantung

pada

derajat

selektivitas

mekanisme

pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang
merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas
selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons
organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan
dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi
atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk
melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme
imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas,
yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di
dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang
hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe
yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara
aktif dan didapat secara pasif.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan imunologi?


Bagaimana mekanisme sistem pertahanan tubuh?
Sebutkan organ penyusun sistem kekebalan tubuh!
Jelaskan tentang antigen dan antibodi
Bagaimana respon kekebalan tubuh berlangsung?
Sebutkan kelainan pada sistem pertahanan tubuh!

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui dan mengidentifikasi definisi imunologi


Dapat menjelaskan mekanisme sistem pertahanan tubuh
Mampu menyebutkan organ penyusun sistem imun
Mengetahui tentang antigen dan antibodi
Mampu menjelaskan respon kekebalan tubuh
Mengetahui kelainan pada sistem pertahanan tubuh

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Imunologi Kanker


Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek
sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi kanker adalah studi
tentang interaksi antara sistem kekebalan tubuh dengan sel-sel kanker (juga
disebut tumor atau keganasan). Ini juga merupakan bidang penelitian yang

bertujuan untuk menemukan immunoterapi inovatif guna mengobati kanker dan


menghambat perkembangan penyakit ini.
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali (Rosai J, 2004).
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumit yang terdiri dari (Kartawiguna E, 2001) :
a) Fase inisiasi
Yaitu fase dimana berubahnya sel normal tubuh menjadi sel yang peka. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu
agen yang disebut karsinogen.
b) Fase promosi.
Sel terinisiasi dapat tetap tenang bila tidak dihidupkan oleh zat yang disebut
promotor. Promotor sendiri tidak dapat menginduksi perubahan kearah neoplasma
sebelum bekerja pada sel terinisiasi, hal ini telah dibuktikan pada percobaan
binatang. Bila promotor ditambahkan pada sel terinisiasi dalam kultur jaringan,
sel ini akan berproliferasi. Jadi promotor adalah zat proliferatif. Promosi adalah
proses yang menyebabkan sel terinisiasi berkembang menjadi sel preneoplasma
oleh stimulus zat lain (promotor).
c)Fase progresi.
Fase ini berlangsung berbulan-bulan. Pada awal fase ini, sel preneoplasma
dalam stadium metaplasia berkembang progresif menjadi stadium displasia
sebelum menjadi neoplasma. Terjadi ekspansi populasi sel-sel ini secara spontan

dan ireversibel. Sel-sel menjadi kurang responsif terhadap sistem imunitas tubuh
dan regulasi sel.
II.2 Immunosurveilan
Immunosurveilan kanker adalah teori yang dirumuskan pada tahun 1957
oleh Burnet dan Thomas, yang menyatakan bahwa limfosit bertindak (secara
terus menerus) sebagai penjaga yang bisa mengenali dan menghilangkan sel-sel
yang berubah. Immunosurveilan kanker tampaknya menjadi tuan rumah
perlindungan dalam proses penting yang menghambat karsinogenesis dan
mempertahankan homeostasis seluler. Teori ini juga telah menyatakan bahwa
immunosurveilan terutama berfungsi sebagai komponen dari proses yang lebih
umum pada immunoediting kanker.
II.3 Immunoediting
Immunoediting adalah suatu proses saat seseorang dilindungi dari
pertumbuhan kanker dan pengembangan imunogenisitas tumor oleh sistem
kekebalan tubuh mereka. Hal ini memiliki tiga tahap utama: eliminasi,
keseimbangan dan melarikan diri. Tahap eliminasi terdiri dari empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
1.a Eliminasi Tahap 1
Tahap pertama penghapusan melibatkan inisiasi respon imun antitumor.
Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bawaan mengenali adanya pertumbuhan
tumor yang telah mengalami renovasi stroma, menyebabkan kerusakan jaringan

lokal. Ini diikuti dengan induksi sinyal-sinyal inflamasi yang penting untuk
merekrut sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bawaan (misalnya sel pembunuh
alami, sel-sel pembunuh alami T, makrofag dan sel dendritik) ke situs tumor.
Selama fase ini, infiltrasi limfosit seperti sel-sel pembunuh alami dan sel T
pembunuh alami dirangsang untuk memproduksi IFN-gamma.
1.b Eliminasi Tahap 2
Pada fase kedua eliminasi, IFN-gamma yang baru disintesis menyebabkan
kematian tumor (dalam jumlah terbatas) serta mempromosikan produksi CXCL10
kemokin, CXCL9 dan CXCL11. Kemokin ini memainkan peran penting dalam
mempromosikan kematian tumor dengan menghalangi pembentukan pembuluh
darah baru. Serpihan sel

tumor yang merupakan hasil dari kematian tumor

kemudian dicerna oleh sel dendritik, diikuti dengan migrasi sel-sel dendritik ke
kelenjar getah bening. Rekrutmen sel kekebalan yang lebih banyak juga terjadi
dan dipicu oleh kemokin (yang dihasilkan selama proses inflamasi).
1.c Eliminasi Tahap 3
Pada tahap ketiga, sel-sel pembunuh alami dan makrofag ber-transactivate
satu sama lain melalui produksi timbal balik IFN-gamma dan IL-12. Ini lagi-lagi
mempromosikan lebih banyak pembunuh tumor oleh sel-sel melalui apoptosis dan
produksi intermediasi oksigen reaktif dan nitrogen. Dalam pengeringan kelenjar
getah bening, sel dendritik tumor-tertentu memicu timbunlnya diferensiasi sel Th1
yang pada gilirannya memfasilitasi pengembangan sel T CD8 +.
1.d Eliminasi: Tahap 4

Pada tahap akhir eliminasi, sel-sel spesialisasi tumor : CD4 + dan CD8 +
sel T datang ke situs tumor dan sitolitik T limfosit kemudian menghancurkan sel
tumor yang tetap di situs ini.
2. Keseimbangan dan Escape (pelarian)
Varian-varian sel tumor yang selamat dari fase eliminasi memasuki fase
keseimbangan. Pada tahap ini, limfosit dan IFN-gamma mengerahkan tekanan
seleksi pada sel tumor yang secara genetik tidak stabil dan cepat bermutasi. varian
sel tumor yang telah memperoleh resistensi untuk eliminasi kemudian memasuki
fase melarikan diri. Pada tahap ini, sel tumor terus tumbuh dan berkembang secara
tidak terkontrol dan akhirnya dapat menyebabkan keganasan.
Antigen tumor, dapat merupakan protein hasil mutasi gen dari proses
keganasan. Antigen ini kadangkala merupakan protein yang normal terdapat
dalam tubuh namun diekspresikan berlebihan. Antigen ini dapat pula berupa
protein yang hanya dilepaskan pada keadaan atau stadium tertentu pada
pertumbuhan tumor sehingga baru menimbulkan respon imun pada waktu
tertentu. Antigen tumor dapat pula sebagai hasil dari infeksi virus apabila tumor
tersebut merupakan akibat dari infeksi virus onkogenik, misalnya pada kanker
leher rahim yang disebabkan oleh virus papilloma manusia (Human Papilloma
Virus, HPV).

II.3 Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker

Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan
tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang
terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis
sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih
banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel
menjadi tua atau rusak, mereka mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel
terprogram ini disebut apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai
terbentuk. Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada
kerusakan atau mutasi pada DNA.
Empat jenis gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel
yaitu onkogen yang mangatur proses pembahagian sel, gen penekan tumor yang
menghalang dari pembahagian sel, suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen
DNA-perbaikan menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak.
Maka, kanker merupakan hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor
sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali (National Cancer
Institute, 2009).
Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor.
Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai tumor
jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar ke bagian
tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat menyerang
jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa kanker tidak
membentuk tumor misalnya leukemia (National Cancer Institute, 2009).

II.5 Respon Imun Terhadap Kanker


Respons imun terhadap sel tumor utamanya diperantarai oleh sel T
sitotoksik (T CD8+) yang spesifik terhadap antigen tumor. Aktivasi sel T CD8+
ini tidak hanya membutuhkan perantara kompleks histokompatibilitas mayor
(Major Histocompatibility Complex, MHC) kelas I saja namun juga
membutuhkan kostimulasi dari MHC kelas II (sel T CD4+). Adanya aktivasi
kedua kelas MHC ini merupakan salah satu dasar tujuan keberhasilan vaksinasi
terhadap penderita kanker leher rahim yang positif terinfeksi HPV tipe 16
(HPV16). Dalam penelitian ini, vaksin yang diberikan terbukti sangat imunogenik
sehingga mampu meningkatkan proliferasi baik sel T CD8+ maupun sel T CD4+,
sebagai sel-sel efektor antitumor leher rahim. Dengan meningkatkan proliferasi
dan responsivitas sel T, maka diharapkan respon imun terhadap sel-sel tumor
dapat ditingkatkan.
Meskipun demikian, respon imun seringkali gagal mengenali sel-sel tumor
sebagai sel yang harus dieradikasi. Hal ini disebabkan sel-sel tumor tersebut
memiliki mekanisme untuk menurunkan efektivitas pertahanan sel-sel kekebalan
tubuh. Terdapat 4 mekanisme campur tangan sel tumor dalam menurunkan
efektivitas pertahanan tubuh ini. Pertama, sel-sel tumor ini bersifat imunogen
yang lemah, sehingga tidak cukup memicu respons imun tubuh untuk
menghancurkannya. Beberapa tumor dapat juga membuat variasi antigen untuk
diekspresikan apabila terdapat suatu antigen tumor yang berhasil memicu respons
imun. Hal ini disebut sebagai antigen loss variants. Pada mekanisme ketiga, selsel tumor tidak mengekspresikan molekul MHC kelas I sehingga tidak mampu

mempresentasikan antigen sel tumor kepada sel T CD8+. Dengan demikian, maka
sel T CD8+ tidak mampu melakukan tugasnya untuk mengeradikasi sel-sel tumor.
Selain itu, terdapat mekanisme inhibisi terhadap kerja sel T yang diperantarai oleh
CTLA-4 dan PD-1 seperti yang terjadi pada mekanisme toleransi imun.
Peran

penting

imunitas

lainnya

adalah

untuk

menemukan

dan

menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada
sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan
kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang
ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari virus
onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim,
sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat
rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu
contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat
tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut
melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara
normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang
umumnya

bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel

termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi


sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
II.6 Antigen Kanker yang menginduksi respons imun
Sebelumnya muncul asumsi bahwa sel tumor mengekspresikan antigen
tumor, namun tidak dapat membangkitkan sistem imun karena tidak menginduksi
inflamasi (asumsi karena tumor bukanlah suatu patogen). Namun, asumsi ini tidak

tervalidasi karena fakta sekarang adalah produk onkogen yang menjadi aktif, pada
perkembangannya dapat menginisiasi respon inflamasi yang kuat. Beberapa
contoh adalah:
1. Studi in vivo pada model tikus tumor paru-paru, yang mengalami mutasi
onkogen K-Ras, memproduksi kemokin yang membangkitkan sistem imun dan
menyediakan lingkungan mikro yang cocok untuk tumorigenesis.
2. Protein RET-PTC, produk fusi onkogen yang mampu mengaktifkan faktor
transkripsi NF-B yang mengatur imunoregulator sitokin pada perkembangan
kanker tiroid. Protein RET-PTC meningkatkan produksi granulocyte
macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan monocyte chemotactic
protein 1 (MCP-1), selanjutnya membuat lingkungan mikro pro-inflamasi.
3. Produk dari kematian sel seperti heat-shock protein dan monosodium urat
adalah substansi inflamasi pada lingkungan mikro tumor yang bisa
memberikan sinyal berbahaya pada sistem imun.
4. Antigen tumor MUC1, CEA dan NY-ESO juga telah diketahui mampu
membangkitkan respon inflamasi dan memberikan sinyal berbahaya.

Gambar 1. Tiga cara self-antigen bisa menjadi tumor antigen.


Peptida dari protein self normal (kuning, biru, hijau) dipresentasikan pada
permukaan sel normal sebagai peptida self (kuning, biru, hijau) pada molekul
MHC. Pada suatu kasus mutasi (panel A), kegagalan sel tumor untuk repair DNA
damage dapat menghasilkan mutasi (merah) pada protein normal, selanjutnya
presentasi peptida mutant (merah) pada permukaan sel tumor. Karena mutasi atau
faktor yang meregulasi ekspresinya, suatu protein normal (hijau) dapat mengalami
over-ekspresi pada sel tumor dan peptidanya dipresentasikan pada permukaan sel
pada level yang tinggi (panel B). Pada kasus modifikasi post-translasi (panel C),
protein normal bisa menjadi abnormal ketika proses splicing, glikosilasi,
fosforilasi atau pemberian lipid (strip hijau), menghasilkan peptida abnormal pada
permukann sel tumor.
II.7Mekanisme efektor untuk melawan tumor
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T
pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip
dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor
sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip,
terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada
permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum
dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang
menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
1. Limfosit T

Peptida dari produk gen yang termutasi atau terekspresi abnormal akan
dihancurkan oleh proteasom menjadi potongan peptida, dan dengan molekul
major histocompatibility complex (MHC) kelas I, potongan protein disajikan
untuk sel limfosit T CD8+ (CTL) (Gambar . CTL merespon tumor dengan induksi
cross-priming. Sel tumor atau antigen tumor diolah dan dipresentasikan kepada
sel T oleh profesional APC (misal sel dendritik) (Gambar).

Gambar 2. Induksi respon sel T terhadap tumor.


Sel limfosit T CD8+ (CTL) merespon tumor dengan induksi crosspriming. Sel tumor atau antigen tumor diolah dan dipresentasikan kepada sel T
oleh profesional APC (misal sel dendritik). Pada beberapa kasus, kostimulator B7
diekspresikan oleh APC sehingga menyediakan sinyal kedua untuk diferensiasi sel
T CD8+. APC juga menstimulasi sel T helper CD4+ yang memberikan sinyal
kedua untuk perkembangan sel T. CTL yang telah berdiferensiasi akan membunuh
sel tumor tidak memerlukan lagi kostimulator atau sel Th.

2. Sel dendritik
Sel dendritik adalah sel dengan spesialisasi menangkap antigen tumor,
memproses, dan mempresentasikannya kepada sel T untuk menghasilkan respons
imun anti-tumor. Sel DC memegang pearanan penting pada immune surveilance
karena bisa mengaktifkan respons anti-tumor. Namun, ternyata sel DC pada
penderita kanker secara fungsional mengalami kerusakan.

Gambar 3. Cara kerja dendritic cells (DC) dalam merespon antigen tumor. DC
akan menyajikan peptida dengan MHC I dan II dan menginduksi
aktivasi CTL dan Th.
3. Sel NK
Sitotoksisitas alami yang diperankan oleh sel NK merupakan mekanisme
efektor yang sangat penting dalam melawan tumor. Sel NK adalah sel efektor
dengan sitotoksisitas spontan terhadap berbagai jenis sel target. Sel-sel efektor ini
tidak memiliki sifat-sifat klasik dari makrofag, granulosit maupun CTL, dan sifat
sitotoksisitasnya tidak bergantung pada MHC.

Sel NK dapat berperan baik dalam sistem imun nonspesifik maupun


spesifik terhadap tumor, dapat diaktivasi langsung melalui pengenalan antigen
tumor atau sebagai akibat aktivitas sitokin yang diproduksi oleh limfosit T
spesifik tumor. Mekanisme lisis yang sama dengan mekanisme yang digunakan
sel sel T CD8+ untuk membunuh sel, tetapi sel NK tidak mengekspresikan TCR
dan mempunyai rentang spesifitas yang lebar.
Sel NK dapat membunuh sel terinfeksi virus dan sel-sel tumor tertentu,
khususnya tumor hemopoetik in vitro. Sel NK tidak dapat melisiskan sel yang
mengekspresikan MHC, tetapi sebaliknya sel tumor yang tidak mengekspresikan
MHC yang biasanya lolos dari CTL, menjadi sasaran empuk sel NK. Sel NK
dapat diarahkan untuk melisiskan sel yang dilapisi imunoglobulin karena sel NK
mempunyai reseptor Fc (FcgIII atau CD16) untuk molekul IgG.
Di antara reseptor penting yang dimiliki oleh sel NK adalah reseptor
NKG2D yang merupakan glikoprotein transmembran. Ligan NKG2D sering
diekspresikan pada permukaan sel tumor yang menyebabkan sel tumor sensiitif
untuk pembunuhan oleh sel NK. Hal ini membuktikan bahwa pengenalan sel
tumor oleh sel-sel imun tidak selalu harus melibatkan MHC.

Gambar 4. Peranan NK dalam merespon antigen kanker


Kemampuan membunuh sel tumor ditingkatkan oleh sitokin termasuk
IFN, TNF, IL-2 dan IL-12. Karena itu peran NK dalam aktivitas anti-tumor juga
bergantung pada rangsangan yang terjadi secara bersamaan pada sel T dan
makrofag yang memproduksi sitokin tersebut.
4. Sel iNKT
Sel iNKT adalah subset limfosit T yang menjembatani imunitas bawaan
dan imunitas adaptif. Sel iNKT dapat memproduksi berbagai sitokin Th1 dan Th2,
dan sitokin ini dapat mengaktivasi sel efektor baik sistem imun bawaan maupun
adaptif. Interaksi antara sel iNKT dengan sel DC immature mengakibatkan sel DC
mampu mempresentasikan antigen, yang memfasilitasi respons sel CD4+, CD8+,
dan sel B. Selain itu produksi sitokin oleh iNKT dapat dirangsang tanpa
bergantung pada pengikatan TCR. Karena sifat-sifat di atas, iNKT dianggap
merupakan sel poten dalam respons imun terhadap kanker dan immune
surveilance.

Suatu penelitian pada mencit membuktikan bahwa sel iNKT dapat


mengendalikan pertumbuhan tumor dengan cara membatasi atau menghambat
fungsi tumor associated macrophage (TAM) yang berperan dalam menunjang neoangiogenesis dan pertumbuhan tumor.
5. Makrofag
Makrofag merupakan mediator seluler yang potensial dalam imunitas
antitumor. Beberapa bukti yang mendukung hipotesis itu adalah:
a) Makrofag dapat berakumulasi dalam jumlah besar dalam jaringan tumor
b) Makrofag mempunyai kemampuan alami atau apabila diaktifkan untuk
melisiskan sel target
c) Penekanan

fungsi makrofag

dengan

berbagai

cara

misalnya

dengan

memberikan silika, diasosikan dengan pengingkatan insiden tumor dan


metastasis
d) Transfer adoptif makrofag yang diaktifkan in vitro maupun in vivo
menghambat penyebaran tumor
e) Beberapa jenis karsinogen dapat menekan fungsi retikuloendotel
f) Stimulasi makrofag dengan berbagai imunomodulator diasosiasikan dengan
berkurangnya pertumbuhan tumor atau insidensi tumor
Mekanisme makrofag dalam membunuh tumor:
a) Makrofag dapat melisiskan sel tumor, tidak pada sel normal (in vitro)
b) Makrofag mengekspresikan reseptor Fc-gamma dan aktivitasnya dapat
diarahkan kepada tumor yang dilapisi antibodi (ADCC , prosesnya mirip pada
sel NK)

c) Mekanisme pembunuhan bisa diasosikan pada pembunuhan mikroba yaitu


melepas enzim lisosom, ROI, dan RNI.
d) Makrofag teraktivasi, juga memproduksi TNF. TNF merusak sel tumor dengan
efek toksik langsung atau secara tidak langsung dengan merusak pembuluh
darah tumor (nekrosis). Sedangkan efek toksik langsung terjadi melalui
pengikatan TNF pada reseptornya pada permukaan sel tumor dan menginduksi
apoptosis.
Namun demikian, akhir-akhir in terbukti bahwa dalam interaksinya dengan
sel-sel tuor, makrofag bermuka dua. Makrofag dapat menunjukkan fenotip yang
bersifat anti-tumor yang diperankan oleh fenotip M1. Makrofag tipe M1 mampu
menghasilkan sitokin pro-inflamasi (TNF-a, IL-1, IL-6, IL-12 atau IL-23 dalam
jumlah

banyak),

mengekspresikan

molekul

MHC

dalam

kadar

tinggi,

memproduksi iNOS dan terlibat dalam pembunuhan sel tumor.


Tetapi fenotip lain yaitu M2, menekan respon inflamasi dengan
memproduksi sitokin IL-4, IL-10, dan IL-13, menekan ekspresi MHC II, dan
mempromosikan proliferasi sel tumor dengan memproduksi faktor pertumbuhan
dan

meningkatkan

angiogenesis.

Sebagain

besar

tumor

asociated

macrophage(TAM) merupkan fenotip M2.


6. Antibodi
Penderita kanker dapat memproduksi antibodi terhadap berbagai antigen
tumor, misal antibodi terhadap EBV tumor yang disebabkan oleh EBV.
Mekanisme kerja antibodi dalam eliminasi tumor melalui proses ADCC, di mana
makrofag dan sel NK yang mengekspresikan reseptor Fc-gamma memperantarai
pembunuhan atau melalui aktivasi komplemen.

Gambar 5. Perananan Antigen dalam merespon kanker

II.7 Sel Tumor Menghindar Dari Respon Imun


Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai
menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang
berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel
T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah
respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-, yang menekan
aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang
terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor
mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya
sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor.
Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga

menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi


metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. Ketika melampaui
batas menyatukan dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan
menyuntikkan toksin yang akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk
perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti oleh penelitian medis.
Walaupun diyakini bahwa sistem imun dapat memberikan respons
terhadap pertumbuhan tumor ganas, pada kenyataannya banyak tumor ganas tetap
bisa tumbuh pada individu imunokompeten karena immune surveilance terhadap
tumor ganas ini relatif tidak efektif. Penjelasan sederhana adalah mungkin
kecepatan pertumbuhan dan penyebaran tumor ganas melebihi kemampuan sel
efektor respons imun untuk mencegah pertumbuhan itu. Jadi kegagalan immune
surveilance merupakan kegagalan mekanisme efektor sistem imun host.
Respon imun sering gagal dalam mendeteksi adanya sel tumor. Kegagalan
ini bisa karena sistem imun yang inaktif atau sel tumor berkembang untuk
menghindari respon imun. Sel tumor menghindari diri dari respon imun dengan
beberapa cara, di antaranya adalah:
1. Tumor dapat memiliki imunogenitas yang rendah, beberapa tumor tidak
memiliki peptida atau protein lain yang dapat ditampilkan oleh molekul MHC.
Oleh karena itu sistem imun tidak melihat ada sesuatu yang abnormal.
2. Sel tumor lain tidak memiliki molekul MHC dan kebanyakan tidak
mengekspresikan protein ko-stimulator (molekul B7 atau CD80 dan CD86)
yang dibutuhkan untuk dapat mengaktivasi sel T.
3. Sel tumor dan stroma sekitar dapat memproduksi sitokin imunosupresive yang
kuat dan faktor pertumbuhan (growth factor). Di antara sitokin tersebut yang

sudah dikarakterisasi dengan baik adalah transforming growth factor- (TGF) yang dapat menghambat aktivasi sel T, diferensiasi, dan proliferasi. TGF-
mendorong tumor untuk menghindar dari sistem imun, dan tingginya level
plasma TGF- menunjukkan prognosis yang buruk.
4. Tumor mengekspresikan FasL yang menginduksi apoptosis limfosit yang
menginfiltrasi jaringan.

Gambar 6. Mekanisme yang membuat sel tumor menghindar dari pertahanan


tubuh.
Imunuitas antitumor berkembang ketika sel T mengenali antigen tumor
dan mereka lalu diaktifkan. Sel tumor mampu menghindar dari respon imun
dengan menghilangkan ekspresi atau molekul MHC atau dengan memproduksi
sitokin imunosupresif.
Tumor bisa menekan kekebalan baik secara sistemik dan dalam
lingkungan mikro tumor. Selain memproduksi imunosupresif molekul seperti
mengubah TGF- dan ligan FasL, banyak tumor menghasilkan imunosupresif
enzim indolamine-2,3-dioksigenase (IDO). Enzim ini dikenal karena perannya
dalam toleransi maternal terhadap antigen dari fetus dan sebagai regulator dari
autoimunitas yang memperantarai penghambatan aktivasi sel T. Stereoisomer dari
1-metil-triptofan menghambat IDO, dan jika diberikan pada tikus yang ditranspant
tumor, mereka mengembalikan imunitas dan dengan demikian memungkinkan
imunitas anti-tumor. Stereoisomer tersebut bisa memiliki peran dalam pengobatan
kanker.

Referensi
Abbas, Lichtman Basic Immunology (2Ed , Elsevier, 2004)
Finn OJ, Cancer Immunology, N Engl J Med 2008; 358:2704-2715 June 19, 2008,
DOI: 10.1056/NEJMra072739 [nejmra072739]
Weiner LM, Cancer Immunotherapy The Endgame Begins [nejmp0803663
Kresno SB, 2011, Ilmu Onkologi Dasar, BP FKUI, Jakarta
Dranoff G. Cytokines in cancer pathogenesis and cancer therapy. Nat Rev Cancer.
2004 Jan;4(1):11-22. Download
https://dewdamayanti.wordpress.com/2010/09/01/kekebalan-tubuh-terhadapkanker/
Annonim,

2010.

https://pisangkipas.wordpress.com/2010/04/09/imunologi-

kanker/http://indahpuspa074.blogspot.com/2014/09/imunologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Antigen_karsinoembrionik
https://moko31.wordpress.com/2012/07/07/imunologi-kanker/
[i] Welters et al. Induction of tumor-specific CD4+ and CD8+ T-cell immunity in
cervical cancer patients by a Human Papillomavirus type 16 E6 and E7 long
peptides vaccine. Clinical Cancer Research 2008;14(1):178-187. (Jan 1, 2008).

[ii] Abbas and Lichtman. Basic immunology: functions and disorders of the
immune system 3rd ed. Philadelphia: Saunder-Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai

  • Notulen Kegiata Materi 2
    Notulen Kegiata Materi 2
    Dokumen3 halaman
    Notulen Kegiata Materi 2
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • Amdal Ibu Maudy
    Amdal Ibu Maudy
    Dokumen25 halaman
    Amdal Ibu Maudy
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen46 halaman
    PPOK
    redyhata
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Metodologi Penelitian
    Bab Iv Metodologi Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv Metodologi Penelitian
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Metodologi Penelitian
    Bab Iv Metodologi Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv Metodologi Penelitian
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • TIPE-TIPE HIPERSENSITIVITAS
    TIPE-TIPE HIPERSENSITIVITAS
    Dokumen3 halaman
    TIPE-TIPE HIPERSENSITIVITAS
    egyseptiansyah
    100% (1)
  • 555 608 1 PB
    555 608 1 PB
    Dokumen6 halaman
    555 608 1 PB
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • Anthrax Di Indonesia PDF
    Anthrax Di Indonesia PDF
    Dokumen8 halaman
    Anthrax Di Indonesia PDF
    Agus Iskandar
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Dokumen18 halaman
    Patofisiologi
    zakiahf
    Belum ada peringkat
  • Konservasi Sumber Daya Alam
    Konservasi Sumber Daya Alam
    Dokumen10 halaman
    Konservasi Sumber Daya Alam
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen46 halaman
    PPOK
    redyhata
    Belum ada peringkat
  • 12345150
    12345150
    Dokumen75 halaman
    12345150
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • KA
    KA
    Dokumen37 halaman
    KA
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Hipersensitivitas
    Reaksi Hipersensitivitas
    Dokumen23 halaman
    Reaksi Hipersensitivitas
    Rhiny Elfshawolsaranghaekimhyunjoong
    Belum ada peringkat