Anda di halaman 1dari 82

Persiapan Pemeriksaan Golongan Darah

I.

A. Pemisahan Serum dari Sel Darah Merah


Tujuan
Memisahkan plasma dari sel darah merah
Mendapatkan plasma yang bebas sel darah merah

II.
III.

Metode
Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode sentrifugasi
Prinsip
Darah sitrat dengan pemutaran akan terjadi pemisahan antara plasma dan sel
darah merah

IV.

Dasar Teori
Darah merupakan jenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah
yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Dimana darah berperan
sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di badan. Sel
darah manusia terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit), dan trombosit yang terkandung dalam plasma. Fungsi utama darah adalah
mengangkut oksigen diperlukan untuk hidup diseluruh tubuh. Darah juga membekalkan
tisu dengan zat, menyingkir bahan kumuhan, dan mengandungi berbagai bahan sistem
imunisasi bertujuan mempertahankan badan dari jangkitan kuman. Hormon endokrin juga
diedarkan melalui darah. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila di oksigen
kepada merah tua apabila tiada oksigen. Warnanya disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernafasan (respiratory protein) yang mempunyai besi dalam bentuk heme, tempat
oksigen bergabung. Darah beredar dalam saluran darah dan dikitarkan oleh jantung.
Darah melalui paru-paru untuk dioksigenkan, dan dikitarkan seluruh tubuh oleh salur
arteri. Darah mengedarkan oksigen keseluruh badan melalui saluran halus darah yang
disebut kapillari. Darah kemudian kembali ke jantung melalui vena. Darah juga
mengangkut bahan kumuhan metabolic, dan bahan kimia asing kepada hati untuk
diuraikan dan kepada buah pinggang untuk disingkirkan sebagai air kencing.

Sel darah merah


Sel-sel darah merah di bawah mikroskop tampak sebagai cakram bikonkaf dengan
diameter 7,2 mikron. Terdapat sekitar 5 juta sel darah merah dalam tiap millimeter kubik
darah. Sel darah merah terbentuk di sumsum tulang, dan jika telah matang, masuk ke
dalam aliran darah dengan masa hidupnya sekitar 120 hari. Kemudian pecah lalu dengan
sel-sel tertentu diangkut ke system retikuloendotelia. Sel darah merah sebagian besar
mengandung zat yaitu haemoglobin, dimana fungsi utamanya ialah membawa oksigen
menuju jaringan tubuh. Haemoglobin merupakan molekul yang kompleks dan besar.
Haemoglobin terbentuk dari molekul yang berisi besi (disebut haem) yang berikatan
dengan rantai polipeptida (disebut globin). Haemoglobim adalah cairan kemerahan di
dalam sel darah merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik mengikat oksigen
dan karbondioksida. Kadar haemoglobin dinyatakan dalam gram haemoglobin per
desiliter darah. Kadar haemoglobin wanita sekitar 12,0 16,0 g/dl sedangkan pria sekitar
13,5 17,0 g/dl.
Serum
Dalam keadaan normal, bila darah diambil dengan spuit yang kering lalu dimasukkan ke
dalam tabung, maka bekuan darah akan terbentuk berupa benda setengah padat yang
berasal dari sel-sel darah. Cairan yang berada disekitar benda setengah padat itu disebut
serum.
V.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain :
Sentrifuge
Pipet Pasteur
Tabung reaksi

VI.

Rak tabung reaksi


Ember
Gelas

Bahan yang digunakan antara lain :


Whole blood No. 3
NaCl 0,9%
Aquadest

Cara Kerja
Darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi label
Disentrifuge 3000 4000 rpm selama 90 120 detik
2

Supernatan diambil dengan menggunakan pipet Pasteur plastic dan dipindahkan


ke dalam tabung reaksi lain kemudian diberi label serum

VII. Data Hasil Pratikum

Setelah dilakukan sentrifugasi whole blood selama 2 menit diperoleh


serum dengan warna jernih.

VIII. Pembahasan

Darah merupakan jenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel


darah yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Dimana darah
berperan sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di
badan. Sel darah manusia terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (lekosit), dan trombosit yang terkandung dalam plasma. Sel darah merah memiliki
fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen diperlukan untuk hidup diseluruh tubuh.

Pada pratikum ini, dilakukan pemisahan serum dalam whole blood dengan
menggunakan sentrifuge dan didapatkan hasil serum yang berada dibagian atas yang
berwarna jernih. Dimana warna ini menandakan bahwa serum telah terbentuk sempurna
jika belum sempurna warna serum akan sedikit merah dan ini perlu dilakukan sentrifugasi
kembali. Dan bila serum tidak terbentuk setelah dilakukan sentrifugasi pada kecepatan
tertentu ini menandakan bahwa darah telah mengalami lisis. Serum yang telah terbentuk

IX.

XII.

ini nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan golongan darah.

Kesimpulan

Pada pratikum ini diperoleh serum dengan warna kuning jernih.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Blood Tranfusion. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion

(Diakses 4 Juni 2011).

Anonim.2011.MasalahTransfusiDarah.www.kalbe.co.id/.../07MasalahTransfusiD

arah9.html (Diakses 4 Juni 2011).

B. Pencucian Sel Darah Merah


I.
Tujuan
Menghilangkan antibody yang ada di sekitar sel darah merah

II.
Metode

Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode sentrifugasi

III.
Prinsip

Dengan penambahan larutan salin (NaCl 0,9 %) dan pemutaran maka

IV.

antibody di sekitar sel darah merah akan hilang

Dasar Teori

Keseluruhannya, plasma dan korpuskel membentuk cecair yang ciri

alirannya unik bersesuaian dengan rekabentuk pembuluh darah Darah adalah cecair tisu;
fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen diperlukan untuk hidup diseluruh tubuh.
Darah juga membekalkan tisu dengan zat, menyingkir bahan kumuhan, dan mengandungi
pelbagai bahan sistem imunisasi bertujuan mempertahankan badan dari jangkitan kuman.
Hormon endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila di oksigen kepada
merah tua apabila tiada oksigen. Warnanya disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernafasan (respiratory protein) yang mempunyai besi dalam bentuk heme, tempat
oksigen bergabung.

Darah beredar dalam saluran darah dan dikitarkan oleh jantung, pam otot. Darah
melalui paru-paru untuk dioksigenkan, dan dikitarkan seluruh tubuh oleh salur arteri.
Darah mengedarkan oksigen keseluruh badan melalui saluran halus darah yang dipanggil
kapillari. Darah kemudian kembali ke jantung melalui vein.

Lihat sistem kitaran untuk gambaran terperinci mengenai kitaran ini.

Darah juga mengangkut bahan kumuhan metabolik, dadah dan bahan kimia asing
kepada hati untuk diuraikan dan kepada buah pinggang untuk disingkirkan sebagai air
kencing.

Komposisi

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskel corpuscles; yang membentuk


45% bahagian daripada darah. 55% yang lain adalah plasma darah, cecair kekuningan

yang membentuk medium cecair darah. Korpuskel adalah:


sel darah merah atau erythrokytes (sekitar 99%). Korpuskel tidak mempunyai nukleus
sel dan organelle, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Korpuskel
mengandungi hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga

bertanggungjawab bagi sistem jenis darah.


Platelet atau thrombokytes (0.6 - 1.0%), bertanggungjawab untuk pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukokytes (0.2%), merupakan sebahagian daripada sistem

imunisasi; dan bertugas untuk memusnahkan agen jangkitan.

Plasma darah pada asasnya larutan air yang mengandungi :albumin


bahan pembekuan darah
immunoglobin (antibodi)
hormon
pelbagai jenis protein
5

berbagai garam

Sel darah merah

Sel-sel darah merah di bawah mikroskop tampak sebagai cakram bikonkaf


dengan diameter 7,2 mikron. Terdapat sekitar 5 juta sel darah merah dalam tiap
millimeter kubik darah. Sel darah merah terbentuk di sumsum tulang, dan jika
telah matang, masuk ke dalam aliran darah dengan masa hidupnya sekitar 120
hari. Kemudian pecah lalu dengan sel-sel tertentu diangkut ke system
retikuloendotelia. Sel darah merah sebagian besar mengandung zat yaitu
haemoglobin, dimana fungsi utamanya ialah membawa oksigen menuju jaringan
tubuh. Haemoglobin merupakan molekul yang kompleks dan besar. Haemoglobin
terbentuk dari molekul yang berisi besi (disebut haem) yang berikatan dengan
rantai polipeptida (disebut globin). Haemoglobim adalah cairan kemerahan di
dalam sel darah merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik mengikat
oksigen dan karbondioksida. Kadar haemoglobin dinyatakan dalam gram
haemoglobin per desiliter darah. Kadar haemoglobin wanita sekitar 12,0 16,0
g/dl sedangkan pria sekitar 13,5 17,0 g/dl.

Serum
Dalam keadaan normal, bila darah diambil dengan spuit yang kering lalu
dimasukkan ke dalam tabung, maka bekuan darah akan terbentuk berupa benda
setengah padat yang berasal dari sel-sel darah. Cairan yang berada disekitar benda

V.

setengah padat itu disebut serum.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain :
Sentrifuge
Pipet Pasteur
Tabung reaksi

Rak tabung reaksi


Ember
Gelas

Bahan yang digunakan antara lain :


Sel darah merah yang telah dipisahkan dari serum
Larutan salin (NaCl 0,9%)
6

VI.

Aquadest

Cara Kerja
Sel darah yang telah dipisahkan dari serum, dimasukkan 8 tetes kedalam tabung
reaksi lain
NaCl sebanyak 4 4,5 ml ditambahkan kedalam sel darah merah (sebanyak

serum yang dipisahkan)


Dihomogenkan dengan pipet Pasteur
Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1,5 2 menit
Dibuang supernatannya
Pencucian dilakukan sebanyak 3 kali
Endapan sel darah merah yang telah dicuci merupakan suspensi sel 100%

VII. Data Hasil Pratikum

Setelah dilakukan sentrifugasi pada sel darah yang telah dipisahkan dari
serum dan ditambahkan larutan salin maka diperoleh endapan sel darah merah dengan
suspensi sel 100%.

Semakin banyak tingkat pencucian warna supernatant semakin

bening.

VIII. Pembahasan

Darah merupakan jenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel

darah yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Dimana darah
berperan sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di
badan. Sel darah manusia terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (lekosit), dan trombosit yang terkandung dalam plasma.

Pada pratikum ini dilakukan pencucian sel darah merah dengan


menggunakan larutan salin, dan dilakukan pengulangan sebanyak sebanyak tiga kali.
Proses pencucian ini berfungsi untuk menghilangkan protein-protein yang ada didalam
plasma, dimana proses dari pencucian ini dilakukan dengan menggunakan sentrifuge
dengan menambahkan larutan salin sebanyak tiga perempat dari tabung kemudian
disentrifugasi dengan

menggunakan kecepatan 3000 rpm selama dua menit dan

didapatkan dendapan sel darah merah yang telah bebas dari protein. Ini dapat digunakan
7

dalam pembuatan suspense dimana nantinya akan digunakan dalam pemeriksaan

IX.

golongan darah maupun dalam pemeriksaan tranfusi lainnya.

Kesimpulan

Pada pratikum ini dilakukan pencucian sel darah yang menghasilkan


suspense sel 100%.

XIII.

Daftar Pustaka
1. Anonim. 2011. Blood Tranfusion. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion
(Diakses 4 Juni 2011).
2. Anonim.2011.MasalahTransfusiDarah.www.kalbe.co.id/.../07MasalahTransfusiD
arah9.html (Diakses 4 Juni 2011


C. Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah
I.
Tujuan
Mengoptimalkan reaksi antigen pada eritrosit terhadap antibody

II.
Metode

Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode pengenceran

III.
Prinsip

Sel darah merah pekat diencerkan menggunakan larutan salin (NaCl 0,9%)

IV.

dengan perbandingan tertentu sehingga diperoleh suspense sel darah merah

Dasar Teori

Darah merupakan jenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel


darah yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Dimana darah
berperan sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di
badan. Sel darah manusia terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (lekosit), dan trombosit yang terkandung dalam plasma.

Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskel corpuscles; yang membentuk

45% bahagian daripada darah. 55% yang lain adalah plasma darah, cecair kekuningan

yang membentuk medium cecair darah. Korpuskel adalah:


sel darah merah atau erythrokytes (sekitar 99%). Korpuskel tidak mempunyai nukleus
sel dan organelle, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Korpuskel
mengandungi hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga

bertanggungjawab bagi sistem jenis darah.


Platelet atau thrombokytes (0.6 - 1.0%), bertanggungjawab untuk pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukokytes (0.2%), merupakan sebahagian daripada sistem

imunisasi; dan bertugas untuk memusnahkan agen jangkitan.

Plasma darah pada asasnya larutan air yang mengandungi :albumin


bahan pembekuan darah
immunoglobin (antibodi)
hormon
pelbagai jenis protein
9

berbagai garam
Sel darah merah

Sel-sel darah merah di bawah mikroskop tampak sebagai cakram bikonkaf


dengan diameter 7,2 mikron. Terdapat sekitar 5 juta sel darah merah dalam tiap
millimeter kubik darah. Sel darah merah terbentuk di sumsum tulang, dan jika
telah matang, masuk ke dalam aliran darah dengan masa hidupnya sekitar 120
hari. Kemudian pecah lalu dengan sel-sel tertentu diangkut ke system
retikuloendotelia. Sel darah merah sebagian besar mengandung zat yaitu
haemoglobin, dimana fungsi utamanya ialah membawa oksigen menuju jaringan
tubuh. Haemoglobin merupakan molekul yang kompleks dan besar. Haemoglobin
terbentuk dari molekul yang berisi besi (disebut haem) yang berikatan dengan
rantai polipeptida (disebut globin). Haemoglobim adalah cairan kemerahan di
dalam sel darah merah. Zat ini mempunyai kemampuan bolak-balik mengikat
oksigen dan karbondioksida. Kadar haemoglobin dinyatakan dalam gram
haemoglobin per desiliter darah. Kadar haemoglobin wanita sekitar 12,0 16,0
g/dl sedangkan pria sekitar 13,5 17,0 g/dl.

Serum
Dalam keadaan normal, bila darah diambil dengan spuit yang kering lalu
dimasukkan ke dalam tabung, maka bekuan darah akan terbentuk berupa benda
setengah padat yang berasal dari sel-sel darah. Cairan yang berada disekitar benda
V.

setengah padat itu disebut serum.


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain :
Sentrifuge
Pipet Pasteur
Tabung reaksi

Rak tabung reaksi


Ember
Gelas

Bahan yang digunakan antara lain :


Sel darah merah pekat
Lrutan salin (NaCl 0,9%)
Aquadest
10

VI.

Cara Kerja

Suspensi

SD

M Pekat

5%

10

40

10

50

95

90

tetes
40

tetes

tetes

tetes

Lar

. Salin

tetes

60

tetes
50

tetes

50

tetes

SDM

Pekat

tetes

19

tetes
2

tetes

tetes

tetes

Lar.

Salin

tetes

tetes
1

tetes

11


VII. Data Hasil Pratikum

Semakin tinggi tingkat pengenceran warna suspense semakin pekat

VIII. Pembahasan

Darah merupakan jenis cairan yang mengandung bermacam-macam sel


darah yang bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Dimana darah
berperan sebagai wahana pengangkut berbagai komponen menuju berbagai organ di
badan. Sel darah manusia terdiri atas campuran dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (lekosit), dan trombosit yang terkandung dalam plasma.

Pada pratikum ini dilakukan pembuatan suspense sel darah merah .


Dimana proses ini merupakan proses akhir sebelum dilakukannya proses pemeriksaan
golongan darah. Ada bermacam-macam suspense sel sesuai dengan pemeriksaannya.

IX.

X.

Semakin tinggi tingkat pengenceran maka tingkat suspensi semakin pekat

Kesimpulan

Tingkat Suspensi yang berbeda-beda sesuai dengan besarnya pengenceran.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Darah. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion (Diakses 4

Juni 2011)

Pemeriksaan Golongan Darah ABO


Metode Slide/Bloodgrouping plate

I.

Tujuan
1. Cell grouping/ cell typing

Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara menambahkan antiA,anti-B monoklonal

2. Serum grouping/serum typing

Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan cara mereaksikannya


dengan sel golongan A,B,O.

3. Auto control

Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara mereaksikannya dengan sel

II.

III.

IV.

darah merahnya sendiri

4. Pemeriksaan Rhesus

Untuk mengetahui rhesus dari pasien yang diperiksa

Metode
Metode yang digunakan adalah metode pemeriksan dengan slide atau
bloodgroping plate

Prinsip
Antigen + Antibodi Aglutinasi

Dasar Teori

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B

dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau Onegatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,
orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,

meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan
darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah
jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner,
memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun
1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan

memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis
Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali

digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling


umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada
pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.

Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan


produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
V.

VI.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Bloodgrouping plate untuk pemeriksan golongan darah
2. Pipet Pasteur
B. Bahan
1. Bahan pemeriksaan: contoh darah yang diperiksa
2. Reagensia:
a. Tes serum anti-A, anti-B monoclonal
b. Suspensi tes sel golongan darah A,B,O(10%)
c. Suspensi Sel Darah Merah(SDM)nya sendiri
d. Bovine Albumin 22%
e. NaCl
f. Aquades

Cara kerja
A. Cell grouping/typing
1. Darah diteteskan pada bloodgrouping plate masing-masing satu tetes pada 2
tempat
2. Pada tetes darah pertama ditambahkan 2 tetes anti A, pada tetes darah kedua
tambah 2 tetes anti B. Bloodgrouping plate digoyangkan dengan gerakan
keatas dan kebawah hingga tercampur dengan baik.
3. Dibaca ada tidaknya aglutinasi

B. Serum grouping/typing
1. Serum/plasma diteteskan pada bloodgrouping plate masing-masing dua tetes
pada 4 tempat
2. Pada tetes serum pertama ditambahkan 1 tetes sel A 10%, pada tetes serum
kedua ditambahkan 1 tetes sel B 10%, pada tetes serum ketiga ditambahkan 1

tetes sel O 10% dan pada tetes serum keempat ditambahkan 1 tetes sel contoh
darah yang diperiksa.
3. Bloodgrouping plate digoyangkan dengan gerakan keatas dan kebawah hingga
tercampur dengan baik
4. Dibaca ada tidaknya aglutinasi

C. Pemeriksaan Rhesus
1. Suspensi sel 40% dibuat dari darah yang diperiksa dalam salin
2. Anti D diteteskan sebanyak dua tetes pada blood grouping plate disebelah kiri
dan 2 tetes bovine albumin 22% pada bagian lain disebelah kanan
3. Dengan pipet Pasteur diteteskan masing-masing satu tetes suspensi sel 40%
pada tetesan Anti-D dan BA tadi
4. Digoyangkan plate keatas dan kebawah hingga tercampur dan diamati reaksi
VII.

aglutinasi yang terjadi.


Data Hasil Pengamatan
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal 23 Februari 2011 didapatkan hasil:
a. Cell Grouping

Golo

ngan

Dara

Anti

Anti

B
+

Dari hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan cell grouping diketahui


golongan darah pasien adalah golongan darah A

b. Serum Grouping

Golong

Sel A

Sel B

Sel O

Auto

an
Control

Darah

Dari hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan serum grouping diketahui


golongan darah pasien adalah golongan darah A.

c. Pemeriksaan Rhesus


Anti D

BA

+3

Dari pemeriksaan Rhesus yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pasien memiliki

Rhesus positif (Rh+)


VIII.

Pembahasan

Pada pemeriksaan golongan darah yang dilakukan pada tanggal 23


Februari 2011 dengan menggunakan metode slide didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 23 Februari 2011 didapatkan hasil
pada pemeriksaan cell grouping, golongan darah pasien adalah golongan darah A. dan
pada pemeriksaan serum grouping juga mendapatkan golongan darah pasien A dan
Rh+ karena sampel yang diperiksa berasal dari pasien yang sama.

Pada golongan darah A memiliki antigen A yang terdapat pada permukaan


eritrositnya dan antibody B yang terdapat pada serumnya. Sehingga pada
pemeriksaan golongan darah baik itu metode slide atau tabung, pemeriksaannya
dibagi menjadi dua lagi yaitu cell grouping dan serum grouping. Cell grouping
bertujuan untuk memeriksa antigen sel darah merah dengan cara menambah anti-A,
anti-B. Sedangkan pada serum grouping bertujuan untuk memeriksa antibody dalam
srum atau plasma dengan cara mereaksikannya dengan sel golongan A,B dan O.

Pada pemeriksan golongan darah juga penting untuk membuat autocontrol


untuk memastikan pemeriksaan yang kita lakukan adalah valid. Pada pemeriksaan
rhesus didapatkan hasil bahwa pasien memiliki rhesus positif. Pemeriksaan ini

IX.

dilakukan dengan menambahkan bovine albumin dan anti-D.

Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan golongan darah dan rhesus pada tanggal 23 Februari
2011 didapatkan hasil bahwa golongan darah pasien adalah golongan darah A, rhesus

X.

positif (Rh+)

Daftar Pustaka
1. Anonim.2011. Golongan darah. Avaliable at:

http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah
2. Anonim.2011. ABO.Avaliable at: misc09.files.wordpress.com/2010/10/bgseraborhgol-lain-11.ppt

Pemeriksaan Golongan Darah ABO


Metode Tabung reaksi
I.

Tujuan
1. Cell grouping/ cell typing

Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara menambahkan antiA,anti-B monoklonal

2. Serum grouping/serum typing

Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan cara mereaksikannya


dengan sel golongan A,B,O.

3. Auto control

Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara mereaksikannya dengan sel

II.

III.

IV.

darah merahnya sendiri

4. Pemeriksaan Rhesus

Untuk mengetahui rhesus dari pasien yang diperiksa

Metode
Metode yang digunakan adalah metode pemeriksan dengan tabung reaksi

Prinsip
Antigen + Antibodi Aglutinasi

Dasar Teori
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4
golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa

golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan
dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.Hasilnya adalah
dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A
dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan
golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah
merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut
golongan O.Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega
dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan
darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung
populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah
terhadap populasi yang berbeda-beda.

Rhesus Faktor
Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada
tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling
banyak dijumpai di India dan Cina.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,
sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal
juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan

tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-),
sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah
dengan Rh positif (Rh+).
Penting Untuk Transfusi
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan
kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,
operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Singkatnya
berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Landsteiner, pada 1907
sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben
Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York. Berkat keahlian Landsteiner pula banyak
nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi
darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan. Kemudian, Karl Landsteiner
memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun
1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Dalam transfusi
darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah
sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan
sistem ABO dan Rhesus faktor.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan
kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan
terpisah dari eritrosit. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah
rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan
terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap
rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah
rhesus negatif termasuk minoritas.

V.

VI.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet Pasteur
B. Bahan
1. Bahan pemeriksaan: contoh darah yang diperiksa
2. Reagensia:
a. Tes serum anti-A, anti-B monoclonal
b. Suspensi tes sel golongan darah A,B,O
c. Suspensi Sel Darah Merah(SDM)nya sendiri

Cara kerja
1. Plasma dipisahkan dari sel darah
2. Sel darah dicuci sebanyak 3 kali dan dibuat suspense sel 5% dalam salin
3. Cell grouping/typing:
a. Kedalam 3 tabung pertama, diteteskan berturut-turut: 2 tetes anti-A, 2 tetes
anti-B
b. Dengan pipet Pasteur, diteteskan masing-masing 1 tetes suspense sel 5% dari
darah yang diperiksa pada setiap tabung yang berisi serum diatas.
4. Serum grouping/typing:
a. Kedalam 4 tabung berikutnya diteteskan masing-masing 2 tetes serum/plasma
darah yang diperiksa.
b. Pada masing-masing tabung reaksi berisi serum/plasma diteteskan berturutturut: 1 tetes sel A, 1 tetes sel B, 1 tetes sel O dan 1 tetes suspense sel 5% dari
darah yang diperiksa
5. Pemeriksaan Rhesus
a. Tabung reaksi disiapkan sebanyak dua buah kemudian ditetesi anti D dan BA
22% sebanyak 1 tetes pada masing-masing tabung
b. Ditambahkan suspensi sel 5% sebanyak 1 tetes pada tabung setelah itu

VII.

didiamkan selama 5 menit


6. Dikocok dengan baik sampai isinya tercampur
7. Diputar 3400 rpm 15 detik/ 1000rpm 1 menit
8. Dibaca adanya ag;utinasi atau tidak

Data Hasil Pengamatan


a. Cell Grouping

ngan

Golo

Dara

Anti

Anti

Dari hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan cell grouping diketahui


golongan darah pasien adalah golongan darah B

b. Serum Grouping

Golong

Sel A

Sel B

Sel O

Auto

an
Control

Darah

Dari hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan serum grouping diketahui


golongan darah pasien adalah golongan darah B

c. Pemeriksaan Rhesus

Anti D
+3

BA
-

Dari pemeriksaan Rhesus yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pasien memiliki
Rhesus positif (Rh+)

VIII.

Pembahasan

Pada pemeriksaan golongan darah yang dilakukan pada tanggal 9 Maret


2011 dengan menggunakan metode tabung didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 9 Maret 2011 didapatkan hasil
pada pemeriksaan cell grouping, golongan darah pasien adalah golongan darah B dan
pada pemeriksaan serum grouping juga mendapatkan golongan darah pasien B pada
pemeriksaan rhesus mendapatkan rhesus positif.

Pada golongan darah B memiliki antigen B yang terdapat pada permukaan

eritrositnya dan antibody A yang terdapat pada serumnya. Sehingga pada pemeriksaan
golongan darah baik itu metode slide atau tabung, pemeriksaannya dibagi menjadi
dua lagi yaitu cell grouping dan serum grouping. Cell grouping bertujuan untuk
memeriksa antigen sel darah merah dengan cara menambah anti-A, anti-B.
Sedangkan pada serum grouping bertujuan untuk memeriksa antibody dalam srum
atau plasma dengan cara mereaksikannya dengan sel golongan A,B dan O.

Pada pemeriksan golongan darah juga penting untuk membuat autocontrol


untuk memastikan pemeriksaan yang kita lakukan adalah valid. Pada pemeriksaan
rhesus didapatkan hasil bahwa pasien memiliki rhesus positif. Pemeriksaan ini

IX.

dilakukan dengan menambahkan bovine albumin dan anti-D.

Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan golongan darah dan rhesus pada tanggal 9 Maret
2011 didapatkan hasil bahwa golongan darah pasien adalah golongan darah B, rhesus

X.

positif (Rh+)

Daftar Pustaka
1. Anonim.2011. Golongan darah. Avaliable at:

http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah
2. Anonim.2011. ABO.Avaliable at: misc09.files.wordpress.com/2010/10/bgseraborhgol-lain-11.ppt

Uji Silang

I.

Tujuan
Mencegah terjadinya reaksi transfusi dengan memastikan penderita tidak
mengandung antibodi yg reaktif terhadap eritrosit donor (antibodi golda
ABO/golda lain)
Memastikan darah yang diberikan sesuai/kompatibel dan tidak menimbulkan
reaksi serta bermanfaat bagi pasien.

II.

Metode

Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode konvensional/

met. Bovine albumin (mayor, minor, autokontrol)


III.

Prinsip

Mereaksikan antibody yang terdapat dalam serum/plasma dengan antigen

pada sel darah merah dengan inkubasi 37o C dan dalam waktu tertentu ditambah
antiimunoglobulin akan terjadi aglutinasi.
IV.

Dasar Teori

Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke

dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke
dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih.
Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah
komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Tindakan transfusi darah atau komponennya bukanlah tindakan tanpa risiko; sebaliknya
tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung risiko yang dapat berakibat fatal.
Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah atau komponennya, dapat dibagi
dalam 3 kelompok yaitu :
1) reaksi imunologis,
2) reaksi nori imunologis,

3) penularan penyakit
Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah

jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan
tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari
hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan
mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit
melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah

dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel
darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari
sebelum akhirnya dihancurkan.

Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel). Kepingan
eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m, lebih kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki
volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin,
total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.

Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5
juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang
tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk
memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah
yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah
putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya
memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.

Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk
mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam
plasma darah.

Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar
65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.

Daur hidup

Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus,


eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit
per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi
dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini
sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah
meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan
jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar.

Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan


eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.

Polimorfisme dan kelainan

Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf)

pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat
oksigen. Tetapi, polimorfisme yang mengakibatkan abnormalitas pada eritrosit dapat
menyebabkan munculnya banyak penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh
mutasi gen pengkode hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen
pengkode protein sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain adalah
anemia sel sabit, Duffy negatif, Glucose-6-phosphatase deficiency (defisiensi G6PD),
talasemia, kelainan glikoporin, dan South-East Asian Ovalocytosis (SAO).

Crossmatch merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada darah pasien dan darah
donor untuk

menguragi

terjadinya

kesalahan

pada saat

dilakukannya

donor

darah.Meskipun telah dilakukan tes crossmatch dengan benar, tetap masih ada
kemungkinan terjadinya reaksi transfusi, hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara
lain :

kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang digunakan


factor human error
reaksi transfusi yang tertunda ( delayed transfusion reaction )
Dalam melakukan uji silang cocok serasi / crossmatch, menggunakan teknik

metode tabung / metode konvensional yang memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

1. Perlu waktu lama ( time consuming )

2. Hasil sangat subyektif ( tergantung ketrampilan petugas )


3. Hasil reaksi tidak stabil sehingga pembacaan reaksi harus segera dilakukan setelah
pemutaran karena penundaan pembacaan reaksi dapat mengakibatkan penurunan
derajad reaksi, hal ini merupakan penyebab reaksi false negative yang berbahaya
bagi pasien
4. Harus melakukan pencucian sel 3 kali , yang paling vital adalah pencucian sel 3
kali sebelum penambahan Coombs serum, karena jika tahap pencucian 3 kali tidak
sempurna atau dikurangi, maka dapat menyebabkan terjadinya reaksi false negatif,
karena Coombs dapat dinetralkan oleh serum/plasma dari sample. Sehingga darah
yang seharusnya tidak boleh diberikan kepada penderita, dapat lolos karena reaksi
false negatif tersebut dimana hal ini sangat membahayakan penerima darah
5. Hasil pembacaan reaksi negatif masih harus dikonfirmasi dengan penambahan
Coombs Control Cells ( CCC ) untuk meyakinkan apakah proses pencucian sel
sebelum penambahan Coombs serum sudah sempurna


6. Pembacaan reaksi memerlukan mikroskop
7. Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi hanya berupa
laporan kerja

V.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :

Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet Pasteur
Mikroscope

Objek glass
Sentrifuge
Inkubator

Bahan yang digunakan :


NaCl

Serum pasien (Putri)

Air

Cell pasien (Putri)

Bovine albumin 22%

Donor plasma (34)

Combs serum

Cell donor (34)

CCC

VI.

Cara Kerja

VII.

Fase I
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah (Mayor, minor, autokontrol)
Tabung pertama ditetesi 2 tetes Serum pasien dan 1 tetes Cell donor
Tabung kedua ditetesi 2 tetes Donor plasma dan 1 tetes Cell pasien
Tabung ketiga (autokontrol) ditetesi 2 tetes Serum pasien dan 1 tetes Cell
pasien
Dihomogenkan, sentrigugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Baca reaksi hemolisis secara makroskopis

VIII.

Fase II
Tabung yang hasilnya negative ditambahkan 2 tetes bovine albumin 22%,
kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 15 menit
Disentrigugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Baca/lihat reaksi hemolisis secara makroskopis

IX.
X.

Fase III
Eritrosit yang telah terbentuk pada masing-masing tabung dicuci sebanyak
3 kali dengan menggunakan salin ( larutan salin diisi sebanyak tabung
kemudian disentrifugasi dengan kecapatan 3000 rpm selama 2 menit)
Sedimen eritrosit ditambahkan 2 tetes cooms serum
Disentrigugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit

Baca/lihat reaksi hemolisis secara makroskopis dan mikroskopis dengan


pembesara objektif 10 x
XI.Uji Validitas Reaksi Silang
Tabung mayor, minor pada fase III yang member hasil negative
ditambahkan 1 tetes CCC
Dihomogenkan, sentrigugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Baca/lihat reaksi hemolisis secara makroskopis dan mikroskopis
XII.Pembacaan hasil :

XV.

XIII.

Hasil positif/ adanya aglutinasi : test valid (benar)

XIV.

Hasil positif/tidak adanya aglutinasi : test invalid (diulang kembali)

Data Hasil Pengamatan (tanggal 16 Maret 2011)

XVI.

Pada tabung Mayor :

XVII.

Fase I : Negatif (-)

XVIII.

Fase II : Negatif (-)

XIX.
XX.

Fase III : Negatif (-)


Uji validitas : Positif (+)

XXI.

Pada tabung minor :

XXII.

Fase I : Negatif (-)

XXIII.

Fase II : Negatif (-)

XXIV.

Fase III : Negatif (-)

XXV.

Uji validitas : Positif (+)

XXVI.

Pada tabung autokontrol :

XXVII.

Fase I : Negatif (-)

XXVIII.

Fase II : Negatif (-)

XXIX.

Fase III : Negatif (-)

XXX.

Uji validitas : Positif (+)

XXXI.

Sehingga dapat disimpulkan darah dari pendonor no.34 dapat didonorkan


pada pasien yang bernama Putri

XXXII.

Keterangan :

XXXIII.

Negatif (-) : Tidak adanya hemolisis/aglutinasi

XXXIV.

Positif (+) : Ada hemolisis/aglutinasi

XXXV.

Pembahasan
XXXVI.

Pada pratikum ini, dilakukan pemeriksaan darah antara darah

donor dengan darah pasien dimana pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
kecocokan antara kedua darah tersebut. Hasil yang didapat pada pratikum ini
adalah dimana hasil Crossmatch Mayor, Minor dan AC negative, ini menandakan
darah pasien kompatibel dengan darah donor dan darah donor boleh dikeluarkan
atau diberikan kepada pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya reaksi transfuse yang sering disebabkan oleh pemberian darah yang
tidak kompatibel / cocok dengan penerima. Uji silang cocok serasi (crossmatch)
yang merupakan pintu gerbang terakhir untuk mengetahui apakah darah donor
yang

akan

ditransfusikan

kepada

penderita/pasien

kompatibel

sehingga

crossmatch adalah indikator terakhir untuk memutuskan apakah produk darah


boleh diberikan / ditransfusikan ke penerima. Pada pemeriksaan uji silang ini
meskipun dilakukan tes crossmatch dengan benar, tetap masih ada kemungkinan
terjadinya reaksi transfusi, hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain :
kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang digunakan ,factor human error
dan reaksi transfusi yang tertunda ( delayed transfusion reaction ). Sebelum
dilakukannya uji silang serasi ini, dilakukannya tahapan yang penting pada darah

dimana darah yang telah pekat harus dilakukan pencucian sel 3 kali , yang paling
vital adalah pencucian sel 3 kali sebelum penambahan Coombs serum, karena jika
tahap pencucian 3 kali tidak sempurna atau dikurangi, maka dapat menyebabkan
terjadinya reaksi false negatif, karena Coombs dapat dinetralkan oleh
serum/plasma dari sample. Sehingga darah yang seharusnya tidak boleh diberikan
kepada penderita, dapat lolos karena reaksi false negatif tersebut dimana hal ini
sangat membahayakan penerima darah. Dan pada saat dilakukannya uji silang bila
hasil kurang meyakinkan jika dibaca dengan makroskopis maka pembacaan harus
dilakukan dengan cara mikroskopis dimana hal ini dilakukan untuk memastikan
hasil yang didapat lebih tepat dan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan
pendonoran. Pada pemeriksaan uji silang fase ketiga, jika didapatkan hasil yang
negative pada tabung mayor dan minor harus dilakukan uji validitas dimana pada
uji ini menggunakan reagen CCC (Coombs Control Cells) dimana tujuan dari uji
ini adalah untuk meyakinkan apakah proses pencucian sel sebelum penambahan
Coombs serum sudah sempurna atau belum.
XXXVII.

Kesimpulan

XXXVIII.

Pada pratikum ini, didapatkan hasil yang negative baik pada tabung minor

maupun tabung mayor dimana ini menandakan bahwa darah dari pendonor no.34
dapat didonorkan pada pasien yang bernama Putri.
XXXIX.

Hasil pengamatan pada pratikum ke-2 (tanggal 23 Maret 2011)


XL.

Pada pratikum ke-2 ini dilakukannya pemeriksaan


menggunakan sampel :

XLI.

Serum pasien (RS) = Ridwan

XLII.

Cell pasien (RC) = Ridwan

XLIII.

Donor plasma (DP) = no. 14

XLIV.

Cell donor (DC) = no. 14

XLV.

dengan

XLVI.Hasil yang diperoleh pada pratikum ini :


XLVII.

Pada tabung Mayor :

XLVIII.

Fase I : Negatif (-)

XLIX.

Fase II : Negatif (-)

L.

Fase III : Negatif (-)

LI.

Uji validitas : Positif (-)

LII.

Pada tabung minor :

LIII.

Fase I : Negatif (-)

LIV.

Fase II : Negatif (+)

LV.

Fase III : Negatif (+)

LVI.

Uji validitas : Positif (+)

LVII.

Pada tabung autokontrol :

LVIII.

Fase I : Negatif (-)

LIX.

Fase II : Negatif (+)

LX.

Fase III : Negatif (+)

LXI.

Uji validitas : Positif (+)

LXII.

Sehingga dapat disimpulkan darah dari pendonor no.14 tidak


didonorkan pada pasien yang bernama Ridwan

LXIII.
LXIV.
LXV.

Keterangan :
Negatif (-) : Tidak adanya hemolisis/aglutinasi
Positif (+) : Ada hemolisis/aglutinasi

dapat

LXVI.

Pembahasan
LXVII.

Pada pratikum ini, dilakukan pemeriksaan darah antara darah

donor dengan darah pasien dimana pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
kecocokan antara kedua darah tersebut. Hasil yang didapat pada pratikum ini
adalah dimana hasil Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, AC = Positif ,
ini menandakan

hasil positif pada crossmatch Minor dan AC berasal dari

autoantibody. Apabila derajad positif pada Minor sama atau lebih kecil
dibandingkan derajad positif pada AC, darah boleh dikeluarkan sedangkan apabila
derajad positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajadpositif pada AC,
darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai
ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding AC. Dimana pada
pemeriksaan ini didapatkan hasil dimana derajad positif pada Minor lebih besar
dibandingkan derajadpositif pada AC, sehingga dapat dikatakan bahwa darah
tidak boleh dikeluarkan atau harus diganti dengan darah donor yang lain.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya reaksi transfuse yang
sering disebabkan oleh pemberian darah yang tidak kompatibel / cocok dengan
penerima. Uji silang cocok serasi (crossmatch) yang merupakan pintu gerbang
terakhir untuk mengetahui apakah darah donor yang akan ditransfusikan kepada
penderita/pasien kompatibel sehingga crossmatch adalah indikator terakhir untuk
memutuskan apakah produk darah boleh diberikan / ditransfusikan ke penerima.
Pada pemeriksaan uji silang ini meskipun dilakukan tes crossmatch dengan benar,
tetap masih ada kemungkinan terjadinya reaksi transfusi, hal ini dapat disebabkan
beberapa hal, antara lain : kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang
digunakan ,factor human error dan reaksi transfusi yang tertunda ( delayed
transfusion reaction ). Sebelum dilakukannya uji silang serasi ini, dilakukannya
tahapan yang penting pada darah dimana darah yang telah pekat harus dilakukan
pencucian sel 3 kali , yang paling vital adalah pencucian sel 3 kali sebelum
penambahan Coombs serum, karena jika tahap pencucian 3 kali tidak sempurna
atau dikurangi, maka dapat menyebabkan terjadinya reaksi false negatif, karena
Coombs dapat dinetralkan oleh serum/plasma dari sample. Sehingga darah yang

seharusnya tidak boleh diberikan kepada penderita, dapat lolos karena reaksi false
negatif tersebut dimana hal ini sangat membahayakan penerima darah. Dan pada
saat dilakukannya uji silang bila hasil kurang meyakinkan jika dibaca dengan
makroskopis maka pembacaan harus dilakukan dengan cara mikroskopis dimana
hal ini dilakukan untuk memastikan hasil yang didapat lebih tepat dan agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan pendonoran. Pada pemeriksaan uji silang fase
ketiga, jika didapatkan hasil yang negative pada tabung mayor dan minor harus
dilakukan uji validitas dimana pada uji ini menggunakan reagen CCC (Coombs
Control Cells) dimana tujuan dari uji ini adalah untuk meyakinkan apakah proses
pencucian sel sebelum penambahan Coombs serum sudah sempurna atau belum.

LXVIII.

Kesimpulan
LXIX.

Pada pratikum ini, didapatkan hasil crossmatch Mayor = negatif,

Minor = positif, AC = Positif , ini menandakan hasil positif pada crossmatch


Minor dan AC berasal dari autoantibody sehingga darah donor tidak dapat
dibrikan/didonorkan pada pasien yang bernama Ridwan.
LXX.
LXXI.

Daftar Pustaka

LXXII.Anonim. 2011. Blood Tranfusion. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion


(Diakses 4 Juni 2011).
LXXIII.Anonim.2011.MasalahTransfusiDarah.www.kalbe.co.id/.../07MasalahTransfusiD
arah9.html (Diakses 4 Juni 2011).
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.

LXXVIII.
LXXIX.

Test Validasi reagen Anti-A, Anti-B, Anti D

I. Tujuan

: Untuk mengetahui reagen yang digunakan valid

atau tidaj valid dalam melakukan pemeriksaan .


LXXX.
II.

Metode

: Pada praktikum ini menggunakan metode bloodgrouping plate .

LXXXI.
III.

Prinsip

LXXXII. Suspensi sel ditambahkan dengan reangan anti-A atau anti-B atai anti D , akan
membentuk aglutinasi yang menunjukkan reangen tersebut vailid untuk
pemeriksaan .
IV.

Dasar Teori

LXXXIII. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua
jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus
(faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO
dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang
dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada
sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

LXXXIV.

Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan

B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga
sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak
memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh), sebaliknya bila
ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif
(Rh+).Penting Untuk Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah. Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Landsteiner,
pada 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr.
Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York. Berkat keahlian Landsteiner pula
banyak nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana
transfusi darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan. Kemudian, Karl Landsteiner
memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930
untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Dalam transfusi darah,
kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat
penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan sistem ABO
dan Rhesus faktor. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat

menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin
akan terpisah dari eritrosit. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah
rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi
perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari
donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif
termasuk minoritas.
V.

Alat dan Bahan


a. Alat
a. Mikropipet ukuran 20-200 l
b. Bloodgrouping plate
c. Beaker glass
d. Tusuk gigi
e. Tisu
LXXXV.
b. Bahan
1. Sampel serum
2. Reagen Anti-A
3. Reagen Anti-B
4. Reagen Anti-D
5. Suspensi sel A,sel B dan sel O
6. Bovine Albumine

LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC.
XCI.
XCII.
XCIII.

VI.

Cara Kerja
a Reagen Anti-A

XCIV.

Identi XCV.
tas

CI.

reaksi

2 tetes Anti-A
+1 tetes susp

sel 0 10%
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

XCIX.

Hasi

XCVII.

susp sel B

sel A 10%

2 tetes antiA+1 tetes

A+1 tetes Susp

AntiC.

XCVI.

2 tetes Anti-

CII.

CIII.

CIV.
a Reagen Anti-B
CV.

Identi CVI.
tas
Anti-

B+1 tetes Susp

CX.

Hasi
reaksi

2 tetes antiB+1 tetes

CVIII.

2 tetes Anti-B
+1 tetes susp

susp sel B

sel A 10%

B
CXI.

CVII.

2 tetes Anti-

sel 0 10%
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

CXII.

CXIII.

CXIV.

CXV.
a Reagen Anti-D
CXVI.

CXVII.
I

2 tetes CXVIII.

2 tetes

Anti-D

Anti-D

IgM + 1

IgM + 1

tetes Susp

tetes Susp

t
i
t
a
s
A
n
t

CXIX.

2 tetes BA CXX.

2 tetes BA

22% + 1

22% + 1

tetes Susp

tetes Susp

sel A 10%
sel B 10%
sel A 10%
sel B 10%
CXXII.
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

i
D
I
g
CXXIII.

M
CXXIV.
H

CXXV.

CXXVI.

CXXVII.

a
s
i
l
R
e
a
k
s
i
CXXVIII.
VII.
CXXIX.
CXXX.

Data Hasil Praktikum


Reagen Anti-A
Identi
CXXXI.
tas
AntiA

CXXXVI.

2 tetes Anti-

CXXXII.

A+1 tetes Susp

susp sel B

sel A 10%
CXXXV.

Hasi
reaksi

2 tetes antiCXXXIII.
A+1 tetes

2 tetes Anti-A
+1 tetes susp

sel 0 10%
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

CXXXVII.

+3

CXXXVIII.

CXXXIX.

CXL.
CXLI.

Reagen Anti-B

CXLII.

Identi
CXLIII.

2 tetes Anti- CXLIV.

2 tetes anti- CXLV.

2 tetes Anti-B

tas
AntiB
CXLVIII.

B+1 tetes

B+1 tetes Susp


sel A 10%
CXLVII.

Hasi

sel 0 10%
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

CXLIX.

reaksi

+1 tetes susp

susp sel B

CL.

+3

CLI.

CLII.
CLIII.

Reagen Anti-D

CLIV.

I CLV.

2 tetes

Anti-D

Anti-D

IgM + 1

IgM + 1

tetes Susp

tetes Susp

t
i

CLVI.

2 tetes

CLVII.

2 tetes BA
CLVIII.

2 tetes BA

22% + 1

22% + 1

tetes Susp

tetes Susp

sel A 10%
sel B 10%
sel A 10%
sel B 10%
CLX.
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

t
a
s
A
n
t
i
D
I
g
CLXI.

M
H CLXII.
a
s
i

+2

CLXIII.

+2

CLXIV.

CLXV.

l
R
e
a
k
s
i
CLXVI.
CLXVII.

Hasil valid

CLXVIII.

Anti-A

: valid

CLXIX.

Anti-B

: valid

CLXX.

Anti-D

: valid

Bovine Albumine

: valid

CLXXI.

CLXXVIII.

Exp

Anti-A

CLXXIX.

No

lot

Exp

Anti-B

Anti-D

130311/maret12
CLXXX.

No

lot

Exp

DM020211/jan12

CLXXIII.

CLXXXI.

No lot / Exp BA

010411/April12

CLXXIV.
CLXXXII.

Test cell standar A 10% : 4/5/11

CLXXXIII.
Tanggal Pemeriksaan : 4 mei

Test cell standar B 10% : 4/5/11

2011

Test cell standar O 10% : 4/5/11

CLXXV.

CLXXVII.

lot

130311/maret12

CLXXII.

CLXXVI.

No

CLXXXIV.

Nama Pemeriksa

CLXXXV.

Dicek oleh : kelmpok 5

Kelompok 5
CLXXXVI.

Reagen Anti-A

CLXXXVII. CLXXXVIII.
Identi
tas
Anti-

2 tetes AntiCLXXXIX.

2 tetes anti-

CXC.

2 tetes Anti-A

A+1 tetes Susp

A+1 tetes

+1 tetes susp

sel A 10%

susp sel B

sel 0 10%

A
CXCIII.

10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

CXCII.

Hasi
reaksi

CXCIV.

+3

CXCV.

CXCVI.

CXCVII.
CXCVIII.
CXCIX.

Reagen Anti-B
Identi CC.
tas
AntiB

CCV.
CCIX.
CCX.

CCI.

2 tetes Anti-

2 tetes antiB+1 tetes

B+1 tetes Susp

susp sel B

sel A 10%
CCIV.

CCVI.
reaksi
Reagen Anti-D

2 tetes

Anti-D

Anti-D

IgM + 1

IgM + 1

tetes Susp

tetes Susp

t
a
s
A
n
t
i
D
I
g

CCXII.

CCVII.

ICCXI.

2 tetes Anti-B
+1 tetes susp

sel 0 10%
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

Hasi

CCII.

2 tetes

CCXIII.

+3

CCVIII.

2 tetes BA
CCXIV.

2 tetes BA

22% + 1

22% + 1

tetes Susp

tetes Susp

sel A 10%
sel B 10%
sel A 10%
sel B 10%
CCXVI.
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata

CCXVII.

M
H
a
s
i
l
RCCXVIII.

+2

CCXIX.

+2

CCXXX.

CCXX.

CCXXI.

e
a
k
s
CCXXII.

i
Hasil valid

CCXXIII.

Anti-A

: valid

CCXXIV.

Anti-B

: valid

CCXXV.

Anti-D

: valid

Bovine Albumine

: valid

CCXXVI.
CCXXVII.

CCXXVIII.

Nama Pemeriksa

Kelompok 5
CCXXIX.

No

lot

Exp

130311/maret12

Anti-A

lot

Exp

Anti-B

Anti-D

130311/maret12
CCXXXI.

No

lot

Exp

DM020211/jan12
CCXXXII.

Tanggal Pemeriksaan : 11 mei


2011

No

No lot / Exp BA

010411/April12

CCXXXIII.

Test cell standar A 10% : 4/5/11

CCXXXIV.

Test cell standar B 10% : 4/5/11

CCXXXV.

Test cell standar O 10% : 4/5/11

CCXXXVI.

Dicek oleh : kelmpok

VIII.

Pembahasan

CCXXXVII. Reagen merupakan bahan yang sangat penting untuk kepentingan pemeriksaan di
laboratorium . Pemeriksaan validitas reagen bertujuan untuk mengetahui apakan reagen
yang digunakan valid atau sudah tidak valid . Pemeriksaan ini sangat penting , karena bila
melakukan pemeriksaan di laboratorium terutama di laboratorium tranfusi dengan
menggunakan reagen yang sudah tidak valid maka hasil yang di dapatkan salah . Ini
sangat berpengaruh untuk mengetahui hasil tes yang dilakukan untuk calon pendonor
yang akan mendonorkan darahnya . Reagen yang baik untuk dilakukan suatu
pemeriksaan adalah reagen yang masih valid , karena reagen yang digunakan masih valid
akan menghasilkan hasil pemeriksaan yang benar . Apabila reagen yang digunakan sudah
tidak valid ini akan berpengaruh pada hasil pemeriksaan .
CCXXXVIII. Dalam praktikum ini reagen yang dianalisa adalah reagen bovin albumin 22% dan
anti human globulin , untuk mengetahui reagen tersebut valid atau sudah tidak valid
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan suspensi sel-A, suspensi sel-B dan suspensi
sel-O dengan menggunkan metode bloodgrouping plate . menggunakan metode
bloodgrouping plate kita bisa mengetahui reagen bovin albumin 22% dan anti human
globulin valid atau sudah tidak valid dengan melihat ada tidaknya aglutinasi pada plate
grouping yang digunakan .hasil dari pemeriksaan validitas reagen adalah reagen bovin
albumin 22% dan anti human globulin valid , yang ditunjukkan adanya gumpalan pada
plate grouping . Reagen bovin albumin 22% dan anti human globulin digunakan untuk
pemeriksaan uji saring golongan darah . Reagen ini sangat penting digunakan dalam
memeriksa darah dari calon pendonor .
CCXXXIX.
CCXL.
CCXLI.
CCXLII.
CCXLIII.
CCXLIV.

IX.

KESIMPULAN

CCXLV. Dari praktikum yang dilakukan mengenai validitas reagen Anti-A, Anti-B dan
Anti-D dengan menggunakan metode bloodgrouoing plate dapat disimpulkan bahwa
reagen Anti-A, Anti-B dan Anti-D hasilnya valid , ditunjukkan adanya aglutinasi pada
grouping plate yang digunakan
CCXLVI.
CCXLVII.
CCXLVIII.
CCXLIX.
CCL.
CCLI.
CCLII.
CCLIII.
CCLIV.
CCLV.
CCLVI.
CCLVII.
CCLVIII.
CCLIX.
CCLX.
CCLXI.
CCLXII.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010,Materi Hematologi Dasar , kementrian kesehatan RI
http://ninjabiru.wordpress.com/

CCLXIII.

TEST VALIDASI REAGEN BOVINE ALBUMIN 22%


CCLXIV.

DAN ANTI HUMAN GLOBULIN

I.Tujuan
CCLXV. Untuk mengetahui reagen yang didunakan valid atau tidak .
II.

Metode

CCLXVI. Praktikum ini menggunakan metode bloodgrouping plate .


CCLXVII.
III.

Prinsip

CCLXVIII. Suspensi sel A,A dan O direaksikan dengan penambahan bovin albumin 22%
kemudian disentrifuge , dilakukan pencucian sebanyak 3 kali menggunakan saline
dan ditambahkan anti human globulin kemudian disentrifuge lalu dilakukan
pemeriksaan dengan cara coombs control cells .
IV.

Dasar Teori

CCLXIX. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen)
yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang
paling penting, yaitu penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan
Rh, masih ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen
yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Salah satunya
Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan pribumi Amerika. Dari
sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN yang berguna untuk tes kesuburan.
Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika. Sistem Lutherans mendeskripsikan satu
set 21 antigen. Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, LandsteinerWiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich,
Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH. Kecocokan faktor Rhesus amat penting
karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya
Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan

hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia
melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
CCLXX.

Sistem ABO

CCLXXI.

Karl

Landsteiner,

seorang

ilmuwan asal Austria yang


menemukan 3 dari 4 golongan
darah dalam sistem ABO pada
tahun

1900

memeriksa
beberapa

dengan
golongan

teman

cara
darah

sekerjanya.

Percobaan sederhana ini pun


dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal
dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki
antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam
antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama
sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian Alfred Von Decastello
dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan
darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B
ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak
ditemukan antibodi. Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di
dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan
distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda . gene / antigen A
( A1, A2 ), B dan O Golongan Darah ABO ini telah disebutkan ada 4 macam
yaiatu; A, B, AB, dan O. Penetapan ini didasarkan ada atau tidaknya antigen A
dan B pada sel darah merah. Kedua macam antigen ini dibawah control gene A
dan B dan allelomorphicnya yang ketiga
CCLXXII.

CCLXXIII.

adalah gene O. Gene O bersifat amorph dan tidak mempengaruhi dasar-dasar


pembentukan antigen. Subtance dasarnya yang disebut antigen H, diperkirakan
pembentukannya dibawah pengontrolan gene H, yang tidak mempunyai hubungan
dengan dengan gene A dan gene B.. Antigen H berada pada semua sel darah
merah ( kecuali Bombay Blood) tetapi jumlah pembentukannya dipengaruhi gene
A dan gene B. Golongan darah A terdiri dari subgroup A1 dan A2 dan golongan
AB dengan subgroup A1B dan A2B. Gene A2 sanggup mempengaruhi
pembentukan antigen H dari pada A1.Kalau sel darah merah manusia direaksikan
dengan anti H maka akan bereaksi dengan urutan kekuatan reaksi sbb: O > A2 >
A2B > B > A1 > A1B. ini berarti golongan O mengandung antigen H, kemudian
golongan A2 dan selanjutnya makin sedikit. Sangat jarang seseorang yang sel
darah merahnya tidak beraglutinasi dengan anti A, B dan anti H, kecuali
Bombay Blood Antigen A, B, dan H dapat ditemukan didalam air liur ( saliva )
yang secretor. Kira-kira 80 % dari manusia adalah secretor dan dan sisanya adalah
nonsecretor. Air liur orang yang bergolongan darah O pada sekretornya akan akan
mengandung substance H, yang bergolongan darah A air liurnya akan
mengandung substance H dan A, yang bergolongan darah B air luirnya akan
mengandung substance H dan B. Peranan gene H Pada Pembentukan Antigen A
dan Antigen B Gene H mempunyai peranan penting bagi terbentuknya antigen A,
B dan H. Gene H terdapat pada semua orang dan genothypenya kebanyakan HH
( homozygote ), yang diperoleh dari ibu dan bapak. Alleles H ialah h, dan gene-h
ini sangat jarang ditemukan hanya terdapat pada golongan darah yang dinamakan
Bombay Blood. Bombay Blood adalah darah golongan O yang tidak memiliki
antigen H. Pewarisan gene H ini terpisah dari pewarisan gene A-B dan O,
namun antigen-antigen A, B dan H baik yang larut dalam air maupun yang tidak
terbentuk dari bhan pokok yang sama ( precursor ).

V.
CCLXXIV.

Alat dan Bahan


Alat
a. Mikropipet
ukuran

20-

200 l
b. Bloodgroupi
ng plate
c. Beaker glass
d. Tusuk gigi
e. Tisu
CCLXXV.

Bahan
a. Sampel serum
b. Reagen Anti-A
c. Reagen Anti-B
d. Reagen Anti-D
e. Suspensi sel A,sel B dan sel O
f. Bovine Albumine

CCLXXVI.
CCLXXVII.
CCLXXVIII.
CCLXXIX.
CCLXXX.
CCLXXXI.
CCLXXXII.
CCLXXXIII.
CCLXXXIV.
CCLXXXV.

CCLXXXVI.
CCLXXXVII.
VI.
CCLXXXVIII.

Cara Kerja
CCXCI.
1 tts susp sel A

CCLXXXIX.
Vakidasi

5%

bovine

1 tts susp sel


CCXCIII.
B 5%

CCXCII.

1 tts susp sel O


5%

2 tts BA

CCXC.
2 tts BA 22%
CCXCIV. 2 tts BA 22%
albumine
22%
Kocok agar homogen , kemudian inkubasi pada suhu 370C
22% CCXCVI.
CCXCVII.
CCXCVIII.

Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi

Hasil
Pemeriks

CCC.

aan

CCCI.

CCCII.

CCXCIX.
CCCIII.

CCCIV.

Validasi

Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes anti

Anti

human globulin

Human

CCCV.

Globulin
CCCVI.

Cuci 3 kali dengan saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan

Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 300 rpm selama 35


detikbaca reaksi

Hasil
Pemeriks
aan

CCCVIII.

CCCIX.

CCCX.

CCCVII.
CCCXII.
CCCXV.

Coombs Control Cells (CCC)

CCCXIII.
Control semua yabung bila hasi pemeriksaan negatif dengan
CCC

CCCXI.
CCCXVI.
CCCXVII.

Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC


Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 3000 rpm selama 15
detikbaca reaksi

CCCXVIII.

Hasil
Pemeriks
aan

CCCXXII.

CCCXIX.

CCCXX.

CCCXXI.

CCCXXIII.

NB: untuk tes validasi AHG hanya dengan dapat dilanjutkan,bila hasil Bovine
Albumin 22% baik / valid

CCCXXIV.
CCCXXV.
VII.

Data Hasil Praktikum

CCCXXVI.
CCCXXVII.

CCCXXVIII.
Vakidasi

CCCXXX.
1 tts susp sel A

1 tts susp sel


CCCXXXII.
B 5%

1 tts susp sel O

5%
5%
bovine
CCCXXXI.
2 tts BA
CCCXXIX.
2 tts BA 22%
CCCXXXIII.
2 tts BA 22%
albumine
22%
0
22%CCCXXXV. Kocok agar homogen , kemudian inkubasi pada suhu 37 C
CCCXXXVI.
CCCXXXVII.

Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi

Hasil
Pemeriks
aan

CCCXXXIX.

CCCXL.

CCCXLI.

CCCXXXVIII.
CCCXLII.

CCCXLIII.
Validasi
Anti
Human
CCCXLIV.
Globulin

CCCXLV.

Cuci 3 kali dengan saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan


Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes anti
human globulin
Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 300 rpm selama 35
detikbaca reaksi

Hasil
Pemeriks
aan

CCCXLVII.

CCCXLVI.
CCCL.

CCCLI.
CCCLIV.

CCCXLVIII.

CCCXLIX.

Coombs Control Cells (CCC)

CCCLII.
Control semua yabung bila hasi pemeriksaan negatif dengan
CCC

CCCLV.
CCCLVI.

Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC


Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 3000 rpm selama 15

detikbaca reaksi
CCCLVII.

Hasil
Pemeriks

CCCLVIII.

CCCLIX.

CCCLX.

aan
CCCLXI.
CCCLXII.
CCCLXIII.
CCCLXIV.
CCCLXV.
CCCLXVI.
CCCLXVII.

Test Validasi
BA 22%

Anti Human Globulin : valid


CCCLXXIX.

CCCLXVIII.
CCCLXIX.

CCCLXXII.
CCCLXXIII.
CCCLXXIV.

CCCLXXVII.

010411/April 13
No Lot / Exp AHG

CCCLXXXI.

Test cell standar A 5% : 4/5/11

CCCLXXXII.

Test cell standar B 5% : 4/5/11

CCCLXXXIII.

Test cell standar O 5% : 4/5/11

CCCLXXXIV.

Coombs control cells

: 4/5/11

CCCLXXXV.
Nama Pemeriksa

: kelompok 5
CCCLXXXVI.
CCCLXXXVII.
CCCLXXXVIII.
CCCLXXXIX.

CCCXC.

Tanggal pemeriksaan : 4 mei 2011


CCCLXXX.

CCCLXXI.

CCCLXXVI.

No Lot / Exp BA

S6A060710/juli11

CCCLXX.

CCCLXXV.

: valid
CCCLXXVIII.

Dicek oleh

: kelompok 5

CCCXCI.
CCCXCII.
CCCXCIII.
CCCXCIV.
CCCXCV.
CCCXCVI.
CCCXCVII.
CCCXCVIII.

CCCXCIX.

Hasil Praktikum tanggal 11 Mei 2011

Vakidasi

CD.

1 tts susp sel A


5%

bovine
albumine
22%

CDI.
CDVII.

2 tts BA 22%

1 tts susp sel


B 5%

CDIII.

CDIV.

1 tts susp sel O


5%

2 tts BA

CDV. 2 tts BA 22%


22%
Kocok agar homogen , kemudian inkubasi pada suhu 370C

CDVIII.
CDIX.

CDII.

Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi

Hasil
Pemeriks
aan

CDXI.

CDXII.

CDXIII.

CDX.
CDXIV.

Validasi

CDXV.

Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes anti

Anti
Human
Globulin
CDXVII.

Cuci 3 kali dengan saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan


human globulin

CDXVI.

Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 300 rpm selama 35


detikbaca reaksi

Hasil
Pemeriks
aan

CDXVIII.
CDXXII.

CDXIX.

CDXXIII.

CDXX.

CDXXI.

Coombs Control Cells (CCC)


CDXXIV.

CDXXVI.

Control semua yabung bila hasi pemeriksaan negatif dengan


CCC

CDXXVII.
CDXXVIII.

Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC


Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 3000 rpm selama 15
detikbaca reaksi

CDXXIX.

Hasil
Pemeriks

CDXXX.

+1

CDXXXI.

+2

CDXXXII.

+1

aan
CDXXXIII.
CDXXXIV.
CDXXXV.
CDXXXVI.
CDXXXVII.
CDXXXVIII.
CDXXXIX.
CDXL.
CDXLI.

Test Validasi
BA 22%

: valid

CDXLIV.

No Lot / Exp AHG

S6A060710/juli11

Anti Human Globulin : valid


CDXLV.
Tanggal pemeriksaan : 11 mei 2011

Test cell standar A 5% : 4/5/11

CDXLII.

Nama Pemeriksa

CDXLVI.
: kelompok 5

Test cell standar B 5% : 4/5/11

CDXLIII.

No Lot / Exp BA

CDXLVII.

Test cell standar O 5% : 4/5/11

010411/April 13

CDXLVIII.
CDXLIX.

Coombs control cells


Dicek oleh

: 4/5/11

: kelompok 5

VIII.

Pembahasan

CDL.

Tujuan utama yang harus dicapai oleh suatu laboratorium penguji adalah

dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang absah dapat
digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik. Metode uji ini
memegang peranan penting dalam memperoleh hasil uji yang memiliki akurasi dan presisi yang
baik. Pada proses analisis disamping pengujiannya dilakukan oleh tenaga kerja yang telah
diberikan pelatihan dengan sarana dan prasarana yang menunjang. Penggunaan metode yang
valid juga memegang peranan penting. Hal tersebut tentu saja untuk mendapatkan data yang
valid. Sebagai konsekuensinya tentu saja hal tersebut mengharuskan sebuah laboratorium untuk
melakukan validasi metode yang dipakai untuk pengujian di laboratorium. Hal ini juga
memberikan nilai lebih untuk laboratorium tersebut sebagai satu point akreditasi dan kontrol
kualitas untuk laboratorium tersebut.
CDLI.

Sebagai bukti bahwa laboratorium telah melakukan validasi metode, laboratorium

harus mencatat hasil yang diperoleh, prosedur yang digunakan untuk validasi, dan suatu
pernyataan bahwa metode sesuai dengan penggunan yang dimaksud. Perlu diperhatikan bahwa
validasi metode adalah keseimbangan antara biaya, resiko, dan aspek teknis. Suatu metode
analisa mempunyai banyak faktor yang bisa mempengaruhi hasil pengujiannya mulai dari alat,
manusia, metode, suhu, yang semuanya sangat mungkin menyebabkan kesalahan dalam suatu
analisa. Karena itu perlu kita ketahui suatu metode analisa tersebut masih bisa dipakai atau tidak.
Validasi metode analisis adalah proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu berdasarkan
percobaan, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat sesuai untuk tujuan
penggunaan. Dengan kata lain, validasi metode merupakan proses mendapatkan informasi
penting untuk menilai kemampuan sekaligus keterbatasan dari suatu metode. Tujuan
memvalidasi metode adalah untuk mengetahui sejauh mana penyimpangan yang tidak dapat
dihindari dari suatu metode pada kondisi normal dimana seluruh elemen terkait telah
dilaksanakan dengan baik dan benar. Selain itu tujuan dari validasi metode yaitu untuk :
CDLII.

a.

Hasil analisis absah/valid, dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah,
CDLIII.

b.

Hasil analisis menunjukkan kesesuaian dengan tujuan pengujian,

CDLIV.

c.

Menentukan batas suatu metode misalnya presisi, akurasi, batas deteksi,

kepekaan, pengaruh matriks, dan lain-lain.


CDLV.

Kehandalan dari suatu metode analisa dalam suatu pemeriksaan dilaboratorium

adalah suatu ukuran untuk menilai sampai seberapa jauh tes tersebut dapat digunakan. Untuk itu
perlu adanya parameter yang bisa menunjukkan handalnya suatu metode analisa. Begitu pula
dalam melakukan validasi suatu metode analisa, parameter tersebut haruslah mempunyai
karakteristik yang mampu mengarahkan pada bagus atau tidaknya atau mutu dari suatu metode
analisa . Dalam pelaksanaannya tiap parameter tidak harus selalu dipakai, tergantung validasi
metode apa yang akan kita lakukan, juga harus diperhatikan tingkat validasi macam apa yang
dibutuhkan.
IX.

Kesimpulan

CDLVI. Dari praktikum yang dilakuakn mengenai validitas reagen , dengan menggunakan metode
bloodgrouping plate dapat disimpulkan bahwa reagen bovin albumin 22% dan anti human
globulin valid .
X.

Daftar Pustaka
1. Anonim.2010.Donor Darah.Avaliable at: http://www.sodiycxacun.web.id/2010/10/donor-

darah-dan-penyakit-yang-menular.html
2. Anonim.2011.Transfusi Darah.Avaliable at:
CDLVII. http://hengki-the-pretet.blogspot.com/2011/05/transfusi-darah.html
CDLVIII.
CDLIX.
CDLX.
CDLXI.
CDLXII.
CDLXIII.
CDLXIV.
CDLXV.

CDLXVI.

PEMERIKSAAN ANTI-HIV

I.Tujuan
CDLXVII. Untuk mengetahui serum yang diperiksa mengidap HIV atau tidak .
CDLXVIII.
II.
Metode
CDLXIX.
Pada praktikum ini menggunakan metode Immuno chomatography
Rapid Test .
CDLXX.
III.
PRINSIP
CDLXXI. Anti HIV (1&2) tri- Line Test Intec dapat mengindikasi semua isotype (IgG, IgM,IgA)
yang spesifik terhadap HIV1 termasuk subtype O dan HIV2 secara bersama . Tes terdiri
ataa 2 garis test dan 1 garis kontrol , garis test mengandung : recombinant gp41,p24 dan
gp120 . Kebanyakan sampai yang relaktif terhadap HIV1 atau HIV2 akan bereaksi positif
pada garis test T1 tersebut . Garis test T2 mengandung: recombinant gp36 , yang spesifik
terhadap HIV2 dan garis control merupakan control terhadap prosedur kerja yang telah
dilakukan dan sekaligus sebagai control terhadap Colioidal Gold Cohjugate .
IV.

DASAR TEORI

CDLXXII. HIV (human immunodeficiency virus) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan
penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan dapat menyebabkan sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain,
kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Pada
tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Franoise Barr-Sinoussi dari Perancis merupakan
berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati.
Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus) Bersama dengan Luc
Montagnier, mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS. Pada awal
tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang
disebut HTLV-III.Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan
virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut
adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1. Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu
subtipe baru ditemukan di Portugal dari pasien yang berasal dari Afrika Barat dan kemudian
disebut HIV-2. Melalui kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 memiliki
perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara antigenik berbeda. Perbedaan terbesar lainnya

antara kedua strain (galur) virus tersebut terletak pada glikoprotein selubung. Penelitian lanjutan
memperkirakan bahwa HIV-2 berasal dari SIV (retrovirus yang menginfeksi primata) karena
adanya kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi terhadap kedua jenis virus tersebut.
CDLXXIII.

Struktur dan Materi Genetik

CDLXXIV.
CDLXXV.

Struktur HIV , HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical)
hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion).Selubung
virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida.Di dalam
selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks. Bagian internal dari HIV terdiri
dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada
bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA. Sedangkan, kapsid adalah
protein yang membungkus dan melindungi genom. Berbeda dengan sebagian besar
retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol, dan env), HIV memiliki enam gen
tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus
yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori
berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein
regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2;
Vpr, Vif, Nef) .

CDLXXVI.

V.

Alat Dan Bahan

CDLXXVII.

Alat
a. Mikropipet ukuran 20-200 l
b. Rapid tes
c. Beaker glass
d. Tisu

CDLXXVIII.

Bahan
a.

Sampel serum

b.

Reagen diluent

CDLXXIX.
VI.

Prosedur Kerja
1.

Alat dan bahan disiapkan diatas menja praktikum .

2.

Sampel dan reagen didiamkan pad suhu ruangan .

3.

Serum dipipet sebanyak 30 l dengan menggunakan pipet yang sudah


disediakan .

4.

Serum dibiarkan sampai meresap

5.

Reagen diluent diteteskan sebanyak 1 tetes

6.

Hasil dibaca setelah didiamkan selama 15 menit .

CDLXXX.

Pembacaan Hasil :

CDLXXXI.

Reaktif HIV1 , bila ada 2 garis merah muncul pada zona C dan T1 .

CDLXXXII.

Reaktif HIV2 , bila ada 2 garis merah muncul pada zona C dan T2 .

CDLXXXIII.

Reaktif HIV1&2 , bila ada 3 garis merah pada zona C, T1 dan T2 .

CDLXXXIV.

Invailid , bila tidak ada garis merah muncul pada zona C,T1 dan T2 .

CDLXXXV.

Bila pada zona T1 muncul 1 garis merah, sedangkan pada zona C tidak muncul

garis merah .
CDLXXXVI.

Bila pada zona T2 muncul 1 garis merah , sedangkan pada zona C tidak muncul
garis merah .

CDLXXXVII.

Bila pada zona T1 dan T2 muncul garis merah , sedangkan pada zona C tidak
muncul garis merah .

VII.

Data Hasil Praktikum

CDLXXXVIII.
CDLXXXIX.
CDXC.

LEMBAR KERJA HIV

Reagensia : Acu-Aheck HIV 1/2/O triline

CDXCI.
CDXCII.

Tanggal Pemeriksaan : 25 mei 2011

CDXCIII.

Nomor Lot

: 2009110613

CDXCIV.

Tgl. Kadaluarsa

: 11/2011

CDXCVI.
CDXCV.
No
D.

CDXCVII.
Asal
Sem

UT

1
D
DV. DVI.
DX. DXI.
DXV. DXVI.
DXX. DXXI.
DXXV. dicatat
DXXX.

oleh
Dicek
oleh

DXXXV.
DXXXVI.
DXXXVII.
DXXXVIII.

CDXCVIII.
r
Sampe

pel
DI.

Nomo

DII.

l
50665
742

Garis
Control

DIII.

DVII.
DXII.
DXVII.
DXXII.

DVIII.
DXIII.
DXVIII.
DXXIII.

DXXVI.

DXXVII.

DXXXI.

DXXXII.

CDXCIX.

Valid

DIV.

Hasil

NR

DIX.
DXIV.
DXIX.
DXXIV.
DXXVIII.
DXXXIII.

DXXIX.

Kelom
pok 5

DXXXIX.
DXL.
VIII.

Pembahasan

DXLI. Pemeriksaan Anti HIV merupakan peryaratan untuk mendonorkan darah , pemeriksaan
ini menggunakan metode Immunochomatography dengan sampel yang digunakan adalah serum
darah . Penggunaan metode Immunochomatography membutuhkan waktu yang tidak lama untuk
mengetahui hasil serum yang diperiksa , hanya membutuhkan waktu + 15-20 menit kita bisa
mengtahui hasilnya . Dari praktikum serum yang diperiksa hasilnya non reaktif terhadap anti
HIV , untuk itu serum tersebut memenuhi syarat untuk mendonor . Bila hasil serum yang
diperiksa menunjukakan rektif terhadap anti HIV seseorang yang mempunyai serum tersebut
tidak memenuhi syarat mendonerkan darah . HIV menyebabkan infeksi yang menetap , anti HIV
baru menimbulkan sebagian besar orang yang terinfeksi pada 6-12 minggu setelah infeksi , tetapi
pembentukan antibodi bisa sampai satu tahun , Ada dua antibodi , yaitu p-24 dan anti-gp41
menjadi tanda yang paling tepat untuk membuktikan adanya infeksi . Selainitu , hal tersebut
adalah cara terbaik untuk membantu perkembangan infeksi . Setelah infeksi dan sebelum
antibodi diproduksi , terdapat suatu periode jendela yang jangka waktunya berbeda , selama
periode itu infeksi tersebut menguat . Setelah selama periode dimana tidak ada tanda klinis yang
dapat dideteksi , antigen virus (p24, gp41) dapat dideteksi . jangka waktu untuk mendeteksi
antigen ini sangat singkat , tidak lebih dari 1-2 minggu . Meskipun untuk mendeteksi dari antigen
HIV secara teoritis akan memberi bukti infeksi pada tahap awal , tetapi pengujian antigen
komensial sangant sedikit dan tidak cukup sensitif . Meskipun demikian , dalam beberapa hal
dimana pengujian antigen telah digunakan , antigen HIV telah dideteksi pada suatu tahan dimana
anti HIV baru saja muncul . Oleh karena itu , pengujuian antigen HIV mungkin memiliki
keterbatasan dalam hal manfaatnya pada tranfusi darah .
DXLII.

Meskipun demikian , mungkin manfaat tersebut akan berkembang seiring dengan

meningkatnya prevalensi HIV pada populasi donor . Seperti virus lain pada umumnya, HIV
hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan
penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya
adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T,
dan makrofaga . Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis,

vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga dapat
langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa. . Setelah menempel,
selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas
di dalam sel . Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom
virus yang berupa RNA menjadi DNA.. Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia
sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia. DNA virus yang menyisip di
DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam sel. Saat sel
teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan
DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA. Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel
dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV. Sebagian RNA dari provirus yang
merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan
enzim hingga menjadi virus utuh. Pada tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan
penting untuk memotong protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus.
Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi
sel berikutnya. Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus
akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang .
IX.

Kesimpulan

DXLIII. Dari praktikum yang dilakukan mengenai pemeriksaan anti HIV dengan menggunakan
metode Immunochomatography pada serum darah dapat disimpulkan bahwa , serum yang
diperiksa non reaktif terhadap anti HIV . pada rapad tes yang digunakan muncul satu garis
merah pada zona C .
X.

Daftar Pustaka
1. Anonim.2011.HIV-AIDS.Avaliable at:
DXLIV.
http://id.wikipedia.org/wiki/HIV-AIDS
2. Anonim, 2010,Materi Hematologi Dasar , Kementerian Kesehatan RI
DXLV.
DXLVI.
DXLVII.
DXLVIII.

DXLIX.
DL.

PEMERIKSAAN HBsAg

I.Tujuan
DLI. Untuk mengetahui ada tidaknya HBsAg pada sampel serum
DLII.
II.
Metode : Pada praktikum ini menggunakan metode HBsAg Strip Entebe .
DLIII.
III.
Prinsip
DLIV.

Test immunochromatography terdiri dari konjugat koloid emas yang dilabel

antibody monoclonal dan antibody poliklonal yang ditempatkan pada garis test pada
membran nitroselulosa dan anti-IgG pada garis kontrol . Pmbacaan positif atau negatif
hdala secara visual yang menunjukkan ada atau tidaknya HBsAg dalam serum / plasma
sampel . Hasil dapat dibaca dalam 10 menit . Sampel serum / plasma bermigrasi melalui
nitroselilosa . Bila HBsAg positif , konjugasi koloid emas monoologi antibody akan
mengikat HBsAg dalam sampel dan membentuk kompleks antigen-antibody . Kompleks
tersebut akan pada anti-HBsAg antibody pada garis tes dari membran celulosa ,
menghasilkan garis berwarna pink . Konjugat yang tidak terkait akan terikat pada garis
control yang menghasilkan garis berwarna pink juga , yang menandakan validitas dan tes
tersebut . Apabila sampel serum / plasma negatif (tidak ada HbsAg) maka tidak terbentuk
kompleks dan ikatan pada garis test , garis pink hanya tampak pada garis kontrol .
IV.

Dasar Teori
DLV.

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus

yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan
G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami
golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada fokus artikel
penyakit Hepatitis A,B dan C.
DLVI. Penyakit Hepatitis A
DLVII. Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali
menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya

melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang
terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan
atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi,
barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit
Hepatitis A.
DLVIII. 1. Gejala Hepatitis A
DLIX. Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning,
keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
DLX. 2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
DLXI. Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang
disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun
demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta
obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.Sedangkah langkah-langkah yang
dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan
suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.
DLXII. Penyakit Hepatitis B
DLXIII. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia,
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit
ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B
yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi
Hepatitis B.Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari
ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun

penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B
dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif
akan lebih beresiko terkena penyakit ini.
DLXIV. 1. Gejala Hepatitis B
DLXV. Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit
perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita
hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
DLXVI. Penyakit Hepatitis C
DLXVII. Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC).
Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi),
serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita
Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita
Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai
kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan
secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
DLXVIII. 1. Gejala Hepatitis C
DLXIX. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan
gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala
yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi
gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada
beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun
demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan
normal.
DLXX. 2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
DLXXI. Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah

menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang
memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
V.

Alat dan Bahan

DLXXII.

Alat
a. Rak tabung
b. Tabung reaksi
c. Mikropipet usuran 20-200 ul
d. Rapid tes
e. Beaker glass
f. Tisu

DLXXIII.

Bahan
a. sampel serum

DLXXIV.
VI.

Cara Kerja
1.

Alat dan bahan disiapkan diatas meja praktikum .

2.

Pembungkus alumunium strip dibuka .

3.

Sampel serum diambil menggunakan pipet mikro sebanyak 100 l dan


dimasukkan ke dalam tabung reaksi .

4.

Strip tes diinkubasi pada sampel , sebatas garis kebawah tanda panah
selama 10 menit .

5.
DLXXV.

Hasil dibaca (Pembacaan hasil lebih dari 10 menit dianggap invalid) .


Hasil Pembacaan :

Positif

: terdapat 2 garis merah yang terlihat .

Negatif

: terdapa 1 garis merah yang terlihat .

Invalid

: tes dikatakan invalid apabila control tidak tanpak / tidak ada garis merah .

DLXXVI.
DLXXVII.
VII.

Data Hasil Praktikum

DLXXVIII.
DLXXIX.
DLXXX.
DLXXXI.
DLXXXII.

LEMBAR KERJA HBsAg


Reagensia : HBsAg Strip Entebe

Nomor Lot

: 104

Tanggal kadaluarsa

: 03/12
DLXXXVI.

DLXXXVII.
s
al
DLXXXIII.

DLXXXIV.
DLXXXV.
Tgl. Pem No

DXCIII.

No
DLXXXVIII.
mo

Sa

mp

el

Garis
kontro
DLXXXIX.
l
(validi

Hasi
l

tas)

el
U
T
D

DXC.

DXCIV.
p

52

DXCI. 18/5
DXCII.

-11

1x
DXCV.
46

22

ValidDXCVI.

NR

ri
m
a
DXCVII. DXCVIII. DXCIX. DC.
DCIV.
DCV. DCVI.DCVII.
DCXI.
DCXII. DCXIII.DCXIV.
DCXVIII.
Dicat

DCI.
DCVIII.
DCXV.

DCII.
DCIX.
DCXVI.

DCIII.
DCX.
DCXVII.
DCXXIV. Kelo

at DCXIX.DCXX.
DCXXI.

DCXXII.

DCXXIII.

mpo

Oleh
Dice
DCXXVI.
DCXXVII.
DCXXVIII. DCXXIX.

DCXXX.

DCXXV.

k5

oleh
DCXXXII.
DCXXXIII.
VIII.

Pembahasan

DCXXXIV. Pemeriksaan HbsAg merupakan tes seleksi untuk seseorang yang ingin mendonorkan
darahnya , pemeriksaan HbsAg bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang yang akan
mendonorkan darahnya terjangkit HbsAg atau tidak . Sampel untuk pemeriksaan HbsAg adalah
serum atau plasma , pemeriksaan HbsAg menggunakan metode immunochomatography dengan
menggunakan metode tersebut waktu untuk mengetahui hasil pemeriksaan tidak begitu lama .
tahap pertama untuk pemeriksaan HbsAg ada;ah pengumpulan sampel . Untuk serum diambil
darah ke dalam container tanpa antikoagulan kemudian dipusingkan menggunakan centrfuga
selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm , serum yang terbentuk kemudian dipisahkan ke
dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan strip tes sampai batas garis maksimum dan ditunggu
selama 10 menit . Interpretasi hasil dari stip tes adalah sebagai berikut :
DCXXXV.
DCXXXVI.
DCXXXVII.

Positif : terdapat 2 garis merah yang terlihat .


Negatif

: terdapa 1 garis merah yang terlihat .

Invalid : tes dikatakan invalid apabila control tidak tanpak / tidak ada garis merah .

DCXXXVIII. Pada praktikum yang dilakukan hasil dari serum yang diperiksa adalah non reaktif ,
ditandai dengan munculnya satu garis merah pada rapid tes yang digunakan . Hasil non reaktif
dari serum yang diperiksa menunjukkan tidak adanya reaksi anti immun terhadap HbsAg . HBV
merupakan anggota dari hepadnaviridae , keluarga virus ini unik tidak ada virus manusia lain
yang sama dengan HBV , meskipun virus-virus sejenis ditemukan pada sejumlah kecil hewan
mamalia serta pada itik . sejumlah protein penting ditemukan pada virus tersebut . Protein utama
dikenal sebagai hepatitis B surface antigen (HbsAg) dan ini dihasilkan dalam jumlah besar
melalui sel-sel yang terinfeksi dengan virus tersebut . Virio tersebut mengandung dua protein
tambahan , yakni B e antigen (HbeAg) dan hepatitis B core antigen (HbcAg) . Kedua protein
ini berkaitan dengan inti capsid dari virio tersebut . Partikel yang dalam jumlah besar daripada
yang diperlukan untuk membentuk virion baru . Oelh karena itu , partikel-partikel ini dianggap
tidak dapat menginfeksi . Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang

terinfeksi atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus


hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu
ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan
tidak ada dalam feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman
atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusitransfusi darah karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan
pencemaran atau kontaminasi dengan virus hepatitis B.
IX.

Kesimpulan

DCXXXIX. Dari praktikum yang dilakukan mengenai pemeriksaan HbsAg dalam serum dengan
menggunakan metode immunochromatography dapat disimpulkan bahwa, serum yang diperiksa
hasilnya non reaktif terhadap HbsAg , pada rapid tes yang digunakan hanya muncul satu garis
merah pada zona kontrol .
DCXL.
DCXLI.
X.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.

DCXLII.
DCXLIII.
DCXLIV.
DCXLV.
DCXLVI.
DCXLVII.
DCXLVIII.
DCXLIX.

Anonim, 2010,Materi Hematologi Dasar , kementrian kesehatan RI


http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-hepatitis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_B

DCL.
DCLI.
DCLII.
DCLIII.
DCLIV.
DCLV.
DCLVI.
DCLVII.
DCLVIII.
DCLIX.

Pemeriksaan Anti HCV

I.
Tujuan
DCLX.
Untuk mengetahui ada tidaknya anti HCV pada serum pasien
II.
Metode
DCLXI.
Metode yang digunakan adalah metode dengan rapid test
III.
Prinsip
DCLXII.
Sampel dan reagen akan melewati membrane yang telah dilekati leh antigen HCV
yang dilemahkan pada membrane immunofiltrasi. Bila dalam sampel terdapat anti
HCV maka antigen dan antibody akan berikatan. Pada pencucian protein yang tidak
terikat akan dilepaskan. Dengan penambahan Protein-A/ Conjugate akan terbentuk
bulatan berwarna ungu kemerahan dengan membrane berwarna putih. Bila pada
sampel terdapat anti HCV, maka akan terbentuk bulatan berwarna ungu kemerahan
pada daerah T1, T2 atau keduanya
DCLXIII.
IV.
Dasar Teori
DCLXIV.Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin
genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi
banyak sel lainnya. 15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara
otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85%
dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati

bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan
hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
DCLXV. Hepatitis berarti pembengkakan pada hati.Banyak macam dari virus Hepatitis C.
Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati,
mengganggu aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam
sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat.
Jika anda penderita Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat
dan menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati anda, baik anda
dalam pengobatan ataupun tidak.
DCLXVI. Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga
bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat
diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin. Virus Hepatitis C
sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya
enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari
50 subtipenya. Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus
dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C.
Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan
penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik
yang lain dalam pengobatan.
DCLXVII. Gejala Hepatitis C
DCLXVIII. Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala,
walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
DCLXIX. Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :

Lelah

Hilang selera makan

Sakit perut

Urin menjadi gelap

Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi

DCLXX. Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim


tertentu pada hati, yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian,
beberapa penderita Hepatitis C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun
normal.
DCLXXI. Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda
memiliki resiko terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan
orang atau benda yang terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi
penyakit ini adalah dengan tes darah.
DCLXXII. Penularan Hepatitis C
DCLXXIII. Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau
produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan
sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau
mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh
penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat cukur atau alat
manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada
orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
DCLXXIV. Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi
yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga
penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan.
Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
DCLXXV. Penderita Hepatitis C tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain melalui
pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau

kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C
dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.
DCLXXVI.
V.
Alat dan bahan
a. Alat
1. Strip test (sudah tersedia dalam KIT)
2. Pipet tetes (sudah tersedia dalam KIT)
b. Bahan
1. Serum/plasma
2. Buffer solution
3. Protein-A conjugate
VI.
Cara Kerja
1. Reagen dibiarkan pada suhu kamar
2. Kemasan dibuka lalu diberi identitas sampel pada membrano
3. Buffer solution diteteskan sebanyak 3 tetes ditengah-tengah membrane, dibiarkan
menyerap
4. Serum/plasma diteteskan sebanyak 1 tetes dengan menggunakan disposable
5.
6.
7.
8.
DCLXXVII.

dropper yang tersedia pada kit, dibiarkan menyerap


Buffer solution ditambahkan sebanyak 5 tetes, dibiarkan menyerap
Protein-A conjugate ditambahkan sebanyak 5 tetes, dibiarkan menyerap
Buffer solution ditambahkan sebanyak 5 tetes, dibiarkan menyerap
Hasil dibaca dengan segera
Interpretasi Hasil

DCLXXVIII.
DCLXXIX.
DCLXXX.
VII. Data Hasil Pengamatan
DCLXXXI.
DCLXXXII.
DCLXXXIII.
DCLXXXIV.
DCLXXXV.
DCLXXXVI.
DCLXXXVII.
DCLXXXVIII.
DCLXXXIX.
DCXC.

Asal Sampel
: Ana
Nomor Sampel
: 50605742
Garis Kontrol(validitas) :valid
Hasil
: NR (Non Reaktif)
Gambar hasil

VIII. Pembahasan
DCXCI.
Pada pemeriksaan pada tanggal 25 Mei 2011 didapatkan hasil NR(Non
Reaktif) HCV pada pasien yang bernama Ana dengan nomor sampel 50605742. Pada
pemeriksaan ini dinyatakan valid karena pada pemeriksaan dengan strip test muncul
garis control. Apabila pada pemeriksaan dengan strip test tidak muncul garis control
pemeriksaan dinyatakan invalid dan pemeriksaan harus diulang dan menggunakan
strip test yang baru. Strip test sangat sensitive karena didalamnya mengandung
indikator-indikator yang sangat peka terhadap lingkungan. Oleh karena itu apabila
menggunakan strip test, strip harus dibuka sesaat pada saat pemeriksaan dimulai,
jangan terlalu lama membiarkan strip kontak dengan lingkungan luar. Langkah
pengerjaan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti.
DCXCII.
HCV (hepatitis C virus) merupakan penyakit yang sering menular melalui
transfusi darah. Penyakit ini dapat menular apabila dalam darah donor yang diberikan
kepada pasien terdapat virus HCV. Oleh karena itu dilakukan uji saring untuk darah
donor yang akan didonorkan ke pasien. Salah satu uji saring yang dilakukan adalah
uji saring terhadap HCV. Apabila dalam pasien terdapat salah satu penyebab dari
IMLTD darah harus dibuang atau dimusnahkan dan tidak diperkenankan untuk
diberikan kepada pasien.
IX.
Kesimpulan
DCXCIII.
Pada pemeriksaan pada tanggal 25 Mei 2011 didapatkan hasil NR (Non
Reaktif) HCV pada pasien yang bernama Ana.
DCXCIV.
X.
Daftar Pustaka
1. Anonim.2010.Hematologi Dasar.Departemen Kesehatan
2. Anonim.2011.IMLTD. Avaliable at:
DCXCV.http://stianie.files.wordpress.com/2009/12/gol3.jpg
DCXCVI.
DCXCVII.
DCXCVIII.
DCXCIX.
DCC.
DCCI.
DCCII.
DCCIII.

DCCIV.
DCCV.

Pemeriksaan Sifilis

I.
Tujuan
DCCVI.
Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi
DCCVII.
II.
Metode
DCCVIII.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode pemeriksaan VDRL
Carbon Antigen dan metode dengan reagen Syphilis Diagnostic Kit (TRUST)
DCCIX.
III.
Prinsip
DCCX.
Serum darah pasien yang diduga mengandung antigen bakteri Treponema
pallidum ditetesi reagen sehingga terjadi aglutinasi.
DCCXI.
IV.
Dasar Teori
DCCXII.

Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara sukareladiambil


darahnya untuk disimpan di bank darah & sewaktu-waktu dapat dipakai pada proses
transfusi darah.
Syarat menjadi donor darah :
Keadaan umum : bukan pecandu alcohol atau narkoba.
Tidak menderita penyakit jantung, ginjal, paru-paru, hati, kencing manis, penyakit
darah, gangguan pembekuan darah, epilepsy, kanker, dan penyakit kulit kronis
kecuali diperbolehkan oleh dokter yang merawat.
Umur 17 60 tahun.
Berat badan minimal 45kg.
Tanda vital baik : Tekanan darah sistolik (100-160mmHg) & diastolik (60100mmHg), Nadi teratur 60-100x/menit, Suhu tubuh 36,6-37,5C.
Hb > 12,5 g/dl.
Selama haid, hamil & menyusui tidak diperkenankan donor darah. Diperbolehkan
donor enam bulan setelah melahirkan & tiga bulan setelah berhenti menyusui.
Jika pernah mendonorkan darah, maka jarak penyumbangan darah : 2,5 3 bulan
(maksimal 5x/tahun).
Kulit lengan donor didaerah penyadapan (vena yang akan ditusuk)harus sehat tanpa

kelainan.
Tidak diperkenankan dalam waktu 12 bulan setelah transfusi darah.
Dengan pemeriksaan lab terhadap VDRL, HBsAg, Anti HCV & Anti HIV hasilnya
negatip.
Dapat donor tiga hari setelah minum obat yang mengandung aspirin.
Dapat donor tiga hari setelah pencabutan gigi, enam bulan setelah operasi kecil, 12
bulan setelah operasi besar.
Dapat donor enam bulan setelah sembuh dari penyakit typhus.
Dapat donor tiga bulan setelah bebas dari gejala malaria yang terakhir.
Dapat donor 12 bulan setelah pengobatan sifilis, GO.
Dapat donor : 12 bulan setelah vaksinasi rabies & Hepatitis B, empat minggu setelah
imunisasi rubella, dua minggu setelah imunisasi polio, varicella, mumps.
Dapat donor 12 bulan setelah di tato, ditindik & ditusuk jarum.
Tidur malam sebelum donor harus cukup, minimal 5 jam.
Sudah sarapan/ makan.
Manfaat Donor Darah
Manfaat dari donor darah, didapatkan tidak secara langsung. Dengan mendonorkan
darah secara rutin setiap tiga bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk
memproduksi sel-sel darah baru, sedangkan fungsi sel-sel darah merah adalah untuk
oksigenisasi & mengangkut sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi darah
menjadi lebih baik sehingga pendonor menjadi SEHAT.
Selain itu kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor
dilakukan pemeriksaan kesehatan sederhana & pemeriksaan uji saring terhadap
infeksi-infeksi yang dapt ditularkan lewat darah. Dan juga bagi yang pertama kali
mendonorkan darahnya, bisa mengetahui golongan darahnya.
Penyakit Yang Dapat Menular Melalui Transfusi Darah
1. Infeksi HIV/ AIDS

Penyebabnya adalah virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus). Sekali seseorang


terinfeksi HIV, dia dapat menularkan HIV kepada orang lain seumur hidupnya.
Orang yang terinfeksi HIV disebut juga HIV positif/ HIV reaktif ( Dengan
pemeriksaan lab terhadap Anti HIV didapatkan hasil yang reaktif). Orang yang HIV
reaktif tidak berarti dia menderita AIDS karena gejala AIDS baru akan muncul ratarata 2 s/d 10 tahun sejak orang tersebut terinfeksi HIV. Sebelum muncul gejala-gejala
AIDS, seorang pengidap HIV masih merasa & tampak sehat, bahkan pemeriksaan
lab terhadap Anti HIV bisa didapatkan hasil yang negatif/non reaktif kalau orang
tersebut baru saja terinfeksi HIV. Masa antara masuknya HIV kedalam tubuh
manusia sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV/ HIV reaktif, memerlukan
waktu antara 2 minggu s/d 3 bulan. Periode itu disebut juga periode jendela (window
periode). Sebelum muncul gejala-gejala AIDS, pengidap HIV dapat menularkan
kepada orang lain secara tidak sengaja karena dia sendiri tidak tahu kalau terinfeksi
HIV.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu suatu
penyakit/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena hilangnya/ rusaknya
system kekebalan tubuh manusia sehingga penyakit yang sebenarnya tidak
berbahaya, bagi penderita AIDS dapat menyebabkan kematian.
Cara penularan HIV :
Selain dapat menular melalui darah ( transfusi darah, jarum suntik, jarum tindik, tato
& alat tusuk lainnya ), dapat juga menular melalui hubungan seksual dengan
pasangan yang banyak & berganti-ganti, dan melalui ibu hamil yang HIV reaktif
kepada janin/ bayi yang dikandungnya.
Karena itu semua darah donor sebelum diberikan kepada yang memerlukannya,
diperiksa terlebih dahulu terhadap kemungkinan terinfeksi HIV.

2. Hepatitis B / C
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis B/ C. Disebut terinfeksi hepatitis B/ C jika dengan pemeriksaan lab terhadap
HBsAg / Anti HCV didapatkan hasil yang positif. Sehingga apabila darah diberikan
kepada penderita, maka akan menularkan kepada penerima darah. Cara penularan
Hepatitis B/ C sama dengan penularan HIV.
3. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi Treponema
Pallidum. Pada seseorang yang sedang menderita sifilis, yang dengan pemeriksaan
lab terhadap VDR ( Venereal Disease Research Laboratories) /RPR (Rapid Plasma
Reagin) didapatkan hasil yang positip, maka darahnya tidak dapat diberikan kepada
orang. Orang tersebut dapat melakukan donor darah, 12 bulan setelah pengobatan
sifilis.
4. Malaria
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium Ovale, atau Plasmodium malariae dan
ditularkan mealui gigitan nyamuk Anopheles. Gejala utamanya berupa demam
disertai menggigil &timbul keringat banyak, serta ada riwayat bepergian ke daerah
endemik malaria. Penyakit ini sering hilang timbul, oleh karena itu apabila seseorang
baru saja datang dari daerah endemik malaria & mempunyai gejala tersebut, serta
dengan pemeriksaan lab yaitu pemeriksaan darah tepi (tetes tebal dan/ hapusan tipis)
ditemukan Plasmodium atau pemeriksaan serologi malaria (ICT) didapatkan hasil
yng positip, maka tidak diperkenankan melakukan donor darah. Orang tersebut dapat
melakukan donor, tiga tahun setelah bebas dari malaria yang terakhir.

Mendonorkan darah adalah sebuah perbuatan mulia, sebab hanya dengan sekantong
darah yang anda donorkan dapat memberikan manfaat yang tidak ternilai harganya
bagi yang membutuhkannya. Darah anda bisa menjadi life saving, membuat orang
lain tertolong hidupnya. Disamping itu, orang yang mendonorkan darahnya juga
mendapatkan manfaat menjadi semakin sehat. Jadi tidak perlu khawatir menjadi
lemah, karena proses reproduksi darah terus berjalan.
DCCXIII.
V.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Test Card
2. Pipet Mikro 50l
3. Batang pengaduk (tusuk gigi)
4. Centrifuge
b. Bahan
1. Sampel serum
2. Kontrol positif
3. Kontrol negative
4. Reagen
VI.
Cara Kerja
1. Pemeriksaan dengan Syphilis Diagnostic Kit (Trust)
a. Test card yang tersedia di dalam kit disiapkan
b. Test card diberi nomor dan diberi tanda NC(Negatif Control),PC(Positif
Control), Pasien
c. Sampel yang diperiksa ditambahkan sebanyak 50l pada bulatan yang berisi
tanda pasien
d. Kontrol positif ditambahkan sebanyak 50l pada bulatan yang bertanda PC
e. Kontrol Negatif ditambahkan sebanyak 50l pada bulatan yang bertanda NC
f. Masing-masing sampel dan kontrol dilebarkan pada bulatn dengan
menggudakan lidi pengaduk yang berlainan
g. Test card digetarkan agar antigen bercampur merata
h. Reagen ditambahkan sebanyak satu tetes pada masing-masing bulatan pada
i.

test card dengan menggunakan pipet yang tersedia didalam kit


Test card diputar pada rotator pada 100 rpm selama 8 menit (digoyang-

goyang)
j. Hasil dibaca dalam waktu 3 menit
2. Pemeriksaan dengan VDRL Carbon Antigen
a. Test card pemeriksan disiapkan
b. Test card diberi nomor dan dituliskan NC, PC, pasien
c. Sampel sebanyak 50l ditambahkan pada bulatan yang bertanda pasien
d. Kontrol positif ditambahkan sebanyak 50l pada bulatan yang bertanda PC

e. Kontrol Negatif ditambahkan sebanyak 50l pada bulatan yang bertanda NC


f. Masing-masing sampel dan kontrol dilebarkan pada bulatn dengan
menggudakan lidi pengaduk yang berlainan
g. Test card digetarkan agar antigen bercampur merata
h. Reagen ditambahkan sebanyak satu tetes(20l) pada masing-masing bulatan
i.

pada test card dengan menggunakan pipet yang tersedia didalam kit
Test card diputar pada rotator pada 100 rpm selama 8 menit (digoyang-

goyang)
j. Hasil dibaca dalam waktu 3 menit
DCCXIV.
VII. Data Hasil Pengamatan
DCCXV.
1. Pemeriksaan dengan Syphilis Diagnostic Kit (Trust)
DCCXVI.
Asal Sampel
: Ana
DCCXVII.
Nomor Sampel
: 50605742
DCCXVIII.
Nama Pemeriksa : Kelompok V (lima)
DCCXIX.
Tanggal
: 18 Mei 2011
DCCXX.
Nomor Test Card : I
DCCXXI.
Nomor Lot : 2010060801
DCCXXII.
Tanggal kadaluarsa : 7 Juni 2011
DCCXXIII.
Dicatat oleh
: Surya
DCCXXIV.
Control negative/NC
: NR
DCCXXV.
Control positif/PC : R
DCCXXVI.
Pasien
: NR
DCCXXVII.
Gambar hasil
DCCXXVIII.
DCCXXIX.
DCCXXX.
DCCXXXI.
DCCXXXII.
DCCXXXIII.
2. Pemeriksaan dengan VDRL Carbon Antigen
DCCXXXIV.
Asal Sampel
: Ardi
DCCXXXV.
Nomor Sampel
: 521X4622
DCCXXXVI.
Nama Pemeriksa : Kelompok V (lima)
DCCXXXVII.
Tanggal
: 25 Mei 2011
DCCXXXVIII.
Nomor Test Card : I
DCCXXXIX.
Nomor Lot : 207020
DCCXL.
Tanggal kadaluarsa : 7 Juni 2012
DCCXLI.
Dicatat oleh
: Lilik
DCCXLII.
Control negative/NC
: NR
DCCXLIII.
Control positif/PC : R
DCCXLIV.
Pasien
: NR
DCCXLV.
Pemeriksaan
:valid
DCCXLVI.
Gambar hasil

DCCXLVII.
DCCXLVIII.
DCCXLIX.
DCCL.
DCCLI.
VIII. Pembahasan
DCCLII.
Pada pemeriksaan sifilis yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2011 dengan
menggunakan Syphilis Diagnostic Kit (Trust) didapatkan hasil non reaktif untuk
pemeriksaan sifilis untuk pasien yang bernama Ana. Sedangkan pada tanggal 25 Mei
2011 dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan VDRL Carbon Antigen
didapatkan hasil non reaktif untuk pasien yang bernama Ardi.
DCCLIII.
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi
Treponema Pallidum. Pada seseorang yang sedang menderita sifilis, yang dengan
pemeriksaan lab terhadap VDR ( Venereal Disease Research Laboratories) /RPR
(Rapid Plasma Reagin) didapatkan hasil yang positip, maka darahnya tidak dapat
diberikan kepada orang. Orang tersebut dapat melakukan donor darah, 12 bulan
setelah pengobatan sifilis. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 18 Mei
2011 dan 25 Mei 2011 didapatkan hasil non reaktif sehingga darah melewati
pemeriksaan uji saring. Pada pemeriksaan ini menggunakan rapid test sehingga
spesifitas dan sensitifitas rapid harus terjaga.
DCCLIV.
Sifilis merupakan salah satu penyakit IMLTD yaitu penyakit-penyakit
yang dapat ditular melalui transfusi darah. Oleh karena itu dilakukan uji saring
terhadap sifilis. Pada dasarnya penyakit ini merupakan penyakit menular seksual
namun pada transfusi darah dapat juga ditularkan apabila darah yang akan didonorkan
tidak melalui proses uji saring. Umumnya infeksi dari sifilis digunakan sebagai
petunjuk kesesuaian donor.
DCCLV.
IX.
Kesimpulan
DCCLVI.
Pada pemeriksaan sifilis yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2011 dengan
menggunakan Syphilis Diagnostic Kit (Trust) didapatkan hasil non reaktif untuk
pemeriksaan sifilis untuk pasien yang bernama Ana. Sedangkan pada tanggal 25 Mei

2011 dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan VDRL Carbon Antigen


didapatkan hasil non reaktif untuk pasien yang bernama Ardi.
DCCLVII.
DCCLVIII.
DCCLIX.
X.
Daftar pustaka
1. Anonim.2010.Hematologi Dasar.Departemen Kesehatan
2. Anonim.2011.IMLTD. Avaliable at:
DCCLX.
DCCLXI.
DCCLXII.
DCCLXIII.

http://stianie.files.wordpress.com/2009/12/gol3.jpg

Anda mungkin juga menyukai