AT
SINDROMA CROUP
BAB I
PENDAHULUAN
Radang akut saluran pernapasan atas jauh lebih penting pada bayi dan anak kecil
dibandingkan pada anak yang lebih tua, karena jalan napas yang lebih kecil cenderung
manghadapkan anak kecil pada suatu keadaan penyempitan yang relatif lebih berat dari pada
yang ditimbulkan oleh tingkat radang yang sama pada anak yang lebih tua.1,2
Croup adalah istilah umum yang meliputi kelompok heterogen keadaan yang ralatif akut
(kebanyakan infeksi) yang ditandai dengan batuk keras dan kasar yang khas atau croupy, yang
tidak atau dapat disertai dengan stridor inspiratoir, suara parau, dan tanda-tanda kegawatan
pernapasan yang disebabkan oleh berbagai tingkat obstruksi laring.Infeksi tersebut pada bayi dan
anak kecil jarang terbatas pada suatu daerah saluran pernapasan;biasanya mengenai sampai
beberapa tingkat laring, takea, dan bronkus. Bila ada keterlibatan laring yang cukup dapat
menimbulkan gejala, gambaran klinis dari bagian laring mungkin mengaburkan tanda-tanda dari
trakea dan bronkus.2,3
Penyakit ini sering terjadi pada anak.Croup berasal dari bahasa Anglo-Saxon yang berarti
tangisan keras. Penyakit ini pertama kali dikenal pada tahun 1928. Croup sindrom ini terjadi
sekitar 15% dari anak-anak, dan biasanya terpapar antara usia 6 bulan dan 5-6 tahun. Penyakit ini
terdapat sekitar 5% dari penerimaan rumah sakit dalam suatu populasi. Dalam kasus yang jarang,
mungkin terjadi pada anak-anak berumur 3 bulan dan yang tertua sekitar usia 15
tahun.Perbandingan anak laki-laki dan perempuan yang menderita penyakit ini adalah50% anak
laki-laki lebih sering dari pada perempuan, dan ada peningkatan prevalensi di musim gugur. Croup
sindrom terbanyak disebabkan oleh virus yang menyerang saluran respiratori atas. Virus yang paling
sering menyebabkan sindroma croup Ini biasanya adalah Para-influenza tipe 1 virus (HPIV-1) 60%,
HPIV-2, 3 dan 4,influenza A dan virus B, adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan
campak virus. Selain dapat disebabkan oleh virus,croup sindrom ini dapat pula disebabkan oleh
suatu bakteri. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit iniantara lain Corynebacterium
diphtheriae,Staphylococcus
aureus,Streptococcuspneumoniae
Catarrhalis Moraxella1,3,4
.
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 1
,Hemophilus
influenzae
,dan
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Sifat penyakit ini adalah self-limited, tetapi kadang-kadang cenderung menjadi berat
bahkan fatal. Sebelum kortikosteroid digunakan secara luas, 30% kasus Croup sindrom harus
dirawat di Rumah Sakit dan 1,7% memerlukan intubasiendotrakea. Akan tetapi, setelah
kortikosteroid telah digunakan secara luas, kasus croup yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit
menurun drastis, dan intubasiendotrakea jarang dilakukan.Di Alberta, lebih dari 60% anak
didiagnosis croup derajat ringan, 4% (satudari 170 anak) memerlukan perawatan di Rumah Sakit
dan 4% (satu dari 4500anak) harus dilakukan intubasi. 1,2
REFER
AT
SINDROMA CROUP
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING
ANATOMI LARING
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian
tulang
rawan
yang
berbentuk
corong
dan
terletak
setinggi
vertebra
cervicalis IV VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.
Lokasi laring dapat ditentukan dengan
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut juga Adams apple atau jakun .
Batas-batas
laring
berupa
sebelah
kranial
terdapat
Aditus
Laringeus
yang
berhubungan dengan Hipofaring ,disebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid
dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh
otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh
fascia,
berbentuk
piramida
triangular
lateral ditutupi
1,6
terbalik dengan
oleh otot-otot
di sebelah
dinding
bawahnya.
kartilago
Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada
usia 2 tahun. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otototot 6
II.1.1KARTILAGO.
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu : 4 6
1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :
REFER
AT
SINDROMA CROUP
.
1. Kartilago tiroid, terletak di bagian proksinal kelenjar tiroid. Biasanya berukuran lebih
besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormone yang di sekresi saat pubertas.
a. Tulang rawan hialin dan terbesar
b. Terdiri dari dua ala atau sayap, bersudut lancip
2. Kartilago krikoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah
kartilago tiroid.
a. Tulang rawan hialin, tidak berpasangan
b. Satu-satunya cincin kartilago utuh di saluran napas
c. Seluruh permukaan dilapisi membrane mukosa
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 4
REFER
AT
SINDROMA CROUP
3. Kartilago aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini
melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epithelium skuamosa
bertingkat.
a. Tulang rawan hialin, berpasangan
b. Berbentuk pyramid
4. Kartilago kornikulata (Santorini) melekat pada bagian ujung kartilagi aritenoid.
a. Nodul fibroelastik
b. Tidak berfungsi pada manusia
5. Kartilago kuneiformis (Wrisberg) berupa batang-batang kecil yang membantu menopang
jaringan lunak.
a. Berbentuk tongkat, tulang rawan elastik
6. Epiglostis adalah katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago
tiroid. Saat menelan, epiglottis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan.
a. Tulang rawan tipis, berbentuk daun dan fibroelastik
II.1.2 LIGAMENTUM DAN MEMBRANA
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu 6,8
1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :
-Membran tirohioid
-Ligamentum tirohioid
-Ligamentum tiroepiglotis
-Ligamentum hioepiglotis
- Ligamentum krikotrakeal
2.Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
-Membran quadrangularis
-Ligamentum vestibular
-Konus elastikus
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 5
REFER
AT
SINDROMA CROUP
atas
dan medial dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung dengan kedua ligamenta
vokalis yang merupakan jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi atas arkus kartilago krikoid.
Di sebelah anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal
ligamentuk krikoidea medialis
posterior
konus
menyebar
dari
yang
membentuk
kartilago
krikoid.
Ke
prosesus
kartilago
aritenoid
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Otot-otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan, terletak di suprahioid
REFER
AT
SINDROMA CROUP
2.Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita
suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3.Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago
krikoidea.
Beberapa bagian penting dari dalam laring :
Aditus Laringeus : Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus.
Rima Vestibuli:Merupakan celah antara pita suara palsu.
Rima glottis :Di depan merupakan celah
antara
pita suara
sejati, di belakang
antara
dibatasi
oleh
epiglotis,membrana kuadringularis,
kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.
Plika Ventrikularis (pita suara palsu) :Yaitu pita suara palsu
dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan
dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.4
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) : Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan
sejati.Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke
atas diantara pita suara palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis
semu bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan
pita suara sejati, disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.
Plika Vokalis (pita suara sejati) :Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian
dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per
lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion.
II.1.4 PERSYARAFAN,VASKULARISASI 6,9
Inervasi Laring :
1. N. laringeus superior cabang N. X
a. Ramus anterior : sensible dan sekretoris
b. Ramus ekstrena : motoris
2. N. laringeus inferior
a. Lanjutan N. rekuren N. X
B. Vaskularisasi Laring :
a. Arteri laringeus superior dan inferior
b. Vena laringeus superior dan inferior
C. Aliran Limfe Laring :
a. Daerah supraglotik
b. Daerah infraglotik
REFER
AT
SINDROMA CROUP
mempunyai
(tiga)
fungsi
dasar yaitu
fonasi,
respirasi
dan
proteksi
pita
suara.
Nada
suara dari
laring
diperkuat oleh
adanya
tekanan udara
pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut,
udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat
dimodifikasi
dengan
berbagai
cara.
Otot
intrinsik
laring
penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung- ujung
tegangan
bebas
dan
2. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat
adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat
adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika,
ventrikularis dan
daerah interaritenoid
melalui
plika
Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan
menyebabkan
celah
proksimal
laring
tertutup oleh
dasar
lidah.
Struktur
ini
REFER
AT
SINDROMA CROUP
mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke
introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.
Pada
waktu
dada
dan
inspirasi
M.
diafragma
bergerak
Krikoaritenoideus
ke bawah
Posterior
untuk
terangsang
memperbesar rongga
sehingga
kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2
arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima
merangsang pembukaan
rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan
peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan
parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.
4. Fungsi Sirkulasi.
Pembukaan
dan
intratorakal
yang
penutupan
laring
berpengaruh
menyebabkan
pada venous
penurunan
return.
dan
peninggian tekanan
Perangsangan
dinding laring
baroreseptor yang terdapat di aorta.Impuls dikirim melalui N.Laringeus Rekurens dan Ramus
Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi,
maka terjadi penurunan denyut jantung.
5. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk,
bersin dan mengedan.
6. Fungsi Menelan. Terdapat 3 (tiga) kejadian yang
saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M.
Konstriktor Faringeus Superior,M. Palatofaringeus dan
kontraksi
sepanjang
M.Stilofaringeus)mengalami
REFER
AT
SINDROMA CROUP
ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan
faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan
jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.Epiglotis
datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga
menjadi lebih
makanan
atau
minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke sinus piriformis lalu ke
hiatus esofagus.
7. Fungsi Batuk.
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga
tekanan
yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret
yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.
8. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan
benda asing tersebut.
9. Fungsi Emosi.
Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis,
kesakitan, menggigit dan ketakutan.
REFER
AT
SINDROMA CROUP
BAB III
SINDROMA CROUP
III.1. DEFINISI
Sindroma croup adalah istilah umum yang meliputi kelompok heterogen keadaan yang
ralatif akut (kebanyakan infeksi) yang ditandai dengan batuk keras dan kasar yang khas atau
croupy, yang tidak atau dapat disertai dengan stridor inspiratoir, suara parau, dan tanda-tanda
kegawatan pernapasan yang disebabkan oleh berbagai tingkat obstruksi laring.1,4,10
III. 2. EPIDEMIOLOGI
Sindrom Croup biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan-6 tahun, dengan puncaknya pada usia 1-2
tahun. Akan tetapi,croup juga dapat terjadi pada anak berusia 3 bulan dan di atas 15 tahun meskipun
angka prevalensi untuk kejadian inicukup kecil.Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dari pada anak perempuan, dengan rasio 3:2. Angka kejadiannya meningkat pada musim dingin
dan musim gugur pada negara-negara sub-tropis sedangkan pada negara tropis seperti indonesia
angka kejadian cukup tinggi pada musim hujan, tetapi penyakit ini tetap dapat terjadi sepanjang
tahun. Pasien croup merupakan 15% dari seluruh pasien dengan infeksi respiratori yang berkunjung ke
dokter.Kekambuhan sering terjadi pada usia 3-6 tahun dan berkurang sejalan dengan pematangan
struktur anatomi saluran pernapasan atas. Hampir 15% pasien sindrom croup mempunyai
keluarga dengan riwayat penyakit yang sama1,4,5,7
III.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan batuk atau derajat kegawatan, dikelompokkan
menjadi 4 kategori:8,9
1.Ringan: Ditandai dengan batuk menggonggong keras yang kadang-kadang muncul, Stridor yang tidak
dapat terdengar saat pasien istirahat/tidak beraktivitas atau tidak ada kegiatan dan teradapat
retraksi dada ringan.
REFER
AT
SINDROMA CROUP
2.M oderat/Sedang: Ditandai dengan batuk menggonggong yang sering timbul,Stridor lebih bisa
mendengar ketika pasien beristirahat atau tidak aktivitas,retraksi dinding dada yang sedikit
terlihat, tetapi tanpa gangguan pernapasan yaitu gawat napas (repiratory distress).
3.B erat:Ditandai dengan sering batuk menggonggong yang sering timbul,Inspirasi stridor lebih bisa
mendengar saat aktivitas pasien atau kurangistirahat, akan tetapi, lebih terdengar jelas ketika
pasien beristirahat, dan kadang-kadang disertai dengan stridor ekspirasi, retraksi dinding dada,
jugaterdapat gangguan pernapasan.
4. Gagal napas mengancam
: Batuk kadang-kadang tidak jelas, stridor positif (kadang sangat jelas ketika pasien beristirahat),
terdapat sedikit gangguan kesadaran (letargi), dan kelesuan.
Klasifikasi Berdasarkan Definisi dan Klinis
Sindrom
saluran
pernapasan
ini
terdiri
dari
spasmodic
croup,acute
laryngotracheitis,
1).Spasmodic Croup:
Penyakit yang ditandai dengan terbangunnya anak tiba-tiba pada malam hari menunjukkan stridor
inspirasi; Cirinya, yaitu saat anak mau tidur tampak sehat atau menderita pilek ringan, tetapi terbangun dengan
batuk croup dan stridor. Berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas yang ringan, adanya edema
subglotis yang non-inflamasi. Biasanya terjadi pada anak yang memiliki riwayat keluarga dengan croup atau
sebelumnya pernah menderita croup. Manifestasi klinisnya berupa suara parau dan batuk menggonggong, tanpa
disfagia,stridor inspirasi derajat minimal-sedang. Pemeriksaan fisik diperoleh: tanpa demam, tanpa faringitis,
dengan epiglotis yang normal. Gambaran radiologi berupa penyempitan dari subglotispada foto anterior-posterior
(AP).Pada laboratorium darah diperoleh nilai hitung jenis leukosit dalam batas normal.Etiologinya sama dengan
etiologi dari laryngotracheitis.
2).acute Laryngotracheitis:
Keadaan dimana terjadi proses inflamasi
pembengkakan dinding lateral trakea, tepat dibawah pita suara. Biasanya terjadi pada anak yang memiliki
riwayat keluarga dengan croup. Pada awalnya berupa gejala pilek, seperti hidung tersumbat, batuk dan coryza;
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 14
REFER
AT
SINDROMA CROUP
demam muncul pada 24 jam pertama; dan dalam 12-48 jam dapat muncul tanda dan gejala obstruksi saluran
pernapasan atas.
Manifestasi klinis berupa suara parau dan batuk menggonggong, tanpa disfagia, stridor inspirasi derajat
minimal-berat; presentasi toksik yang minimal. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam sekitar 37,8 40,5
C, dengan faringitis minimal serta epiglotis yang normal.Gambaran radiologi berupa penyempitan dari subglotis
pada foto anterior-posterior (AP). Pada laboratorium darah diperoleh leukositosis ringan, dengan sel
polimorfonuklear sebanyak lebih dari 70%.Umumnya disebabkan oleh virus Parainfluenza 1, Parainfluenza 3,
virus Influenza A,Respiratory syncyt ial virus,Measles, Adenovirus dan Rhinovirus.
3). LTB (Laryngotracheobronchitis) dan LTBP (Laryngotracheobroncho-pneumonitis)
termasuk bacteria tracheitis:
Peradangan pada laring, trakea, dan bronkus atau paru-paru; Berupa infiltrasi sel-sel radang pada dinding
trakea, ditambah timbulnya ulserasi, pseudomembran, dan mikroabses. Onsetnya serupa dengan l
aryngotracheitis, tetapi gejalanya lebih berat. Progresifitasnya terjadi dalam 12 jam 7 hari. Manifestasi klinis
berupa suara serak dan batuk menggonggong, tanpa disfagia, stridor inspirasi derajat berat; presentasi toksik yang
tipikal. Pada pemeriksaan fisik diperoleh hal yangsama seperti pada Acute laryngotracheitis, yaitu adanya
demam sekitar 37,8 40,5C, dengan faringitis minimal serta epiglotis yang normal. Gambaran radiologi
berupa penyempitan dari subglotis (seperti menara /steeple sign) pada foto anterior-posterior (AP),
densitas jaringan lunak yang ireguler pada trakea foto lateral, serta peumonia bilateral. Secara laboratorium
didapatkan kenaikan atau penurunan yang abnormal dari leukosit,dengan jumlah netrofil > 70% dan adanya
kenaikan dari persentase netrofil batang. Dapat disebabkan oleh virus (Parainfluenza 1, 2, 3, Influenza A atau B),
pada sebagian besar kasusmerupakan infeksi sekunder bakteri, terutama Staphylococcus aureus; bakteri lain
termasuk streptococcus grup A.
4).Laryngeal Diphtheria:
Infeksi pada laring dan area lain dari saluran pernafasan berhubungan dengan Coryne bacterium
diphtheriae, mengakibatkan timbulnya progresifitas dari obstruksi saluran nafas. Biasanya terjadi pada individu
dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap atau tidak adekuat. Onsetnya lebih lambat, dengan jangka waktu 2
3 hari. Manifestasi klinis berupa suara serak dan batuk menggonggong, biasanya ada disfagia, stridor inspirasi
derajat minimal-berat; dengan presentasi nontoksik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanyademam, 37,8
38,5C, faringitis membranosa, epiglotis biasanya normal tetapi dapat pula terselubungi membran. Gambaran
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 15
REFER
AT
SINDROMA CROUP
radiologi tidak berguna.Secara laboratorium, ditemukan leukositosis, dengan peningkatan persentasi dari netrofil
batang.
III.4. ETIOLOGI
Croup sindrom ini biasanya dianggap terjadi karena infeksi virus. Nama lain
menggunakan istilah yang lebih luas, untuk menyertakan laryngotrakeitis akut, batuk tidak
teratur,difteri
laring,
trakeitis
bakteri
laryngotrakeo-bronkitis,dan
laring
disebabkan
Corynebacteriumdiphtheriae
sementara
trakeitis
bakteri,
aureus,Streptococcus
pneumoniae,Hemophilus
influenzae,
danCatarrhalis
moraxella
Penyebab Lain:
Etiologi lainnya selain dikarenakan infeksi berupa virus, bakteri, danjamur. Terdapat pula
penyebab lain yaitu
1. Mekanik :Benda asing, Pasca pembedahan, Penekanan massa ekstrinsik
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 16
REFER
AT
SINDROMA CROUP
2. Alergi:Sembab angioneurotik
III.5. PATOFISIOLOGI
Virus (terutama parainfluenza dan RSV) dapat terjadi karena inokulasi langsung dari
sekresi yang membawa virus melalui tangan atau inhalasi besar terjadi partikel masuk melalui
mata
atau
hidung.
infeksi
virus
di
laryngotrakeitis
,laryngotrakeobronkitis
dan
payah
stridor melemah. Dalam waktu 12-48 jam sudah terjadi gejala obstruksi saluran napas atas.
Pada beberapa kasus hanya didapati suara serak dan batuk menggonggong, tanpa obstruksi
napas. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus lain terjadi obstruksi
napas yang makin berat, ditandai dengan takipneu, takikardia, sianosis dan pernapasan cuping
hidung. Pada pemeriksaan toraks dapat ditemukan retraksi supraklavikular,suprasternal,
interkostal, epigastrial.Bila anak mengalami hipoksia, anak tampak gelisah, tetapi jika
hipoksiabertambah berat anak tampak diam, lemas, kesadaran menurun. Pada kondisi yangberat
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 17
REFER
AT
SINDROMA CROUP
dapat menjadi gagal napas. Pada kasus yang berat proses penyembuhanterjadi setelah 7-14 hari.Anak
akan sering menangis, rewel, dan akan merasanyaman jika duduk di tempat tidur atau digendong.5,9,11
III.7. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan: 3,4,9
-Terdengarnya suara batuk seperti anjing laut
-Suara sering kali parau
-Variasi derajat dari stridor, terutama saat inspirasi
-Variasi derajat retraksi dinding dada
-Anak sering menjadi gelisah (agitasi)
-Tidak adanya air liur
Temuan lain yang diperoleh dari pemeriksaan fisik berupa:
-Demam (sampai 40C)
-Takikardia (dengan gejala obstruksi yang lebih berat)
-Takipnea yang sedang
Sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup beratnya adalah Skor Westley.
Hal ini terutama digunakan untuk tujuan penelitian, jarang digunakan dalam praktek klinis. Ini
adalah jumlah poin yang dipaparkan untuk lima faktor: tingkat kesadaran, cyanosis, stridor,
masuknya udara, dan retraksi.Hal-hal yang diberikan untuk setiap faktor terdaftar dalam tabel ke
kanan, danskor akhir berkisar dari 0 sampai 17.
Skor total kurang dari sama dengan 2 menunjukkan batuk ringan. Batuk menggonggong
karakteristik dan suara serak yang mungkin ada, tetapi tidak ada stridor saat istirahat.
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Total skor 3-5 diklasifikasikan sebagai croup moderat. Hal ini menyajikan dengan
mendengar stridor mudah, tetapi dengan beberapa tanda-tanda lain.
Hal ini juga menyajikan dengan stridor jelas, tetapi juga fitur ditandai dinding dada
indrawing.
Sebuah nilai total lebih dari 12 menunjukkan yang akan adanya kegagalan pernapasan .
Batuk menggonggong dan stridor mungkin tidak lagimenonjol pada tahap ini. 85% dari anakanak yang datang ke bagian darurat memiliki penyakitringan, batuk parah sangat jarang
(<1%).
85% dari anak-anak yang datang ke bagian darurat memiliki penyakitringan, batuk parah sangat
jarang (<1%).
III.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak perlu
dilakukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis, gejala klinis,
dan pemeriksaan fisik.Bila ditemukan peningkatan leukosit >20.000/mm yang didominasi
PMN,kemungkinan telah terjadi superinfeksi, misalnya epiglotitis.
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna untuk menegakkan diagnosis croup sindrom ini
yaitu bisa dengan pemeriksaan radiologis dan CT-Scan.2,3,7
Gambaran radiologi berupa penyempitan dari subglotis (seperti menara /steeple sign) pada foto
anterior-posterior (AP), densitas jaringan lunak yang ireguler pada trakea foto lateral, serta
peumonia bilateral. Tanda menara terlihat pada radiografi anteroposterior jaringan lunak
leher.Konvektivitas lateral normal trakea subglottic hilang, dan penyempitan lumensubglottic
menghasilkan konfigurasi V terbalik di daerah ini. Titik dari V terbalik pada tingkat margin
inferior pita suara yang benar. Penyempitan dari lumensubglottic mengubah tampilan radiografi
dari kolom udara trakea, yangmenyerupai atap bernada tajam atau menara gereja.7
1.1Gambaran normal foto lateral
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Dalam tanda menara (steeple sign), area kritis penyempitan saluran napasadalah 1 cm
proksimal trakea, di elasticus konus ke tingkat pita suara yang benar.Mukosa pada tingkat ini
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 20
REFER
AT
SINDROMA CROUP
memiliki lampiran longgar. Tanda menara dihasilkanoleh adanya edema pada trakea, yang
menghasilkan elevasi mukosa trakea dan hilangnya memikul normal (Convexities lateral) dari kolom
udaraPada pemeriksaan radiologis leher posisi poserior-anterior ditemukangambaran udara
steeple sign (seperti menara) yang menunjukkan adanyapenyempitan kolumna subglotis. Akan
tetapi, gambaran radiologis seperti inihanya dijumpai pada 50% kasus saja5,9
Melalui pemeriksaan radiologis,croup dapat dibedakan dengan berbagai diagnosis bandingnya.
Gambaran foto jaringan lunak (intensitas rendah) saluran napas atas dapat dijumpai
sebagai berikut:
1.Pada trakeitis bakterial, tampak gambaran membran trakea yang compang-camping.
2.Pada epiglotitis, tampak gambaran epiglotitis yang menebal.
3.Pada abses retrofaringeal, tampak gambaran posterior faring yangmenonjol.
Pada pemeriksaan CT scan dapat lebih jelas menggambarkan penyebab obstruksi pada pasien
dengan keadaan klinis yang lebih berat, seperti adanyastridor sejak usia di bawah 6 bulan atau
stridor pada saat aktivitas. Selain itu,pemeriksaan ini juga dilakukan bila pada gambaran
radiologis dicurigai adanya massa.
III.9. DIAGNOSIS BANDING 5
-Epiglotitis akut
-Laringitis
-Laringotrakeitis akut
-Laringotrakeobronkopneumonitis
III.10. PENATALAKSANAAN 8,9,11
Tatalaksana utama bagi pasien croup adalah mengatasi obstruksi jalan napas. Sebagian
besar pasien croup tidak perlu dirawat RS, melainkan cukupdirawat dirumah. Pasien dirawat di
RS bila dijumpai salah satu dari gejala-gejalaberikut: anak berusia di bawah 6 bulan, terdengar
stridor progresif, stridor terdengar ketika sedang beristirahat, terdapat gejala gawat napas,
hipoksemia,gelisah, sianosis, gangguan kesadaran, demam tinggi, anak tampak toksik, dan tidak
ada respons terhadap terapi.
Terapi inhalasi
Sejak abad ke-19, terapi uap telah digunakan untuk mengatasi obstruksi jalan napas pada sindrom
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 21
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Croup.Pemakaian uap dingin lebih baik daripada uappanas, karena kulit akan melepuh akibat paparan
uap panas. Uap dingin akanmelembabkan saluran respiratori, akan inflamasi, mengencerkan lender
padasaluran respiratori, sekaligus memberikan efek yang nyaman dan menenangkanbagi
anak.Meskipun
terapi
uap
ini
dapat
menjadi
pilihan
yang
praktis
pada
sindrom
croup,kelembaban yang ditimbulkan oleh terapi uap dapat pula memperberat keadaan pada dengan
bronkospasme yang disertai dengan mengi, sepertilaringotrakeobronkitis atau pneumonia. Saat ini
beberapa pusat kesehatan tidak merekomendasikan penggunaan terapi uap.Berdasarkan tiga
penelitian yang menggunakan air dingin tersaturasi (coldwater fog) tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa penggunaannya untuk mengobati croup.
Epinefrin
Sindrom croup biasanya cukup diatasi dengan terapi uap saja, tetapikadang-kadang
membutuhkan farmakoterapi. Nebulisasi epinefrin telahdigunakan untuk mengatasi sindrom croup
selama hampir 30 tahun, dan pengobatan dengan epinefrin ini menyebabkan trakeostomi hampir
tidak diperlukan.
Nebulisasi epinefrin sebaiknya juga diberikan kepada anak dengan sindrom croup
sedang-berat yang disertai dengan stridor saat istirahat danmembutuhkan intubasi, serta pada
anak dengan retraksi dan stridor yang tidak mengalami perbaikan setelah diberikan terapi uap
dingin.
Nebulisasi epinefrin akan menurunkan permeabilitas vascular epitelbronkus dan trakea,
memperbaiki edema mukosa laring, dan meningkatkan lajuudara pernapasan. Pada penelitian dengan
metode double blind, efek terapi nebulisasi epinefrin ini timbul dalam waktu 30 menit dan bertahan selama
dua jam. Epinefrin yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
1.Racemic epinephrine (campuran 1:1 isomer d dan l epinefrin), dengan dosis0,5 ml larutan
racemic epinephrine 2,25% yang telah dilarutkan dalam 3 mlsalin normal. Larutan tersebut
diberikan melalui nebulizer selama 20 menit.
2.L-epinephrine 1:1000 sebanyak 5 ml; diberikan melalui nebulizer.
Efek terapi terjadi dalam dua jam.
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 22
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Racemic epinephrine merupakan pilihan utama, efek terapinya lebih besar, danmempunyai sedikit
efek terhadap kardiovaskular seperti takikardi dan hipertensi.Nebulisasi epinefrin masih dapat
diberikan pada pasien dengan takikardi dan kelainan jantung seperti Tetralogy Fallot.
Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi edema pada mukosa laring melalui mekanismea nti radang. Uji klinik
menunjukkan adanya perbaikan pada pasien laringotrakeitis ringan-sedang yang diobati dengan steroid
oral atau parenteral dibandingkandengan plasebo.
Deksametason
Deksametason diberikan dengan dosis 0,6 mg/kgBB per oral/antimuskular sebanyak satu kali, dan dapat diulang
dalam 6-24 jam. Efek klinis akan tampak 2-3 jam setelah pengobatan. Tidak ada penelitian yang
menyokong keuntunganpenambahan dosis. Keuntungan pemakaian kortikosteroid adalah sebagai
berikut:
1. Mengurangi rata-rata tindakan intubasi
2. Mengurangi rata-rata lama rawat inap
3. Menurunkan hari perawatan dan derajat penyakit
.Selain deksametason, dapat juga diberikan prednisone atau prednisolon dengan dosis 1-2
mg/kgBB (E4). Berdasarkan dua penelitian meta-analisis (24 RCT) tentang pemakaian kortikosteroid
sistemik, dengan pemberiankortikosteroid 6 dan 12 jam, tetapi tidak sampai 24 jam, disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh dari kortikosteroid sistemik.
Budesonid
Nebulisasi budesonid dipakai sejak tahun 1990. Tingkat efektifitasnyaadalah E2 bila dibandingkan
dengan plasebo. Larutan 2-4 mg budesonid (2 ml) diberikan melalui nebulizer dan dapat diulang pada
12 dan 48 jam pertama. Efek terapi nebulisasi budesonid terjadi dalam 30 menit, sedangkan
kortikosteroidsistemik terjadi dalam satu jam.Pemberian terapi ini mungkin akan lebih
bermanfaat pada pasien dengangejala muntah dan gawat napas (respiratory distress) yang hebat.
Budesonid dan epinefrin dapat digunakan secara bersamaan. Sebagian besar kasus
pemakaianbudesonid tidak lebih baik daripada deksametason oral .Kortikosteroid tidak diberikan pada
anak dengan varisela dan TB (kecuali pada anak yang sedang mendapat OAT). Pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu lama (1 mg/kgBB/hari selama delapan hari) dapat
meningkatkan infeksi Candida albicans.
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 23
REFER
AT
SINDROMA CROUP
Intubasi endotrakeal
Intubasi endotrakeal dilakukan pada pasien sindromcroup yang berat,yang tidak responsive terapi
lain. Intubasi endotrakeal rnerupakan terapialternative selain trakeostomi untuk mengatasi
obstruksi jalan napas. Indikasimelakukan intubasi endotrakeal adalah adanya hiperkarbia dan
ancaman gagalnapas. Selain itu, intubasi juga diperlukan bila terdapat peningkatan
stridor,peningkatan frekuensi napas, peningkatan frekuensi nadi, retraksi dinding dada,sianosis,
letargi, atau penurunan kesadaran. Intubasi hanya dibutuhkan untuk jangka waktu yang singkat, yaitu
hingga edema laring hilang/teratas.
Kombinasi Oksigen-Helium
Kombinasi oksigen dan helium (Heliox) digunakan oleh beberapa sentra untuk mengatasi
sindrom croup.Helium bersifat inert ,tidak beracun, sertamempunyai densitas dan viskositas yang
rendah. Hal ini sangat membantumengurangi obstruksi jalan napas, yaitu dengan meningkatkan
aliran gas danmengurangi kerja otot-otot respiratorius. Bila helium dikombinasikan
denganoksigen, maka oksigenasi darah akan meningkat.Dengan terapi oksigen-helium ini, pasien
sindrom croup beratakan merasanyaman dan kemungkinan besar tidak memerlukan tindakan
intubasi. Efek klinispemberian kombinasi oksigen-helium hampir sama dengan pemberian nebulisasi
epinefrin.
Antibiotik
Pemberian antibiotik tidak diperlukan pada pasien sindrom croup, kecualipasien dengan
laringotrakeobronkitis atau laringotrakeopneumonitis yang disertai infeksi bakteri. Pasien diberikan
terapi empiris sambil menunggu hasil kultur.Terapi awal dapat menggunakan sefalosporin generasi ke-2
atau ke-3. Pemberian sedative dan dekongestan oral tidak dianjurkan pada pasien sindrom
croup.
III.11. KOMPLIKASI 1,4
Pada 15% kasus dilaporkan terjadi komplikasi, misalnya otitis media,dehidrasi, dan pneumonia (jarang
terjadi). Sebagian kecil pasien memerlukan tindakan intubasi. Gagal jantung dan gagal napas
dapat terjadi pada pasien yang perawatan dan pengobatannya tidak adekuat.
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 24
REFER
AT
SINDROMA CROUP
III.12.Prognosis9
Sindrom croup biasanya bersifat self -limited dengan prognosis yang baik
BAB IV
KESIMPULAN
Sindroma Croup adalah istilah umum yang meliputi kelompok heterogen keadaankeadaan yang relatif akut (kebanyakan infeksi) yang ditandai dengan batuk keras dan kasar yang
khas atau croupy, yang tidak atau dapat disertai oleh stridor inspiratoir, suara parau, dan tandatanda kegawatan pernapasan yang disebabkan oleh berbagai tingkat obstruksi laring. Croup
paling banyak disebabkan oleh virus.
Berdasarkan derajat keparahan batuk atau derajat kegawatan, dikelompokkan menjadi 4
kategori; yaitu kategori ringan,sedang,berat,dan gagal nafas mengancam. Diagnosis klinis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada pemeriksaan fisik,pada pemeriksaan
penunjang gambaran radiologi berupa penyempitan dari subglotis (seperti menara /steeple sign)
pada foto anterior-posterior (AP).
Tatalaksana utama bagi pasien croup adalah mengatasi obstruksi jalan napas. Sebagian
besar pasien croup tidak perlu dirawat RS, melainkan cukupdirawat dirumah. Pasien dirawat di
RS bila dijumpai salah satu dari gejala-gejalaberikut: anak berusia di bawah 6 bulan, terdengar
stridor progresif, stridor terdengar ketika sedang beristirahat, terdapat gejala gawat napas,
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 25
REFER
AT
SINDROMA CROUP
hipoksemia,gelisah, sianosis, gangguan kesadaran, demam tinggi, anak tampak toksik, dan tidak
ada respons terhadap terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Flint W, Paul. Cumming Otolaryngology Head and Neck Surgery, Ed. 5th, Vol. 1. Elsevier :
Mosby. 2010.
2. Grad R, Taussig LM. Acute Infection Producing Upper Airway Obstruction. Dalam : Kendig
EL, Chernick V, Penyunting. Kendigs Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi
ke-5. Philadelphia : WB Saunders, 1990 : 336-49.
3. Silber GR, Scheifele D. Croup. Dalam : Graef JW, Cone Jr TE, penyunting. Manual of
Pediatrics Therapeutics. Edisi ke-2. Boston:Little-Brown, 1980 : 371.
4. Knutson D, Aring A. Viral Croup. Am Fam Physician 2004; 69 : 535-40, 541-2.
5. Arvin, Behrman, Kliegmen, 2000, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Voume 2, Edisi 15,
Penerbit Buku Kedokteran EGC., Jakarta.
6. Boies, Adams, Higler, 1997, Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran
EGC., Jakarta.
7. Corry S. Matundang, Iskandar Wahidiyat, Sudigto Sastroasmoro, 2000, Diagnosis Fisis
Pada Anak, Edisi 2, CV.Sagung Seto, Jakarta.
8. Hardiono d. pusponegoro dkk. Standar Pelayanan Medis Anak Edisi I. IkatanDokter Anak
Indonesia: 2004..
9. Dominic A dan Henry A Kilham Fitzgerald, 2003,Croup: Assesment and Evidence-Based
Management.Medical Journal The Australia. MJA 2003;179 (7) : 372-3776.
10. Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO,DEPKES dan IDAI. 2009. p
104-105
Kepaniteraan klinik ilmu penyakit THT
Fakultas kedokteran universitas Yarsi
RSUD dr.Slamet Garut Page 26
REFER
AT
SINDROMA CROUP
11. Roosevelt GE.I nflamasi akut obstruksi jalan napas atas (batuk, Epiglottitis,laringitis, dan
trakeitis bakteri). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, JensonHB, BF Stanton. Nelson
Textbook of Pediatrics.18 ed. Philadelphia, Pa:Saunders Elsevier; 2007: chap 3827.