KEMOTERAPI
Oleh
Alfred H L Toruan
Pembimbing :
Dr. Budianto T, SpB(K)-Onk
KEMOTERAPI
PENDAHULUAN
Pengenalan terhadap obat kemoterapi dimulai awal tahun 1900 dimana
Gas Mustard yang dipakai pada Perang Dunia I dan II diketahui dapat mensupresi
sumsum tulang dan system limfoid. Pada tahun 1940 zat tersebut mulai digunakan
untuk terapi Limfoma. Kemudian pada tahun 1950 mulai diperkenalkan secara
luas penemuan ini dan mulai berkembang tahun 1970. Sejak saat itu makin
banyak ditemukan obat yang dapat dipakai untuk mengobati kanker. Pada awal
abad ke 20 kemoterapi pertama kali dipergunakan oleh Ehrlich yang berasal dari
agen anti parasit (alkyllating agent). Saat ini dikenal lebih dari 40 jenis obat antikanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia. Awalnya kemoterapi memberi
kesan kuat pada masyarakat awam maupun sebagian dokter bahwa pemberian
kemoterapi anti kanker merupakan pemakaian sia- sia serta membawa dampak
toksisitas yang parah. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang disiplin onkologi
anggapan yang tak beralasan tersebut dapat dihilangkan.
Hambatan utama bagi efikasi klinis kemoterapi adalah tokisitas terhadap
jaringan normal tubuh dan terjadinya resistensi obat seluler. Perkembangan dan
aplikasi teknik molekuler untuk menganalisa ekspresi gen sel normal dan maligna
pada level DNA, RNA, dan protein telah membantu untuk mengidentifikasi
beberapa mekanisme penting yang melaluinya kemoterapi dapat dioptimalkan
efek antitumornya dan mengaktivasi kematian sel terprogram. Perkembangan
teknologi molekuler juga memberikan pengertian mengenai kejadian molekuler
dan genetik di dalam sel kanker yang dapat mengubah kemosensitivitas selama
pengobatan.
DEFINISI(3)DAN TUJUAN KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah pemberian golongan obat-obatan tertentu dengan
tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan ada yang dapat
membunuh sel kanker. Obat itu disebut "sitostatika atau obat anti-kanker
Bergantung kepada tipe kanker dan seberapa jauh kanker tersebut telah
berkembang, maka kemoterapi digunakan dengan beberapa tujuan :
Fase
G0
Defenisi
Fase istirahat
Yang terjadi
Faktor pertumbuhan tidak tumbuh lagi dan
memiliki DNA yang diploid (chromosom
2
G1
Fase Gap 1
Titik Restriksi
Sintesis
G2
Fase Gap 2
Mitosis
berjumlah 46)
Berlangsung selama 8 12 jam
Pada fase ini sel anak yang baru terbentuk setelah
mitosis tumbuh menjadi sel dewasa, membentuk
protein, enzim, dsb. Dan chromosomnya hanya
mengandung rantai tunggal DNA (haploid).
Pada titik siklus sel ini akan terbagi 2 yaitu :
a)
Berhenti bertumbuh
Sel yang berhenti bertumbuh akan masuk ke
fase G-0. Sel ini terbagi dalam 2 golongan
yaitu :
1. Stem sel, yaitu sel yang dapat tumbuh lagi
bila ada rangsangan tertentu, misalnya
untuk mengganti sel yang rusak atau mati
dan kembali masuk ke Fase-S
2. Sel yang tetap tidak akan tumbuh sampai
sel itu mati. Contohnya yaitu sel saraf.
b)
Tumbuh terus
Sel yang tumbuh lagi akan masuk ke fase-S
Berlangsung sekitar 4 jam
Terjadi replikasi DNA terjadi dengan bantuan
enzim DNA polimerase. Dengan dibentuknya
DNA baru maka rantai tunggal DNA menjadi
rantai ganda.
Berlangsung sekitar 3 jam
Pada fase ini dibentuk RNA, protein, enzim dan
sebagainya untuk persiapan fase berikutnya
Berlangsung sekitar 1-2 jam
Terjadi pembelahan sel, dari sel induk menjadi 2
sel anak yang mempunyai struktur genetika yang
sama dengan sel induknya. Di sini rantai ganda
DNA yang merupakan pembawa informasi gen
terbelah menjadi dua rantai tunggal yang masingmasing untuk sel anak baru.
DASAR-DASAR KEMOTERAPI
Tujuan kemoterapi untuk memicu remisi, sehingga penyakit terkendali
paling tidak selama sebulan. Berdasarkan waktunya, kemoterapi dibagi menjadi:
Jenis kanker
Khemosensitivitas kanker
Sensitivitas tumor terhadap obat-obatan anti kanker tidak selalu sama,
namun pada umumnya sel kanker dapat bersifat sensitif, responsif dan bahkan
resisten.
3.
a.
Fraksi sel yang tumbuh dalam tubuh dapat naik menjadi 50% atau malah lebih.
Sel yang berada dalam fraksi tumbuh dapat dihancurkan dengan obat yang
bekerja pada fase spesifik. Obat ini memberikan efek toksis minimal pada sel
yang tidak tumbuh
- Fraksi sel yang tumbuh pada keadaan tertentu (stem sel = G0 sel)
Fraksi sel ini tidak tumbuh, namun dapat tumbuh lagi apabila terdapat
rangsangan untuk menggantikan sel-sel yang mati atau rusak sehingga bentuk
dan fungsi organ tetap baik seperti semula. Fraksi sel ini tidak dapat
dihancurkan dengan obat yang bekerja pada sel yang sedang tumbuh, dan dapat
dihancurkan oleh obat yang bekerja pada fase non spesifik. Pemberian
rangsangan yang adekuat sel dapat ditarik masuk ke dalam fraksi sel yang
tumbuh, sehingga fraksi sel yang tumbuh dapat menjadi lebih besar.
b.
4.
dalamnya peka terhadap obat anti kanker. Bila pada pertumbuhan kanker tersebut
bertambah secara logaritmik maka sel yang mati pun secara logaritmik. Jumlah sel
kanker yang terbunuh oleh obat anti kanker bersifat konstan secara proporsional
atau persentase tidak tergantung banyaknya sel kanker yang ada, minimum 0% sel
sampai maksimum 99,99% sel. Hipotesa disebut Hipotesa Log Sel yang Terbunuh
(Log Cell Kill Hyphotesis).
Menurut hipotesa ini, pengobatan kanker harus diberikan beberapa kali
paparan obat sampai jumlah sel kanker sisa yang masih hidup minimal. Makin
besarnya jumlah beban sel, semakin banyak paparan obat yang diperlukan. Dan
diharapkan sel kanker yang masih tersisa itu dapat dibunuh oleh imunitas tubuh.
Implikasi klinik dari besar beban sel kanker dan hipotesa sel yang mati secara
logaritmik ialah :
Pengobatan harus diulang beberapa kali untuk dapat membunuh sel kanker
sebanyak mungkin.
Dipakai kombinasi obat secara bersamaan (polifarma) untuk memperbesar
daya bunuh obat anti kanker.
Memulai pengobatan sewaktu tumor masih kecil atau setelah mengecilkan
masa tumor dengan radiasi atau operasi (debulking) lebih disarankan.
5.
pada
siklus
pertumbuhan
sel
ataupun
tidak.
Sel
yang
Siklus pertumbuhan tertentu pada fase tertentu (cell cycle phase specific)
Obat anti kanker jenis ini hanya bekerja pada fase tertentu saja dalam
siklus pertumbuhan sel. Sel yang pertumbuhannya cepat lebih peka
daripada sel yang pertumbuhannya lambat, tetapi ada juga sel yang tidak
peka terhadap obat walaupun dosisnya tinggi. Untuk sel kanker golongan
ini sebaiknya diberi obat anti kanker dalam waktu yang pendek dan dosis
yang tinggi.
6.
Imunitas tubuh
Penderita kanker yang telah bermanifestasi klinis, imunitas tubuhnya
umumnya tertekan. Diperkirakan kemampuan tubuh untuk mengatasi sel kanker
terbatas sampai sejumlah 105 jumlah sel. Setelah jumlah sel kanker dapat
dikecilkan sampai 105 diharapkan imunitas tubuh dapat mengambil alih untuk
menghancurkan lebih lanjut sisa sel kanker yang masih ada. Operasi, radioterapi
dan kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh.
Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat kemoterapi dapat dibedakan :
1. CCDD (Cell Cycle Depending Drugs)
Obat ini bekerja selama terdapat proses pembelahan sel, dan dikelompokkan
menjadi
a.CCDD Specific Phase
Obat jenis golongan ini hanya bekerja pada fase tertentu dalam proses
pembelahan sel, sehingga obat ini dapat efektif bekerja jika terdapat dalam
jumlah yang cukup pada sel tumor yang memasuki fase tertentu tersebut.
b.CCDD Non Spesific Phase
Obat jenis golongan ini bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif
membelah tetapi tidak tergantung pada proses pembelahan sel, sehingga obat
ini dapat efektif bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah
tanpa tergantung fasenya.
*Mephalan
* Busulfan
*Streptozocin
* Chlorambucil
*Dacarbazine
* Cyclophospamid
*Procarbazin
* Ifosphamid
*Carboplatin
* Thiotepa
* Cisplatin
2.Antibiotik
Obat anti kanker yang termasuk golongan antibiotik umumnya dihasilkan
oleh suatu mikroorganisme yang bersifat non spesifik, terutama berguna untuk
tumor yang tumbuhnya lambat. Mekanisme kerjanya terutama dengan cara
menghambat sintesa DNA dan RNA.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
* Bleomicin
* Mitoxantron
* Mithramicin
*Daunorubicin
* Actinomicin D
* Mitomicin
* Idarubicin
* Epirubicin
* Doxorubicin
3.Antimetabolit
Obat anti kanker yang termasuk golongan antimetabolit bekerja dengan
cara menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetabolit memiliki struktur
analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel,
sedangkan ada juga yang bekerja dengan cara menghambat enzim yang penting
untuk pembelahan. Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah
cepat.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
* Azacytidine
* Fludarabin
* Capecitabine
* Cladribin
* Thioguanin
* Mitoguazone
* Cytarabin
* Mercaptopurin
* Luekovorin
* Pentostatin
* Hydroxyurea
* Metothrexate
* Capecitabine
* Fluorouracil
* Mitoguazon
* Gemcitabine
* Pentostatin
4.Mitotic Spindle
10
* Docetaxel
* Vinblastine
* Vinorelbin
* Vindesine
* Vincristine
5.Topoisomerase Inhibitor
Obat anti kanker yang termasuk golongan topoisomerase Inhibitor
bekerja dengan cara mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga
menghambat proses transkripsi dan replikasi.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
* Etoposit
* Irinotecan
* Topotecan
6.Cytoprotektive Agents
Yang termasuk golongan ini antara lain :
* Amifostin
* Dexrazoxan
7.Lain-lain
Obat anti kanker yang termasuk golongan ini tidak mempunyai
mekanisme khusus.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
* L-Asparaginase
* Oktreotide
* Anagrelide
* Estramustine
* Suramin
* Interferon alfa
* Lavamisol
* IL-2
* Hexamethylmelamine
11
SYARAT KEMOTERAPI
Terapi Utama
a. Kemosensitif, sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker
yang kemosensitif, yakni pada :
Leukemia
Lyphoma maligna
Choriocarsinoma
Sarcoma Ewing
Mammae
Serviks
Paru
12
Kulit
Mulut
Terapi Tambahan
Terapi tambahan kemoterapi pada kanker lokal atau regional umumnya
diberikan paska operasi dan atau paska radioterapi untuk kanker yang bersifat
kemosensitif. Pada penderita kanker yang setelah beberapa bulan dan tahun timbul
residif yakni pada waktu operasi atau radioterapi masih ada sel kanker
mikroskopis yang masih hidup dalam lapangan operasi atau ada metastase jauh
yang subklinik maka diperlukan pemberian terapi adjuvant. Kemoterapi adjuvant
digunakan untuk mengeradikasi sel sel kanker secara mikroskopik di bagian
tubuh yang lain dan juga dapat mengurangi frekuensi residif dan atau metastase
pada :
Mammae
Serviks
Paru
Lambung
Colon
13
Memperpanjang hidup
Terapi paliatif
Kontraindikasi kemoterapi:
1, Kontraindikasi absolut
Septikemia
Koma
2. Kontraindikasi relative
Usia lanjut
Demensia
4. Intra tumoral, obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak
dianjurkan karena dapat melepaskan sel kanker dari sel induknya.
5. Intra cavitas, obat disuntikkan ke dalam rongga tubuh.
6. Topikal, pemberian salep floutouracil pada kanker kulit.
7. Per oral, untuk memperpanjang masa remisi.
Efek samping kemoterapi baik per oral maupun parenteral seperti mual,
muntah, nyeri sendi, membuat penderita tidak nyaman. Maka sebelum diberikan
obat kemoterapi, penderita diberikan obat-obatan premedikasi berupa antiemetik,
kortikosteroid, dan protektor lambung baik secara per oral atau parenteral. Teknik
pelaksanaan kemoterapi dilakukan dapat berupa per oral atau parenteral. Obat
kemoterapi parenteral diencerkan sesuai dengan petunjuk pabrik. Pada umumnya
dilarutkan dalam NaCl 0,9%. Tetapi pada Doxorubicin, pelarut yang digunakan
adalah glukosa 5% sebanyak 90 cc. Obat yang diberikan sesuai dengan regimen
yang digunakan, dimulai dari urutan awal sampai akhir. Dosis yang digunakan
menggunakan acuan perhitungan pada luasnya permukaan tubuh sesuai panduan
regimen.
PROTEKSI KEMOTERAPI
Obat kemoterapi memiliki toksisitas tinggi, sehingga sangat dibutuhkan
proteksi terhadap operator dan lingkungan. Proteksi kemoterapi dimulai sejak
pembuatan resep dan regimen kemoterapi. Tahap- tahap proteksi yaitu:
1. Labeling: indentitas penderita, dosis, regimen, tanggal terapi untuk
menghindari tertukarnya obat.
2. Operator: menggunakan jubah atau pelindung yang kedap cairan dan
sarung tangan karet kedap cairan. Diperlukan juka masker dan kaca mata
untuk perlindungan pada operator.
3. Tempat terapi: ruang terapi harus dipastikan memiliki sirkulasi udara yang
baik.
4. Trasportasi: bila dibutuhkan untuk memindahkan obat kemoterapi dari
suatu tempat ke tempat lain harus menggunakan tempat kedap udara dan
15
Definisi
Karnofsky
ECOG
0
Asimptomatik
100
Simptomatik, fully
90
tanda
Gejala dan tanda minor
80
Aktivitas normal
Penurunan aktivitas
70
normal
Tidak dapat melakukan
ambulatori
Simptomatik, di
tempat tidur <50 %
per hari
60
membutuhkan bantuan,
tapi masih mampu
mengurus kebutuhan
yang paling dasar
16
Simptomatik. Di
50
Sering membutuhkan
penanganan medis
Tidak mampu, butuh
40
bedridden
Bedridden
30
bantuan
Berat, indikasi rawat,
20
perawatan aktif
Sakit berat, wajib rawat,
butuh penanganan
10
Hasil kemoterapi
A. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi sebagai
pegangan dapat dipakai parameter :
* Berat badan
* Status penampilan
B. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur dan diperiksa secara klinis, radiologi, biokimia,
pemeriksaan stadium klinik patologi
Hasil Obyektif dapat berupa :
1. Respon komplit semua tumor menghilang ( melalui pengukuran massa,
gejala, tanda, dan perubahan secara biologi ) sekurang kurangnya 4 minggu
dan tidak ada lesi baru yang muncul
2. Respon partial Reduksi / pengurangan ukuran tumor > 50 % selama 4
minggu dan tidak ditemukan lesi baru atau terjadinya perbesaran dari lesi
yang lama. Bila terjadi pada lesi di hepar, maka reduksi > 30 % diukur dari
batas linea midklavikula dan processus xiphoideus.
17
3. Tidak berubah tumor mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang
dari 25% dan tidak terjadi pertumbuhan dari lesi baru selama 8 minggu
4. Penyakit progresif Tumor membesar 25% atau lebih atau timbul tumor
baru yang dulu tidak diketahui
Komplikasi kemoterapi
Segera
- Syok
- Nyeri pada tempat suntikan
- Aritmia
Dini
- Mual / muntah
- Panas
Lambat (beberapa hari)
- Stomatitis
- Nefrotoksis
- Diare
- Neuropati
- Alopesia
- Depresi sumsum tulang, dapat terjadi :
- Setelah 1-3 minggu : sebagian besar obat anti kanker
- Setelah 4-6 minggu : nitrosourea
Lambat (beberapa bulan)
- Hiperpigmentasi kulit
Lesi organ
Adriamycin : hati
Bleomycin, Busulfan : paru
Methotrexate :hati
- Gangguan kapasitas reproduksi
18
Amenorreae
Penurunan konsentrasi sperma
- Gangguan endokrin
Feminisasi
DAFTAR PUSTAKA
1. De Vita V.T. Jr: Principles of Cancer Management: Chemotherapy, in De
Vita V.T. Jr. Hellman S, Rosenberg. S. A.,:Cancer Principles and Practise
of Oncology, Volume 1. 7th edition, Philladelphia : Lippincott Raven
Publisher.
2. Daly J.M, Bertagnolli, De Cosse JJ, Morton D.L :Oncology in Schwartz :
Principles of Surgery .8th Edition. Mc Graw-Hill book, New York.2005
3. Martin D Abeloff, james O Armitage, John E. Niederhcuber, Clinical
Oncology 3rd ed, Elsevier Churchill Livingstone, 2004 page 485 535
4. Noorwaty, SpPD KHOM, Cancer Ina, Media informasi kanker Indonesia,
www.dharmais.co,id. Browsed June10 2010
5. American Cancer Society, www.cancer.org , Browsed June 10 2010
6. Airley, Rachel. Cancer Chemotherapy. Chichester: John Wiley &
Sons Ltd.2009.p.55-116.
7. Heubrandtner, Ute. Safe Handling of Cytotoxics.Austria:
Ebewe Oncology. Melalui www.ebewe.com. Browsed June
12 2010.
19